Antara
Melawan
Gorontalo, 4 Agustus 2022
Dengan hormat,
DALAM EKSEPSI :
Bawa penggugat dalam surat gugatannya di halaman 4 posita nomor 5 dan nomor 6 yang
mendalilkan bahwa objek sengketa dari tergugat adalah seluas 3044 M2 dan 2602 m2 adalah
sangat berbeda dengan penguasaan tanah dari para tergugat I, II dan III. karena luas tanah
yang dikuasai Para tergugat 123 yaitu seluas 6809 M2. Selain itu itu di dalam surat gugatan
penggugat baik objek 1 dan objek 2 tidak menyebutkan luasan atau ukuran masing-masing
Sisi dari tanah yang digugat melainkan hanya volume saja yang disebutkan, hal ini bisa
membuat bingung majelis pada saat pemeriksaan setempat. terbukti pada saat pemeriksaan
setempat penggugat hanya menunjukkan luas tanah tanpa menyebutkan batas-batas dan
ukuran per Sisi yang dikuasai oleh tergugat.
bahwa jika melihat ukuran batas-batas yang diberikan oleh penggugat sangat jauh berbeda
dengan batas-batas tanah yang dimiliki oleh Tergugat I, II dan III dapat kita lihat di dalam
halaman 4 posita 5 dan 6, sedangkan milik dari tergugat dapat kita lihat dalam Jawaban
Tergugat I, II, III Halaman 4-5 (posita no 5) sebagai berikut :
Bahwa Adapun batas tanah yang dikuasai ahli waris SARTONO ANANI berdasarkan SHM
769 seluas 6890 M2 dengan batas-batas sebagai berikut :
● Utara : Berbatasan dengan Saluran air & Jln Taman Hiburan, Ramdan Panto
Aida Arsjad
Bahwa semua yang TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT kemukakan pada bagian eksepsi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pokok perkara ini:
1) Bahwa TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil
gugatan PENGGUGAT, kecuali yang kebenarannya diakui secara tegas oleh TERGUGAT
dan/atau TURUT TERGUGAT;
3) Bahwa terhadap materi gugatan PENGGUGAT khususnya pada angka Romawi I tentang
kedudukan dan kepentingan hukum PENGGUGAT khususnya poin 2, maka dengan ini
TERGUGAT memberikan jawaban sekaligus tanggapan bahwa TERGUGAT telah memiliki
hak dan menguasai serta mengelola sebidang tanah dengan luas lebih kurang 479.42867 Bata
atau seluas 2.084 M2 dan 4.628 M2dengan total luas lebih kurang 6712 M2 kesemuanya
adalah kelas 088 yang terletak di Blok Cilumpang, Desa Sindangwasa, Kecamatan Palasah,
Kabupaten Gorontalo dengan batasan-batasan sebagaimana yang disebutkan oleh
PENGGUGAT pada gugatanya halaman 2 Romawi I poin 2);
5) Bahwa riwayat perolehan tanah a quo berasal dari Desa kepada KAJIM bin
SUMANTADAMA yang menjadi “Kemit Desa” atau abdi desa dengan tupoksi sebagai
tenaga keamanan (istilah sekarang hansip atau istilah lainya). KAJIM bin SUMANTADAMA
telah menjadi “Kemit Desa” semasa masih Bujangan atau jejaka alias belum menikah hingga
peran tersebut tetap dijalani hingga menikah dengan MUSNI serta lahir anak pertama pada
tanggal 07 Juli 1947 yang bernama OMO MANSUR bin KAJIM. Karier sebagai “Kemit
Desa tersebut tetap dijalani oleh KAJIM bin SUMANTADAMA hingga akhir hayat sekitar
tahun 1966. Pada saat tahun tersebut telah berlaku No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok Agraria. Kemudian pasca meninggalnya KAJIM bin SUMANTADAMA sekitar
tahun 1966 tersebut tanah a quo dikelola oleh Isterinya yang bernama MUSNI dan anaknya
Omo alias Omo Mansur hingga saat ini dikelola oleh para ahli warisnya dan terus menerus
membayar pajak atas obyek tanah a quo kepada Negara. Istilah tanah tersebut di Gorontalo
disebut “TANAH KACACAHAN” atau di Cirebon dan Kuningan disebut “TANAH SIKEP”.
