KESIMPULAN
Dalam Perkara Perdata No. 20/PDT.G/2016/PN.MJL
Pengadilan Negeri Majalengka
Antara
1. M U H I D I N------------------------- TERGUGAT
2. C A R D A-------------------- TURUT TERGUGAT
Melawan
Dengan hormat,
DALAM EKSEPSI :
Digugatnya seseorang yang bernama nama OMO alias Omo Mansur yang
jelas-jelas telah meninggal dunia sebagaimana bukti T. dijadikan Pihak
TERGUGAT dalam perkara a quo kendatipun dicantumkan nama seorang Ahli
Warisnya yakni MUHIDIN, tentunya gugatan ini menjadi rancu dan tidak
berdasar serta beralasan hukum, mengingat seseorang yang telah meninggal
sudah tidak bisa menjadi subyek hukum. Dengan demikian semestinya
apabila PENGGUGAT berkehendak menjadikan Tergugat sebagai PIHAK sudah
seharusnya berdasarkan hukum langsung menyebutkan MUHIDIN beserta
SEGENAP AHLI WARIS dari bapak OMO sebagai PIHAK tanpa menjadikan
OMO sebagai PIHAK yang utama;
Mengenai segenap ahli waris OMO alias Omo Mansur perlu ditegaskan oleh
TERGUGAT bahwa OMO alias Omo Mansur secara lengkap mempunyai anak
berjumlah 5 (lima) orang yaitu MUHIDIN bin OMO, Siti Mardinah binti
OMO, Muhammad Soleh bin OMO, Agus Gunawan bin OMO dan Anwar
Sanusi bin OMO. Dengan demikian ahli waris OMO bukan hanya seorang
yang bernama MUHIDIN, namun OMO alias Omo Mansur. Dengan demikian
bahwa Isteri OMO dan kelima anak dari OMO termasuk MUHIDIN tentunya
mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan MUHIDIN yakni sama-
sama sebagai subyek hukum dalam perkara a quo yang harus dijadikan
PIHAK;
Bahwa terang benderang penguasaan obyek tanah a quo oleh Pewaris Pertama
hingga oleh TERGUGAT adalah tak terputus selama lebih dari 50 tahun tidak
dapat diganggu gugat. Hal tersebut didasarkan Pasal 1967 KUHPerdata
menyatakan : “Semua tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan maupun
yang bersifat perorangan, hapus karena lewat waktu dengan lewatnya
waktu tiga puluh tahun, sedangkan orang yang menunjuk adanya lewat
waktu itu, tidak usah menunjukkan suatu alas hak, dan terhadapnya tak dapat
diajukan suatu tangkisan yang didasarkan pada itikad buruk.”;
5) Bahwa riwayat perolehan tanah a quo berasal dari Desa kepada KAJIM bin
SUMANTADAMA yang menjadi “Kemit Desa” atau abdi desa dengan tupoksi
sebagai tenaga keamanan (istilah sekarang hansip atau istilah lainya). KAJIM
bin SUMANTADAMA telah menjadi “Kemit Desa” semasa masih Bujangan atau
jejaka alias belum menikah hingga peran tersebut tetap dijalani hingga
menikah dengan MUSNI serta lahir anak pertama pada tanggal 07 Juli 1947
yang bernama OMO MANSUR bin KAJIM. Karier sebagai “Kemit Desa tersebut
tetap dijalani oleh KAJIM bin SUMANTADAMA hingga akhir hayat sekitar
tahun 1966. Pada saat tahun tersebut telah berlaku No. Tahun 6 tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Kemudian pasca meninggalnya KAJIM
bin SUMANTADAMA sekitar tahun 1966 tersebut tanah a quo dikelola oleh
Isterinya yang bernama MUSNI dan anaknya Omo alias Omo Mansur hingga
saat ini dikelola oleh para ahli warisnya dan terus menerus membayar pajak
atas obyek tanah a quo kepada Negara. Istilah tanah tersebut di Majalengka
disebut “TANAH KACACAHAN” atau di Cirebon dan Kuningan disebut “TANAH
SIKEP”. Status hukum Tanah Kacacahan pada saat belum terbitnya Undang-
undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria
merupakan tanah komunal yang diberikan kepada abdi desa yakni seseorang
yang diangkat oleh Desa untuk segala urusan keamanan serta tugas lain yang
sifatnya umum, atau dengan kata lain dalam konteks sekarang adalah
“Petugas Serba Guna”. Bahwa aturan komunal tentang pengelolaan tanah
Kacacahan tersebut haruslah pihak yang resmi sebagai abdi desa
sebagaimana tersebut diatas, orang atau pihak sebagai subyek hukum yang
