Anda di halaman 1dari 14

Wisma Nugra Santana Lt.

12
Jl. Jendral Sudirman Kav.7-8
Jakarta Pusat – 10220
+6221 – 22083777
law@saputratampa.com
www.saputratampa.com

Jakarta, 23 November 2022


Nomor : 193/ST/XI/2022
Lampiran : -

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Jalan Ampera Raya No. 133 Ragunan
Jakarta Selatan.

Perihal: Replik Penggugat atas Jawaban Tergugat

Dengan hormat,
Perkenankanlah kami, RISWAL SAPUTRA, S.H., M.H., Advokat dan Konsultan
Hukum pada kantor SAPUTRA & TAMPA LAW FIRM, beralamat kantor di Wisma Nugra
Santana Lt.12, Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta Pusat-12920, dalam hal ini bertindak
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 070/SK.ST/VII/2022 tertanggal 23 Juli 2022, oleh
karenanya sah bertindak untuk dan atas nama:
PT BUMI BANGKA ENERGI, dalam hal ini diwakili oleh NIKEN JUWITA
dalam jabatanya selaku Direktur, berdasarkan Akta pernyataan Keputusan Rapat
Nomor: 67 Tanggal 12 Agustus 2016 yang dibuat dihadapan Notaris Wahyu
Dwicahyono, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, yang telah mendapatkan
pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana Surat
Penerimaan pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT BUMI BANGKA ENERGI
Nomor: AHU-0094084.AH.01.11.TAHUN 2016 tanggal 12 Agustus 2016, yang
berkedudukan di Komplek Permata Sriwijaya E/5 RT. 006, RW. 003, Kel. Sriwijaya,
Kec. Girimaya, Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, selanjutnya
disebut sebagai “PENGGUGAT”;

Dengan ini hendak mengajukan Replik atas Jawaban Tergugat dalam Perkara No.
723/Pdt.G/2022/PN.Jkt.Sel, adapun alasan-alasan dan dasar hukum diajukannya
Replik ini adalah sebagai berikut sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Penggugat pada pokoknya tetap berpegang teguh pada dalil-dalil gugatan
Penggugat sebagaimana tertuang dalam Surat Gugatan Nomor: 094/ST/VIII/2022
tertanggal 5 Agustus 2022, yang telah didaftarkan melalui sistem e-court pada tanggal
5 Agustus 2022 dan telah ter-register pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam
Perkara Nomor: 723/Pdt.G/2022/PN.Jkt.Sel tanggal 8 Agustus 2022, dan secara tegas
menolak dan menyangkal seluruh dalil-dalil Tergugat yang termuat dalam
Jawabannya tertanggal 16 November 2022;
2. Bahwa apa yang Tergugat uraikan pada poin nomor 1 dan poin nomor 2 dalam
Eksepsi bukanlah merupakan dalil-dalil Eksepsi pada umumnya yang telah diatur
dalam Hukum Republik Indonesia, oleh karenanya menurut hemat Penggugat tidak
perlu untuk ditanggapi secara berlebihan;
3. Bahwa untuk mempersingkat uraian dalam Replik ini, Penggugat memohon agar
segala sesuatu hal yang telah dikemukakan dalam Gugatan terdahulu dianggap telah
tercantum dan terurai pula dalam Replik ini, dan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan;

4. Bahwa dalam dalil Tergugat point 1 halaman 2, Tergugat nampaknya kurang detail
dalam memahami gugatan Penggugat yang sedang dalam pemeriksaan Majelis Hakim
yang memeriksa perkara A quo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, gugatan ini
diajukan oleh Penggugat justru karena adanya surat somasi dari TERGUGAT yang
poinnya menyatakan antara TERGUGAT dan PENGGUGAT telah terikat secara
hukum dalam suatu Perikatan Kerja Sama dalam bentuk “Perjanjian Pekerjaan
Pelaksanaan Pembangunan Kapal Hisap Pasir (stripping) Nomor:
001/SPK-SIM/V/2017 tertanggal 02 Mei 2017, akan tetapi faktanya TERGUGAT
tidak pernah menunjukkan kepada PENGGUGAT bukti fisik Perjanjian yang
dimaksud oleh TERGUGAT tersebut, meskipun selalu dipertanyakan oleh
PENGGUGAT, namun TERGUGAT hanya menyampaikan bahwa perjanjian tersebut
ada dan akan diperlihatkan nanti dikemudian hari, akan tetapi sampai gugatan A quo
diajukan TERGUGAT tidak pernah menunjukkan perjanjian tersebut yang tertera
tanda tangan PENGGUGAT, sehingga telah menjadi fakta hukum yang tidak

