Anda di halaman 1dari 24

JAWABAN DAN GUGATAN REKONPENSI

Dalam Perkara
No.196/Pdt.G/2022/PN.TNG.

Di Pengadilan Negeri Tangerang

Antara

MAMAD Bin SANAN, dkk. ………………......................................... PARA PENGGUGAT


KONPENSI /PARA TERGUGAT
REKONPENSI

Melawan

1. ARTI SISWOYO ........................................................................................... TERGUGAT KONPENSI I


/PENGGUGAT REKONPENSI

2. Hj. MEMED (Ahli Waris Mamad bin Neman)………………………………… TERGUGAT II

3. SUPANDI (Ahli Waris Mamad bin Neman)……….............…………..……… TERGUGAT III

4. ABUN (Ahli Waris Mamad bin Neman)……………………...………………… TERGUGAT IV

5. CAMAT CIPUTAT……..…................................................................................. TURUT TERGUGAT I

6. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA, Cq. Badan Pertanahan Nasional Cq. Badan


Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Banten Cq. Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Tangerang .................................................................................. TURUT TERGUGAT II

Jakarta, tanggal……………………………….

Kepada Yang Terhormat :


Majelis Hakim Perkara No.: 196/Pdt.G/2022/PN.TNG.
Pengadilan Negeri Tangerang
Jalan TMP Taruna - Tangerang
1
Dengan hormat,
Perkenankanlah Kami Para Advokat dari Kantor Hukum dan Advokat “SHT & Rekan”,
berkedudukan hukum di Jl. Kebagusan II No. 7 Pasar Minggu – Jakarta Selatan, dalam hal ini
bertindak bersama-sama ataupun sendiri-sendiri untuk dan atas nama serta mewakili klien
kami ARTI SISWOYO, bertempat tinggal di Jl. Tirtayasa IX No. 5 Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan (selanjutnya disebut TERGUGAT I / PENGGUGAT REKONPENSI) berdasarkan Surat
Kuasa Khusus bermaterai cukup tertanggal 28 Mei 2021 dan telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang (terlampir). Untuk selanjutnya TERGUGAT I /
PENGGUGAT REKONPENSI telah memilih domisili hukum yang tetap pada kuasanya
tersebut di atas.

Dengan ini mengajukan Jawaban terhadap Gugatan yang diajukan oleh PARA PENGGUGAT
tertanggal 12 April 2021, dengan alasan-alasan sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI:

A. NEBIS IN IDEM, KARENA OBYEK SENGKETANYA SAMA DAN TELAH


MENDAPAT PUTUSAN YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM
TETAP

A.1. Bahwa dalam Posita No. 14 Surat Gugatan dalam perkara a quo, Para
Penggugat mendalilkan bahwa Sertifikat hak milik No. 01829 atas nama
Arti Siswoyo atas tanah milik Para Penggugat, yaitu tanah Girik No. 426
Persil 42 S III dengan lua ±2260 M2 yang terletak di Desa Sawah
Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang adalah cacat hukum, karena
dibuat berdasarkan Akta Jual Beli yang cacat hukum (“Obyek Sengketa”).

A.2. Bahwa gugatan di maksud adalah nebis in idem dikarenakan mengenai


kepemilikan tanah Obyek Sengketa dimaksud telah diperkarakan dan
perkaranya telah diputus oleh Pengadilan Negeri Tangerang dan
Pengadilan Tinggi Banten yang putusannya telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap (inkracht van gewijsde). Perkara dimaksud adalah
sebagai berikut:

Perkara No.130/Pdt.G/2005/PN.TNG.

1) Adapun yang menjadi para pihak dalam perkara dimaksud


adalah:
 Abdullah S Bin Genan, Nidih sadun Bin Genan, Suheri Bin
Genan, Suhanda Bin Genan, Mamad Bin Sanan, Masrie Bin
Sanan, Romlah Binti Sanan, Liman Riyadi Bin Sanan, Ahyar
Bin Sanan, Komariyah Binti Sanan, Udin P Sarmin Bin
Sarmin, Lilis Suryani Binti Sarmin dan Satiri Bin
Sarmin:...........................sebagai Para Penggugat.
 Mamad Bin Neman: ................sebagai Tergugat I.
2
 Arti Siswoyo:........sebagai Tergugat II.
 Heronymus Henrisaptadi :…………… Sebagai Tergugat III;
 Drs. Hermansyah, Camat Ciputat : ……………… sebagai Turut
Tergugat I;
 PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA, Cq. Badan Pertanahan
Nasional Cq. Badan Pertanahan Nasional Kantor Wilayah
Banten Cq. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Tangerang : ………………………… sebagai Turut Tergugat II.
2) Inti gugatannya mengenai kepemilikan Obyek Sengketa, yakni
Sertifikat Hak Milik No. 01829 atas nama Arti Siswoyo yang
terletak di Desa Sawah Kecamatan Ciputat Kabupaten
Tangerang.

3) Bahwa perkara tersebut telah mendapat putusan Pengadilan


Negeri Tangerang tanggal 6 Desember 2005 (“Putusan PN
No.130”) yang amarnya berbunyi:

”MENGADILI :

DALAM EKSEPSI
Menerima eksepsi Tergugat I sampai dengan Tergugat III dan
Eksepsi Turut Tergugat I.

DALAM POKOK PERKARA


1. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini
sebesar Rp. 779.000,- (tujuh ratus tujuh puluh Sembilan ribu
rupiah);

Perkara No. 28/Pdt/2006/PT.Btn.

4) Bahwa atas Putusan PN No. 130 dimaksud, kemudian


Tergugat II mengajukan Banding ke Pengadilan Tinggi Banten
dan telah mendapat putusan No. 28/Pdt/2006/PT.Btn. tanggal
11 Oktober 2006 (“Putusan PT No. 28”) yang amarnya
berbunyi:

”MENGADILI :

- Menerima permohonan banding dari PEMBANDING/


TERGUGAT II;

3
- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tangerang
Nomor : 130/Pdt.G/2005/PN.TNG. tanggal 06 Desember
2005, yang dimohonkan banding tersebut;
- Menghukum PEMBANDING/ TERGUGAT II untuk
membayar biaya perkara yang timbul di kedua tingkat
peradilan yang ditingkat banding sebanyak Rp.300.000,-
(tiga ratus ribu rupiah)”.

5) Berdasarkan Putusan PN No. 130 dan Putusan PT No. 28 di


atas, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan atas tanah Obyek
Sengketa, yang didalilkan oleh Para Penggugat (Mamad Bin
Sanan, dkk.) sebagai miliknya berdasarkan Girik No. 426 Persil
42 S III tidak dapat dibuktikan oleh Para Penggugat.