mengelola tanah Kacacahan disebut Pencacah. Aturan lain tentang tanah
Kacacahan yaitu tidak boleh untuk diwariskan karena mengandung filosofi
bahwa tanah Cacahan adalah sejenis imbalan bagi abdi desa dan akan
menjadi bergulir bagi abdi desa selanjutnya. Pasca berlakunya Undang-
undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria
status hukum Tanah Cacahan yang tadinya merupakan status tanah komunal
yang tunduk pada hukum adat berubah menjadi milik Pemegang Cacah atau
pencacah terakhir;
6) Bahwa asal usul atau sejarah KAJIM bin SUMANTADAMA memperoleh hak
Cacah atau sebagai Pencacah terhadap tanah a quo adalah setelah
meninggalnya SAWEN SARJIM maka KAJIM selaku petugas desa non
struktural diberikan tanah Cacahan a quo oleh Desa sebagai imbalan jasa atas
tugas-tugas yang melekat atas peran sebagai “Kemit Desa”. Dengan istilah lain
bahwa KAJIM yang merupakan jalur pewaris utama dan pertama dari
TERGUGAT atas tanah a quo yang disengketakan oleh PENGGUGAT
mempunyai kapasitas atau legal standing terhadap kepemilikan hak atas
tanah a quo sampai dengan terbit dan berlakunya Undang-undang No. Tahun
6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria;
7) Bahwa terhadap poin 3 sub poin 3.3 pada materi Gugatan PENGGUGAT
halaman 3, PENGGUGAT telah mendalilkan “setelah masa penggarapan 4
(empat) tahun atas tanah sawah yang telah beralih kepada nama KAJUN
tersebut, Ibu SARKEM kedatangan seseorang yang bernama Bapak KAJIM
dengan maksud meminta upah karena telah menjadi “kemit desa” (penjaga
kantor desa setempat) dan akhirnya Ibu SARKEM menyewakan sebagian tanah
sawah tersebut sebesar 100 bata (1.400 M2) untuk digarap oleh Bapak KAJIM
yang hasilnya diperuntukkan sebagai upah kemit desa.....”. atas dalil
PENGGUGAT a quo maka Tergugat memberikan jawaban sekaligus bantahan
bahwa sepengetahuan PENGGUGAT baik cerita maupun bukti yang didapat
dari ayah TERGUGAT maupun kakek TERGUGAT dimana keduanya
merupakan pewaris TERGUGAT, tidak pernah ada peristiwa hukum dimana
kakek TERGUGAT yang bernama KAJIM meminta upah sebagai kemit desa
kepada Ibu SARKEM. hal tersebut terjadi karena yang mempunyai kapasitas
untuk memberikan imbalan berupa garapan sawah adalah pihak desa.
Dengan jawaban dan bantahan pada poin ini maka secara otomatis
PENGGUGAT tidak perlu menanggapi sub poin 3.4 dan 3.5 pada materi
Gugatan PENGGUGAT halaman 3. Bahwa mengenai adanya nama KAJUN
dalam daftar buku C Desa No.634 menurut TERGUGAT terdapat kesalahan
penulisan oleh pihak Desa yang seharusnya tertulis KAJIM sebagai Pewaris
dari TERGUGAT. Kesalahan penulisan subyek sebagaimana persoalan a quo
merupakan praktek yang sering terjadi dan banyak kasusnya mengingat pada
masa sebelum berlakunya Undang-undang No. Tahun 6 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria penulisan daftar tanah tersebut tidak
memperhatikan kehati-hatian serta kecermatan;
9) Bahwa tergugat beserta segenap ahli waris dari OMO bin KAJIM adalah sah
dan beralasan hukum memiliki hak atas tanah sebagaimana yang terletak dan
tertulis pada Jawaban ini sesuai dengan NOP: 32.12.210.008.006-0030.0
seluas lebih kurang 2.084 M2 dan dan NOP: 32.12.210.008.006-0031.0 seluas
lebih kurang 4.628 M2 dengan total luas lebih kurang 6712 M2 atau seluas
479.42867 Bata kesemuanya adalah kelas 088. Hal tersebut juga sesuai
dengan dasar hukum sebagai berikut:
b) Pasal 1955 KUHPerdata: “Untuk memperoleh hak milik atas sesuatu dengan
upaya lewat waktu, seseorang harus bertindak sebagai pemilik sesuai itu
dengan menguasainya secara terus-menerus dan tidak terputus-putus, secara
terbuka di hadapan umum dan secara tegas.”
d) Pasal 1965 KUHPerdata: “Itikad baik harus selalu dianggap ada, dan
barangsiapa mengajukan tuntutan atas dasar itikad buruk, wajib
membuktikannya.”
