Anda di halaman 1dari 51

Hukum Pidana

Pokok Materi
Materi Pokok yang akan dipelajari

1 Pengantar Hukum Pidana


Pokok materi ini akan dibahas
dalam perkuliahan satu semester
ke depan, namun masih dapat
berubah mengikuti pelaksanaan
perkuliahan dan kebijakan dari
dosen yang bersangkutan 2 Asas Berlakunya Hukum Pidana

Tindak Pidana, Pertanggungjawaban


3 Pidana, Alasan Penghapusan Pidana,
Percobaan dan Penyertaan

Perbarengan Tindak Pidana,


4 Pengulangan Tindak Pidana, Pidana
dan Pemidanaan
Ilmu Hukum Pidana
Pengantar Hukum Pidana
Hukum Pidana
Pengertian

Hazewinkel-Suringa, hukum pidana adalah sejumlah


peraturan hukum yang mengandung larangan dan
perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya
diancam dengan pidana (sanksi hukum) bagi barang
siapa yang membuatnya
Unsur Hukum
Pidana

Larangan Syarat agar Sanksi yang Cara


untuk seseorang dijatuhkan mempertahan
melakukan dapat bagi yang kan/
suatu dikenakan melakukan memberlakuk
perbuatan sanksi suatu delik an hukum
pidana pidana
Pembagian Hukum Pidana
Hukum Pidana dalam arti Hukum pidana bagian umum
Objektif (ius poenale) dan hukum
dan hukum pidana bagian
pidana dalam arti subjektif (ius
puniendi)
khusus

Hukum pidana tertulis dan


Hukum Pidana Materiil dan Hukum
hukum pidana tidak tertulis
Pidana Formil

Hukum pidana umum dan


Hukum Pidana yang dikodifikasikan
hukum pidana lokal
dan hukum pidana yang tidak
dikodifikasikan
Tujuan Hukum Pidana
• Secara umum untuk mengatur
kehidupan bermasyarakat;
• Memerangi kejahatan; • secara khusus melindungi
• Memperhatikan ilmu lain; kepentingan hukum dari
• Ultimum remedium perkosaan dengan sanksi berupa
pidana
Aliran Modern
Fungsi H. Pidana

Aliran Klasik Tujuan H. Pidana


di Indonesia Dasar pemidanaan
Menghendaki hukum Tujuan hukum pidana
pidana tersusun • Berpijak pada ketuhanan;
Indonesia adalah
sistematis dan • Berpijak pada falsafah
pengayoman semua
menitikberatkan pada sebagai dasar pemidanaan;
kepentingan secara
kepastian hukum • Berpijak pada perlindungan
seimbang dan serasi.
hukum sebagai dasar
pemidanaan
Jenis Hukum Pidana
Hukum Pidana
Umum
Hukum pidana yang berlaku
untuk setiap orang. Sumber
nya ada dalam KUHP.

모바일 이미지 Hukum Pidana


Khusus
Aturan hukum pidana yang
menyimpang dari hukum pid
ana umum.
Sifat Hukum Pidana
Pandangan hukum pidana sebagai hukum publik

Hukum Publik Kesimpulan

Hukum pidana merupakan hukum Tidak seluruh sarjana sependapat


publik karena mengatur hubungan hukum pidana adalah hukum publik.
antara warga masyarakat dengan Dilihat dari sejarahnya, hukum pidana
negara. berasal dari hukum privat yang
kemudian berkembang menjadi hukum
Menurut Utrecht, hukum pidana publik.
merupakan hukum sanksi, bukan
hukum publik, dan juga bukan hukum Namun dalam hukum pidana masih
privat. Hal ini senada dengan pendapat terdapat unsur hukum privat , dimana
Van Kan Scholten, Logeman, dan negara tidak serta merta dapat
Lemaire. Mereka berpandangan bahwa menegakkannya tanpa adanya
hukum pidana adalah hukum yang permohonan dari pihak yang dirugikan.
memiliki kedudukan sendiri, serta tidak Hal ini dapat diketahui dari keberadaan
membuat kaidah baru delik aduan dalam hukum pidana.
Sumber Hukum Pidana

