Dalam Perkara
No.196/Pdt.G/2022/PN.TNG.
Antara
Melawan
Jakarta, tanggal……………………………….
Dengan ini mengajukan Jawaban terhadap Gugatan yang diajukan oleh PARA PENGGUGAT
tertanggal 12 April 2021, dengan alasan-alasan sebagai berikut :
I. DALAM EKSEPSI:
A.1. Bahwa dalam Posita No. 14 Surat Gugatan dalam perkara a quo, Para
Penggugat mendalilkan bahwa Sertifikat hak milik No. 01829 atas nama
Arti Siswoyo atas tanah milik Para Penggugat, yaitu tanah Girik No. 426
Persil 42 S III dengan lua ±2260 M2 yang terletak di Desa Sawah
Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang adalah cacat hukum, karena
dibuat berdasarkan Akta Jual Beli yang cacat hukum (“Obyek Sengketa”).
Perkara No.130/Pdt.G/2005/PN.TNG.
”MENGADILI :
DALAM EKSEPSI
Menerima eksepsi Tergugat I sampai dengan Tergugat III dan
Eksepsi Turut Tergugat I.
”MENGADILI :
3
- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tangerang
Nomor : 130/Pdt.G/2005/PN.TNG. tanggal 06 Desember
2005, yang dimohonkan banding tersebut;
- Menghukum PEMBANDING/ TERGUGAT II untuk
membayar biaya perkara yang timbul di kedua tingkat
peradilan yang ditingkat banding sebanyak Rp.300.000,-
(tiga ratus ribu rupiah)”.
A.3. Berdasarkan uraian tersebut di atas, terbukti secara jelas dan nyata bahwa
gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh Para Penggugat
tentang kepemilikan tanah Obyek Sengketa, adalah nebis in idem dengan
alasan:
B.1. Bahwa dalam petitum No. 6 halaman 6, Para Penggugat telah mehon
kepada Pengadilan Negeri Tangerang melalui Yang Mulia Majelis Hakim
4
yang menangani dan memeriksa perkara aquo untuk memutus :
“Menyatakan batal atau setidak-tidaknya tidak memiliki kekuatan hukum
Sertifikat hak milik No. 01829, Surat Ukur No. 167/Sawah/2000 tanggal
29 April 2000 yang diterbitkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Tangerang (TURUT TERGUGAT II).”
B.2. Bahwa Sertifikat merupakan keputusan Tata Usaha Negara yakni suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan Pejabat Tata Usaha Negara
berisi Tindak Hukum Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;
Dalam Pasal 53 ayat (1) Undang – Undang No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara Jo. UU No. 9/2004 Jo. UU No. 51/2009, dengan
tegas dinyatakan : bahwa seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang
berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau
rehabilitasi.
C.2. Bahwa sesuai ketentuan pertanahan yang berlaku, dasar kepemilikan Para
Penggugat tersebut di atas bukanlah bukti hak kepemilikan atas tanah,
karena bukti hak kepemilikan atas tanah adalah Sertifikat, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, khususnya Pasal 32 yang menyebutkan :
5
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang
termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut
sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak
yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara
sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka
pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi
menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)
tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan
keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala
Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan
gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan
sertipikat tersebut.
C.3. Bahwa menurut Maria S.W. Sumardjono sebagaimana dikutip oleh Urip
Santoso dalam bukunya “Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah”,
Kencana Predana Media Group, Jakarta, 2010, halaman 276-277,
disebutkan bahwa:
“Apabila selama 5 (lima) tahun pemegang hak atas tanah semula lalai
untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan sifat dan tujuan haknya, serta
membiarkan hak atas tanahnya dikuasai dan didaftarkan oleh pihak lain
yang beritikad baik dan ia tidak mengajukan gugatan ke pengadilan,
berarti yang bersangkutan menelantarkan tanahnya dan kehilangan
haknya untuk menggugat. Konsepsi ini didasarkan pada lembaga
rechtsverwerking yang dikenal dalam Hukum Adat”.