2
terbantahkan bahwa antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT tidak memiliki
hubungan hukum apapun;

5. Bahwa oleh karena PENGGUGAT DAN TERGUGAT tidak pernah memiliki


hubungan hukum apapun, sehingga bagaimana mungkin terjadi Perbuatan Ingkar Janji
( Wanprestasi) oleh PENGGUGAT sebagaimana didalilkan oleh TERGUGAT, justru
yang ada adalah Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT atas
serangkain Tindakan TERGUGAT antara lain dengan sengaja melakukan permintaan
kepada PENGGUGAT untuk melakukan pembayaran kepada TERGUGAT sebesar
Rp8.500.000.000,00 (delapan miliar lima ratus juta rupiah) dengan alasan adanya
Perjanjian antara TERGUGAT dan PENGGUGAT, yang faktanya tidak pernah dibuat
dan ditandatangani oleh PENGGUGAT, dan adanya pembayaran yang telah
dilakukan oleh PENGGUGAT sebesar Rp300.000.000, (tiga ratus juta rupiah) kepada
TERGUGAT, serta tindakan TERGUGAT yang telah mengirimkan surat kepada
instansi Pemerintah dan instansi yang memiliki relasi bisnis dengan PENGGUGAT,
yang manyampaikan bahwa PENGGUGAT telah melakukan wanprestasi terhadap
TERGUGAT serta adanya dugaan tindak pidana penggelapan dan penyimpangan
lainnya, yang mana merupakan upaya TERGUGAT untuk merusak citra dan
kredibilitas PENGGUGAT padahal TERGUGAT mengetahui dan sadar bahwa
Perjanjian tersebut tidak pernah dibuat dan ditandatangani oleh PENGGUGAT;
6. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah nampak dengan sangat jelas
perbuatan TERGUGAT adalah Perbuatan Melawan Hukum yang telah
mengakibatkan kerugian bagi PENGGUGAT, baik kerugian materil maupun kerugian
immaterial;
7. Bahwa terhadap dalil Jawaban yang telah diajukan oleh Tergugat I pada point 2
halaman 2 sampai dengan halaman 5 , kerugian dalam hal ini pada hakekatnya lebih
merupakan soal kelayakan dan kepatutan, yang tidak dapat didekati dengan suatu
ukuran, sebagaimana di jelaskan dalam Putusan Mahkamah Agung No.
196.K/Sip/1974 tanggal 07 Oktober 1976 jo Putusan Mahkamah Agung No.
1226.K/Sip/1977 tanggal 13 April 1978.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1226 K/Sip/1977, tanggal 13 April 1978:
“Soal besarnya ganti rugi pada hakekatnya lebih merupakan soal kelayakan
dan kepatutan yang tidak dapat didekati dengan suatu ukuran”
8. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut sehingga terhadap eksepsi/keberatan Tergugat harus
ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima;