6) Bahwa atas Putusan PT No. 28, Pembanding (dahulu Tergugat


II) maupun Para Terbanding tidak mengajukan Kasasi. Dengan
demikian, berarti Pembanding (dahulu Tergugat II) maupun
Para Terbanding menerima Putusan PT No. 28 tersebut, dan
Putusan PT No. 28 dimaksud telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap.

A.3. Berdasarkan uraian tersebut di atas, terbukti secara jelas dan nyata bahwa
gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh Para Penggugat
tentang kepemilikan tanah Obyek Sengketa, adalah nebis in idem dengan
alasan:

 Objek Sengketanya sama;


 Para Pihaknya juga pada dasarnya sama dengan perkara sebelumnya;
 Perkara sebelumnya telah diputus oleh Pengadilan yang sama;
 Putusan dimaksud telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Alasan dimaksud juga sesuai dengan Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung


Republik Indonesia No.1149 K/Sip/1982 tanggal 10 Maret 1983 yang
menyebutkan bahwa: “Terhadap perkara yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap berlaku azas Nebis In Idem apabila perkara
tersebut (yang pada hakekatnya sasarannya sama) diajukan kembali.”

B. PENGADILAN NEGERI TIDAK BERWENANG MENGADILI GUGATAN PARA


PENGGUGAT KARENA PETITUM GUGATAN BERISI MEMINTA PEMBATALAN
SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG MERUPAKAN PRODUK
KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA

B.1. Bahwa dalam petitum No. 6 halaman 6, Para Penggugat telah mehon
kepada Pengadilan Negeri Tangerang melalui Yang Mulia Majelis Hakim

4
yang menangani dan memeriksa perkara aquo untuk memutus :
“Menyatakan batal atau setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan hukum
Sertifikat hak milik No. 01829, Surat Ukur No. 167/Sawah/2000 tanggal
29 April 2000 yang diterbitkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Tangerang (TURUT TERGUGAT II).”

B.2. Bahwa Sertifikat merupakan keputusan Tata Usaha Negara yakni suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan Pejabat Tata Usaha Negara
berisi Tindak Hukum Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;

B.3. Bahwa untuk menyatakan Sertifikat batal atau setidak-tidaknya tidak


memiliki kekuatan hukum, harus terlebih dahulu diuji adanya perbuatan
melawan hukum yang dilakukan Pejabat Tata Usaha Negara dalam
menerbitkan keputusan yang berbentuk Sertifikat;

B.4. Bahwa kewenangan untuk menguji tentang adanya perbuatan melawan


hukum yang dilakukan Pejabat dalam mengambil/menerbitkan suatu
keputusan adalah menjadi kewenangan mengadili oleh Pengadilan Tata
Usaha Negara bukan Pengadilan Negeri;

Dalam Pasal 53 ayat (1) Undang – Undang No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara Jo. UU No. 9/2004 Jo. UU No. 51/2009, dengan
tegas dinyatakan : bahwa seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang
berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau
rehabilitasi.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka Pengadilan Negeri tidak


berwenang megadili tutuntan Para Penggugat tersebut.

C. GUGATAN PARA PENGGUGAT TIDAK BERDASAR, KARENA PARA


PENGGUGAT BUKAN PERSONA STANDI IN JUDICIO

C.1. Bahwa Para Penggugat mendalilkan kepemilikannya atas tanah Obyek


Sengketa berdasarkan Girik No. 426 Persil 42 S III;

C.2. Bahwa sesuai ketentuan pertanahan yang berlaku, dasar kepemilikan Para
Penggugat tersebut di atas bukanlah bukti hak kepemilikan atas tanah,
karena bukti hak kepemilikan atas tanah adalah Sertifikat, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, khususnya Pasal 32 yang menyebutkan :

5
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang
termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak
yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara
sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka
pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi
menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)
tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan
keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala
Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan
gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan
sertipikat tersebut.

Bahwa berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Pasal 32 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah di atas,
terbukti secara jelas dan tegas bahwa bukti kepemilikan hak atas tanah
adalah Sertifikat, bukan Girik sebagaimana yang diakui oleh Para
Penggugat.

C.3. Bahwa menurut Maria S.W. Sumardjono sebagaimana dikutip oleh Urip
Santoso dalam bukunya “Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah”,
Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2010, halaman 276-277,
disebutkan bahwa:

“Apabila selama 5 (lima) tahun pemegang hak atas tanah semula lalai
untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan sifat dan tujuan haknya, serta
membiarkan hak atas tanahnya dikuasai dan didaftarkan oleh pihak lain
yang beritikad baik dan ia tidak mengajukan gugatan ke pengadilan,
berarti yang bersangkutan menelantarkan tanahnya dan kehilangan
haknya untuk menggugat. Konsepsi ini didasarkan pada lembaga
rechtsverwerking yang dikenal dalam Hukum Adat”.

Dalam Hukum Adat dikenal adanya lembaga yang berkaitan dengan


pendaftaran tanah dalam rangka menutupi kelemahan-kelemahan dari
sistem yang ada, yaitu lembaga lampau waktu (Rechtsverwerking). Hukum
Adat tidak mengenal “aquisitieve verjaring”. Dalam Hukum Adat jika
seseorang sekian lama membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian
tanah tersebut dikerjakan orang lain yang memperolehnya dengan iktikad
baik, maka hilanglah haknya untuk menuntut kembali tanahnya itu. Konsep
inilah yang diambil oleh Hukum Agraria sebagai suatu lembaga
Rechtsverwerking.

6
Konstruksi hukumnya adalah apabila selama lima tahun pemegang hak
atas tanah semua lalai untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan sifat
dan tujuan haknya, serta membiarkan hak atas tanahnya dikuasai dan
didaftarkan oleh pihak lain yang beritikad baik dan ia tidak mengajukan
gugatan ke pengadilan, berarti yang bersangkutan telah menelantarkan
tanahnya dan kehilangan haknya untuk menggugat.

C.4. Berdasarkan uraian di atas, terbukti secara jelas dan nyata bahwa Gugatan
Para Penggugat sangat tidak berdasar, karena Para Penggugat tidak dapat
menunjukkan dan membuktikan bahwa tanah Obyek Sengketa adalah
miliknya.