Pengelompokan Sumber hukum pidana di Indonesia digolongkan


Hukum Pidana di ke dalam tiga bagian:

Indonesia UU di luar KUHP

KUHP
02 UU di luar KUHP yang
01 Buku I bagian
berupa tindak pidana
khusus, UU
umum, Buku II Pemberantasan Korupsi,
tentang kejahatan, UU Pemberantasan
Buku III tentang Tindak Pidana
Pelanggaran Pencucian Uang, UU
Narkotika, UU KDRT,
dst.
Hukum Pidana Adat
03 Hukum Pidana Adat di daerah-daerah
tertentu untuk perbuatan tertentu
yang tidak diatur hukum positif,
hukum pidana adat masih tetap
berlaku
Fungsi Hukum Pidana
Menurut Soedarto Menurut HLA Hart
Hukum Pidana memiliki fungsi umum dan fungsi khusus Hukum pidana memiliki tugas utama melindungi
masyarakat terhadap kejahatan yang diakibatkan
Fungsi Umum oleh setiap pelanggaran undang-undang. Hukum
pidana tidak saja bertujuan memperbaiki pelaku
Hukum pidana mengatur hidup
kemasyarakatan dan kejahatan agar tidak melakukan kejahatan lagi,
menyelenggarakan tata dalam tetapi juga mencegah masyarakat untuk
masyarakat. melakukan kejahatan. Sedangkan menurut Wilkins
mengatakan bahwa tujuan utama hukum pidana
Fungsi Khusus adalah memperkecil kemungkinan pelaku
kejahatan mengulangi perbuatannya
Hukum Pidana melindungi
kepentingan hukum terhadap
perbuatan yang hendak
memperkosanya, dengan sanksi yang
berupa pidana yang sifatnya lebih
tajam dari sanksi hukum lainnya.
Sanksi dalam Hukum Pidana
Pidana menurut Muliadi

sanksi pidana adalah sanksi yang tajam, karena bisa


mengenai harta benda, kehormatan, badan, bahkan
nyawa seseorang.

Pidana Pidana Pidana


merupakan diberikan dikenakan
penjatuhan oleh orang pada orang
penderitaan atau badan yang telah
atau nestapa yang melakukan
memiliki tindak
kekuasaan pidana
menurut UU
Sanksi dalam
Hukum Pidana

Pidana Pokok Pidana Tambahan

• Pidana Mati; • Pencabutan hak


• Pidana Penjara; tertentu;
• Pidana Kurungan; • Perampasan
dan barang tertentu;
• Pidana Denda • Pengumuman
putusan hakim
Ilmu Hukum Pidana
Ilmu Hukum pidana harus menerangkan,
menganalisis dan menyistematisasikan
hukum pidana positif dalam rangka
penerapannya yang tepat.

Ilmu hukum pidana juga memiliki fungsi


kritik, yaitu melakukan analisis logis
yuridis terhadap asas-asas hukum
pidana untuk dapat menyelaraskan
antara UU dengan Asas hukum pidana
Ilmu Hukum Pidana juga melingkupi
모바일 이미지 penelaahan proses beracara karena
penerapan hukum pidana terlaksana
melalui aturan-aturan prosesuil.

Menurut Remelink Ilmu hukum pidana tidak dapat dilepaskan


dari sejarah dalam hal perluasan pengertian,
perkembangan peraturan hukum pidana
memerlukan kajian sosiologis, psikologis dan
kejiwaan serta kajian filsafat dalam hal
mencari pembenaran pemidanaan
Ilmu Hukum Pidana dan Ilmu Bantu

Kriminologi
Penologi

Ilmu Hukum
Ilmu Bantu Pidana
Pemecahan
permasalahan
pidana Viktimologi
membutuhkan ilmu
bantu
Psikologi
Sejarah dan Perkembangan Hukum
Pidana di Indonesia