DALAM POKOK PERKARA

3
9. Bahwa apa yang telah diuraikan oleh Penggugat dalam Eksepsi, mohon dianggap
telah termasuk Dalam Pokok Perkara dan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah satu
dengan yang lain sehingga Penggugat tidak perlu berulang-ulang untuk menjelaskan
keterangan yang pernah dijelaskan sebelumnya;
10. Bahwa Penggugat tetap menolak dalil-dalil Tergugat kecuali secara tegas diakui
kebenarannya;
11. Bahwa Penggugat MENOLAK TEGAS dalil Tergugat pada point 3 halaman 6
terkait adanya perjanjian antara PENGGUGAT DENGAN TERGUGAT, dengan
alasan-alasan sebagai berikut:;
- Bahwa PENGGUGAT tetap pada keyakinan sebagaimana dalil gugatan
PENGGUGAT bahwasanya PENGGUGAT tidak pernah membuat dan
menandatangani perjanjian apapun dengan TERGUGAT termasuk
Perjanjian Pekerjaan Pelaksanaan Pembangunan Kapal Hisap Pasir
(Stripping) Nomor: 001/SPK-SIM/V/2017 tertanggal 02 Mei 2017;
- Bahwa perihal keabsahan perjanjian tersebut selalu dipertanyakan oleh
PENGGUGAT di dalam beberapa pertemuan antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT, namun TERGUGAT hanya menyampaikan bahwa perjanjian
tersebut ada dan akan diperlihatkan nanti dikemudian hari, akan tetapi sampai
gugatan A quo diajukan TERGUGAT tidak pernah menunjukkan perjanjian
tersebut yang tertera tanda tangan PENGGUGAT, karena apabila TERGUGAT
dapat menunjukan adanya tanda tangan PENGGUGAT di dalam perjanjian
tersebut maka PENGGUGAT dapat memastikan bahwa tanda tangan
tersebut adalah palsu dan PENGGUGAT akan melakukan upaya hukum
lain terhadap dugaan pemalsuan tanda tangan tersebut;
- Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut, telah menjadi fakta hukum yang tidak
terbantahkan bahwa antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT tidak pernah ada
hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat baik berdasarkan perjanjian
maupun berdasarkan undang-undang , sehingga tidak ada dasar bagi Tergugat
untuk menyatakan Penggugat sebagai Pihak yang telah melakukan Perbuatan

4
Wanprestasi terhadap Tergugat, apalagi menuntut pembayaran kepada Penggugat
sebagaimana dalam Surat Somasi Tergugat, sehingga dengan demikian dalil
Tergugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima; sehingga;
12. Bahwa Penggugat MENOLAK TEGAS dalil Tergugat pada point 4 halaman 6
sampai halaman 8 yang menyatakan bahwa;
- Bahwa TERGUGAT nampaknya keliru dalam memahami dalil gugatan
PENGGUGAT, sebab yang dipersoalkan oleh PENGGUGAT bukanlah oleh
karena TERGUGAT semata-mata mengirim Somasi kepada TERGUGAT, namun
yang menjadi inti dalil gugatan PENGGUGAT tersebut adalah adanya
ketidakbenaran isi Surat Somasi yang diutarakan oleh TERGUGAT tersebut
terkait adanya Perjanjian antara TERGUGAT dengan PENGGUGAT yang pada
faktanya tidak pernah ditandatangani oleh PENGGUGAT serta tidak pernah
diperlihatkan kepada PENGGUGAT, namun TERGUGAT menyampaikan
serangkaian tuntutan-tuntutan yang tidak berdasar kepada PENGGUGAT;
- Bahwa bagaimana mungkin terjadi Perbuatan Ingkar Janji ( Wanprestasi) oleh
PENGGUGAT sebagaimana didalilkan oleh TERGUGAT, sedangkan
PENGGUGAT tidak pernah terikat Perjanjian dalam bentuk apapun dengan
TERGUGAT , justru yang ada adalah Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan
oleh TERGUGAT atas serangkain Tindakan yang dilakukan oleh TERGUGAT
antara lain dengan sengaja melakukan permintaan kepada PENGGUGAT untuk
melakukan pembayaran kepada TERGUGAT sebesar Rp8.500.000.000,00
(delapan miliar lima ratus juta rupiah) dengan alasan adanya Perjanjian antara
TERGUGAT dan PENGGUGAT, yang faktanya tidak pernah dibuat dan
ditandatangani oleh PENGGUGAT, dan adanya pembayaran yang telah dilakukan
oleh PENGGUGAT sebesar Rp300.000.000, (tiga ratus juta rupiah) kepada
TERGUGAT, serta tindakan TERGUGAT yang telah mengirimkan surat kepada
instansi Pemerintah dan instansi yang memiliki relasi bisnis dengan
PENGGUGAT, yang manyampaikan bahwa PENGGUGAT telah melakukan
wanprestasi terhadap TERGUGAT serta adanya dugaan tindak pidana
penggelapan dan penyimpangan lainnya, yang mana merupakan upaya
TERGUGAT untuk merusak citra dan kredibilitas PENGGUGAT padahal
TERGUGAT mengetahui dan sadar bahwa Perjanjian tersebut tidak pernah dibuat
dan ditandatangani oleh PENGGUGAT;