C.5. Bahwa sehubungan dengan uraian yuridis tersebut diatas, Tergugat I


mohon agar Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo dapat mempertimbangkan kaidah hukum yang terkandung
dalam Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung R.I. Nomor 2961K/Pdt/1993
tanggal 28 Mei 1998 yang berbunyi :

“Bahwa salah satu prinsip fundamental atas sahnya gugatan secara formal,
gugatan harus diajukan oleh pihak yang memiliki kapasitas bertindak
sebagai Penggugat menurut Hukum Acara, orang yang memiliki kapasitas
mengajukan gugatan dalam suatu perkara perdata, hanya orang yang
menpunyai hubungan hukum dan kepentingan dengan apa yang
disengketakan. Apabila gugatan diajukan oleh orang yang tidak mempunyai
kapasitas untuk memperkarakan suatu sengketa, maka gugatan
mengandung cacat hukum dan gugatan dinyatakan mengandung cacat
error in persona dalam bentuk diskualifikasi in person”.
C.6. Bahwa M. Yahya Harahap dalam bukunya “Hukum Acara Perdata”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005, halaman 111:

“Gugatan yang diajukan oleh orang yang tidak berhak atau tidak memiliki
hak untuk itu, merupakan gugatan yang mengandung cacat formil error in
persona dalam bentuk diskualifikasi in persona yaitu pihak yang bertindak
sebagai penggugat adalah orang yang tidak punya syarat untuk itu”.

Selanjutnya pada halaman 113, M. Yahya Harahap menegaskan:

“....gugatan dianggap tidak memenuhi syarat formil, oleh karena itu


gugatan dikualifikasi mengandung cacat formil. Akibat lebih lanjut,
gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke
verklaard)”.

D. GUGATAN PARA PENGGUGAT KURANG PIHAK (PLURIUM LITIS


CONSORTIUM), KARENA HERONYMUS HENDRISAPTADI TIDAK IKUT
DIJADIKAN PIHAK DALAM PERKARA A QUO

7
D.1. Bahwa pada posita angka 8 dan 9, Para Penggugat mendalilkan tanah
obyek sengketa diambil alih oleh Tergugat dengan tanpa hak dan melawan
hukum, berdasarkan bukti kepemilikan sertifikat hak milik No. 01829 yang
diperoleh dari Akta Jual Beli dengan MAMAD BIN NEMAN selaku Penjual,
sedangkan Tergugat I sebagai pembelinya.

D.2. Bahwa berdasarkan Akta Jual Beli tanggal 28 Maret 2000


No. 269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan dihadapan Drs. Hermansyah selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara Wilayah Kabupaten Tangerang,
dari H. Mamat Bin Neman dialihkan kepada Tergugat I dan HERONYMUS
HENDRISAPTADI, berasal dari C No. 1271 Persil No. 42 B S.IV dengan
dilampirkan Surat Ketetapan Iuran Pembangunan Daerah tanggal 27 Maret
1976 atas nama MAMAD Bin NEMAN.

D.3. Bahwa kemudian berdasarkan Akta Pembagian Hak Bersama tanggal


4 September 2002 No. 121/2002 dibuat oleh dan dihadapan Jafrizolfi, SH.
Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Wilayah Kabupaten Tangerang,
HERONYMUS HENDRISAPTADI telah mengalihkannya kepada Tergugat I.

D.3. Bahwa sebagaimana terurai dalam Surat Gugatannya, secara jelas dan
nyata Para Penggugat sangat mengetahui dan memahami kalau Tergugat I
memperoleh tanah Obyek Sengketa berasal dari MAMAD BIN NEMAN dan
dan HERONYMUS HENDRISAPTADI. Adapun peralihan atas tanah Obyek
Sengketa dimaksud juga telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh
karenanya, sudah seharusnya HERONYMUS HENDRISAPTADI diikut
sertakan sebagai pihak dalam perkara a quo.

D.4. Bahwa Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No.1424


K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976, dengan tegas menyebutkan :
“Gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima karena terdapat kesalahan
formil mengenai pihak yang harus digugat, tetapi tidak digugat,
sehingga gugatannya tidak sempurna”.

Hal serupa juga dinyatakan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung


Republik Indonesia No.621 K/Sip/1975 tanggal 15 Mei 1977 juncto No.151
K/Sip/1975 tanggal 13 Mei 1975, yang menyebutkan:

”Semua pihak harus digugat, harus lengkap, jika tidak maka gugatan cacat
formil”.

Selanjutnya dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia


No.1125 K/Pdt/1984 tanggal 18 September 1984 ditegaskan:

“Judex factie salah menerapkan tata tertib beracara. Semestinya pihak


ketiga yang bernama Oji sebagai sumber perolehan hak Tergugat I, yang
kemudian dipindahkan Tergugat I kepada Tergugat II, harus ikut digugat

8
sebagai Tergugat. Alasannya, dalam kasus ini, Oji mempunyai urgensi
untuk membuktikan hak kepemilikannya maupun asal usul tanah
sengketa serta dasar hukum Oji menghibahkan kepada Tergugat I”.

E. GUGATAN PARA PENGGUGAT TIDAK JELAS/KABUR (OBSCUUR LIBEL)

E.1. Bahwa Para Penggugat dalam gugatannya mendalilkan, Almarhum Djalim


Seram mempunyai tanah Girik No. 426 Persil 42 S III dengan luas ± 2260
M2 yang terletak di Desa Sawah Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang,
sejak tahun 1937 hingga sekarang dan tanah milik Djalim Seram tersebut
secara turun temurun, terus menerus, dijaga, dirawat, dipagar dan
ditanami oleh Para Penggugat selaku ahli waris dari Djalim Seran;

E.2. Bahwa adapun riwayat tanah yang menjadi obyek sengketa adalah sebagai
berikut :

- Berdasarkan Jual Beli Mutlak tanggal 11 Nopember 1960 berasal dari


Dirun Bin Dulah dialihkan kepada Mamad Bin Neman dengan Persil No.
42 b SIV;
- Berdasarkan Akta Jual Beli tanggal 28 Maret 2000 No.
269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan dihadapan Drs. Hermansyah selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara Wilayah Kabupaten Tangerang,
dari H. Mamat Bin Neman dialihkan kepada Tergugat I dan
HERONYMUS HENDRISAPTADI, berasal dari C No. 1271 Persil No. 42 B
S.IV dengan dilampirkan Surat Ketetapan Iuran Pembangunan Daerah
tanggal 27 Maret 1976 atas nama MAMAD Bin NEMAN;
- Berdasarkan Akta Pembagian Hak Bersama tanggal 4 September 2002
No. 121/2002 dibuat oleh dan dihadapan Jafrizolfi, SH. Selaku Pejabat
Pembuat Akta Tanah Wilayah Kabupaten Tangerang telah dialihkan
kepada Tergugat I.

E.3. Bahwa lokasi tanah Obyek Sengketa yang diakui kepemilikannya oleh Para
Penggugat tidak jelas dasar hukum kepemilikannya, karena apabila tanah
yang dimaksud adalah tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I, hal tersebut
sangatlah tidak mungkin, dengan alasan sebagai berikut:
1) Bahwa tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I terletak di Jalan Jalan
Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang,
sebagaimana yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829,
yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Tangerang dengan
batas-batas sebagai berikut :

- Utara : Dahulu tanah milik Minan B. Riin / Murodo Sekarang


tanah milik Bapak Tri Wibowo
- Timur : dan saluran air dan tanah milik Bapak Ari Tubagus
- Selatan : Jalan Merpati Raya
9
- Barat : Dahulu tanah milik Ir. Soemadi/SutantoSekarang
tanah milik Bapak Bibit Waluyo/M. Fuat

2) Bahwa tanah Obyek Sengketa yang dimiliki/dikuasai oleh Tergugat I,


berasal dari Dirun Bin Dulah dialihkan kepada Mamad Bin Neman
dengan Persil No. 42 b SIV BUKAN dari Djalim Seran dengan Persil 42
S III .