Status hukum Tanah Kacacahan pada saat belum terbitnya Undang-undang No. Tahun 6
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria merupakan tanah komunal yang diberikan
kepada abdi desa yakni seseorang yang diangkat oleh Desa untuk segala urusan keamanan
serta tugas lain yang sifatnya umum, atau dengan kata lain dalam konteks sekarang adalah
“Petugas Serba Guna”. Bahwa aturan komunal tentang pengelolaan tanah Kacacahan
tersebut haruslah pihak yang resmi sebagai abdi desa sebagaimana tersebut diatas, orang atau
pihak sebagai subyek hukum yang mengelola tanah Kacacahan disebut Pencacah. Aturan lain
tentang tanah Kacacahan yaitu tidak boleh untuk diwariskan karena mengandung filosofi
bahwa tanah Cacahan adalah sejenis imbalan bagi abdi desa dan akan menjadi bergulir bagi
abdi desa selanjutnya. Pasca berlakunya Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria status hukum Tanah Cacahan yang tadinya merupakan status
tanah komunal yang tunduk pada hukum adat berubah menjadi milik Pemegang Cacah atau
pencacah terakhir;
6) Bahwa asal usul atau sejarah KAJIM bin SUMANTADAMA memperoleh hak Cacah atau
sebagai Pencacah terhadap tanah a quo adalah setelah meninggalnya SAWEN SARJIM maka
KAJIM selaku petugas desa non struktural diberikan tanah Cacahan a quo oleh Desa sebagai
imbalan jasa atas tugas-tugas yang melekat atas peran sebagai “Kemit Desa”. Dengan istilah
lain bahwa KAJIM yang merupakan jalur pewaris utama dan pertama dari TERGUGAT atas
tanah a quo yang disengketakan oleh PENGGUGAT mempunyai kapasitas ataulegal
standing terhadap kepemilikan hak atas tanah a quo sampai dengan terbit dan
berlakunya Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria;
7) Bahwa terhadap poin 3 sub poin 3.3 pada materi Gugatan PENGGUGAT halaman 3,
PENGGUGAT telah mendalilkan “setelah masa penggarapan 4 (empat) tahun atas tanah
sawah yang telah beralih kepada nama KAJUN tersebut, Ibu SARKEM kedatangan
seseorang yang bernama Bapak KAJIM dengan maksud meminta upah karena telah menjadi
“kemit desa” (penjaga kantor desa setempat) dan akhirnya Ibu SARKEM menyewakan
sebagian tanah sawah tersebut sebesar 100 bata (1.400 M2) untuk digarap oleh Bapak
KAJIM yang hasilnya diperuntukkan sebagai upah kemit desa.....”. atas dalil
PENGGUGAT a quo maka Tergugat memberikan jawaban sekaligus bantahan bahwa
sepengetahuan PENGGUGAT baik cerita maupun bukti yang didapat dari ayah TERGUGAT
maupun kakek TERGUGAT dimana keduanya merupakan pewaris TERGUGAT, tidak
pernah ada peristiwa hukum dimana kakek TERGUGAT yang bernama KAJIM meminta
upah sebagai kemit desa kepada Ibu SARKEM. hal tersebut terjadi karena yang mempunyai
kapasitas untuk memberikan imbalan berupa garapan sawah adalah pihak desa. Dengan
jawaban dan bantahan pada poin ini maka secara otomatis PENGGUGAT tidak perlu
menanggapi sub poin 3.4 dan 3.5 pada materi Gugatan PENGGUGAT halaman 3. Bahwa
mengenai adanya nama KAJUN dalam daftar buku C Desa No.634 menurut TERGUGAT
terdapat kesalahan penulisan oleh pihak Desa yang seharusnya tertulis KAJIM sebagai
Pewaris dari TERGUGAT. Kesalahan penulisan subyek sebagaimana persoalan a
quo merupakan praktek yang sering terjadi dan banyak kasusnya mengingat pada masa
sebelum berlakunya Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria penulisan daftar tanah tersebut tidak memperhatikan kehati-hatian serta kecermatan;
9) Bahwa tergugat beserta segenap ahli waris dari OMO bin KAJIM adalah sah dan beralasan
hukum memiliki hak atas tanah sebagaimana yang terletak dan tertulis pada Jawaban ini
sesuai dengan NOP: 32.12.210.008.006-0030.0 seluas lebih kurang 2.084 M2 dan dan NOP:
32.12.210.008.006-0031.0 seluas lebih kurang 4.628 M2 dengan total luas lebih kurang
6712 M2 atau seluas 479.42867 Bata kesemuanya adalah kelas 088. Hal tersebut juga sesuai
dengan dasar hukum sebagai berikut:
a) Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria khususnya
tentang Konversi hak atas tanah oleh Pemerintah
b) Pasal 1955 KUHPerdata: “Untuk memperoleh hak milik atas sesuatu dengan upaya lewat
waktu, seseorang harus bertindak sebagai pemilik sesuai itu dengan menguasainya secara
terus-menerus dan tidak terputus-putus, secara terbuka di hadapan umum dan secara tegas.”
c) Pasal 1963 KUHPerdata: “Seseorang yang dengan itikad baik memperoleh suatu barang
tak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk
dengan suatu besit selama dua puluh tahun, memperoleh hak milik atasnya dengan jalan
lewat waktu. Seseorang yang dengan itikad baik menguasai sesuatu selama tiga puluh
tahun memperoleh hak milik tanpa dapat dipaksa untuk menunjukkan alas haknya.”
d) Pasal 1965 KUHPerdata: “Itikad baik harus selalu dianggap ada, dan barangsiapa
mengajukan tuntutan atas dasar itikad buruk, wajib membuktikannya.”