10) Bahwa selama ini lebih dari 20 (dua puluh) tahun para Pewaris Tergugat
sampai TERGUGAT telah beriktikad baik dalam mengelola hak tanah a quo
dalam hal membayar iuran atau retribusi atau Pajak kepada Pemerintah
secara aktif dan terus menerus;
Tanggapan Atas Dalil Penggugat Dalam Bab IV. Tentang PMH Tergugat
11) Bahwa memang benar pada sekitar akhir tahun 2015 tergugat telah dua kali
yakni pertemuan pertama di rumah TURUT TERGUGAT dan pertemuan yang
terakhir dengan bertempat di Kantor Desa Sindangwasa dengan melibatkan
pihak ketiga sebagai mediator adalah Aparat Desa Sindangwasa. Dalam
pertemuan tersebut yang sejak awal dimaksudkan untuk kebaikan yakni
pihak tergugat bermaksud memberikan sedekah atau sejenis dari istilah itu
untuk tergugat dengan harapan pahala dan kebaikanya semoga untuk
almarhum Pewarisnya yakni Bapak Omo. Maksud baik penggugat untuk
memberikan sedekah berupa tanah seluas 50 bata, BUKAN 25 bATA
sebagaimana yang didalilkan PENGGUGAT, namun ternyata ditolak oleh
PENGGUGAT dan PENGGUGAT justeru meminta 100 Bata. Tentu hal ini
ditolak dan tidak dikabulkan oleh TERGUGAT;
12) Bahwa mengenai dalil penggugat dalam materi gugatanya pada poin 10) maka
tergugat memberikan tanggapan dan jawaban bahwa TERGUGAT hanya
bermaksud mendiskusikan taah a quo dikaitkan dengan pelaksanaan UU
Pokok Agraria beserta aturan hukum terkait lainya. nama dalam surat C Desa
a quo dari nama KAJUN yang seharusnya tertulis atas nama KAJIM;
13) Bahwa terhadap dalil gugatan PENGGUGAT dalam poin 11) tergugat sangat
menyayangkan mengenai dalil gugatan PENGGUGAT dalam poin a quo dimana
PENGGUGAT menyebutkan dengan adanya niat baik tergugat untuk
mensedekahkan tanah 25 bata, padahal niat sedekahnya sebagaimana
TERGUGAT sampaikan dalam pertemuan itu adalah 50 Bata bukan 25 Bata,
hal itu dimaksudkan sebagai sedekah yang kebaikanya dimohonkan untuk
Bapak OMO karena sebelumnya PENGGUGAT meminta kebijaksanaan
TERGUGAT. yang oleh PENGGUGAT dijadikan kesimpulan yang tidak berdasar
yakni dianggap untuk membungkam upaya PENGGUGAT meminta sesuatu
yang merupakan hak TERGUGAT. Demikian halnya dengan upaya TERGUGAT
untuk meluruskan riwayat tanah a quo yang dipandang sebagai langkah
memanipulasi yang menurut tergugat dalil dalam poin 11) a quo adalah
mengada-ada;
14) Bahwa karena gugatan Penggugat tidak beralasan hukum, maka dalil-dalil
Penggugat sudah seharusnya dikesampingkan, dan menolak gugatan
Penggatan seluruhnya karena mengada-ada;
15) Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT
kemukakan dalam eksepsi dan dalam pokok perkara di atas, maka sudah
seharusnya gugatan Penggugat dinyatakan ditolak karena tidak berdasar
sama sekali.
II. DUPLIK
Bahwa dalam menanggapi REPLIK PENGGUGAT, pertama-tama TERGUGAT
dan TURUT TERGUGAT memberikan tanggapan yang merupakan jawaban
atas pernyataan Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat dan Turut
Tergugat tidak beriktikad baik dengan tidak memberikan atau menanggapi
resume perkara yang diajukan oleh Penggugat. Dalam hal ini perlu dijelaskan
bahwa baik TERGUGAT maupun TURUT TERGUGAT telah menyerahkan
tanggapan atas resume yang diajukan oleh pihak Tergugat dan Turut Tergugat
kepada Hakim Mediator Perkara Perdata No. 20/PDT.G/2016/PN.MJL melalui
Panitera Penganti yang bertugas dalam perkara a quo setelah tidak
tercapainya perdamaian. Selanjutnya atas REPLIK PENGUGAT, maka
TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT menyampaikan Duplik sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI :
1) Secara prinsipil Tergugat dan Turut Tergugat tetap pada dalil-dalil dalam
Eksepsi/Jawaban terdahulu kecuali terdapat hal-hal yang perlu ditambahkan,
selanjutnya tetap membantah semua dalil-dalil Penggugat baik dalam gugatan
maupun dalam Repliknya;
2) Bahwa Tergugat dalam hal ini menolak replik Penggugat pada angka 2 dimana
Penggugat mendalilkan bahwa penggugatlah yang berwenang untuk
menentukan tentang siapa yang harus digugat. Dalam eksepsinya Tergugat
menyatakan bahwa gugatan Penggugat adalah kurang pihak (plurium litis
consortium) dimana Penggugat tidak menarik ahli waris lainya dari bapak OMO
sebagai Pihak yang harus digugat. Terhadap Yurisprudensi yang dijadikan
dasar oleh Penggugat untuk menyatakan keberatan terhadap materi eksepsi
Tergugat tersebut yakni Putusan MA-RI No.305.K/Sip/1971, tanggal 16 Juni
1971 yang menyatakan bahwa, “Pengadilan Tinggi tidak berwenang untuk
karena jabatan menempatkan seseorang yang tidak digugat (pihak ketiga)
sebagai Tergugat, karena hal tersebut adalah bertentangan dengan azas Acara
Perdata bahwa hanya Penggugatlah yang berwenang untuk menentukan :
siapa-siapa yang akan digugatnya” maka dengan tegas Tergugat menolaknya.