5
- Bahwa perlu PENGGUGAT tegaskan dengan merujuk pada Pasal 1320 KUHPerdata
disebutkan, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:
a. Sepakat
Sepakat yaitu bahwa mereka yang mengikatkan dirinya, artinya bahwa para pihak yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat atau setuju mengenai perjanjian yang
akan diadakan tersebut, tanpa adanya paksaan, kekhilafan dan penipuan, adanya
paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324
BW); adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya
tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar
“sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.
b. Kecakapan
Kecakapan yaitu bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian harus cakap menurut
hukum, serta berhak dan berwenang melakukan perjanjian.
c. Mengenai Suatu Hal Tertentu
Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu (een bepaald
onderwerp). Hal ini maksudnya adalah bahwa perjanjian tersebut harus mengenai suatu
obyek tertentu Pasal 1333 KUHPer menentukan bahwa suatu perjanjian harus
mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit dapat ditentukan jenisnya.
Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu. Suatu perjanjian haruslah mengenai
suatu hal tertentu (centainty of terms), berarti bahwa apa yang diperjanjikan, yakni hak
dan kewajiban kedua belah pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling
sedikit dapat ditentukan jenisnya. Istilah barang dimaksud disini apa yang dalam bahasa
Belanda disebut sebagai zaak. Zaak dalam bahasa Belanda tidak hanya berarti barang
dalam arti sempit, tetapi juga berarti yang lebih luas lagi, yakni pokok persoalan. Oleh
karena itu, objek perjanjian tidak hanya berupa benda, tetapi juga bisa berupa jasa. J.
Satrio menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian
adalah objek prestasi perjanjian. Isi prestasi tersebut harus tertentu atau paling sedikit
dapat ditentukan jenisnya. KUHPer menentukan bahwa barang yang dimaksud tidak
harus disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan.
d. Kausa Yang Halal
Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa yang halal. Kata kausa yang
diterjemahkan dari kata oorzaak (Belanda) atau causa (Latin) bukan berarti sesuatu yang

6
menyebabkan seseorang membuat perjanjian, tetapi mengacu kepada isi dan tujuan
perjanjian itu sendiri. Menurut Pasal 1335 jo Pasal 1337 KUHPer bahwa suatu kausa
dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan
ketertiban umum. Suatu kausa dikatakan bertentangan dengan undang-undang, jika
kausa di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya bertentangan dengan undang-
undang yang berlaku. Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian bertentangan
dengan kesusilaan (goede zeden) bukanlah masalah yang mudah, karena istilah
kesusilaan ini sangat abstrak, yang isinya bisa berbeda-beda antara daerah yang satu
dengan daerah atau antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok
masyarakat yang lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman
Maka dengan merujuk pada ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata telah menjadi fakta
hukum yang tidak terbantahkan bahwa perjanjian mana yang dibuat dan diakui oleh
TERGUGAT adalah Perjanjian yang tidak sah, karena tidak pernah sama sekali
ditandatangani oleh PENGGUGAT, sehingga sudah jelas tidak pernah ada kesepakatan
terhadap Perjanjian tersebut;
- Bahwa terkait dalil TERGUGAT yang menyatakan adanya bentuk pengakuan
PENGGUGAT dengan adanya Berita Acara Pertemuan tanggal 16 Maret 2022 dan Berita
Acara Pertemuan tanggal 26 Maret 2022 adalah dalil yang keliru , oleh karena hal tersebut
bukanlah pengakuan dari TERGUGAT melainkan bentuk ketidakberdayaan
PENGGUGAT yang mengalami tekanan, demikian pula kealpaan hukum dari diri
PENGGUGAT yang juga ditambah dengan kurang maksimalnya pendapat hukum dari
kuasa hukum PENGGUGAT terdahulu telah menyebabkan PENGGUGAT
menandatangani surat-surat hasil pertemuan antara lain Berita Acara Pertemuan tanggal 16
Maret 2022 dan Berita Acara Pertemuan tanggal 26 Maret 2022 yang isinya tidak benar dan
tidak sesuai fakta, yang atas hal tersebut haruslah dikesampingkan dan dinyatakan tidak
sah serta tidak memiliki kekuatan hukum;
- Bahwa selanjutnya TERGUGAT menyangkali sendiri tindakan yang telah dilakukan oleh
TERGUGAT dengan menyatakan bahwa tidak pernah melakukan korespondesi surat yang
ditujukan kepada instansi pemerintah/instansi swasta yang berisi kalimat yang
mendeskreditkan PENGGUGAT, namun faktanya TERGUGAT telah mengirimkan surat
kepada instansi Pemerintah dan instansi yang memiliki relasi bisnis dengan PENGGUGAT,