10) Bahwa selama ini lebih dari 20 (dua puluh) tahun para Pewaris Tergugat sampai
TERGUGAT telah beriktikad baik dalam mengelola hak tanah a quo dalam hal membayar
iuran atau retribusi atau Pajak kepada Pemerintah secara aktif dan terus menerus;
Tanggapan Atas Dalil Penggugat Dalam Bab IV. Tentang PMH Tergugat
11) Bahwa memang benar pada sekitar akhir tahun 2015 tergugat telah dua kali yakni pertemuan
pertama di rumah TURUT TERGUGAT dan pertemuan yang terakhir dengan bertempat di
Kantor Desa Sindangwasa dengan melibatkan pihak ketiga sebagai mediator adalah Aparat
Desa Sindangwasa. Dalam pertemuan tersebut yang sejak awal dimaksudkan untuk kebaikan
yakni pihak tergugat bermaksud memberikan sedekah atau sejenis dari istilah itu untuk
tergugat dengan harapan pahala dan kebaikanya semoga untuk almarhum Pewarisnya yakni
Bapak Omo. Maksud baik penggugat untuk memberikan sedekah berupa tanah
seluas 50 bata, BUKAN 25 bATA sebagaimana yang didalilkan PENGGUGAT,
namun ternyata ditolak oleh PENGGUGAT dan PENGGUGAT justeru meminta 100 Bata.
Tentu hal ini ditolak dan tidak dikabulkan oleh TERGUGAT;
12) Bahwa mengenai dalil penggugat dalam materi gugatanya pada poin 10) maka tergugat
memberikan tanggapan dan jawaban bahwa TERGUGAT hanya bermaksud mendiskusikan
taah a quo dikaitkan dengan pelaksanaan UU Pokok Agraria beserta aturan hukum terkait
lainya. nama dalam surat C Desa a quodari nama KAJUN yang seharusnya tertulis atas nama
KAJIM;
14) Bahwa karena gugatan Penggugat tidak beralasan hukum, maka dalil-dalil Penggugat sudah
seharusnya dikesampingkan, dan menolak gugatan Penggatan seluruhnya karena mengada-
ada;
15) Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT kemukakan
dalam eksepsi dan dalam pokok perkara di atas, maka sudah seharusnya gugatan Penggugat
dinyatakan ditolak karena tidak berdasar sama sekali.
II. DUPLIK
Bahwa dalam menanggapi REPLIK PENGGUGAT, pertama-tama TERGUGAT dan
TURUT TERGUGAT memberikan tanggapan yang merupakan jawaban atas pernyataan
Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat dan Turut Tergugat tidak beriktikad baik
dengan tidak memberikan atau menanggapi resume perkara yang diajukan oleh Penggugat.
Dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa baik TERGUGAT maupun TURUT TERGUGAT telah
menyerahkan tanggapan atas resume yang diajukan oleh pihak Tergugat dan Turut Tergugat
kepada Hakim Mediator PerkaraPerdata No. 20/PDT.G/2016/PN.MJL melalui Panitera
Penganti yang bertugas dalam perkara a quo setelah tidak tercapainya
perdamaian. Selanjutnya atas REPLIK PENGUGAT, maka TERGUGAT dan TURUT
TERGUGAT menyampaikan Duplik sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI :
2) Bahwa Tergugat dalam hal ini menolak replik Penggugat pada angka 2 dimana Penggugat
mendalilkan bahwa penggugatlah yang berwenang untuk menentukan tentang siapa yang
harus digugat. Dalam eksepsinya Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat
adalah kurang pihak (plurium litis consortium) dimana Penggugat tidak menarik ahli waris
lainya dari bapak OMO sebagai Pihak yang harus digugat. Terhadap Yurisprudensi yang
dijadikan dasar oleh Penggugat untuk menyatakan keberatan terhadap materi eksepsi
Tergugat tersebut yakni Putusan MA-RI No.305.K/Sip/1971, tanggal 16 Juni 1971 yang
menyatakan bahwa, “Pengadilan Tinggi tidak berwenang untuk karena jabatan
menempatkan seseorang yang tidak digugat (pihak ketiga) sebagai Tergugat, karena hal
tersebut adalah bertentangan dengan azas Acara Perdata bahwa hanya Penggugatlah yang
berwenang untuk menentukan : siapa-siapa yang akan digugatnya” maka dengan tegas
Tergugat menolaknya. Alasan penolakan tersebut adalah tentang penempatan Yurisprudensi
tersebut yang tidak tepat untuk menolak eksepsi Tergugat. Karena apabila kita cermati
mengenai substansi putusan hukum dari Yurisprudensi tersebut adalah Mahkamah Agung
Republik Indonesia dalam putusanya lebih kepada membatalkan putusan Pengadilan Tinggi
Medan tanggal 18 Juli 1966 No. 235/1965 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri
Tanjung Balai tangal 22 Oktober 1964 No. 73/1964. Dalam putusan banding tersebut
Pengadilan Tinggi Medan dalam putusanya dengan mengadili sendiri: “menempatkan adik
dari Pembanding dan Terbanding bernama Maridjo sebagai Tergugat II” yang sebelumnya
bukan sebagai pihak dalam perkara tersebut. Dengan demikian inti dari Yurisprudensi
tersebut adalah Hakim dalam perkara Perdata adalah harus bersifat pasif sebagaimana dalam
asas acara perdata. Dengan demikian maka Yurisprudensi tersebut tidak relevan dijadikan
dasar penolakan eksepsi terkait kurang pihak tersebut. Dengan demikian maka Tergugat tetap
pada eksepsi terdahulu ;
3) Bahwa terhadap Replik penggugat dalam eksepsi pada butir 3 halaman 2 Tergugat tidak
akan menanggapi lebih dalam dikarenakan Tergugat meyakini bahwa Tergugat selama ini
menguasai tanah yang disengketakan tersebut secara sah dan turun temurun tanpa putus dan
beriktikad baik dari pewaris KAJIM bin Sumantadama sejak sebelum tahun 1947 dimana
KAJIM mulai menjadi kemit desa dan mendapat hak tanah tersebut sebagai imbalannya.
Hal tersebut sebagaimana diuraikan dalam jawaban Tergugat pada butir 5) halaman 5.
Berdasar pada pertimbangan a quo maka Penggugat tidak mempunyai dasar untuk
menyatakan bahwa itu adalah warisan yang menjadi hak Penggugat. Karena tidak berdasar
hukum maka Yurisprudensi yang disampaikan dalam butir ini tidak relevan. Dengan
demikian maka Replik Penggugat yang menolak eksepsi a quo sudah sepantasnya untuk
ditolak;
4) Terhadap Replik Penggugat yang menolak dalil eksepsi Turut Tergugat salah alamat dengan
berkesimpulan bahwa dengan pengakuan Turut Tergugat yang hanya menggarap dengan
sistem bagi hasil telah membuktikan adanya hukuman hukum. Namun demikian hubungan
hukum antara Tergugat dan Turut Tergugat tersebut sangat berbeda apabila dikaitkan
terhadap dalil yang dinyatakan oleh Penggugat dalam materi gugatanya bahwa Turut
Tergugat mempunyai hubungan hukum sewa menyewa obyek tanah yang disengketakan
tersebut dengan pihak Tergugat. Hal inilah yang perlu dicermati agar dalil dan kesimpulan
Penggugat tidak menyesatkan dikarenakan hubungan hukum sewa menyewa secara limitatif
telah diatur dalam Pasal 1548 KUHPerdata, yang menyatakan “Sewa Menyewa ialah
suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu
tertentu dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya”.;
DALAM PROVISI
6) Bahwa Tergugat dan Turut Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Replik
Penggugat dalam Provisi. Oleh sebab itu, mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berkenan memutuskan “menolak tuntutan Provisi dari Penggugat
untuk seluruhnya.
8) Bahwa terhadap Replik Penggugat sebagaimana dalam butir 8 dalam bab Pokok perkara
maka dengan ini Tergugat melalui Duplik ini memberikan tanggapan atas Replik Penggugat
yakni salah satu indikasi kesalahan tulis nama KAJUN yang sebenarnya adalah KAJIM
berkaitn belum baik dan tertibnya pengarsipan dan administrasi pencatatan tanah oleh Desa
adalah dalam data KOHIR yang merupakan daftar isi dari buku C Desa atau letter C Desa
Pasir yang memuat informasi alamat pemilik obyek/Wajib Pajak tanah. Dalam Kohir tersebut
tercantum nama KAJUM yang seharusnya tertulis KAJIM dengan alamat Blok Salasa Desa
Pasir dengan alamat blok yang sama dengan KAJIM.Dengan demikiajn Tergugat tetap pada
jawaban Tergugat sebagaimana pada butir 2 sampai dengan butir 7 sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kesatuan dokumen persidangan ini;
9) Bahwa dikarenakan dalam duplik ini Tergugat dan Turut Tergugat tetap sebagaimana butir
diatas, maka dengan demikian butir 9 Replik Penggugat tidak perlu ditanggapi;
11) Bahwa terhadap Replik Penggugat sebagaimana dalam butir 12 maka dengan ini dalam
dupliknya Tergugat tidak perlu menanggapi karena selebihnya Tergugat tetap sebagaimana
dalam Eksepsi dan Jawaban;
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka sepatutnyalah apabila Mejelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan membuat putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI.