Alasan penolakan tersebut adalah tentang penempatan Yurisprudensi tersebut
yang tidak tepat untuk menolak eksepsi Tergugat. Karena apabila kita cermati
mengenai substansi putusan hukum dari Yurisprudensi tersebut adalah
Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam putusanya lebih kepada
membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 18 Juli 1966 No.
235/1965 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tanjung Balai tangal
22 Oktober 1964 No. 73/1964. Dalam putusan banding tersebut Pengadilan
Tinggi Medan dalam putusanya dengan mengadili sendiri: “menempatkan adik
dari Pembanding dan Terbanding bernama Maridjo sebagai Tergugat II” yang
sebelumnya bukan sebagai pihak dalam perkara tersebut. Dengan demikian
inti dari Yurisprudensi tersebut adalah Hakim dalam perkara Perdata adalah
harus bersifat pasif sebagaimana dalam asas acara perdata. Dengan demikian
maka Yurisprudensi tersebut tidak relevan dijadikan dasar penolakan eksepsi
terkait kurang pihak tersebut. Dengan demikian maka Tergugat tetap pada
eksepsi terdahulu ;
4) Terhadap Replik Penggugat yang menolak dalil eksepsi Turut Tergugat salah
alamat dengan berkesimpulan bahwa dengan pengakuan Turut Tergugat yang
hanya menggarap dengan sistem bagi hasil telah membuktikan adanya
hukuman hukum. Namun demikian hubungan hukum antara Tergugat dan
Turut Tergugat tersebut sangat berbeda apabila dikaitkan terhadap dalil yang
dinyatakan oleh Penggugat dalam materi gugatanya bahwa Turut Tergugat
mempunyai hubungan hukum sewa menyewa obyek tanah yang
disengketakan tersebut dengan pihak Tergugat. Hal inilah yang perlu dicermati
agar dalil dan kesimpulan Penggugat tidak menyesatkan dikarenakan
hubungan hukum sewa menyewa secara limitatif telah diatur dalam Pasal
1548 KUHPerdata, yang menyatakan “Sewa Menyewa ialah suatu perjanjian,
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama
suatu waktu tertentu dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak
tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”.;
DALAM PROVISI
6) Bahwa Tergugat dan Turut Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil
Replik Penggugat dalam Provisi. Oleh sebab itu, mohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan memutuskan “menolak
tuntutan Provisi dari Penggugat untuk seluruhnya.
9) Bahwa dikarenakan dalam duplik ini Tergugat dan Turut Tergugat tetap
sebagaimana butir diatas, maka dengan demikian butir 9 Replik Penggugat
tidak perlu ditanggapi;
10) Bahwa terhadap Replik Penggugat seabagaimana sebagaimana dalam butir 11
halaman dalam Dupliknya Tergugat sesuai dengan keseluruhan Jawaban
Tergugat sebagaimana yang telah disampaikan dalam Eksepsi dan Jawaban
Tergugat dan Turut Tergugat khususnya pada butir 9) halaman 7 bahwa
tergugat beserta segenap ahli waris dari OMO bin KAJIM adalah sah dan
beralasan hukum memiliki hak atas tanah sebagaimana yang terletak dan
tertulis pada Jawaban ini sesuai dengan NOP: 32.12.210.008.006-0030.0
seluas lebih kurang 2.084 M2 dan dan NOP: 32.12.210.008.006-0031.0 seluas
lebih kurang 4.628 M2 dengan total luas lebih kurang 6712 M2 atau seluas
479.42867 Bata kesemuanya adalah kelas 088;
11) Bahwa terhadap Replik Penggugat sebagaimana dalam butir 12 maka dengan
ini dalam dupliknya Tergugat tidak perlu menanggapi karena selebihnya
Tergugat tetap sebagaimana dalam Eksepsi dan Jawaban;
DALAM EKSEPSI.
Menerima Eksepsi TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya ;
DALAM PROVISI:
Menolak tuntutan Provisi dari Penggugat untuk seluruhnya ;
Atau apabila yang mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini berpendapat lain mohon kiranya memberikan putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
III. PEMBUKTIAN
A. Tentang Alat Bukti Dari Penggugat
1) Alat Bukti Surat/Dokumen
Bahwa dalam menyajikan alat bukti dokumen Penggugat menghadirkan 10
(sepuluh) bukti surat dan ada penambahan sebanyak 5 (lima) bukti surat yang
total berjumlah 15 (lima belas) bukti Surat.
Bahwa dari 15 (lima belas) bukti tersebut pada intinya hanya bermodal pada
bukti P-1 untuk menjembatani dari bukti-bukti yang lain agar seolah-olah
terhubung hak hukum Antara penggugat dengan bukti P-2. Dimana bukti P-1
Penggugat tidak didukung oleh bukti yang lain dan bahkan berseberangan
atau setidaknya tidak sinkron dengan keterangan saksi-saksi yang tersumpah
dalam persidangan pada perkara a quo.
