Anda di halaman 1dari 4

Petunjuk Umum :

1. Kerjakan soal di bawah ini dengan benar dan berdasarkan argumen kritis dan tepat yang
mendukung jawaban Saudara!
2. Jawablah hanya yang diminta soal!
3. Kerjakan dengan rapi sehingga mudah dipahami.
4. Jika ada informasi yang kurang lengkap dalam soal, Saudara dapat memberikan tambahan
asumsi yang relevan.
5. Kerjakan sesuai dengan jangka waktu yang diberikan, keterlambatan akan mengurangi
point anda.
6. Diwajibkan untuk setiap Tugas diharapkan mencamtumkan Nama Mahasiswa, Nomor
Induk Mahasiswa/NIM, Kode/Nama Mata Mata Kuliah, Nama Tutor Pengampu, Tugas
Wajib ke (…)

1. Soal Studi Kasus Putusan Nomor: 27/Pdt.G/2022/PN Tgt (Lebih lengkapnya putusan
file:///D:/Downloads/putusan_27_pdt.g_2022_pn_tgt_20231029050835.pdf)
Posita Gugatan: Bahwa asal mulanya Diding (Tergugat I) adalah pemilik sebidang tanah
yang terletak di Payo Klato III Desa Suatang Baru (sekarang Desa Laburan Baru) Kecamatan
Paser Belengkong Kabupaten Paser sesuai Sertipikat Hak Milik No.504/Payo Klato III Desa
Suatang Baru. Bahwa tanah tergugat I tersebut dijual kepada Gimun dengan dibawah tangan
hanya dibuktikan melalui kwitansi, maka saat itu serpikat diberikan kepada Gimun dan saat
itu pula menguasai tanahnya. Tidak ada proses jual beli yang dilakukan tertib sebagaimana
layaknya jual beli tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah. Akibatnya setelah terjadi jual beli atas sertipikat tersebut masih tercatat
atas nama pemilik lama (penjual), belum dilakukan balik nama atas nama pemilik yang baru
(pembeli). Pada tanggal 10 Oktober 2012, Gimun bersama istrinya (Tergugat II) menjual
tanah SHM No.504 tersebut dengan bangunan rumah yang berada diatasnya kepada
Penggugat dilakukan dibawah tangan. Saat harga tanah dibayar lunas yang dibuktikan dengan
kwitansi, maka saat itu Gimun dan Tergugat II menyerahkan sertipikat tersebut kepada
Penggugat dan saat itu pula Penggugat menguasai tanah tersebut hingga saat ini. Menurut
catatan Penggugat yang diperoleh dari konfirmasi Kantor Desa Laburan Baru bahwa sejak
tanah tersebut diterbitkan sertipikat oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Paser pada tahun
1994, tanah tersebut tidak pernah menjadi objek sengketa. Bahwa untuk memberikan
kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada Penggugat, Penggugat berkeinginan untuk
mengajukan permohonan balik nama Sertipikat Hak Milik No.504 yang masih tertulis atas
nama Diding (Tergugat I) menjadi atas nama Penggugat, namun oleh karena Tergugat I tidak
diketahui tempat tinggalnya, tidak diketahui keberadaannya ditambah lagi karena Gimun
telah meninggal dunia, maka Penggugat hingga saat ini tidak dapat melakukan proses balik
nama Sertipikat Hak Milik No.504 tersebut, padahal Gimun selaku pihak pembeli pertama
SHM No.504 seharusnya menyelesaikan proses balik nama sertipikat dengan pihak penjual,
sehingga tindakan Tergugat I dan Gimun yang tidak menyelesaikan proses balik nama SHM
No.504 merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian bagi
Penggugat.
Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanah Grogot:
1) Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2) Menyatakan tindakan Para Tergugat yang tidak menyelesaikan proses balik nama
Sertipikat Hak MIlik No.504 sebagai perbuatan melawan hukum;
3) Menyatakan sah menurut hukum jual beli dibawah tangan atas tanah SHM No.504 yang
pernah dilakukan Tergugat I dengan Gimun yang dibuktikan dengan kwitansi tanggal 20
Mei 2005;
4) Menyatakan sah menurut hukum jual beli dibawah tangan atas tanah SHM No.504 yang
pernah dilakukan Gimun dan Tergugat II dengan Penggugat yang dibuktikan dengan
kwitansi tanggal 10 Oktober 2012;