Menerima Eksepsi TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya ;
DALAM PROVISI:
· Menolak tuntutan Provisi dari Penggugat untuk seluruhnya ;
Atau apabila yang mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
berpendapat lain mohon kiranya memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
III. PEMBUKTIAN
A. Tentang Alat Bukti Dari Penggugat
1) Alat Bukti Surat/Dokumen
Bahwa dalam menyajikan alat bukti dokumen Penggugat menghadirkan 10 (sepuluh) bukti
surat dan ada penambahan sebanyak 5 (lima) bukti surat yang total berjumlah 15 (lima belas)
bukti Surat.
Bahwa dari 15 (lima belas) bukti tersebut pada intinya hanya bermodal pada bukti P-1 untuk
menjembatani dari bukti-bukti yang lain agar seolah-olah terhubung hak hukum Antara
penggugat dengan bukti P-2. Dimana bukti P-1 Penggugat tidak didukung oleh bukti yang
lain dan bahkan berseberangan atau setidaknya tidak sinkron dengan keterangan saksi-saksi
yang tersumpah dalam persidangan pada perkara a quo.
2.2. KANTA
Saksi memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
v Menurut Saksi KANTA bahwa dari KAJIM punya tanah yang dahulunya milik ayahnya
SARKEM;
v Menurut saksi KANTA bahwa tanah yang sekarang disengketakan adalah pada tahun 1970-an
baru dikuasai oleh SARKEM. Kemudian dikelola oleh pak TASIH. Setelah itu masih tahun
1970-an KAJIM datang ditemani SAKSI KANTA minta sewa tanah tersebut;
v Saksi Kanta Tidak tahu orang yang bernama KAJUN, saksi menyatakan sebagai kawan dekat
KAJIM sejak kecil;
T.7 Buku hasil penelitian Mulai dari halaman 13 s/d 15 buku ini
tentang KETIMPANGAN memberikan informasi bahwa tanah
PENGUASAAN TANAH DI JAWA Kacacahan adalah tanah yang diberikan
BARAT, merupakan hasil penelitian kepada penjaga desa atau kemit desa
yang ditulis oleh Endang Suhendar sampai meninggal. Pemegang Cacah
dan diterbitkan oleh AKATIGA dari tanah Kacacahan atau tanah
sikep tersebut adalah jalur laki-
laki bukan Perempuan/Wanita apabila
bermaksud meneruskan hak mencacah
dari tanah Kacacahan tersebut dengan
persetujuan pihak Desa. Tanah
Kacacahan tersebut tidak dapat
diperjual belikan, dan merupakan hak
pakaiserta tanah Kacacahan tidak dapat
diwariskan karena pada saat itu
merupakan tanah komunal hingga
kemudian sampai pada keberlakuan UU
No.5 Tahun 1960 tentang UU Pokok
Agraria yang bisa untuk mendapatkan
hak atas tanah.Berkaitan dengan
keprmiliksn hak tersebut diberikan
kepada penggarap terakhir.