6
Konstruksi hukumnya adalah apabila selama lima tahun pemegang hak
atas tanah semua lalai untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan sifat
dan tujuan haknya, serta membiarkan hak atas tanahnya dikuasai dan
didaftarkan oleh pihak lain yang beritikad baik dan ia tidak mengajukan
gugatan ke pengadilan, berarti yang bersangkutan telah menelantarkan
tanahnya dan kehilangan haknya untuk menggugat.
C.4. Berdasarkan uraian di atas, terbukti secara jelas dan nyata bahwa Gugatan
Para Penggugat sangat tidak berdasar, karena Para Penggugat tidak dapat
menunjukkan dan membuktikan bahwa tanah Obyek Sengketa adalah
miliknya.
“Bahwa salah satu prinsip fundamental atas sahnya gugatan secara formal,
gugatan harus diajukan oleh pihak yang memiliki kapasitas bertindak
sebagai Penggugat menurut Hukum Acara, orang yang memiliki kapasitas
mengajukan gugatan dalam suatu perkara perdata, hanya orang yang
menpunyai hubungan hukum dan kepentingan dengan apa yang
disengketakan. Apabila gugatan diajukan oleh orang yang tidak mempunyai
kapasitas untuk memperkarakan suatu sengketa, maka gugatan
mengandung cacat hukum dan gugatan dinyatakan mengandung cacat
error in persona dalam bentuk diskualifikasi in person”.
C.6. Bahwa M. Yahya Harahap dalam bukunya “Hukum Acara Perdata”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005, halaman 111:
“Gugatan yang diajukan oleh orang yang tidak berhak atau tidak memiliki
hak untuk itu, merupakan gugatan yang mengandung cacat formil error in
persona dalam bentuk diskualifikasi in persona yaitu pihak yang bertindak
sebagai penggugat adalah orang yang tidak punya syarat untuk itu”.
7
D.1. Bahwa pada posita angka 8 dan 9, Para Penggugat mendalilkan tanah
obyek sengketa diambil alih oleh Tergugat dengan tanpa hak dan melawan
hukum, berdasarkan bukti kepemilikan sertifikat hak milik No. 01829 yang
diperoleh dari Akta Jual Beli dengan MAMAD BIN NEMAN selaku Penjual,
sedangkan Tergugat I sebagai pembelinya.
D.3. Bahwa sebagaimana terurai dalam Surat Gugatannya, secara jelas dan
nyata Para Penggugat sangat mengetahui dan memahami kalau Tergugat I
memperoleh tanah Obyek Sengketa berasal dari MAMAD BIN NEMAN dan
dan HERONYMUS HENDRISAPTADI. Adapun peralihan atas tanah Obyek
Sengketa dimaksud juga telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh
karenanya, sudah seharusnya HERONYMUS HENDRISAPTADI diikut
sertakan sebagai pihak dalam perkara a quo.
”Semua pihak harus digugat, harus lengkap, jika tidak maka gugatan cacat
formil”.
8
sebagai Tergugat. Alasannya, dalam kasus ini, Oji mempunyai urgensi
untuk membuktikan hak kepemilikannya maupun asal usul tanah
sengketa serta dasar hukum Oji menghibahkan kepada Tergugat I”.
E.2. Bahwa adapun riwayat tanah yang menjadi obyek sengketa adalah sebagai
berikut :
E.3. Bahwa lokasi tanah Obyek Sengketa yang diakui kepemilikannya oleh Para
Penggugat tidak jelas dasar hukum kepemilikannya, karena apabila tanah
yang dimaksud adalah tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I, hal tersebut
sangatlah tidak mungkin, dengan alasan sebagai berikut:
1) Bahwa tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I terletak di Jalan Jalan
Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang,
sebagaimana yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829,
yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Tangerang dengan
batas-batas sebagai berikut :
E.4. Bahwa oleh karena dalil gugatan Para Penggugat dalam mendalillkan asal
muasal tanah obyek sengketa berbeda dengan riwayat tanah yang
sebenarnya, dan batas letak tanah obyek sengketa tidak sesuai dengan
fakta hukum yang sebenarnya, apalagi dalam gugatannya Para Penggugat
mendalilkan telah menjaga, merawat, membuat pagar dan menanami tanah
obyek sengketa, namun pada kenyataannya Para Tergugat tidak pernah
menempati maupun menguasai tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I.