Zaman VOC Zaman Hindia Zaman Jepang Zaman Kemerdekaan


Hukum yang Belanda Wilayah Indonesia Tahun 1945-1949 adanya
berlaku adalah Kitab UUHP Baru dibagi dua: dualisme KUHP;
sistem hukum (Wetboek van Indonesia Timur Tahun 1949-1950 WvS/KUHP;
Belanda. Strafrecht voor dibahwah Tahun 1950-1959 berlaku di
Nederlandsch Indie kekuasaan AL seluruh Indonesia UU No. 1
stbl Nomor 732) Jepang dan Tahun 1946 tentang Peraturan
Indonesia Barat di Hukum Pidana;
bawah AD Jepang 1959-sekarang berlaku KUHP
Asas Hukum Pidana
Asas Berlakunya Pidana
Substansi KUHP

BUKU I Asas Asas Hukum


Ketentuan Umum Pidana

BUKU II
Kejahatan
Delik/Tindak Pidana
BUKU III
Pelanggaran
Asas Hukum Pidana
Asas Legalitas

Asas Legalitas Tujuan Asas Legalitas (Muladi)

“tiada suatu perbuatan yang boleh • Memperkuat kepastian hukum;


dihukum, melainkan atas kekuatan • Menciptakan keadilan dan kejujuran
ketentuan pidana dalam undang- bagi terdakwa;
undang yang ada terlebih dahulu dari • Mengefektifkan deterent function dari
perbuatan itu” sanksi pidana;
• Mencegah penyalahgunaan
kekuasaan; dan
• Memperkokoh penerapan “the rule of
Pokok Pengertian Asas Legalitas law:

• Tidak ada suatu perbuatan yang Pengecualian Asas Legalitas


dapat dipidana apabila perbuatan
tersebut tidak diatur dalam suatu “jika terjadi perubahan perundang-
peraturan terlebih dahulu; undangan setelah perbuatan itu
• Untuk menentukan delik tidak boleh dilakukan maka kepada
menggunakan analogi; dan tersangka/terdakwa dikenakan
• Peraturan tidak berlaku surut. ketentuan yang menguntungkan
baginya.”
Asas Lainnya
Asas Retroaktif

Asas Equality Before the Law

Asas Publisitas

Asas Persemption of Innocent


Asas Transitoir

Asas Personalitas
Asas Dobio in Proreo

Asas Nebis in Idem


Asas Simmilia Similiabus

Asas Substansi dan


Proporsionalitas Gress Straft Zonder Schuld
UTS
Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan perbuatan yang dirumuskan dalam perundang-
undangan pidana sebagai perbuatan yang dilarang. Perbuatan ini bila
dilakukan dengan kesalahan maka orang yang melakukan perbuatan
dapat dikenakan sanksi pidana.

Para sarjana sepakat bahwa unsur tindak pidana secara luas antara lain
unsur orang sebagai pelaku, perbuatan yang bersifat melawan hukum,
kesalahan dan pidana.

Istilah tindak pidana, peristiwa pidana, perbuatan pidana adalah


terjemahan dari bahasa belanda strafbar feit
Unsur Tindak • Sengaja dan sebagai Maksud
• Sengaja sebagai kesadaran akan
terjadi
Pidana Dolus/Sengaja
• Sengaja sebagai kemungkinan ter
jadi

Subjektif Culpa/Kelalaian • Tidak berhati-hati


• Dapat menduga
• kelalaian

Maksud

Unsur Tindak • Merencanakan terlebih dahulu


Pidana Perbuatan • Perasaan takut
Manusia

Sifat Melawan
Hukum
Objektif
Kualitas dari si
Pelaku

Kausalitas
Penempatan Norma dan Sanksi
Dalam satu • Penempatan norma dan sanksi menjadi
pasal satu dalam satu pasal. tindak pidana
dalam KUHP (Buku II dan Buku III)

• Penempatan terpisah (rumusan delik


dipisahkan dari sanksi, baik dalam pasal
berbeda maupun pasal sama tetapi
ayatnya berbeda).