T.8 SPPT Nomor. 32.12.210.008.000- Memberikan bukti bahwa selama ini
0209.7/97-01 atas nama KAJIM Tergugat sejak lama telah dengan
alamat iktikad baik menguasai dan mengelola
SINDANGWASA nomor Persil/Blo obyek dengan Nomor Persil/Blok 21
k 21 yang disengketakan untuk kurun waktu
yang lama
T.9 SPPT Nomor. 32.12.210.008.000- Memberikan bukti bahwa selama ini
0208.7/97-01 atas nama KAJIM Tergugat sejak lama telah dengan
alamat iktikad baik menguasai dan mengelola
SINDANGWASA nomor Persil/Blo obyek dengan Nomor Persil/Blok 21
k 22 yang disengketakan untuk kurun waktu
yang lama
T.10 SPPT dari Pemkab Gorontalo NOP. Memberikan bukti bahwa selama ini
32.12.210.008.006-0030.0 atas nama Tergugat sejak lama telah dengan
OMO tahun 2016 iktikad baik menguasai dan mengelola
obyek untuk kurun waktu yang lama
T.11 SPPT dari Pemkab Gorontalo NOP. Memberikan bukti bahwa selama ini
32.12.210.008.006-0031.0 atas nama Tergugat sejak lama telah dengan
OMO tahun 2016 iktikad baik menguasai dan mengelola
obyek untuk kurun waktu yang lama
T.12 Setoran Suksara Desa EX CACAH Membuktikan bahwa tanah a
dari Pemerintah Desa Sindangwasa quo merupakan ex cacah yang hak
berupa Gabah yang sampai saat ini sesuai dengan aturan Kacacahan sampai
masih dibayar keberlakuan UU No. 5 tahun 1960
tentang pokok agraria
v Saksi mengaku sebagai pejabat Desa Pasir sebelum dimekarkan menjadi dua Desa yaitu Pasir
dan Sindangwasa. Saksi menjadi pejabat Desa Pasir dari tahun 1978 s/d 1984 adalah sebagi
Kepala Dusun (KADUS) pada Blok Salasah, Desa Pasir, pada saat itu Desa Sindangwasa
masih menjadi bagian dari Desa Pasir yaitu terkenal dengan Dusun POS;
v Pada tahun 1984 s/d 2007 menjabat sebagai Raksa Bumi/ Kepala Urusan Pemerintahan yang
membidangi Pertanahan dan Kependudukan serta PEMILU di Desa Pasir pasca pemekaran ;
v Saksi Sudaya menerangkan bahwa sejak dari mulai menjabat tahun 1978 saksi menarik pajak
sawah sesuai IPEDA (Iuran Pendapatan Daerah) berdasarkan KOHIR No. 634 dengan Pokok
Ketetapan IPEDA Nomor 3.962 dengan alamat Wajib Pajak pada Blok Salasah adalah
bernama KAJIM tidak ada nama KAJUN maupun KAJUM;
v Saksi SUDAYA menerangkan bahwa dari saksi amsih muda hingga menjabat tidak pernah
mendengar ada nama KAJUN;
v Saksi SUDAYA menerangkan bahwa tanah Kacacahan atau Eks CACAH merupakan tanah
garapan yang diberikan oleh Desa kepada seseorang yang sekiranya mampu untuk mengelola
yang sebelum berlakunya Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria;
v Saksi SUDAYA menerangkan bahwa tanah Cacah pada saat berlakunya aturan
KACACAHAN sebelum tahun 1960 adalah tidak bisa diteruskan/diwariskan kepada pihak
saudara perempuan;
v Setahu saksi SUDAYA bahwa buku Induk Letter C Desa sampai dengan pemekaran tahun
1984 di Desa Pasir hingga mekar Desa Sindangwasa memang semrawut dan banyak kasuistik
kesalahan tulis dalam letter C Desa;
2.2. ARJA
Laki-laki, Tempat/Tanggal lahir, Gorontalo 05 Pebruari 1939, alamat Dusun Margahayu RT.
001 RW 001, Desa Pasir, Kec. Palasah, Kab. Gorontalo.
Memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
v Saksi menerangkan kenal dengan KAJIM sejak tahun 1950 sebelum saksi menjadi Hansip;
v Bahwa Saksi ARJA menerangkan menjadi Hansip pada Desa Pasir pada tahun 1965 jauh
sebelum pemekaran adanya Desa Sindangwasa;
v Saksi menerangkan bahwa pada tahun 1968 s/d 1978 saksi ARJA menjadi Polisi Desa/Kepala
yang membidangi urusan Pertanahan, kependudukan, dan Keamanan:
v Saksi ARJA mengenal KAJIM sebagai bapak dari OMO yang tinggal di blok Salasa tahun
1950 saksi mengetahui KAJIM sudah menggarap sawah eks-CACAH yang berada di Blok
Cilumpang yang sekarang masuk wilayah Desa Sindangwasa;
v Saksi ARJA menerangkan bahwa selama hidup dan sejak pertama menjabat tidak pernah
mendengar orang yang bernama KAJUN;
v Saksi Arja menerangkan bahwa KAJIM meninggal tahun 1966;
Dalam letter C Desa perubahan-perubahan kelas dan luas tanah yang tidak
terdokumentasikan secara sah dan jelas tertera dalam dokumen Letter C tersebut cukup
memberikan informasi dan menjadi petunjuk banyaknya kekeliruan dalam penulisan letter C
desa pada saat itu.