7
hal mana dalam surat tersebut TERGUGAT manyampaikan bahwa PENGGUGAT telah
melakukan wanprestasi terhadap TERGUGAT serta adanya dugaan tindak pidana
penggelapan dan penyimpangan lainnya, dimana tindakan TERGUGAT tersebut tentu saja
merupakan upaya TERGUGAT untuk merusak citra dan kredibilitas PENGGUGAT yang
memiliki reputasi yang baik;
- Bahwa yang menjadi pertanyaan PENGGUGAT, mengapa dalam kurung waktu
antara tahun 2017 terhitung sejak berakhirnya Perjanjian sebagaimana yang
diuraikan oleh TERGUGAT dalam surat somasinya sampai dengan saat ini
terhitung kurang lebih 5 tahun, namun TERGUGAT tidak pernah melakukan
upaya hukum terhadap PENGGUGAT, padahal menurut TERGUGAT telah jelas
dan nyata PENGGUGAT melakukan Perbuatan Wanprestasi (Ingkar Janji),
namun justru TERGUGAT hanya melakukan Tindakan Somasi yang tidak
berdasar secara terus menerus kepada PENGGUGAT yang tentu saja
menimbulkan tekanan serta kerugian terhadap PENGGUGAT;
- Bahwa berdasarkan uraian penjelasan tersebut, sehingga dengan demikian dalil
jawaban Tergugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;
13. Bahwa Penggugat MENOLAK TEGAS dalil Tergugat pada point 5 halaman 8
dengan alasan sebagai berikut;
- Bahwa perbuatan TERGUGAT yang telah meminta PENGGUGAT untuk
melakukan pembayaran kepada TERGUGAT dengan alasan adanya perjanjian
antara TERGUGAT dan PENGGUGAT yang mana tidak pernah dibuat dan
ditandatangani oleh PENGGUGAT, serta tindakan TERGUGAT yang telah
mengirimkan surat kepada instansi Pemerintah dan instansi yang memiliki relasi
bisnis dengan PENGGUGAT, hal mana dalam surat tersebut TERGUGAT
manyampaikan bahwa PENGGUGAT telah melakukan wanprestasi terhadap
TERGUGAT serta adanya dugaan tindak pidana penggelapan dan penyimpangan
lainnya, padahal tidak ada satupun putusan pengadilan terkait tuduhan
TERGUGAT tersebut, dimana tindakan TERGUGAT tersebut tentu saja adalah
upaya TERGUGAT untuk merusak citra dan kredibilitas PENGGUGAT yang

8
telah dibangun begitu lama, sehinga telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum perdata yaitu:
"Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.";
- Bahwa unsur dari Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum perdata yaitu:
- Ada perbuatan melawan hukum;
- Ada kesalahan;
- Ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
- Ada kerugian.
- Bahwa Unsur Perbuatan Melawan Hukum berarti adanya perbuatan atau
tindakan dari pelaku yang melanggar/melawan hukum.
Dahulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan sempit, yakni hanya hukum tertulis
saja, yaitu undang-undang. jadi seseorang atau badan hukum hanya bisa digugat kalau
dia rnelanggar hukum tertulis (undang-undang) saja. Namun sejak tahun 1919 telah
ada putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R.
31 Januari 1919), yang kemudian telah memperluas pengertian melawan hukum tidak
hanya terbatas pada undang-undang (hukum tertulis saja) tapi juga hukum yang tidak
tertulis, sebagai berikut:
a) Melanggar Undang-Undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas-jelas
melanggar undang-undang.
b) Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan
telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum termasuk tapi tidak
terbatas pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan, kehormatan,
nama baik ataupun hak perorangan lainnya.
c) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
d) Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal 1337
KUHPerdata).