2.2. KANTA
Saksi memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
Menurut Saksi KANTA bahwa dari KAJIM punya tanah yang dahulunya milik
ayahnya SARKEM;
Menurut saksi KANTA bahwa tanah yang sekarang disengketakan adalah pada
tahun 1970-an baru dikuasai oleh SARKEM. Kemudian dikelola oleh pak
TASIH. Setelah itu masih tahun 1970-an KAJIM datang ditemani SAKSI
KANTA minta sewa tanah tersebut;
Saksi Kanta Tidak tahu orang yang bernama KAJUN, saksi menyatakan
sebagai kawan dekat KAJIM sejak kecil;
2.3. MADA bin SARMAWI
Saksi memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
Saksi Mada menyampaikan bahwa saksi tahu ada sengketa tanah dan saksi
tahu tanah itu dulu digarap oleh MUSNI yaitu ibunya pak OMO;
Saksi menerangkan bahwa saksi MADA pernah ngobrol dengan Turut Tergugat
dalam perkara ini yakni CARDA. Dalam percakapan yang tidak diterangkan
waktu dan tempatnya tersebut saksi menyampaikan bahwa Carda sebagai
Turut Tergugat pernah bilang bahwa tanah yang digarapnya tersebut berasal
dari SARKEM;
Saksi Mada Tidak tahu orang yang bernama KAJUN;
Saksi Mada menerangkan bahwa SARKEM punya 3 (tiga) saudara yaitu SAJI
dan lainya lupa;
T.7 Buku hasil penelitian tentang Mulai dari halaman 13 s/d 15 buku
KETIMPANGAN ini memberikan informasi bahwa
PENGUASAAN TANAH DI tanah Kacacahan adalah tanah
JAWA BARAT, merupakan yang diberikan kepada penjaga desa
hasil penelitian yang ditulis atau kemit desa sampai meninggal.
oleh Endang Suhendar dan Pemegang Cacah dari tanah
diterbitkan oleh AKATIGA Kacacahan atau tanah sikep
tersebut adalah jalur laki-laki
bukan Perempuan/Wanita apabila
bermaksud meneruskan hak
mencacah dari tanah Kacacahan
tersebut dengan persetujuan pihak
Desa. Tanah Kacacahan tersebut
tidak dapat diperjual belikan, dan
merupakan hak pakai serta tanah
Kacacahan tidak dapat diwariskan
karena pada saat itu merupakan
tanah komunal hingga kemudian
sampai pada keberlakuan UU No.5
Tahun 1960 tentang UU Pokok
Agraria yang bisa untuk
mendapatkan hak atas tanah.
Berkaitan dengan keprmiliksn hak
tersebut diberikan kepada
penggarap terakhir.
T.8 SPPT Nomor. Memberikan bukti bahwa selama ini
32.12.210.008.000- Tergugat sejak lama telah dengan
0209.7/97-01 atas nama iktikad baik menguasai dan
KAJIM alamat SINDANGWASA mengelola obyek dengan Nomor
nomor Persil/Blok 21 Persil/Blok 21 yang disengketakan
untuk kurun waktu yang lama
T.9 SPPT Nomor. Memberikan bukti bahwa selama ini
32.12.210.008.000- Tergugat sejak lama telah dengan
0208.7/97-01 atas nama iktikad baik menguasai dan
KAJIM alamat SINDANGWASA mengelola obyek dengan Nomor
nomor Persil/Blok 22 Persil/Blok 21 yang disengketakan
untuk kurun waktu yang lama
T.10 SPPT dari Pemkab Majalengka Memberikan bukti bahwa selama ini
NOP. 32.12.210.008.006- Tergugat sejak lama telah dengan
0030.0 atas nama OMO tahun iktikad baik menguasai dan
2016 mengelola obyek untuk kurun
waktu yang lama
T.11 SPPT dari Pemkab Majalengka Memberikan bukti bahwa selama ini
NOP. 32.12.210.008.006- Tergugat sejak lama telah dengan
0031.0 atas nama OMO tahun iktikad baik menguasai dan
2016 mengelola obyek untuk kurun
waktu yang lama
T.12 Setoran Suksara Desa EX Membuktikan bahwa tanah a quo
CACAH dari Pemerintah Desa merupakan ex cacah yang hak
Sindangwasa berupa Gabah sesuai dengan aturan Kacacahan
yang sampai saat ini masih sampai keberlakuan UU No. 5
dibayar tahun 1960 tentang pokok agraria
Saksi mengaku sebagai pejabat Desa Pasir sebelum dimekarkan menjadi dua
Desa yaitu Pasir dan Sindangwasa. Saksi menjadi pejabat Desa Pasir dari