3) Bahwa Para Penggugat selama ini tidak pernah menempati maupun


menguasai tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I dimaksud, apalagi
menjaga, merawat, membuat pagar dan menanaminya sebagaimana
dalil gugatannya.

E.4. Bahwa oleh karena dalil gugatan Para Penggugat dalam mendalillkan asal
muasal tanah obyek sengketa berbeda dengan riwayat tanah yang
sebenarnya, dan batas letak tanah obyek sengketa tidak sesuai dengan
fakta hukum yang sebenarnya, apalagi dalam gugatannya Para Penggugat
mendalilkan telah menjaga, merawat, membuat pagar dan menanami tanah
obyek sengketa, namun pada kenyataannya Para Tergugat tidak pernah
menempati maupun menguasai tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I.
Dengan dalil gugatan yang tidak sesuai dengan fakta hukum yang ada
tersebut, maka menjadikan gugatan Para Penggugat TIDAK JELAS/KABUR
(OBSCUUR LIBEL);

E.5. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Rv, dan telah menjadi
Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Republik Indonesia
No.492K/Sip/1970 tanggal 16 Desember 1970 menyebutkan:
“Gugatan kabur (kabur) atau tidak sempurna harus dinyatakan tidak dapat
diterima”.

Hal yang sama juga telah dipertegas dalam Yurisprudensi Mahkamah


Agung Republik Indonesia tertanggal 21 Agustus 1974 Reg.
No.565K/Sip/1973, yang pada intinya menyatakan:

“Jika gugatan tidak jelas maka gugatan tidak dapat diterima”.

II. DALAM POKOK PERKARA:

1) Bahwa Tergugat I mohon agar jawaban di bawah ini dianggap merupakan satu
kesatuan dengan bagian Eksepsi Tergugat I dan Turut Tergugat I tersebut di atas
yang secara mutatis mutandis tidak dapat dipisahkan.

2) Bahwa Tergugat I menolak secara tegas keseluruhan dalil-dalil yang diajukan


Para Penggugat, kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya.

10
A. BAHWA TERGUGAT I MEMPEROLEH TANAH OBYEK SENGKETA BERASAL
DARI MAMAD BIN NEMAN, SEDANGKAN MAMAD BIN NEMAN MEMPEROLEH
TANAH OBYEK SENGKETA BERASAL DARI DIRUN BIN DULAH

A.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas terhadap dalil mengenai


kepemilikan Para Penggugat atas tanah Obyek Sengketa. Hal tersebut
dikarenakan Para Penggugat bukan pihak yang berhak atas tanah Obyek
Sengketa milik Tergugat I tersebut.

A.2. Bahwa dalil gugatan Para Penggugat dalam posita angka 2 dan 3 halaman 2
yang menyatakan kepemilikan atas tanah Obyek Sengketa berasal dari
harta warisan Djalim Seram, dengan batas – batas :

- Utara : Tanah milik H. Sapri


- Timur : Selokan Air
- Selatan : Jalan Raya
- Barat : Tanah milik Ex Pangge Bongeng

dan, sejak tahun 1937 hingga sekarang dan tanah milik Djalim Seram
tersebut secara turun temurun, terus menerus, dijaga, dirawat, dipagar dan
ditanami oleh Para Penggugat selaku ahli waris dari Djalim Seran adalah
dalil yang tidak benar.

A.3. Bahwa tanah Obyek Sengketa yang dimiliki/dikuasai oleh Tergugat I,


berasal dari Dirun Bin Dulah dialihkan kepada Mamad Bin Neman dengan
Persil No. 42 b SIV BUKAN dari Djalim Seran dengan Persil 42 S III, dengan
didasarkan atas fakta hukum sebagai berikut :

- Semula tanah obyek sengketa merupakan milik Dirun Bin Dulah yang
kemudian beralih kepemilikannya kepada Mamad Bin Neman
berdasarkan Surat Jual Mutlak tertanggal 11 Nopember 1960 yang
diketahui oleh Lurah Desa Sawah;

- Selanjutnya Mamad Bin Neman menjual tanah obyek sengketa tersebut


kepada Tergugat I dan HERONYMUS HENDRISAPTADI berdasarkan Akta
Jual Beli tanggal 28 Maret 2000 No. 269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan
dihadapan Drs. Hermansyah selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah
Sementara Wilayah Kabupaten Tangerang;

- Kemudian untuk mendapatkan legalitas atas kepemilikan tanah obyek


sengketa tersebut, Tergugat I dan HERONYMUS HENDRISAPTADI
mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat atas tanah dimaksud di
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, hingga terbitlah Sertifikat Hak
Milik No. 01829 surat ukur No. 167/sawah/2000 atas nama Tergugat I
dan HERONYMUS HENDRISAPTADI;

11
- Pada akhirnya tanah obyek sengketa tersebut sepenuhnya menjadi milik
Tergugat I berdasarkan Akta Pembagian Hak Bersama tanggal
4 September 2002 No. 121/2002 dibuat oleh dan dihadapan Jafrizolfi,
SH. Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Wilayah Kabupaten Tangerang.

A.4. Bahwa tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I terletak di Jalan Merpati
Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, sebagaimana
yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829, yang dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Tangerang dengan batas-batas sebagai berikut :
- Utara : Dahulu tanah milik Minan B. Riin / Murodo
Sekarang tanah milik Bapak Tri Wibowo
- Timur : saluran air dan tanah milik Bapak Ari Tubagus
- Selatan : Jalan Merpati Raya
- Barat : Dahulu tanah milik Ir. Soemadi/Sutanto
Sekarang tanah milik Bapak Bibit Waluyo/M. Fuat

A.5. Bahwa mengenai batas tanah Obyek Sengketa yang disebutkan oleh Para
Penggugat, Sebelah Utara : Tanah milik H. Sapri; Sebelah Barat : Tanah
milik Ex Pangge Bongeng. Padahal berdasarkan fakta hukum yang
sebenarnya batas tanah obyek sengketa yang dimiliki/dikuasai Tergugat I
adalah Sebelah Utara : Dahulu Tanah milik Minan B. Riin / Murodo,
sekarang tanah milik Bapak Tri Wibowo ; Sebelah Timur : saluran air
dan tanah milik Bapak Ari Tubagus; Sebelah Barat : Dahulu Tanah milik
Ir. Soemadi/Sutanto, sekarang tanah milik Bapak Bibit Waluyo/ M.
Fuat. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena memang Para Penggugat
tidak pernah menempati maupun menguasai tanah Obyek Sengketa milik
Tergugat I dimaksud, apalagi menjaga, merawat, membuat pagar dan
menanaminya sebagaimana dalil gugatannya, mengingat Para Penggugat
bukanlah pemilik yang sebenarnya.