9
e) Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam
masyarakat. Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif).
Yaitu perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan
dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
Bahwa berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh TERGUGAT antara lain adanya permintaan TERGUGAT kepada
PENGGUGAT untuk melakukan pembayaran kepada TERGUGAT sebesar
Rp8.500.000.000,00 (delapan miliar lima ratus juta rupiah), dengan alasan adanya
Perjanjian antara TERGUGAT dan PENGGUGAT, yang faktanya tidak pernah dibuat
dan ditandatangani oleh PENGGUGAT, dan adanya pembayaran yang telah dilakukan
oleh PENGGUGAT sebesar Rp300.000.000, (tiga ratus juta rupiah) kepada
TERGUGAT, serta tindakan TERGUGAT yang telah mengirimkan surat kepada
instansi Pemerintah dan instansi yang memiliki relasi bisnis dengan PENGGUGAT,
hal mana dalam surat tersebut TERGUGAT manyampaikan bahwa PENGGUGAT
telah melakukan wanprestasi terhadap TERGUGAT serta adanya dugaan tindak
pidana penggelapan dan penyimpangan lainnya, padahal tidak ada satupun putusan
pengadilan terkait tuduhan TERGUGAT tersebut, dimana tindakan TERGUGAT
tersebut tentu saja adalah upaya TERGUGAT untuk merusak citra dan kredibilitas
PENGGUGAT, adalah tindakan yang telah melanggar undang-undang dan telah
melanggar hak subjektif dari PENGGUGAT;
1. Bahwa unsur Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena
kealpaan.
- Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu
konsekuensi dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain.
- Sedangkan, Kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang mestinya
dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi
orang lain.
2. Bahwa telah jelas perbuatan yang dilakukan oleh TERGUGAT adalah dengan sengaja
melakukan permintaan kepada PENGGUGAT untuk melakukan pembayaran kepada

10
TERGUGAT sebesar Rp8.500.000.000,00 (delapan miliar lima ratus juta rupiah)
dengan alasan adanya Perjanjian antara TERGUGAT dan PENGGUGAT, yang
faktanya tidak pernah dibuat dan ditandatangani oleh PENGGUGAT, dan adanya
pembayaran yang telah dilakukan oleh PENGGUGAT sebesar Rp300.000.000, (tiga
ratus juta rupiah) kepada TERGUGAT, serta tindakan TERGUGAT yang telah
mengirimkan surat kepada instansi Pemerintah dan instansi yang memiliki relasi
bisnis dengan PENGGUGAT, yang manyampaikan bahwa PENGGUGAT telah
melakukan wanprestasi terhadap TERGUGAT serta adanya dugaan tindak pidana
penggelapan dan penyimpangan lainnya, yang mana merupakan upaya TERGUGAT
untuk merusak citra dan kredibilitas PENGGUGAT padahal TERGUGAT
mengetahui dan sadar bahwa Perjanjian tersebut tidak pernah dibuat dan
ditandatangani oleh PENGGUGAT;
3. Bahwa unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan
(Hubungan Kausalitas). Maksudnya, ada hubungan sebab akibat antara perbuatan
yang dilakukan dengan akibat yang muncul.
Bahwa telah sangat jelas hubungan kausalitas tersebut telah muncul saat TERGUGAT
secara sadar dan sengaja meminta PENGGUGAT untuk melakukan pembayaran
kepada TERGUGAT sebesar Rp8.500.000.000,00 (delapan miliar lima ratus juta
rupiah) dengan alasan adanya Perjanjian antara TERGUGAT dan PENGGUGAT,
yang faktanya tidak pernah dibuat dan ditandatangani oleh PENGGUGAT, dan
adanya pembayaran yang telah dilakukan oleh PENGGUGAT sebesar
Rp300.000.000, (tiga ratus juta rupiah) kepada TERGUGAT, serta tindakan
TERGUGAT yang telah mengirimkan surat kepada instansi Pemerintah dan instansi
yang memiliki relasi bisnis dengan PENGGUGAT, yang manyampaikan bahwa
PENGGUGAT telah melakukan wanprestasi terhadap TERGUGAT serta adanya
dugaan tindak pidana penggelapan dan penyimpangan lainnya, yang mana merupakan
upaya TERGUGAT untuk merusak citra dan kredibilitas PENGGUGAT, oleh karena
itu perbuatan TERGUGAT tersebut terbukti telah menimbulkan kerugian bagi
PENGGUGAT baik kerugian materil maupun kerugian immateriil;