tahun 1978 s/d 1984 adalah sebagi Kepala Dusun (KADUS) pada Blok
Salasah, Desa Pasir, pada saat itu Desa Sindangwasa masih menjadi bagian
dari Desa Pasir yaitu terkenal dengan Dusun POS;
Pada tahun 1984 s/d 2007 menjabat sebagai Raksa Bumi/ Kepala Urusan
Pemerintahan yang membidangi Pertanahan dan Kependudukan serta PEMILU
di Desa Pasir pasca pemekaran ;
Saksi Sudaya menerangkan bahwa sejak dari mulai menjabat tahun 1978
saksi menarik pajak sawah sesuai IPEDA (Iuran Pendapatan Daerah)
berdasarkan KOHIR No. 634 dengan Pokok Ketetapan IPEDA Nomor 3.962
dengan alamat Wajib Pajak pada Blok Salasah adalah bernama KAJIM tidak
ada nama KAJUN maupun KAJUM;
Saksi SUDAYA menerangkan bahwa dari saksi amsih muda hingga menjabat
tidak pernah mendengar ada nama KAJUN;
Saksi SUDAYA menerangkan bahwa tanah Kacacahan atau Eks CACAH
merupakan tanah garapan yang diberikan oleh Desa kepada seseorang yang
sekiranya mampu untuk mengelola yang sebelum berlakunya Undang-undang
No. Tahun 6 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria;
Saksi SUDAYA menerangkan bahwa tanah Cacah pada saat berlakunya aturan
KACACAHAN sebelum tahun 1960 adalah tidak bisa diteruskan/diwariskan
kepada pihak saudara perempuan;
Setahu saksi SUDAYA bahwa buku Induk Letter C Desa sampai dengan
pemekaran tahun 1984 di Desa Pasir hingga mekar Desa Sindangwasa
memang semrawut dan banyak kasuistik kesalahan tulis dalam letter C Desa;
2.2. ARJA
Laki-laki, Tempat/Tanggal lahir, Majalengka 05 Pebruari 1939, alamat Dusun
Margahayu RT. 001 RW 001, Desa Pasir, Kec. Palasah, Kab. Majalengka.
Memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
Saksi menerangkan kenal dengan KAJIM sejak tahun 1950 sebelum saksi
menjadi Hansip;
Bahwa Saksi ARJA menerangkan menjadi Hansip pada Desa Pasir pada tahun
1965 jauh sebelum pemekaran adanya Desa Sindangwasa;
Saksi menerangkan bahwa pada tahun 1968 s/d 1978 saksi ARJA menjadi
Polisi Desa/Kepala yang membidangi urusan Pertanahan, kependudukan, dan
Keamanan:
Saksi ARJA mengenal KAJIM sebagai bapak dari OMO yang tinggal di blok
Salasa tahun 1950 saksi mengetahui KAJIM sudah menggarap sawah eks-
CACAH yang berada di Blok Cilumpang yang sekarang masuk wilayah Desa
Sindangwasa;
Saksi ARJA menerangkan bahwa selama hidup dan sejak pertama menjabat
tidak pernah mendengar orang yang bernama KAJUN;
Saksi Arja menerangkan bahwa KAJIM meninggal tahun 1966;
4) Bahwa Penggugat menggunakan bukti utama adalah Letter C Nomor: 634 atas
nama KAJUN yang didalilkan oleh penggugat dengan luas tanah 455 bata
(6,370 m2) sebagaimana dalam bukti P-2. Padahal Dalam letter C desa No.
336 a.n. SAWEN SARJIM (vide Bukti P-3) secara jelas tertulis 3 (tiga) bidang
tanah dengan 3 (tiga) nomor Persil sebagai berikut:
Persil 18a, kelas Desa III dengan luas tanah 0,407
Persil 21, kelas Desa III dengan luas tanah 0,154
Persil 22, kelas Desa II dengan luas tanah 0,222
Setelah dialihkan ke letter C Desa No. 634 ada perubahan kelas dan luas
tanah menjadi:
Persil 18a, kelas Desa III dengan luas tanah 0,154 (sebelumnya dalam letter
C No.336 luas tanah adalah 0,407)
Persil 21, kelas Desa III dengan luas tanah 0,263 (sebelumnya dalam letter C
No.336 luas tanah adalah 0,154)
Persil 22, kelas Desa III dengan luas tanah 0,222 (sebelumnya dalam letter C
No.336 adalah kelas II)
Dalam letter C Desa perubahan-perubahan kelas dan luas tanah yang tidak
terdokumentasikan secara sah dan jelas tertera dalam dokumen Letter C
tersebut cukup memberikan informasi dan menjadi petunjuk banyaknya
kekeliruan dalam penulisan letter C desa pada saat itu.