Dengan demikian Penggugat tidak jelas dan sangat kabur pada persil yang mana yang
dijadikan obyek sengketa berdasarkan pembagian Persil tersebut sebagaimana bukti yang
diajukan sendiri oleh Penggugat khususnya bukti P-2 dan bukti P-3;
5) Bahwa dalam upaya menyambungkan Letter C Nomor: 634 atas nama KAJUN dengan
kepentingan Penggugat maka seolah olah cukup hanya dijembatani dengan Surat Pernyataan
Ahli Waris yang dikeluarkan oleh Desa Sindangwasa No. 470/381/Des dan register
Kecamatan Palasah No.: 470-3/83/Kes sebagaimana bukti P-1 yang menerangkan Ibu
SARKEM yang meninggal tahun 1978 adalah sebagai Ahli Waris Pengganti dari KAJUN.
Hal ini tentunya tidak bisa berdiri sendiri sebagai akta dibawah tangan. Ternyata dalam fakta
persidangan khususnya dukungan keterangan semua saksi-saksi tidak ada yang mendukung
adanya hubungan darah atau kewarisan antyara SARKEM denga KAJUN;
6) Bahwa pada Letter C atas nama Sawen Sarjim no 336 sebagaimana Bukti P-3 telah tercatat
adanya pengalihan hak tanah sawah di persil 18.a, 21, 22 th,1947 di tulis Go To
no.634 ( tidak ditulis waris kepada pihak tertentu dan manapun, 8b ditulis Waris ke
338, kemudian Persil 12 Waris ke 876. Dengan demikian maka proses pengalihan
kepemilikan tanah sawah persil 18a, 21, dan 22 dari SAWEN SARJIM ke KAJUN (yang
menurut Tergugat sebenarnya KAJIM) bukan berdasarkan waris, hal ini tentunya
menjadi bukti bahwa tanah kacacahanpada saat itu memang tidak diwariskan, sesuai
aturan pada saat itu. Hal ini didukung oleh Tidak adanya satupun saksi yang melihat dan
mengalami aturan detail sebelum tahun 1960. Hanya saksi ARJA (saksi Tergugat) yang
tahu bahwa Kajim tahun 1950 sudah menggarap Tanah Kacacahan tersebut (yang
sekarang dijadikan objek sengketa). Dengan demikian Aturan Penggarapan Tanah
Kacacahan pada saat itu ( sebelum tahun 1960 ) salah satunya hasil penelitian Bapak Endang
Suhendar dalam bukunya yang berjudul KETIMPANGAN PENGUASAAN TANAH DI
JAWA BARAT penerbit AKATIGA.
7) Setelah terbit dan diundangkanya Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria khususnya tentang Konversi hak atas tanah oleh
Pemerintah maka hak kepemilikan tanah kacacahan jatuh pada penggarap terakhir;
8) Bahwa sebagaimana disebutkan pada bab alat bukti Penggugat, dari 15 (lima belas) bukti
tersebut pada intinya hanya bermodal pada bukti P-1 untuk menjembatani dari bukti-bukti
yang lain agar seolah-olah terhubung hak hukum Antara penggugat dengan bukti P-2.
Dimana bukti P-1 Penggugat tidak didukung oleh bukti yang lain dan bahkan berseberangan
atau setidaknya tidak sinkron dengan keterangan saksi-saksi yang tersumpah dalam
persidangan pada perkaraa quo. Hal ini kemudian menjadi pertanyaan tentang kebenaran dari
bukti P-1 Penggugat mengenai dokumen yang dijadikan alas atau dasar pembuatan bukti P-1
Penggugat apakah benar ada dokumen yang mendukung adanya garis hubungan kewarisan
antara SARKEM kepada KAJUN?;
9) Bahwa semua saksi yang dihadirkan baik oleh Penggugat maupun Tergugat tidak ada satu
orangpun dari saksi-saksi tersebut yang mengetahui seseorang yang bernama KAJUN;
10) Bahwa keempat dari total 5 (lima) saksi yang dihadirkan semua pihak mengetahui dan ada 3
(TIGA) yang mengaku kenal orang yang bernama KAJIM yaitu ARJA dari pihak
Tergugat serta JARMAN dan KANTA dari pihak Penggugat;
11) Bahwa saksi Penggugat yang bernama KANTA dalam keteranganya sebagai saksi dibawah
sumpah diduga telah melakukan serangkaian kebohongan dimana saksi menyatakan pernah
mengantar KAJIM untuk membuat perjanjian sewa menyewa tanah dengan SARKEM pada
sekitar tahun 1970-an. Padahal KAJIM telah meninggal tepat pada tahun 1966. Hal ini sudah
jelas tidak ada kesesuaian Antara fakta dengan keterangan. Karena secara logika tidak
mungkin ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang telah meninggal, karena
sebab orang yang telah meninggal bukanlah subyek hukum;
12) Bahwa selain hal tersebut terdapat keterangan saksi Penggugat yang bernamaMADA bin