Dengan dalil gugatan yang tidak sesuai dengan fakta hukum yang ada
tersebut, maka menjadikan gugatan Para Penggugat TIDAK JELAS/KABUR
(OBSCUUR LIBEL);
E.5. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Rv, dan telah menjadi
Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Republik Indonesia
No.492K/Sip/1970 tanggal 16 Desember 1970 menyebutkan:
“Gugatan kabur (kabur) atau tidak sempurna harus dinyatakan tidak dapat
diterima”.
1) Bahwa Tergugat I mohon agar jawaban di bawah ini dianggap merupakan satu
kesatuan dengan bagian Eksepsi Tergugat I dan Turut Tergugat I tersebut di atas
yang secara mutatis mutandis tidak dapat dipisahkan.
10
A. BAHWA TERGUGAT I MEMPEROLEH TANAH OBYEK SENGKETA BERASAL
DARI MAMAD BIN NEMAN, SEDANGKAN MAMAD BIN NEMAN MEMPEROLEH
TANAH OBYEK SENGKETA BERASAL DARI DIRUN BIN DULAH
A.2. Bahwa dalil gugatan Para Penggugat dalam posita angka 2 dan 3 halaman 2
yang menyatakan kepemilikan atas tanah Obyek Sengketa berasal dari
harta warisan Djalim Seram, dengan batas – batas :
dan, sejak tahun 1937 hingga sekarang dan tanah milik Djalim Seram
tersebut secara turun temurun, terus menerus, dijaga, dirawat, dipagar dan
ditanami oleh Para Penggugat selaku ahli waris dari Djalim Seran adalah
dalil yang tidak benar.
- Semula tanah obyek sengketa merupakan milik Dirun Bin Dulah yang
kemudian beralih kepemilikannya kepada Mamad Bin Neman
berdasarkan Surat Jual Mutlak tertanggal 11 Nopember 1960 yang
diketahui oleh Lurah Desa Sawah;
11
- Pada akhirnya tanah obyek sengketa tersebut sepenuhnya menjadi milik
Tergugat I berdasarkan Akta Pembagian Hak Bersama tanggal
4 September 2002 No. 121/2002 dibuat oleh dan dihadapan Jafrizolfi,
SH. Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Wilayah Kabupaten Tangerang.
A.4. Bahwa tanah Obyek Sengketa milik Tergugat I terletak di Jalan Merpati
Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, sebagaimana
yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829, yang dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Tangerang dengan batas-batas sebagai berikut :
- Utara : Dahulu tanah milik Minan B. Riin / Murodo
Sekarang tanah milik Bapak Tri Wibowo
- Timur : saluran air dan tanah milik Bapak Ari Tubagus
- Selatan : Jalan Merpati Raya
- Barat : Dahulu tanah milik Ir. Soemadi/Sutanto
Sekarang tanah milik Bapak Bibit Waluyo/M. Fuat
A.5. Bahwa mengenai batas tanah Obyek Sengketa yang disebutkan oleh Para
Penggugat, Sebelah Utara : Tanah milik H. Sapri; Sebelah Barat : Tanah
milik Ex Pangge Bongeng. Padahal berdasarkan fakta hukum yang
sebenarnya batas tanah obyek sengketa yang dimiliki/dikuasai Tergugat I
adalah Sebelah Utara : Dahulu Tanah milik Minan B. Riin / Murodo,
sekarang tanah milik Bapak Tri Wibowo ; Sebelah Timur : saluran air
dan tanah milik Bapak Ari Tubagus; Sebelah Barat : Dahulu Tanah milik
Ir. Soemadi/Sutanto, sekarang tanah milik Bapak Bibit Waluyo/ M.
Fuat. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena memang Para Penggugat
tidak pernah menempati maupun menguasai tanah Obyek Sengketa milik
Tergugat I dimaksud, apalagi menjaga, merawat, membuat pagar dan
menanaminya sebagaimana dalil gugatannya, mengingat Para Penggugat
bukanlah pemilik yang sebenarnya.