5) Menyatakan sah menurut hukum sebidang tanah seluas 2.695 m2 yang terletak di Payo
Klato III Desa Suatang Baru (sekarang Desa Laburan Baru) Kecamatan Paser
Belengkong Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur sesuai Sertipikat Hak Milik
No.504/Payo Klato III Desa Suatang Baru, Surat Ukur No.3325/94 tanggal 28 Maret
1994, atas nama Diding, dengan batas-batas :
Utara : Ihsan Bin Tugiman
Timur : Carian
Selatan : Siswanto
Barat : Jalan Blok LE adalah milik Penggugat;
6) Memberikan hak kepada Penggugat untuk melakukan proses balik nama atas Sertipikat
Hak Milik No.504, Surat Ukur No.3325/1994 yang dikeluarkan Kantor Pertanahan
Kabupaten Paser tanggal 28 Maret 1994 yang sebelumnya masih terdaftar atas nama
Tergugat I menjadi atas nama Penggugat;
7) Memerintahkan kepada Turut Tergugat untuk melakukan proses balik nama Sertipikat
Hak Milik No.504 dan Buku Tanah yang sebelumnya masih terdaftar atas nama Tergugat
I menjadi atas nama Penggugat;
8) Menghukum Turut Tergugat untuk taat dan patuh atas putusan ini;
9) Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya perkara;
(Point 50)
Pertanyaan berdasarkan studi kasus putusan diatas:
➢ Berikan pendapat anda, apakah putusan hakim terkait sengketa tanah antara Penggugat
dan Tergugat sudah dianggap adil dan bagaimana proses pengurusan balik nama atas
tanah yang seharusnya dapat dilakukan oleh Gimun (Tergugat I), jelaskan.
2. Soal Studi Kasus Konflik Lahan antara Warga Desa Tepian Batang dengan PTPN XIII
di Kabupaten Paser.
Keresahan yang dirasakan masyarakat Desa Tepian Batang terkait dengan penerbitan
sertifikat tanah yang tidak dapat dilakukan masyarakat Desa Tepian Batang disebabkan tanah
yang ingin diterbitkan sertifikatnya termasuk dalam wilayah perkebunan kepada sawit milik
PTPN XIII. Oleh sebab itu, masyarakat Desa Tepian Batang pun berusaha menyelidiki
tentang wilayah yang diklaim menjadi milik PTPN XIII tersebut. Fakta dilapangan, bahwa
pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit PTPN VI (yang sekarang menjadi PTPN XIII) di
Desa Long Pinang, Kecamatan Pasir Belengkong, seluas ± 2.309 Hektar, sesuai informasi
sertifikat HGU, bahwa ijin usaha perkebunan PTPN hanya terletak di dua Desa yaitu Desa
Long Pinang dan Bekoso Kecamatan Pasir Belengkong. Wilayah Desa Tepian Batang dan
kecamatan Tanah Grogot tidak masuk dalam SK Menteri Negara Agraria/ BPN dan Sertifikat
HGU, jadi ada dugaan bahwa perkebunan Sawit PTPN XIII di wilayah Desa Tepian Batang
kecamatan tanah grogot ± 577,2 Hektar tersebut tidak memiliki ijin atau ilegal. Beberapa kali
masyarakat Desa Tepian Batang sudah berusaha meminta bantuan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Paser guna mendapatkan hak lahan mereka namun belum ditemukan hasil. PTPN
XIII sebenarnya juga telah lama menjanjikan untuk melakukan pergantian lahan tersebut
dengan memberikan lahan plasma kepada warga yang lahannya digunakan oleh PTPN XIII
untuk ditanami sawit, namun sampai sekarang lahan plasma yang dijanjikan itupun tidak
diberikan, hal inilah juga yang memicu masyarakat dengan PTPN XIII berkonflik.

Lokasi konflik lahan yang terjadi antara warga desa Tepian Batang dengan PTPN XIII, lokasi
ini pula menunjukkan kelapa sawit yang tumbuh di kanan dan kiri jalan. Lokasi ini juga yang
diklaim oleh Warga Desa Tepian Batang sebagai lahan yang kelebihan digunakan oleh PTPN
XIII yang tidak tercantum didalam Sertifikat HGU milik PTPN XIII.
(Point 50)
Pertanyaan berdasarkan studi kasus putusan diatas:
➢ Apakah tindakan dari PTPN XIII yang menguasai lahan Warga Desa Tepian Batang dapat
dianggap benar dan bagaimana pengaturan terkait HGU yang diperuntukkan bagi
Perkebunan Kelapa Sawit pada PTPN XIII, Jelaskan.

Anda mungkin juga menyukai