A.6. Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia


No.1149 K/Sip/1979 tanggal 17 April 1979, ditegaskan bahwa:

“Bila tidak jelas batas-batas tanah sengketa, maka gugatan tidak dapat
diterima”.

B. BAHWA PARA PENGGUGAT BUKAN PEMILIK TANAH OBYEK SENGKETA,


KARENA GIRIK, IPEDA DAN PBB BUKAN BUKTI KEPEMILIKAN TANAH
OBYEK SENGKETA

B.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 4, 5, 6 dan 7 halaman 3 serta Posita No. 17 dan 18 halaman 4 dan 5
dalam gugatannya, karena dalil tersebut tidak berdasar, mengingat yang
dijadikan dasar kepemilikan tanah Obyek Sengketa dimaksud adalah Girik
No. 426 Persil 42 S III.

12
B.2 Bahwa SPPT PBB bukanlah merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah
dan/atau bangunan melainkan semata-mata diterbitkan untuk kepentingan
pemungutan Pajak Bumi dan/atau Bangunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
sebagai berikut :
Pasal 1 Angka 4 dan Angka 5 :
4. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak adalah surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut
ketentuan undang-undang ini.
5. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dalah surat yang digunakan
untuk Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya
pajak yang terhutang kepada wajib pajak.

Pasal 4 Ayat (1) :


Yang menjadi Subyek Pajak adalah Orang atau Badan Hukum yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas
bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan.
Penjelasan Pasal 4 Ayat (1) :
Tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti
pemilikan hak.

Bahwa sesuai ketentuan pertanahan yang berlaku, dasar kepemilikan Para


Penggugat tersebut di atas bukanlah bukti hak kepemilikan atas tanah,
karena bukti hak kepemilikan atas tanah adalah Sertifikat, sebagaimana
diatur dalam:

(a) Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang menyebutkan :

(1) ”Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan


pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini meliputi :


a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak
tersebut;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat.”

(b) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran


Tanah, khususnya Pasal 32 yang menyebutkan :

13
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis
tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat
secara sah atas nama orang atau badan hokum yang memperoleh
tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya,
maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak
dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam
waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak
mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat
dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak
mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah
atau penerbitan sertipikat tersebut.

B.3. Bahwa berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Pasal 32 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah di atas,
terbukti secara jelas dan tegas bahwa bukti kepemilikan hak atas tanah
adalah Sertifikat, bukan Girik, Ipeda maupun PBB sebagaimana yang diakui
oleh Para Penggugat.

B.3. Bahwa berdasarkan dalil Para Penggugat dimaksud, terbukti secara jelas
dan tegas bahwa Para Penggugat tidak pernah memiliki tanah yang
menjadi Obyek Sengketa.

D. BAHWA DALIL ALAT BUKTI HARUS DIPERIKSA MELALUI PERSIDANGAN


PENGADILAN

D.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 11, 12, 13 dan 14 halaman 4 dalam gugatannya, karena dalil tersebut
tidak berdasar;

D.2. Bahwa Bukti SP2HP sebagaimana yang didalilkan oleh Para Penggugat
adalah Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Penyidik Kepolisian
Republik Indonesia yang harus dibuktikan kebenarannya melalui proses
sidang Pengadilan;

D.3. Bahwa berdasarkan Pasal 185 ayat 1 KUHAP dinyatakan “Keterangan saksi
sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang Pengadilan”;

D.4. Bahwa berdasarkan fakta hukum yang ada, sejak Laporan Polisi diajukan
oleh Para Penggugat sebagaimana tercantum dalam SP2HP tersebut yakni
tahun 2005 hingga sekarang, berkas perkaranya belum pernah

14
dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri untuk kemudian disidangkan di tingkat
Pengadilan;

D.5. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka Surat Pemberitahuan


Perkembangan Hasil Penyidikan yang diterbitkan oleh Polda Metro Jaya
No. Pol. : B/10391/X/2005/Dit Reskrimum tanggal 24 Oktober 2005 yang
tidak dinyatakan dalam persidangan pengadilan tidak dapat dijadikan
sebagai dalil Alat Bukti karena tidak mempunyai nilai pembuktian sama
sekali;

C. BAHWA PENGUASAAN TERGUGAT I ATAS OBYEK SENGKETA BUKAN


MERUPAKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

C.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 8 halaman 3 dan Posita 15, 16, dan 19 halaman 4, 5 dalam gugatannya,
karena dalil tersebut tidak berdasar.

C.2. Bahwa Tergugat I menolak dalil Para Penggugat yang menyatakan bahwa
Tergugat I telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena suatu
perbuatan dapat disebut sebagai suatu perbuatan melawan hukum
berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata, apabila perbuatan tersebut telah
memenuhi 5 (lima) unsur yaitu :

(a) Adanya suatu perbuatan.


Penguasaan (okupasi) terhadap tanah Obyek Sengketa yang dilakukan
oleh Tergugat I didasarkan pada Akta Jual Beli tanggal 28 Maret 2000
No. 269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan dihadapan Drs. Hermansyah
selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara Wilayah Kabupaten
Tangerang dan Akta Pembagian Hak Bersama tanggal 4 September
2002 No. 121/2002 dibuat oleh dan dihadapan Jafrizolfi, SH. Selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah Wilayah Kabupaten Tangerang;

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I tidak melawan hak


Para Penggugat, karena alasan-alasan sebagai berikut:
• Tergugat I menguasai tanah sengketa didasarkan pada Akta Jual
Beli tanggal 28 Maret 2000 No. 269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan
dihadapan Drs. Hermansyah selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah
Sementara Wilayah Kabupaten Tangerang.
• Tanah Obyek Sengketa yang dimiliki/dikuasai oleh Tergugat I
dibeli dari Mamad Bin Neman, sedangkan Mamad Bin Neman
membelinya dari Dirun Bin Dulah berdasarkan Surat Jual Mutlak
tertanggal 11 Nopember 1960 yang diketahui oleh Lurah Desa
Sawah BUKAN dari Djalim Seran.

(b) Adanya kesalahan dari pihak pelaku.

15
Bahwa mengingat peralihan hak atas tanah Obyek Sengketa telah
dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku sebagaimana uraian di atas,
maka unsur kesalahan dari pelaku in casu Tergugat I sama sekali tidak
terpenuhi.