“Bila tidak jelas batas-batas tanah sengketa, maka gugatan tidak dapat
diterima”.
B.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 4, 5, 6 dan 7 halaman 3 serta Posita No. 17 dan 18 halaman 4 dan 5
dalam gugatannya, karena dalil tersebut tidak berdasar, mengingat yang
dijadikan dasar kepemilikan tanah Obyek Sengketa dimaksud adalah Girik
No. 426 Persil 42 S III.
12
B.2 Bahwa SPPT PBB bukanlah merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah
dan/atau bangunan melainkan semata-mata diterbitkan untuk kepentingan
pemungutan Pajak Bumi dan/atau Bangunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994
sebagai berikut :
Pasal 1 Angka 4 dan Angka 5 :
4. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak adalah surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut
ketentuan undang-undang ini.
5. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dalah surat yang digunakan
untuk Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya
pajak yang terhutang kepada wajib pajak.
(a) Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang menyebutkan :
13
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis
tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat
secara sah atas nama orang atau badan hokum yang memperoleh
tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya,
maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak
dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam
waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak
mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat
dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak
mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah
atau penerbitan sertipikat tersebut.
B.3. Bahwa berdasarkan dalil Para Penggugat dimaksud, terbukti secara jelas
dan tegas bahwa Para Penggugat tidak pernah memiliki tanah yang
menjadi Obyek Sengketa.
D.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 11, 12, 13 dan 14 halaman 4 dalam gugatannya, karena dalil tersebut
tidak berdasar;
D.2. Bahwa Bukti SP2HP sebagaimana yang didalilkan oleh Para Penggugat
adalah Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Penyidik Kepolisian
Republik Indonesia yang harus dibuktikan kebenarannya melalui proses
sidang Pengadilan;
D.3. Bahwa berdasarkan Pasal 185 ayat 1 KUHAP dinyatakan “Keterangan saksi
sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang Pengadilan”;
D.4. Bahwa berdasarkan fakta hukum yang ada, sejak Laporan Polisi diajukan
oleh Para Penggugat sebagaimana tercantum dalam SP2HP tersebut yakni
tahun 2005 hingga sekarang, berkas perkaranya belum pernah
14
dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri untuk kemudian disidangkan di tingkat
Pengadilan;
C.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 8 halaman 3 dan Posita 15, 16, dan 19 halaman 4, 5 dalam gugatannya,
karena dalil tersebut tidak berdasar.
C.2. Bahwa Tergugat I menolak dalil Para Penggugat yang menyatakan bahwa
Tergugat I telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena suatu
perbuatan dapat disebut sebagai suatu perbuatan melawan hukum
berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata, apabila perbuatan tersebut telah
memenuhi 5 (lima) unsur yaitu :
15
Bahwa mengingat peralihan hak atas tanah Obyek Sengketa telah
dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku sebagaimana uraian di atas,
maka unsur kesalahan dari pelaku in casu Tergugat I sama sekali tidak
terpenuhi.
E.1. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil Para Penggugat pada Posita
No. 20, 21, 22 dan 23 halaman 5 dalam gugatannya, karena selain sangat
tidak berdasar (onrechmatige of ongegrond), Tergugat I tidak mempunyai
hubungan hukum apapun dengan Para Penggugat, sehingga tidak ada
kewajiban apapun yang harus dilaksanakan oleh Tergugat I kepada Para
Penggugat. Sesuai putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.239
K/Sip/1968 yang sudah menjadi Yurisprudensi tetap menyebutkan bahwa:
16
Selanjutnya Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
No.558.K/SIP/1983 tanggal 28 Mei 1984, menegaskan:
“ganti rugi yang tidak dirinci berdasarkan fakta harus dinyatakan tidak
mempunyai dasar hukum dan harus ditolak“.