• Sanksi disebutkan terlebih dahulu


sedangkan normanya belum. Contoh
Pasal 122 sub 2 KUHP

Terpisah
Sanksi
didahulukan
Jenis Tindak Pidana
Delik kejahatan dan delik pelanggaran Delik Tunggal dan Delik Berganda
A Delik kejahatan dirumuskan Buku II dan Delik E Delik tunggal bilamana perbuatan dilakukan
Pelanggaran dirumuskan Buku III KUHP satu kali saja;
Delik berganda perbuatan dilakukan
Delik formil dan Delik Materiil berulang kali
B Delik Formil Penekanan pada dilarangnya suatu Delik selesai dan Delik berlangsung terus
perbuatan, sedangkan delik materiil penekanannya Delik selesai adalah tidak lebih dari satu
pada dilarangnya akibat F perbuatan yang melakukan/tidak melakukan
kewajiban hukum atau menimbulkan suatu
Delik Commissionis, Ommissionis, akibat tertentu;
C Commissionis per ommissionem commissa Delik berlangsung terus Perbuatan menjadi
Delik Commissionis berupa pelanggaran terhadap delik bila keadaan yang dilarang tersebut
larangan dengan aktif; berlangsung terus menerus
Delik Ommissionis berupa pelanggaran terhadap
Delik aduan dan Delik biasa
perintah;
Delik commssionis per ommissionem comissa G Delik aduan merupakan delik yang baru dapat
berupa pelanggaran terhadap larangan tetapi dituntut mutlak bila ada pengaduan
dilakukan dengan pasif Delik biasa dilakukan orang yang memiliki
hubungan dengan korban
Delik dolus dan delik culpa
D Dolus mengandung unsur kesengajaan; H Delik sederhana
Culpa mengandung unsur kealpaan Contoh: Pasal 351, 362 KUHP
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Rumusan Tindak Pidana

Subyek Tindak Pidana Unsur Kesalahan


Manusia;
Badan/Korporasi

Unsur Tingkah Laku Keadaan Tertentu


Manusia

Unsur Melawan Hukum


F. LOKUS DELICTI DAN TEMPUS DELICTI

LOCUS DELICTI TEMPUS DELICTI

Tempat dilakukannya tindak pid PS 1 ayat 2 KUHP terhadap perubahan U


ana dan tempus delicti saat dilak U, Tempus Delicti = waktu terjadinya tinda
ukannya tindak pidana [kompete k pidana menjadi penting untuk menentuk
nsi absolut] baca PS 10 UU No4 an UU yang mana yang akan diterapkan k
/2004 hukum kekuasaan kehaki epada pelaku, kecuali pelaku belum cuku
man p umur

Ada dalam Doktrin hukum pidan


a ttg Locus Delich Aliran-aliran dalam tindak pidan
a
• ajaran perbuatan fisik
• ajaran instrumen 1. ALIRAN MONITIS
• ajaran akibat • Suati perbuatan
• ajaran tempat dan waktu • Melawan hukum
• Diancam dengan sanksi
• Dilakukan dgn kesalahan

2. ALIRAN DUALISTIS
• Suatu perbuatan
• Melawan Hukum
• Diancam dgn sanksi pidana
Sifat Melawan Hukum
A. PENGERTIAN SIFAT MELAWAN HUKUM

Salah satu unsur utama tindak pidana yang bersifat obyektif adalah sifat melawan
hukum, hal ini dikaitkan dengan Azas Legalitas pada PS 1 ayat 1 KUHP.
Pembentuk UU menjadikan unsur melawan hukum sebagai unsur yang tertulis, ta
npa unsur ini rumusan UU akan menjadi terlampau luas, selain itu sifat dapat dibel
ah kadang dimasukkan dalam rumusan Delik, yaitu dalam rumusan Delik Culpa.