(c) Adanya kerugian bagi korban.


Bahwa dalam perbuatan melawan hukum, terdapat kerugian materiil
dan immateriil yang akan dinilai dengan uang. Namun karena
Tergugat I tidak melakukan perbuatan melawan hukum, maka
kerugian tidak dapat dibebankan kepada Tergugat I.

(d) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.


Dengan tidak terpenuhinya unsur perbuatan melawan hukum yang
dituduhkan kepada Tergugat I, maka kerugian apapun yang dialami
oleh Para Penggugat tidak dapat dikaitkan dengan perbuatan hukum
yang dilakukan oleh Tergugat I.

C.3. Bahwa berdasarkan uraian Tergugat I tersebut di atas, jelas terbukti


bahwa Tergugat I sama sekali tidak melakukan perbuatan melawan hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, sehingga dalil-dalil
Para Penggugat sama sekali tidak terbukti dan harus dikesampingkan.

E. BAHWA PARA PENGGUGAT TIDAK MEMILIKI DASAR UNTUK MENUNTUT


GANTI RUGI DARI TERGUGAT I

E.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 20, 21, 22 dan 23 halaman 5 dalam gugatannya, karena selain sangat
tidak berdasar (onrechmatige of ongegrond), Tergugat I tidak mempunyai
hubungan hukum apapun dengan Para Penggugat, sehingga tidak ada
kewajiban apapun yang harus dilaksanakan oleh Tergugat I kepada Para
Penggugat. Sesuai putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.239
K/Sip/1968 yang sudah menjadi Yurisprudensi tetap menyebutkan bahwa:

”Gugatan/Perlawanan yang tidak berdasarkan hukum harus dinyatakan


tidak dapat diterima “.

E.2. Bahwa Tergugat I mensommer Para Penggugat untuk membuktikan


tentang kerugian yang dideritanya dalam persidangan, sebab jika Para
Penggugat tidak dapat membuktikannya, maka tuntutan ganti rugi
dimaksud harus ditolak. Hal ini sesuai dengan Pasal 163 HIR dan Pasal
1865 KUH Perdata yang isinya sama-sama menyebutkan bahwa :

“Barangsiapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak, atau


menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk
membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya
hak itu atau adanya kejadian itu”.

16
Selanjutnya Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
No.558.K/SIP/1983 tanggal 28 Mei 1984, menegaskan:

“Tuntutan penggugat mengenai ganti rugi, karena tidak disertai dengan


bukti, harus ditolak”.

Di samping itu, sesuai putusan Pengadilan Tinggi Bandung


No.219/1970/Perd/PTB tanggal 18 Maret 1970 (Yurisprudensi Jawa Barat
tahun 1969-1972, Buku I Hukum Perdata, 1974, Halaman 87), disebutkan
bahwa:

“Apabila jumlah kerugian yang diderita tidak dapat dibuktikan dengan


jelas, maka permohonan atas ganti rugi/kerugian harus ditolak”.

Begitu pula halnya Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia


No.117 K/Sip/1971 tanggal 2 Juni 1971, dan No.598K/SIP/1971 tanggal
18 Desember 1971, dan No.459 K/Sip/1975 tanggal 18 September 1975,
menegaskan:

“ganti rugi yang tidak dirinci berdasarkan fakta harus dinyatakan tidak
mempunyai dasar hukum dan harus ditolak“.

F. BAHWA PARA PENGGUGAT TIDAK MEMPUNYAI DASAR HUKUM DAN ALAT


BUKTI YANG AKURAT UNTUK MENGAJUKAN PERMOHONAN SITA JAMINAN

F.1. Bahwa permohonan sita jaminan yang diajukan oleh Para Penggugat pada
posita angka 24 halaman 5 posita gugatan aquo adalah tidak mempunyai
dasar hukum dan alasan yang kuat karena tidak didukung oleh bukti-bukti
yang akurat;

F.2. Bahwa dalam mengajukan permohonan sita jaminan, Para Penggugat


hanya mendasarkan pada bukti kepemilikan berupa Girik No. 426 Persil 42
S III. Hal mana sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, khususnya Pasal 32, dasar kepemilikan Para Penggugat
tersebut di atas bukanlah bukti hak kepemilikan atas tanah, karena bukti
hak kepemilikan atas tanah adalah Sertifikat;

F.3. Bahwa dalam mengajukan permohonan sita jaminan, Para Penggugat tidak
jelas menyebutkan letak dan batas obyek sengketa, yakni hanya
menyebutkan sebidang tanah Girik No. 426 Persil 42 S III dengan luas
±2260 M2 serta bangunan dan hasil bumi diatasnya” yang terletak di Desa
Sawah kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, dengan batas-batas :
- Utara : Tanah milik H. Sapri
- Timur : Selokan Air
- Selatan : Jalan Raya
17
- Barat : Tanah milik Ex Pangge Bongeng

Sementara Obyek Sengketa milik Tergugat I terletak di Jalan Jalan Merpati


Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, sebagaimana
yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829, yang dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Tangerang dengan batas-batas :
- Utara : Dahulu tanah milik Minan B. Riin / Murodo
- Sekarang tanah milik Bapak Tri Wibowo
- Timur : Saluran air dan tanah milik Bapak Ari Tubagus
- Selatan : Jalan Merpati Raya
- Barat : Dahulu tanah milik Ir. Soemadi/Sutanto
Sekarang tanah milik Bapak Bibit Waluyo/M. Fuat

F.4. Bahwa sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung R.I. No. 2 tahun 1962 tentang
Cara Pelaksanaan Sita Atas Barang-Barang Yang Tidak Bergerak,
permohonan sita harus menyebutkan letak dan batas – batas obyek yang
akan diajukan sita secara jelas dan terperinci.

G. BAHWA PARA PENGGUGAT TIDAK MEMPUNYAI DASAR HUKUM DAN BUKTI


AUTENTIK UNTUK MENGAJUKAN PERMOHONAN PUTUSAN SERTA MERTA
(UITVOERBAR BIJ VORAAD)

G.1. Bahwa keliru dan tidak berdasar pula Petitum Gugatan Para Penggugat
angka 13 yang menyatakan :
“13. Menyatakan putusan perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun ada perlawanan, banding, kasasi ataupun upaya hukum lainnya
dari Para Tergugat atau pihak ketiga lainnya (Uitvoerbaar Bij Vooraad).”