F.1. Bahwa permohonan sita jaminan yang diajukan oleh Para Penggugat pada
posita angka 24 halaman 5 posita gugatan aquo adalah tidak mempunyai
dasar hukum dan alasan yang kuat karena tidak didukung oleh bukti-bukti
yang akurat;
F.3. Bahwa dalam mengajukan permohonan sita jaminan, Para Penggugat tidak
jelas menyebutkan letak dan batas obyek sengketa, yakni hanya
menyebutkan sebidang tanah Girik No. 426 Persil 42 S III dengan luas
±2260 M2 serta bangunan dan hasil bumi diatasnya” yang terletak di Desa
Sawah kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, dengan batas-batas :
- Utara : Tanah milik H. Sapri
- Timur : Selokan Air
- Selatan : Jalan Raya
17
- Barat : Tanah milik Ex Pangge Bongeng
F.4. Bahwa sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung R.I. No. 2 tahun 1962 tentang
Cara Pelaksanaan Sita Atas Barang-Barang Yang Tidak Bergerak,
permohonan sita harus menyebutkan letak dan batas – batas obyek yang
akan diajukan sita secara jelas dan terperinci.
G.1. Bahwa keliru dan tidak berdasar pula Petitum Gugatan Para Penggugat
angka 13 yang menyatakan :
“13. Menyatakan putusan perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun ada perlawanan, banding, kasasi ataupun upaya hukum lainnya
dari Para Tergugat atau pihak ketiga lainnya (Uitvoerbaar Bij Vooraad).”
G.2. Bahwa permohonan Penggugat tersebut di atas sama sekali tidak memenuhi
Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2000, yaitu mengenai hal-hal sebagai berikut :
18
5. Tidak terdapat gugatan provisional dengan pertimbangan hukum yang
tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv;
6. Pokok sengketa bukan mengenai bezitsrecht.
G.3. Bahwa gugatan Para Penggugat hanya didasarkan pada bukti girik. Hal
mana berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, girik
bukanlah bukti kepemilikan hak dan bukan merupakan bukti autentik.
DALAM REKONPENSI
1. Bahwa mohon dalil-dalil yang telah termuat Dalam Konpensi diatas baik Dalam
Eksepsi maupun Dalam Pokok Perkara telah termuat dan tertuang kembali ke dalam
gugatan Dalam Rekonpensi ini secara sempurna tanpa ada yang dikecualikan;
4. Bahwa tanah Obyek Sengketa yang dimiliki oleh Penggugat Rekonpensi telah sesuai
dengan prosedur hukum yang berlaku. Hal mana pada mulanya tanah obyek
sengketa berasal dari Dirun Bin Dulah dialihkan kepada Mamad Bin Neman dengan
Persil No. 42 b SIV BUKAN dari Djalim Seran dengan Persil 42 S III, dengan
didasarkan atas fakta hukum sebagai berikut :
- Semula tanah obyek sengketa merupakan milik Dirun Bin Dulah yang kemudian
beralih kepemilikannya kepada Mamad Bin Neman berdasarkan Surat Jual
Mutlak tertanggal 11 Nopember 1960 yang diketahui oleh Lurah Desa Sawah;
- Selanjutnya Mamad Bin Neman menjual tanah obyek sengketa tersebut kepada
Tergugat I dan HERONYMUS HENDRISAPTADI berdasarkan Akta Jual Beli
tanggal 28 Maret 2000 No. 269/Ciputat/2000 dibuat oleh dan dihadapan Drs.
Hermansyah selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara Wilayah Kabupaten
Tangerang;
5. Bahwa tindakan Para Tergugat Rekonpensi yang menyatakan diri sebagai pihak
yang berhak atas sebidang tanah yang terletak diatas Sertifikat Hak Milik No. 01829
surat ukur No. 167/sawah/2000 atas nama Penggugat Rekonpensi tanpa alas hak
yang sah yakni berupa surat Girik adalah sangat tidak berdasar hukum dan
cenderung mengada-ada;
6. Bahwa Sertifikat Hak Milik No. 01829 surat ukur No. 167/sawah/2000 atas nama
Penggugat Rekonpensi telah terbit sejak tahun 2000. Dan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, khususnya Pasal 32
ayat (2) dinyatakan : “ Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan
sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hokum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang
merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu
tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala
Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke
Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut”.
