Menurut saya dikarenakan terjadinya sertipikat ganda dapat disebabkan beberapa
faktor, yaitu pemilik tanah (Sukawi) tidak memanfaatkan tanahnya sebaik mungkin, karena dalam artikel disebutkan bahwa tanah yang menurutnya sudah dikuasai sejak 1990-an itu masih berupa kavling atau tanah kosong hingga munculnya bangunan yang dibangun oleh Tanuputra. Hal lainnya adalah Sukawi tidak segera melakukan pengecekan sertipikat tanah dan menyelesaikan permasalahan tumpang tindih meski sudah diberitahukan oleh Pihak BPN saat ia menjabat sebagai Walikota. Selain itu adanya ketidaktelitian pihak BPN dalam melakukan penelitian dan pengecekan bidang tanah serta belum tersedianya basis data yang lengkap sehingga memungkinkan terjadinya sertipikat ganda.
2. Prosedur pemberian/penetapan hak atas tanah tersebut, dimulai dengan pengajuan
permohonan yang bersangkutan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setelah melengkapi semua persyaratan yang diperlukan, selanjutnya dilakukan kegiatan sebagai berikut : Pengukuran kadastral atas tanah yang dimohon oleh petugas ukur dari instansi Badan Pertanahan Nasional, hasilnya berupa Surat Ukur atau Peta Pendaftaran Tanah. Berkas permohonan tersebut diperiksa dan diteliti data yuridis dan data fisiknya oleh Panitia Pemeriksaan Tanah, hasilnya berupa Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah. Apabila berkas permohonan telah memenuhi syarat dan telah diterbitkan Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah, maka diterbitkan Surat Keputusan tentang Penetapan/pemberian Haknya oleh pejabat yang berwenang. Surat Keputusan Penetapan/Pemberian Hak tersebut disampaikan kepada pemohon; Surat Keputusan tentang Penetapan/Pemberian Haknya tersebut didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat dan oleh Kantor Pertanahan diterbitkan sertipikat Tanah sesuai jenis haknya untuk selanjutnya diserahkan kepada penerima hak yang bersangkutan.