G.2. Bahwa permohonan Penggugat tersebut di atas sama sekali tidak memenuhi
Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2000, yaitu mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Gugatan bukanlah gugatan yang didasarkan pada bukti surat autentik


atau surat tulisan tangan (handschrift) yang tidak dibantah kebenaran
tentang isi dan tanda tangannya, yang menurut undang-undang tidak
mempunyai kekuatan bukti;
2. Gugatan bukan mengenai hutang piutang yang jumlahnya sudah pasti
dan tidak dibantah;
3. Gugatan bukanlah tentang sewa menyewa tanah, rumah, gedung dan
lani-lain, dimana hubungan sewa-menyewa sudah habis/ lampau, atau
Penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai Penyewa yang
beritikad baik;
4. Pokok gugatan bukan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan
(gono-gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai
kekuatan hukum tetap.

18
5. Tidak terdapat gugatan provisional dengan pertimbangan hukum yang
tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv;
6. Pokok sengketa bukan mengenai bezitsrecht.

G.3. Bahwa gugatan Para Penggugat hanya didasarkan pada bukti girik. Hal
mana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, girik
bukanlah bukti kepemilikan hak dan bukan merupakan bukti autentik.

DALAM REKONPENSI

1. Bahwa mohon dalil-dalil yang telah termuat Dalam Konpensi diatas baik Dalam
Eksepsi maupun Dalam Pokok Perkara telah termuat dan tertuang kembali ke dalam
gugatan Dalam Rekonpensi ini secara sempurna tanpa ada yang dikecualikan;

2. Bahwa Tergugat Konpensi I selanjutnya disebut Penggugat Rekonpensi, hendak


mengajukan gugat balik (gugat rekonpensi) terhadap Para Penggugat Konpensi
selanjutnya disebut Para Tergugat Rekonpensi;

3. Bahwa gugatan Para Tergugat Rekonpensi yang ditujukan kepada Penggugat


Rekonpensi I sama sekali tidak berdasarkan hukum dan bertentangan dengan fakta
hukum yang sebenarnya, oleh karenanya gugatan yang demikian sangat merugikan
Penggugat Rekonpensi baik secara materiil berupa biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk melayani gugatan Tergugat Rekonpensi maupun kerugian yang
bersifat immateriil berupa kredibilitas/nama baik/harga diri, hak asasi Penggugat
Rekonpensi yang dihina, difitnah, diteror dan diancam dengan menggunakan
preman-preman;

4. Bahwa tanah Obyek Sengketa yang dimiliki oleh Penggugat Rekonpensi telah sesuai
dengan prosedur hukum yang berlaku. Hal mana pada mulanya tanah obyek
sengketa berasal dari Dirun Bin Dulah dialihkan kepada Mamad Bin Neman dengan
Persil No. 42 b SIV BUKAN dari Djalim Seran dengan Persil 42 S III, dengan
didasarkan atas fakta hukum sebagai berikut :

- Semula tanah obyek sengketa merupakan milik Dirun Bin Dulah yang kemudian
beralih kepemilikannya kepada Mamad Bin Neman berdasarkan Surat Jual
Mutlak tertanggal 11 Nopember 1960 yang diketahui oleh Lurah Desa Sawah;

- Selanjutnya Mamad Bin Neman menjual tanah obyek sengketa tersebut kepada
Tergugat I dan HERONYMUS HENDRISAPTADI berdasarkan Akta Jual Beli
tanggal 28 Maret 2000 No. 269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan dihadapan Drs.
Hermansyah selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara Wilayah Kabupaten
Tangerang;

- Kemudian untuk mendapatkan legalitas atas kepemilikan tanah obyek sengketa


tersebut, Penggugat Rekonpensi dan HERONYMUS HENDRISAPTADI
mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat atas tanah dimaksud di Kantor
19
Pertanahan Kabupaten Tangerang, hingga terbitlah Sertifikat Hak Milik No.
01829 surat ukur No. 167/sawah/2000 atas nama Penggugat Rekonpensi dan
HERONYMUS HENDRISAPTADI;

- Pada akhirnya tanah obyek sengketa tersebut sepenuhnya menjadi milik


Penggugat Rekonpensi berdasarkan Akta Pembagian Hak Bersama tanggal
4 September 2002 No. 121/2002 dibuat oleh dan dihadapan Jafrizolfi, SH. Selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah Wilayah Kabupaten Tangerang.

5. Bahwa tindakan Para Tergugat Rekonpensi yang menyatakan diri sebagai pihak
yang berhak atas sebidang tanah yang terletak diatas Sertifikat Hak Milik No. 01829
surat ukur No. 167/sawah/2000 atas nama Penggugat Rekonpensi tanpa alas hak
yang sah yakni berupa surat Girik adalah sangat tidak berdasar hukum dan
cenderung mengada-ada;

6. Bahwa Sertifikat Hak Milik No. 01829 surat ukur No. 167/sawah/2000 atas nama
Penggugat Rekonpensi telah terbit sejak tahun 2000. Dan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, khususnya Pasal 32
ayat (2) dinyatakan : “ Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan
sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hokum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang
merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu
tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala
Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke
Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut”.

7. Bahwa dengan hanya berdasarkan Surat Girik No. 426 Persil 42 S III, Para Tergugat
Rekonpensi dengan arogansinya telah bertindak seolah-olah sebagai pemilik sah
atas sebidang tanah terletak di Jalan Jalan Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan
Ciputat Kabupaten Tangerang, sebagaimana yang ternyata dalam Sertifikat Hak
Milik No. 01829;

8. Bahwa tanpa bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, pada


hari Jum’at, tanggal 20 Mei 2011, Para Tergugat Rekonpensi telah memasuki
pekarangan dan membuat pondasi yang menutupi kases jalan masuk ke pekarangan
tanah milik Penggugat Rekonpensi yang terletak di Jalan Jalan Merpati Raya, Desa
Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, sebagaimana yang ternyata dalam
Sertifikat Hak Milik No. 01829, dan selain itu Para Tergugat Rekonpensi juga pernah
2 kali menggembok pintu Gerbang yang digunakan Penggugat Rekonpensi untuk
memasuki pekarangan tanah miliknya;

9. Bahwa sehubungan tindak pidana Perbuatan Tidak Menyenangkan dan/atau


memasuki Pekarangan Tanpa Ijin yang dilakukan Para Tergugat Rejonpensi
tersebut, Penggugat Rekonpensi telah melaporkannya ke Kepolisian Resor
Metropolitan Jakarta Selatan, sebagaimana yang terdaftar dalam Surat Tanda
20
Penerimaan Laporan Nomor : LP/893/K/VI/2011/PMJ/Res Jaksel tertanggal 1 Juni
2011;

10. Bahwa tindakan Para Tergugat Rekonpensi yang telah menganggu, mengintervensi,
mengimintimidasi dan mengusik ketenangan Penggugat Rekonpensi dengan
bertindak seolah-olah sebagai pihak yang berhak atas sebidang tanah terletak di
Jalan Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang,
sebagaimana yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829 dapat
dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum, vide ketentuan pasal 1365 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata);

Dalam ketentuan pasal 1365 KUHPerdata disebutkan yaitu: “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”
(Himpunan Peraturan Perundang-Undangan R.I. disusun menurut sistem
Engelbrecht, Intermasa, Jakarta: 1989, hlm. 521).