SARMAWI yang memberikan keterangan dibawah sumpah telah menyatakan bahwa Turut
Tergugat yakni CARDA pernah mengatakan pada dirinya bahwa Tanah yang digarapnya
yang dikuasai oleh OMO diteruskan segenap Ahli Warisnya adalah berasal dari
SARKEM adalah bentuk kebohongan yang nyata;
14) Bahwa memang benar Obyek tanah yang saat ini dikuasai oleh bapak OMO sesuai SPPT
luasnya 6712 m2 riwayat asalnya adalah persil 21 & 22, namun tidak ada persil 18a yang
dalam blok persil tersebut tidak seluruhnya tanah Kacacahan atau sekarang eks-cacah, namun
asalnya adalah sebagian milik pribadi keluarga bapak Sumantadama yang merupakan ayah
dari bapak KAJIM.Objek dengan batas :
§ sebelah utara : sawah milik Rastawi
§ sebelah Timur : Kali Cilumpang
§ sebelah Selatan : sawah milik Mada + Eneng
§ sebelah Barat : jalan
15) Bahwa sesaat sebelum sidang ditutup pada agenda Pemeriksaan Setempat (PS) pada hari
Jumat tanggal 19 Mei 2017 Tergugat dan Turut Tergugat melalui kuasanya menanyakan
Antara kesesuaian obyek riil dengan segenap rincian sebagaimana dalam Letter C Nomor:
634 atas nama KAJUN yang didalilkan oleh penggugat dengan luas tanah 455 bata (6,370
m2) sebagaimana dalam bukti P-2. Apakah mencakup keseluruhan persil yakni persil nomor
18a,21, dan 22 maka disitu kuasa hukum PENGGUGAT tidak bisa merinci dan hal ini
menandakan bahwa PENGGUGAT asal dalam mensinkronisasi Antara obyek riil tanah yang
disengketakan dengan bukti dan fakta yang disajikan. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi
kepastian hukum;
16) Bahwa khusus terhadap bukti P-13 dan P-14 Penggugat nyata-nyata penggugat telah
melakukan perbuatan hokum secara illegal dimana secara diam-diam telah mengajukan
mutasi nama Wajib Pajak terhadap SPPT Nomor NOP: 32.12.210.008.006-0030.0 dan NOP:
32.12.210.008.006-0031.0 yang sebelumnya yakni pada tahun 2016 atas nama OMO telah
diganti/dimutasi menjadi nama SAJI. Terhadap perbuatan curang dan illegal tersebut
Tergugat dan Turut Tergugat memberikan konfirmasi kepada Kepala Desa Sindangwasa
mengenai asal usul dokumen pendukung terhadap mutasi nama Wajib Pajak tersebut.
Terhadap hal sebagaimana dimaksud Kepala Desa Sindangwasa nomor surat 470/139 Des
bertanggal 27 April 2017 yang menerangkan bahwa Desa Sindangwasa tidak pernah
memberikan dokumen pendukung maupun persyaratan apapun guna keperluan mutasi Wajib
Pajak tersebut. Bahwa surat tersebut oleh Tergugat dijadikan bukti dalam kode bukti T.14.
terhadap tindakan curang dan tidak menghormati proses hu4kum tersebut Tergugat dan Turut
Tergugat menghadap pejabat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah (DPKAD)
Kab. Gorontalo dan minta nama Wajib Pajak pada dua SPPT yang telah bermutasi nama
SAJI dikembalikan lagi kepada nama OMO sampai dengan proses hukum Berkekuatan
Hukum Tetap (BHT) sesuai dengan asas kepastian hukum. Dan akhirnya pihak DPKAD
Kabupaten Gorontalo bersedia mengembalikan kembali nama OMO dalam dua SPPT tahun
2017 tersebut yang dikeluarkan pada tanggal 29 Mei 2017 dan foto copy kedua SPPT yang
sudah kembali menjadi nama OMO tersebut akan dilampirtkan sebagai hal agar diketahui
oleh yang mulia Majelis Hakim ;
V. PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian dan paparan serta kesimpulan yang mendalam tersebut diatas,
maka saya mohon dan sudah sepatutnya apabila Mejelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berkenan membuat putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI.
1. Menerima Eksepsi TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya ;
DALAM PROVISI:
2. Menolak tuntutan Provisi dari Penggugat untuk seluruhnya ;
Atau apabila yang mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
berpendapat lain mohon kiranya memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Hormat Saya,
Selaku Kuasa Hukum TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT
BERBAGI
BERBAGI
Komentar
Postingan populer dari blog ini
BERBAGI
POSTING KOMENTAR
BACA SELENGKAPNYA
ADVOKAT dan KONSULTAN HUKUM