11
4. Bahwa unsur kerugian, sudah sangat jelas kerugian yang timbul atas perbuatan
TERGUGAT kepada PENGGUGAT yaitu:
- Kerugian materil yaitu, adanya pembayaran dari PENGGUGAT kepada
TERGUGAT pada tanggal 28 Maret 2022 untuk penyelesaian perkara kepada
TERGUGAT sebesar Rp300.0000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sebagaimana
yang tertuang dalam Tanda Terima Pembayaran Penyelesaian Perkara KIP
Jarumaltry 5;
- Kerugian Immateril, antara lain dengan adanya permasalahan ini telah membuat
PENGGUGAT merasa tertekan dan menjadi beban pikiran bagi PENGGUGAT,
terlebih lagi PENGGUGAT menjadi tidak fokus dalam melakukan pekerjaan
karena memikirkan perkara A quo, selain itu hilangnya waktu PENGGUGAT
dikarenakan mengurus permasalahan ini yang harus melakukan konsultasi hukum
dengan konsultan hukum, menghubungi ahli-ahli hukum untuk berdiskusi tentang
perkara A quo yang mengeluarkan biaya yang semestinya biaya tersebut tidak
perlu dikeluarkan oleh PENGGUGAT dan juga hilangnya waktu, tenaga, pikiran,
dan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (loss income) serta rusaknya
citra dan kredibilitas PENGGUGAT baik dimata pemerintah maupun Rekan
Bisnis, padahal PENGGUGAT selama ini dikenal memiliki reputasi yang baik,
yang apabila secara umum sebenarnya tidak dapat dinilai/ditetapkan dengan
jumlah uang, namun dalam perkara ini PENGGUGAT akan menentukan
sendiri suatu nilai untuk itu, yaitu sejumlah Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Bahwa berdasarkan uraian unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum tersebut telah
sangat jelas perbuatan TERGUGAT adalah Perbuatan Melawan Hukum yang telah
mengakibatkan kerugian bagi PENGGUGAT, baik kerugian materil maupun kerugian
immaterial.
Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka dengan segala kerendahan hati dan
penuh hormat, PENGGUGAT memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan
memutus perkara A quo agar berkenan dapat memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut:

12
DALAM EKSEPSI

1. Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;


2. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara ini;

DALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;

2. Menyatakan TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;

3. Menyatakan Perjanjian Pekerjaan Pelaksanaan Pembangunan Kapal Hisap Pasir


(Stripping) Nomor: 001/SPK-SIM/V/2017 tertanggal 2 Mei 2017, tidak sah dan tidak
berkekuatan hukum;

4. Menyatakan Berita Acara Pertemuan tanggal 16 Maret 2022 dan Berita Acara
Pertemuan tanggal 26 Maret 2022 tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum;

5. Menghukum TERGUGAT untuk mengembalikan uang milik PENGGUGAT sebesar


Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);

6. Menghukum TERGUGAT untuk membayar kerugian inmateriil kepada


PENGGUGAT sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

7. Memerintahkan TERGUGAT untuk membuat permohonan maaf secara tertulis


kepada PENGGUGAT, yang dimuat pada 2 (dua) Surat Kabar Nasional, selama 3
(tiga) hari berturut-turut;

8. Memerintahkan TERGUGAT untuk membuat surat klarifikasi yang ditujukan kepada


Bupati Bangka Selatan dan kepada Direktur Utama PT TIMAH, Tbk untuk
memulihkan nama baik PENGGUGAT akibat surat TERGUGAT sebelumnya;

9. Menyatakan putusan atas perkara ini dapat dijalankan lebih dahulu walaupun ada
verzet, banding atau kasasi (Uitvoerbaar bij voorraad);

10. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara;

Atau

13
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, maka PENGGUGAT memohon
putusan yang seadil-adilnya berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku (ex aequo et
bono).

Hormat Kami,
Kuasa Hukum PENGGUGAT
SAPUTRA & TAMPA LAW FIRM

____________________________________
RISWAL SAPUTRA, S.H., M.H.

14

Anda mungkin juga menyukai