Dengan demikian Penggugat tidak jelas dan sangat kabur pada persil yang
mana yang dijadikan obyek sengketa berdasarkan pembagian Persil tersebut
sebagaimana bukti yang diajukan sendiri oleh Penggugat khususnya bukti P-2
dan bukti P-3;
5) Bahwa dalam upaya menyambungkan Letter C Nomor: 634 atas nama KAJUN
dengan kepentingan Penggugat maka seolah olah cukup hanya dijembatani
dengan Surat Pernyataan Ahli Waris yang dikeluarkan oleh Desa Sindangwasa
No. 470/381/Des dan register Kecamatan Palasah No.: 470-3/83/Kes
sebagaimana bukti P-1 yang menerangkan Ibu SARKEM yang meninggal
tahun 1978 adalah sebagai Ahli Waris Pengganti dari KAJUN. Hal ini tentunya
tidak bisa berdiri sendiri sebagai akta dibawah tangan. Ternyata dalam fakta
persidangan khususnya dukungan keterangan semua saksi-saksi tidak ada
yang mendukung adanya hubungan darah atau kewarisan antyara SARKEM
denga KAJUN;
6) Bahwa pada Letter C atas nama Sawen Sarjim no 336 sebagaimana Bukti P-3
telah tercatat adanya pengalihan hak tanah sawah di persil 18.a, 21, 22
th,1947 di tulis Go To no.634 ( tidak ditulis waris kepada pihak tertentu dan
manapun, 8b ditulis Waris ke 338, kemudian Persil 12 Waris ke 876.
Dengan demikian maka proses pengalihan kepemilikan tanah sawah persil
18a, 21, dan 22 dari SAWEN SARJIM ke KAJUN (yang menurut Tergugat
sebenarnya KAJIM) bukan berdasarkan waris, hal ini tentunya menjadi bukti
bahwa tanah kacacahan pada saat itu memang tidak diwariskan,
sesuai aturan pada saat itu. Hal ini didukung oleh Tidak adanya satupun
saksi yang melihat dan mengalami aturan detail sebelum tahun 1960. Hanya
saksi ARJA (saksi Tergugat) yang tahu bahwa Kajim tahun 1950 sudah
menggarap Tanah Kacacahan tersebut (yang sekarang dijadikan objek
sengketa). Dengan demikian Aturan Penggarapan Tanah Kacacahan pada
saat itu ( sebelum tahun 1960 ) salah satunya hasil penelitian Bapak Endang
Suhendar dalam bukunya yang berjudul KETIMPANGAN PENGUASAAN
TANAH DI JAWA BARAT penerbit AKATIGA.
8) Bahwa sebagaimana disebutkan pada bab alat bukti Penggugat, dari 15 (lima
belas) bukti tersebut pada intinya hanya bermodal pada bukti P-1 untuk
menjembatani dari bukti-bukti yang lain agar seolah-olah terhubung hak
hukum Antara penggugat dengan bukti P-2. Dimana bukti P-1 Penggugat tidak
didukung oleh bukti yang lain dan bahkan berseberangan atau setidaknya
tidak sinkron dengan keterangan saksi-saksi yang tersumpah dalam
persidangan pada perkara a quo. Hal ini kemudian menjadi pertanyaan
tentang kebenaran dari bukti P-1 Penggugat mengenai dokumen yang
dijadikan alas atau dasar pembuatan bukti P-1 Penggugat apakah benar ada
dokumen yang mendukung adanya garis hubungan kewarisan antara
SARKEM kepada KAJUN?;
9) Bahwa semua saksi yang dihadirkan baik oleh Penggugat maupun Tergugat
tidak ada satu orangpun dari saksi-saksi tersebut yang mengetahui seseorang
yang bernama KAJUN;
10) Bahwa keempat dari total 5 (lima) saksi yang dihadirkan semua pihak
mengetahui dan ada 3 (TIGA) yang mengaku kenal orang yang bernama
KAJIM yaitu ARJA dari pihak Tergugat serta JARMAN dan KANTA dari pihak
Penggugat;
11) Bahwa saksi Penggugat yang bernama KANTA dalam keteranganya sebagai
saksi dibawah sumpah diduga telah melakukan serangkaian kebohongan
dimana saksi menyatakan pernah mengantar KAJIM untuk membuat
perjanjian sewa menyewa tanah dengan SARKEM pada sekitar tahun 1970-an.