POMPE Seseorang dapat dipidana telah dituduh melakukan tindak pidana a


da ketentuan didalam hukum acara

a. Tindak pidana yang dituduhkan atau didakwakan itu harus dibu


ktikan
b. Tindak pidana itu hanya dikatakan terbukti jika memenuhi sem
ua unsur yang terdapat didalam rumusannya.
Para sarjana hukum menyatakan bahwa melawan hukum merupaka
n unsur-unsur dari tiap-tiap Delik baik dinyatakan secara Exsplisitan
tidak, tetapi tidak semua pasal KUHP mencantumkan unsur melawa
n hukum ini secara tertulis
B. PAHAM-PAHAM SIFAT MELAWAN HUKUM

PERBUATAN MELAWAN PERBUATAN MELAWAN


HUKUM FORMIL HUKUM MATERIL

Suatu perbuatan melawan huku Perbuatan melawan hukum mete


m apabila perbuatan tersebut su ril yaitu terdapat suatu perbuatan
dah diatur dalam UU [sandarann melawan hukum walaupun belu
ya adalah] hukum yang tertulis m diatur dalam UU

[sandarannya adalah] azas umu


m yaitu nilai-nilai keadilan, kepat
utan, kepantasan yang berkemb
ang dan berlaku dalam masyara
kat
C. PERBUATAN MELAWAN HUKUM MENURUT KUHP

Konsep KUHP yang beru menganut azas melawan hukum materil PS 17 yang dirumus
kan sbb :

“ perbuatan yang dituduhkan harus merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam d
engan pidana oleh suatu peraturan per UU dan perbuatan tersebut juga bertantangan d
engan hukum”.

kemudian penegasan ini juga dilanjutkan dalam pasal 18 yaitu :

“setiap tindak pidana selalu bertentangan dengan pengaturan perundang-undangan ata


u bertentangan dengan hukum, kecuali terdapat alasan pembenar dan alasan pemaaf
A. PENGERTIAN KESALAHAN

❖ Hakikat dari kesalahan adalah = pertanggung jawab pidana.

Menurut :
➢ METZGER : [kesalahan syarat yang meberi dasar untuk adanya pence
laan pribadi terdapat pelaku hukum pidana]
➢ SIMON : [keadaan psikis
➢ VAN HAMEL : [keadaan psikologis]
➢ POMPE : [segi luar]
➢ MOELJATNO : [segi masy]

B. UNSUR-UNSUR KESALAHAN

❖ Adanya kemampuan yang bertanggung jawab sipelaku dalam arti jiwa


si pelku dalam keadaan sehat dan normal.
❖ Adanya hubungan batin di antara sipellaku dengan perbuatannya, baik
yang disengaja [dolus] maupun karena kelpaan [Culpa]
❖ Tidak adanya alasan pemaaf yang dapat menghapus kesalahan.

Ketiga unsur tersebut diatas tidak bisa dipisahkan antra satu dengan yang l
ain [Menurut Roslan Saleh]
C. PERTANGGUNG JAWABAN

Pertanggung jawaban pidana mempunyai kaitan ya


ng erat dengan beberapa hal yang cukup luas :

1. Ada atau tidak kebebasan manusia untuk menem


ukan kehendak, antara lain ditentukan oleh inter
minisme dan determenisme.
2. Tingkat kemampuan bertanggung jawab, mampu
kurang mampu, atau tidak mampu.
BENTUK KESALAHAN

Willen and Witten


Sengaja sebagai maksud
1. Dolus/Kesengajaan Sengaja dengan kesadaran kepastian
Sengaja sebagai kemungkinan

Dengan sengaja
Cara merumuskan kese Sedangkan ia mengetahui
Yang diketahuinya
ngajaan Dengan maksud
Dengan tujuan yang diketahui

PREMEDITATUS [rencanakan]
DETERMINATUS [kesengajaan]
Macam Dolus ALTERNATIFUS
INDIRECTUS
DIRECTUS
GENERALIS