Menurut Mr. Ter Haar, yang dikutip dari buku Perbuatan Melanggar Hukum
dipandang dari sudut hukum perdata, Prof. DR. R. Wirjono Prodjodikoro, S.H.,
Mandar Madju, Bandung: 2000, hlm 6 disebutkan suatu delict mempunyai kriteria
yaitu “tiap-tiap gangguan dari keseimbangan, tiap-tiap gangguan pada barang-
barang kelahiran dan kerokhanian dari milik hidup seseorang atau gerombolan
orang-orang”. Kriteria ini menurut Prof. DR. R. Wirjono Prodjodikoro, S.H. sebagai
perbuatan melanggar hukum.

Menurut mantan Hakim Agung Setiawan, S.H. dalam bukunya Aneka Masalah
Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni :Bandung, hlm 301-302, dinyatakan
secara tegas bahwa perbuatan melanggar hukum memiliki kriteria yaitu:
“bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; melanggar hak subyektif orang
lain; melanggar kaidah tata susila; dan terakhir bertentangan dengan asas
kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam
pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain”.

Dari ketentuan-ketentuan hukum dan doktrin ilmu hukum tersebut terbukti Para
Tergugat Rekonpensi telah memenuhi kriteria melakukan suatu perbuatan
melawan hukum, karena itu cukup alasan dan berdasarkan hukum kiranya bila
Penggugat Rekonpensi mohon kehadapan Yan Mulia Majelis Hakim yang memeriksa
dan memtus perkara aquo berkenan untuk menyatakan bahwa Para Tergugat
Rekonpensi telah melakukan perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat
Rekonpensi;

11. Bahwa atas Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat
Rekonpensi tersebut, Penggugat Rekonpensi telah dirugikan baik materiil maupun
immateriil, yakni :

A. Kerugian materiil berupa :


21
- Membayar biaya untuk membongkar pondasi yang dibuat oleh Para
Penggugat Rekonpensi sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah);
- Membayar Tenaga Pengamanan untuk menjaga tanah yang terletak di Jalan
Jalan Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang
(SHM No. 01829) dari ganggugan Para Tergugat Rekonpensi sebesar
Rp.20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah);
- Membayar biaya Pengacara sebesar Rp. 150.000.000,- (Seratus Lima Puluh
Juta Rupiah);
- Biaya Akomodasi dan Transportasi sidang, yakni biaya sekali sidang
Rp.2.000.000,- (Dua Juta Rupiah) dan diperkirakan sidang berjalan sebanyak
10 kali sidang atau total sebesar Rp. 20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah).

Sehingga total kerugian materiil sebesar Rp.200.000.000,- (Dua Ratus Juta


Rupiah);

B. Kerugian immateriil berupa hilangnya kredibilitas/nama baik/harga diri, hak


asasi Penggugat Rekonpensi yang difitnah, diteror dan diancam dengan
menggunakan preman-preman.

Bahwa untuk menilai kredibilitas maupun nama baik seseorang (kerugian


immateriil) sangat sulit, karena secara hukum jika pihak yang dirugikan ingin
menuntut dalam bentuk materi, maka pihak yang dirugikan dapat minta ganti
rugi mulai dari Rp.1,- sampai tak terhingga. Dan untuk itu sangat layak dan adil
jika Penggugat Rekonpensi minta ganti rugi immateriil kepada Para Tergugat
Rekonpensi secara tanggung renteng sebesar Rp.1.000.000.000,- (Satu Milyar
Rupiah);

C. Bahwa untuk menghindari adanya itikad buruk dari Para Tergugat Rekonpensi
serta agar gugatan ini tidak sia-sia, maka mohon kiranya diletakan sita terhadap
harta – harta kekayaan Para Tergugat Rekonpensi, baik harta tetap maupun harta
bergerak lainnya, baik yang sekarang telah ada atau yang akan ada dikemudian hari,
sampai sejumlah nilai ganti rugi yang telah dikabulkan oleh Pengadilan cq. Majelis
Hakim yang memeriksa perkara a quo dan untuk itu akan dibuat permohonan
tersendiri;

D. Bahwa gugatan rekonpensi ini diajukan atas dasar bukti–bukti yang autentik dan
sah menurut hukum, sehingga dapat dijatuhkan putusan terlebih dahulu, meskipun
ada verzet, banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij vooraad).

Berdasarkan fakta-fakta dan alasan hukum yang diuraikan di atas, maka jelaslah cukup
alasan bagi Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini berkenan
untuk menyatakan :

22
DALAM EKSEPSI

1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat I seluruhnya;


2. Menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima untuk seluruhnya.

DALAM POKOK PERKARA

DALAM KONPENSI

1. Menolak gugatan Para Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya tidak dapat


diterima;
2. Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara.

DALAM REKONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi untuk seluruhnya;


2. Menyatakan bahwa tanah yang terletak di Desa Sawah Kecamatan Ciputat
Kabupaten Tangerang sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Hak Milik
No. 01829 atas nama Arti Siswoyo adalah sah milik Penggugat Rekonpensi .
3. Menyatakan Para Tergugat Rekonpensi telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum;
4. Menyatakan sah dan berharga terhadap sita jaminan atas harta-harta milik Para
Tergugat Rekonpensi yang telah diletakkan;
5. Menghukum Para Tergugat Rekonpensi untuk membayar ganti rugi materiil secara
tanggung renteng kepada Penggugat Rekonpensi sebesar Rp.200.000.000,- (Dua
Ratus Juta Rupiah) yang harus dibayar secara tunai, kontan dan seketika ;
6. Menghukum Para Tergugat Rekonpensi secara tanggung renteng untuk membayar
ganti rugi immateriil kepada Penggugat Rekonpensi sebesar Rp.1.000.000.000,-
(Satu Milyar Rupiah) yang harus dibayar secara tunai, kontan dan seketika;
7. Menghukum Para Tergugat Rekonpensi membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 10.000.000,- ( Sepuluh Juta Rupiah ) setiap hari mulai saat putusan
mempunyai kekuatan hukum tetap ( inkracht van gewisje) sampai Para Tergugat
Rekonpensi melaksanakan isi putusan;
8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun ada verzet,
banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij vooraad);
9. Menghukum Para Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya perkara.

ATAU

Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon Putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).

23
Hormat Kami,
Kantor Hukum Dan Advokat SHT & Rekan
Selaku Kuasa Hukum
TERGUGAT KONPENSI I dan PENGGUGAT REKONPENSI

Dr. Heru Sugiyono, S.H., M.H. Teguh Hartono, S.H., M.H.

24

Anda mungkin juga menyukai