Padahal KAJIM telah meninggal tepat pada tahun 1966. Hal ini sudah jelas
tidak ada kesesuaian Antara fakta dengan keterangan. Karena secara logika
tidak mungkin ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang telah
meninggal, karena sebab orang yang telah meninggal bukanlah subyek
hukum;
12) Bahwa selain hal tersebut terdapat keterangan saksi Penggugat yang bernama
MADA bin SARMAWI yang memberikan keterangan dibawah sumpah telah
menyatakan bahwa Turut Tergugat yakni CARDA pernah mengatakan pada
dirinya bahwa Tanah yang digarapnya yang dikuasai oleh OMO diteruskan
segenap Ahli Warisnya adalah berasal dari SARKEM adalah bentuk
kebohongan yang nyata;
13) Bahwa Obyek yang disengketakan oleh Penggugat dalam letter C No. 634 atas
nama KAJUN dengan persil 18a, 21, dan 22 adalah nyata-nyata salah Objek
atau setidaknya KABUR. Hal tersebut dikarenakan :
Objek persil Nomor 18a letak lokasinya berbeda dengan persil Nomor 21 dan
persil nomor 22, selain itu Objek persil nomor 18a bukan dimilki / dikuasai
atas nama Omo. Padahal nyata-nyata Penggugat telah menjadikan dokumen
letter C No. 634 atas nama KAJUN dengan persil 18a, 21, dan 22 sebagai alat
bukti utama;
14) Bahwa memang benar Obyek tanah yang saat ini dikuasai oleh bapak OMO
sesuai SPPT luasnya 6712 m2 riwayat asalnya adalah persil 21 & 22, namun
tidak ada persil 18a yang dalam blok persil tersebut tidak seluruhnya tanah
Kacacahan atau sekarang eks-cacah, namun asalnya adalah sebagian milik
pribadi keluarga bapak Sumantadama yang merupakan ayah dari bapak
KAJIM. Objek dengan batas :
sebelah utara : sawah milik Rastawi
sebelah Timur : Kali Cilumpang
sebelah Selatan : sawah milik Mada + Eneng
sebelah Barat : jalan
15) Bahwa sesaat sebelum sidang ditutup pada agenda Pemeriksaan Setempat (PS)
pada hari Jumat tanggal 19 Mei 2017 Tergugat dan Turut Tergugat melalui
kuasanya menanyakan Antara kesesuaian obyek riil dengan segenap rincian
sebagaimana dalam Letter C Nomor: 634 atas nama KAJUN yang didalilkan
oleh penggugat dengan luas tanah 455 bata (6,370 m2) sebagaimana dalam
bukti P-2. Apakah mencakup keseluruhan persil yakni persil nomor 18a,21,
dan 22 maka disitu kuasa hukum PENGGUGAT tidak bisa merinci dan hal ini
menandakan bahwa PENGGUGAT asal dalam mensinkronisasi Antara obyek
riil tanah yang disengketakan dengan bukti dan fakta yang disajikan. Hal ini
tentunya sangat berbahaya bagi kepastian hukum;
16) Bahwa khusus terhadap bukti P-13 dan P-14 Penggugat nyata-nyata
penggugat telah melakukan perbuatan hokum secara illegal dimana secara
diam-diam telah mengajukan mutasi nama Wajib Pajak terhadap SPPT Nomor
NOP: 32.12.210.008.006-0030.0 dan NOP: 32.12.210.008.006-0031.0 yang
sebelumnya yakni pada tahun 2016 atas nama OMO telah diganti/dimutasi
menjadi nama SAJI. Terhadap perbuatan curang dan illegal tersebut Tergugat
dan Turut Tergugat memberikan konfirmasi kepada Kepala Desa Sindangwasa
mengenai asal usul dokumen pendukung terhadap mutasi nama Wajib Pajak
tersebut. Terhadap hal sebagaimana dimaksud Kepala Desa Sindangwasa
nomor surat 470/139 Des bertanggal 27 April 2017 yang menerangkan bahwa
Desa Sindangwasa tidak pernah memberikan dokumen pendukung maupun
persyaratan apapun guna keperluan mutasi Wajib Pajak tersebut. Bahwa
surat tersebut oleh Tergugat dijadikan bukti dalam kode bukti T.14. terhadap
tindakan curang dan tidak menghormati proses hu4kum tersebut Tergugat
dan Turut Tergugat menghadap pejabat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Aset Daerah (DPKAD) Kab. Majalengka dan minta nama Wajib Pajak pada dua
SPPT yang telah bermutasi nama SAJI dikembalikan lagi kepada nama OMO
sampai dengan proses hukum Berkekuatan Hukum Tetap (BHT) sesuai
dengan asas kepastian hukum. Dan akhirnya pihak DPKAD Kabupaten
Majalengka bersedia mengembalikan kembali nama OMO dalam dua SPPT
tahun 2017 tersebut yang dikeluarkan pada tanggal 29 Mei 2017 dan foto copy
kedua SPPT yang sudah kembali menjadi nama OMO tersebut akan
dilampirtkan sebagai hal agar diketahui oleh yang mulia Majelis Hakim ;
17) Bahwa menurut perhitungan Tergugat dan Turut Tergugat setelah bersama-
sama melaksanakan Sidang Pemeriksaan Setempat yang dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 19 Mei 2017 luas total tanah yang disengketakan a quo
adalah 4,952 M2 bukan 6,370 m2, dengan demikian maka semakin
menunjukkan kekaburan dari materu gugatan Penggugat;
V. PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian dan paparan serta kesimpulan yang mendalam
tersebut diatas, maka saya mohon dan sudah sepatutnya apabila Mejelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan membuat putusan
sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI.
1. Menerima Eksepsi TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya ;
DALAM PROVISI:
2. Menolak tuntutan Provisi dari Penggugat untuk seluruhnya ;
Atau apabila yang mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini berpendapat lain mohon kiranya memberikan putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
Hormat Saya,
Selaku Kuasa Hukum TERGUGAT dan TURUT TERGUGAT