Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaimanakah konsep dari reforma agraria di Indonesia?

Berdasarkan amanat UUPA Nomor 5 Tahun 1960, terdapat 6 (enam)


elemen pokok program Landreform, yaitu :
 Pembatasan pemilikan maksimum,
 Larangan pemilikan tanah absentee,
 Redistribusi tanah yang melampaui batas maksimum, tanah absentee,
tanah bekas swapraja dan tanah negara lainnya,
 Pengaturan pengembalian dan penebusan tanah pertanian yang
digadaikan;
 Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian,
 Penetapan batas minimum pemilikan tanah pertanian, disertai larangan
melakukan perbuatan mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah
pertanian menjadi bagian yang terlampau kecil.
Dalam perjalanannya, program landreform ini berkembang dan akhirnya
menjelma menjadi Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) yang
seringkali disebut juga sebagai landreform plus karena mempunyai 2 (dua)
pilar yaitu reforma aset (landreform) dan reforma akses. Reforma aset
merupakan upaya redistribusi tanah sebagaimana yang selama ini dikenal
sebagai landreform, dan reforma akses sebagai kegiatan pelengkap/penunjang
redistribusi aset untuk memastikan terwujudnya peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui penyediaan modal, pendampingan, dan penyediaan
teknologi pertanian. Ciri khas dari PPAN yang membedakannya dengan
program terdahulu adalah formula penguatan aset (pemberian hak) dan
pembukaan akses (modal dan pasar). Kegiatan ini juga melibatkan lintas sektor.
Strategi dasar PPAN yang ditetapkan oleh BPN adalah (i) penataan
konsentrasi aset dan tanah terlantar melalui penataan politik dan hukum
pertanahan berdasar Pancasila, UUD 1945 dan UUPA; (ii) mengalokasikan
tanah yang langsung dikuasai oleh negara (obyek) untuk rakyat (subyek).
Untuk itu, pelaksanaan program ini mencakup 4 (empat) lingkup kegiatan,
yaitu penetapan obyek, penetapan subyek, mekanisme distribusi aset, dan
pengembangan reforma akses.

2. Salah satu pelaksanaan landreform adalah hak menguasai dari negara atas


tanah. Bagaimanakah kewenangan dari Negara berdasarkan UUD 1945 dan
UUPA?

Dengan berpedoman pada penjelasan hak menguasai negara atas tanah yang
ditegaskan dalam pasal 2 ayat (1) UUPA negara sebagai organisasi kekuasaan
tertinggi seluruh rakyat Indonesia diberikan wewenang untuk :
 Mengatur dan menyelenggarakan,peruntukan, penggunaan,persediaan dan
pemeliharaan;
 Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari)
bumi, air dan ruang angkasa itu;
 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang
angkasa.
Maka secara filosofi dari makna hak menguasai negara atas sumber daya
agraria (tanah), memberikan kewenangan kepada negara untuk mengatur
pemanfaatan
hak-hak atas tanah termasuk yang dikuasai oleh masyarakat. Artinya kedudukan
negara dalam mengurus dan mengatur hak-hak atas tanah masyarakat terkait
dengan kedudukan sebagai penguasa bukan sebagai pemilik. Sebab pengertian
antara dikuasai dengan ”dimiliki” mempunyai konsekwensi yuridis sebagai
pernah terjadi sebelum berlakunya UUPA.

3. Bagaimanakah tentang roadmap reforma agraria tahun 2022-2024!

Tahun 2022 targetnya seluas ±202.683 ha (4,50%) atau 424.420 bidang.


Tahun 2022 dirumuskan 11 rencana aksi yakni; 1. Pelaksanan pilot project
percepatan redistribusi tanah di 4 lokasi (Kaltim, Kalbar, Kalteng dan Sumsel)
seluas ±53.967 (5,57%%) dari SK Pencadangan seluas 968.918, 2.
Menyelesaikan redistribusi tanah dari hasil inver PPTKH, 3. Perlu adanya
kegiatan untuk memastikan PKH yang telah APL terverifikasi clean & clear
(DIP4T dan rekonstruksi batas), 4. Penerbitan aturan untuk penyerahan 20%
luas tanah untuk perkebunan dari pemegang izin PKH, 5. Revisi Perpres 86
Tahun 2018 tentang Reforma Agraria, 6. Pelaksanaan pilot project
pengembangan penataan akses dan penataan penggunaan tanah berdasarkan
SPAB dan pengembangannya, 7. Pelaksanaan joint survey penataan batas
dalam rangka pelepasan KH, 8. Percepatan tata batas dan penerbitan SK
Penetapan/Perubahan atas adendum IUPHHK, 9. Percepatan penyelesaian
permasalahan pada lokasi transmigrasi melalui Tim GTRA, 10. Realisasi sisa
target pelepasan KH untuk memenuhi target 4,1 juta ha, dan 11. Penyelesaian
lokasi prioritas reforma agraria (major project).
Tahun 2023 targetnya seluas ±1.011.243 ha (22,47%) atau ±2.046.548 bidang.
Tahun 2023 dengan rencana aksi : 1. Menyelesaikan redistribusi tanah dari PKH
yang telah APL (setelah terverifikasi clean & clear pada 2022), 2. Redistribusi
tanah hasil pilot project dan sebagian 20% PKH untuk perkebunan, dan 3.
Penyelesaian lokasi prioritas reforma agraria (major project).
Tahun 2024 targetnya seluas ±1.835.373 ha (40,79%) atau ±4.049.146 bidang.
Tahun 2024 dengan rencana aksi : 1. Penyelesaian redistribusi tanah yang
merupakan backlog target 4,5 juta ha, dan (2) Penyelesaian lokasi prioritas
reforma agraria (major project). Keseluruhan isi roadmap ini membutuhkan
komitmen dan kompetensi dari seluruh jajaran pemerintahan sehingga
menjadikannya mungkin terealisasi dalam praktik. Keadilan, kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat yang terus meningkat sebagai dampak dari realisasi
roadmap ini.

Sumber :
1. https://www.researchgate.net/publication/
343149830_Reforma_Agraria_Sejarah_Konsep_dan_Implementasi/link/
5f18e66445851515ef41a1ee/download
2. https://mediaindonesia.com/opini/434792/menelisik-roadmap-reforma-agraria

Anda mungkin juga menyukai