7. Bahwa dengan hanya berdasarkan Surat Girik No. 426 Persil 42 S III, Para Tergugat
Rekonpensi dengan arogansinya telah bertindak seolah-olah sebagai pemilik sah
atas sebidang tanah terletak di Jalan Jalan Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan
Ciputat Kabupaten Tangerang, sebagaimana yang ternyata dalam Sertifikat Hak
Milik No. 01829;
10. Bahwa tindakan Para Tergugat Rekonpensi yang telah menganggu, mengintervensi,
mengimintimidasi dan mengusik ketenangan Penggugat Rekonpensi dengan
bertindak seolah-olah sebagai pihak yang berhak atas sebidang tanah terletak di
Jalan Merpati Raya, Desa Sawah, Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang,
sebagaimana yang ternyata dalam Sertifikat Hak Milik No. 01829 dapat
dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum, vide ketentuan pasal 1365 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata);
Dalam ketentuan pasal 1365 KUHPerdata disebutkan yaitu: “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”
(Himpunan Peraturan Perundang-Undangan R.I. disusun menurut sistem
Engelbrecht, Intermasa, Jakarta: 1989, hlm. 521).
Menurut Mr. Ter Haar, yang dikutip dari buku Perbuatan Melanggar Hukum
dipandang dari sudut hukum perdata, Prof. DR. R. Wirjono Prodjodikoro, S.H.,
Mandar Madju, Bandung: 2000, hlm 6 disebutkan suatu delict mempunyai kriteria
yaitu “tiap-tiap gangguan dari keseimbangan, tiap-tiap gangguan pada barang-
barang kelahiran dan kerokhanian dari milik hidup seseorang atau gerombolan
orang-orang”. Kriteria ini menurut Prof. DR. R. Wirjono Prodjodikoro, S.H. sebagai
perbuatan melanggar hukum.
Menurut mantan Hakim Agung Setiawan, S.H. dalam bukunya Aneka Masalah
Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni :Bandung, hlm 301-302, dinyatakan
secara tegas bahwa perbuatan melanggar hukum memiliki kriteria yaitu:
“bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; melanggar hak subyektif orang
lain; melanggar kaidah tata susila; dan terakhir bertentangan dengan asas
kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam
pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain”.
Dari ketentuan-ketentuan hukum dan doktrin ilmu hukum tersebut terbukti Para
Tergugat Rekonpensi telah memenuhi kriteria melakukan suatu perbuatan
melawan hukum, karena itu cukup alasan dan berdasarkan hukum kiranya bila
Penggugat Rekonpensi mohon kehadapan Yan Mulia Majelis Hakim yang memeriksa
dan memtus perkara aquo berkenan untuk menyatakan bahwa Para Tergugat
Rekonpensi telah melakukan perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat
Rekonpensi;
11. Bahwa atas Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat
Rekonpensi tersebut, Penggugat Rekonpensi telah dirugikan baik materiil maupun
immateriil, yakni :
C. Bahwa untuk menghindari adanya itikad buruk dari Para Tergugat Rekonpensi
serta agar gugatan ini tidak sia-sia, maka mohon kiranya diletakan sita terhadap
harta – harta kekayaan Para Tergugat Rekonpensi, baik harta tetap maupun harta
bergerak lainnya, baik yang sekarang telah ada atau yang akan ada dikemudian hari,
sampai sejumlah nilai ganti rugi yang telah dikabulkan oleh Pengadilan cq. Majelis
Hakim yang memeriksa perkara a quo dan untuk itu akan dibuat permohonan
tersendiri;
D. Bahwa gugatan rekonpensi ini diajukan atas dasar bukti–bukti yang autentik dan
sah menurut hukum, sehingga dapat dijatuhkan putusan terlebih dahulu, meskipun
ada verzet, banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij vooraad).
Berdasarkan fakta-fakta dan alasan hukum yang diuraikan di atas, maka jelaslah cukup
alasan bagi Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini berkenan
untuk menyatakan :
22
DALAM EKSEPSI
DALAM KONPENSI
DALAM REKONPENSI
ATAU
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon Putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).
23
Hormat Kami,
Kantor Hukum Dan Advokat SHT & Rekan
Selaku Kuasa Hukum
TERGUGAT KONPENSI I dan PENGGUGAT REKONPENSI
24