Tidak berhati-hati
2. Culpa/Kealpaan Dapat menduga
Kelalayan
JENIS HUKUMAN PS 10

1. PIDANA POKOK

PIDANA MATI

PIDANA PENJARA

PIDANA KURUNGAN

DENDA
KURUNGAN
2. PIDANA TAMBAHAN

PENCABUTAN HAK-HAK TERTENTU

PERAMPASAN BARANG-BARANG TERTENTU

PENGUMUMAN KEPUTUSAN HAKIM


ALASAN PENGHAPUS PIDANA

Alasan pembenar bersifat menghapus sifat melawan huku


m dan perbuatan yang dilarang dalam KUHP
ALASAN PEMBENARAN [lihat PS 49 ayat 1 (Pembelaan darurat)
[PS 50 KUHP] (Melaksanakan perintah UU)
[PS 51 ayat 1 KUHP] (Melaksanakan Perintah Jabatan yang
sah)

Alasan pemaaf menyangkut pertanggung jawaban sekarang


dalam keadaan
1. tidak dapat dipertanggung jawabkan (Sakit Jiwa)
ALASAN PEMAAF
2. pembelaan terpaksa yang melamnpaui batas
3. Daya paksa

Kecuali ada alasan pemaaf dan alasan pembenar pelaku ya


ng dengan demikian penghapus pemidanaan terhadap pela
ALASAN PENGHAPUS TUNTUNA ku jika alasan tersebut diterima maka jaksa tidak melakukan
N penuntunan
[PS 2-8 KUHP]

ALASAN PENGHAPUS PIDANA


M.V.T. Menyebutkan ada dua alasan penghapus pidana :
1. Alasan tidak dapat dipertanggung jawabkan seseorang
yang terletak pada diri orang itu [PS 44 KUHP]
2. Alasan tidak dapat di pertanggungkan seseorang yang t
erletak diluar orang itu. [PS 48, 50, 51, 44, 49, KUHP]
PERCOBAAN (POGING)
Unsur-unsur percobaan PS 53 KUHP
1. Adanya niat
2. Adanya permulaan pelaksanaan
3. Tidak selesainya pelaksanaan itu bukan semat-mata karena kehendak sendiri

PS : 88 Permufakat Jahat NIAT Belum ada perbuatan pada dasarnya ti


dak ada ancaman pidana

PS 10
Pada umumnya perbuatan persi
PERSIAPAN apan juga belum diancam pidan
a [belum dikriminalisasi
PS 104
PS 106 Permulaan pela
PS 107 ksanaan
DSB MAKA Kejahatan biasa lain de
R ngan kekecualian untuk
beberapa pasal

PIDANA SELESAI Tidak selesai bukan Tidak selesai karena k


kehendak sendiri ehendak sendiri
PIDANA
MAKAR
PIDANA 1/3 Tidak dipidana
Delik selesa
Percobaan Menarik diri
i
AJARAN KAUSAILITEIT
SEBAB AKIBAT

Delik Formil Tujuan untuk mencari hubungan sebab dan a Delik Materil
kibat seberapa jauh akibat tersebut ditentuka
PS 362 KUHP n oleh sebab PS 338 KUHP
PS 242 KUHP PS 351 KUHP
PS 181 KUHP

Teori kausali teit/sebab ak


ibat
Teori conditio sine guano Teori dari traegar [V
n (Mutlak) Van Buri an Buri]
Ajaran kusa Liteit da
lam KUHP

Teori yang ind Teori yang men


ividualisir ggeneralisir
Hub causaliteit deng
an Delik formal o Birmayer o Von Kries
o Binding
o Kohler

Hub. Causali teit de


ngan Delik Meteril
PERBARENGAN TINDAK PIDANA [CONCURSUS-SAM
ENLOOP VAN STRAFBAARFGIT]

Concursus idialis = PS 63 KUHP


✓ Perbuatan yang masuk kedalam lebih dari satu aturan
pidana sistim pemberian pidana sistem ABSORSI = h
anya dikenakan hukuman pokok

PERBARENGA
N Perbuatan Berlanjut = PS 64 KUHP
GABUNGAN
✓ Perbuatan berlanjut terjadi apabila sesorang melakuk
PERBUATAN an perbuatan kejahatan dan pelanggaran dan perbuat
an itu ada hubungan sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut.

Concursus Realis = 65-71 KUHP


✓ Concursus Realis apabila seseorang melakukan bebe
rapa perbuatan dan masing-masing perbuatan itu ber
diri sendiri sebagai suatu tindak pidana [tidak perlu se
jenis dan tidak perlu berhubungan].
A. PENGULANGAN (RESI
DEVE)
(Pasal 486, Pasal 487, Pasal 488 KUHP}

Pengulangan atau residive terdapat dalam hal seseorang telah melakukan beberapa perbu
atan yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri, diantara perbuatan
mana satu atau lebih telah dijatuhi hukuman oleh pengadilan. Pertanyaan sangat mirip den
gan gabungan dari beberapa perbuatan yang dapat dihukum dan dalam pidana mempunyai
arti bahwa pengulangan merupakan dasar yang memberatkan hukuman.
Pengulangan (residivis) menurut sifat terbagi dalam 2 jenis

RESIDIVE UMUM RESIDIVE KHUSUS


1. Seorang telah melakukan k 1. Seorang melakukan kejahatan
ejahatan. 2. Yang telah dijatuhi hukuman
2. Terhadap kejahatan mana t 3. Setelah menjalani ia mengulangi l
elah dijatuhi hukuman yang agi melakukan kejahatan
telah dijalani 4. Kejahatan mana merupakan keja
3. Kemudian ia menulangi kem hatan sejenisnya
bali melakukan setiap jenis
kejahatan
4. Maka pengulangan ini dapat
dipergunakan sebagai dasar
HAPUSNYA KEWENANGAN MENUNTUT DAN
MELAKSANAKAN PIDANA

KEPASTIAN HUKUM PS 76-86 KUHP

NEBIS IN MENINGGAL DALUARSA PENYELESAIAN


IDEM DUNIA [PS 84-85] KUH DI LUAR
[PS 76 KUHP] [PS 83] KUHP P - ABOLISI
- AMNESTI
- GRASI
PENYERTAAN [DEELNEMING] KEJAHATAN
PS 55 – 56 KUHP

PEMBUAT IDADER PEMBANTU MEDEPLICHTIGE


[PS 55] [PS 56]

PELAKU [PLEGER] KEJAHATAN


PEMBANTU PADA SAAT DILA
KUKAN
YANG MENYURUH LAKUKAN [DO
ENPLEGER]

PEMBANTU SEBELUM KEJA


YANG TURUT SERTA [ME HATAN DILAKUKAN
DEPLEGER]

PENGANJUR [UITLO
KKER]
KESIMPULAN MATERI

A. Ada 3 syarat untuk mempidanakan seseorang dalam sistem hukum pidana

1. Adaya orang atau pelaku harus memenuhi unsur kesalahan ada 3 unsur kesalahan sbb:
a. Adanya sikap batin sengaja maupun tidak sengaja
b. Adanya Tanggung Jawab
c. Tidak ada alasan pemaaf

2. Adanya perbuatan tersebut harus dirumuskan dalam kitab undang-undang KUHP dan harus a
danya sifat melawan hukum

3. Adanya sanksi Pidana yang di atur dalam KUHP (lihat pasal 10 KUHP)
B. ADA TIGA PERLINDUNGAN HUKUM DALAM SISTEM HUKUM PIDANA

A. Pelindungan Hukum Terhadap Perorangan


B. Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat
C. Perlindungan Hukum Terhadap Negara

C. ADA TIGA TUGAS HAKIM DALAM SISTEM PERADILAN HUKUM PIDANA

1. Menerima Perkara
2. Memeriksa Perkara
3. Mengadili serta Mentelesaikan perkara dengan memperhatikan hal2 sbb :
a. Hakim mengkonsartir
b. Hakim mengkualifisir
c. Hakim mengkonstituir

Dalam rangka untuk menciptakan sistem peradilan yang jujur fair yang objektif dan impersial
Thank you

Anda mungkin juga menyukai