Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

MATA KULIAH

HKUM4211.68 HUKUM AGRARIA

DI SUSUN OLEH :

RIFA FITRIANI NURHAFIFAH

NIM:O44840728

FAKULTAS ILMU HUKUM SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatu saya rifa dari upbjj bandung

Sebagiamana denagn pertanyaan yang telah di paparkan oleh tutor dalam tugas ini izinkan saya
menjawab pertanyaan sebagai berikut

1.Bagaimanakah sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra dapat terjadi?

Dari permasalahan yang di berikan dapat saya simpulkan dana analisa sebagai berikut

a. Analisis Permasalahan ke 1 :

Pada analisis pertama ini dapat dijelaskan bahwa Pihak Tergugat (Tan Yangky Tanuputra)

ketika membeli sebidang tanah tersebut yang luasnya mencapai 675M² pada 2017 silam dari

developer/pihak ke tiga, bahwa tergugat teridentifikasi tidak membuat crosscheck secara teliti

akan sejarah atau asal-usul tanah tersebut sehingga mengakibatkan persengketaan antara

pihaknya dengan mantan walikota semarang bahwa pihaknya juga mengklaim bahwa tanah

tersebut miliknya sejak tahun 1990 dan memiliki sertifikat yang terdaftar di Badan Pertanahan

Nasional (BPN).
b. Analisis Permasalahan ke 2.

Pada analisis kedua ini dapat dilihat dari permasalahan di atas bahwa pihak pengugat

(Walikota Semarang, Sukawi Sutarip) mengklaim bahwa tanah tersebut miliknya sehingga

mengugat ke pengadilan negeri semarang pada Jumat (21/5/2021). sedangkan dalam siding

lapangan yang digelar BPN, tergugat dan pengugaat, menurut Badan Pertanahan Nasional (BPN)

tanah miliknya bukan berada dilokasi tergugat (Tan Yangky Tanuputra) dan lokasi tanah

penggugat berada disebrang selatan jalan.

c. Analisis Permasalahan ke 3.

Kemudian analisis ke tiga ini pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) tidak melakukan

pendataan pengecekan ulang sertifikat tanah yang telah diterbitkan sehingga ini bisa diidentifikasi

sebelum terjadinya persengketaan ini, sehingga dapat mengetahui apakah ada mafia tanah yang

dilakukan oleh seseorang dibalik permasalahan ini. Jika saja pendataan yang dilakukan BPN secara

teliti mungkin bisa saja terhindar dari mafia dan double sertifikat, karena sertifikat itu dikeluarkan

oleh BPN tersebut.

d. Analisis Konspirasi :

Dalam hal ini kenapa saya bisa berpendapat bahwa ada konspirasi pada kasus ini. Jika kita

menelaah kasus tersebut seacara teliti dan seksama perkataan yang diungkapkan oleh Badan

Pertahanan Nasional (BPN) pada saat sidang lapangan yang pada saat itu digelar dengan

mengatakan bahwa :

1. Pengukuran hingga sertifikat keluar merupakan kerja BPN sendiri.

2. “Sesuai yang diarahkan BPN berdasarkan data obyek penggugat milik Pak Haji Sukawi

dengan SHM nomor 712 tidak di sini, melainkan di sebelah selatan jalan sehingga menurut

kami BPN sudah tunjukkan ukuran sebenarnya dan letaknya tidak di sini”.

3. BPN turut menggugat/mengajukan banding atas hasil sidang yang dinyatakan pihak

penggugat menang atas kasus persengketaan ini.

4. Pihak BPN sudah mengklaim data sertifikat yang dikeluarkan sudah sesuai dengan

pengukuran yang dilakukan pihaknya, namun pertanyaannya kenapa persidangan dapat


dimenangkan oleh Penggugat yang notabene data tidak sesuai dengan data yang

dikeluarkan BPN
5. Yang menjadi konspirasi lain adalah adanya pihak pengugat mengajukan agenda

pelaksanaan sidang harus dilakukan setelah beliau tidak menjabat sebagai walikota

semarang. Sehingga bisa diidentifikasi, dan dalam konspirasi ini dapat menimbulkan beberapa
pertanyaan besra seperti kenapa harus bgeitu sehingga menyimpulkan bahwa pihak penggugat
sudah pasti di menagkan persengketaan ini tanpa status sebagai walikota. Itu berarti walikota sudah

memenangkan tiga kali atas kasus persengketaan tanah. Hal ini menimbulkan

pertanyaan, kenapa sekelas Walikota bisa menguggat tanah milik warga sipil yang jelasjelas tanah
tersebut bukan milik dia (menurut BPN).

Jadi dapat ditarik kesimpulan dari kasus persengketaan tanah tersebut adalah karena adanya

tumpang tindih data di Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang tidak didata ulang atas kepemilikan

sertifikat setiap tanah diwilayah tersebut. Dalam hal ini bisa saja berspekulasi bahwa adanya mafia

tanah sehingga mengakibatkan double sertifikat atas tanah tersebut. Kemudian yang menjadi

akar permasalahan adalah klaim dari pihak walikota terhadap tanah tersebut sedangkan dalam

data yang tercantum dalam seftifikat lokasi tanah yang bersangkutan bukan di lokasi tersebut.

Kemudian adanya kemungkinan pengaruh jabatan dari si penggugat sehingga memenangkan

kasus persengketaan tanah ini.

2. Bagaimana prosedur administrasi dalam permohonan hak atas tanah?

Jika merujuk pada Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1973 pasal 1 tentang

ketentuan-ketentuan tata cara pemberian hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak

bangunan, hak pakai dan hak pengelolaan. Sebelum pada titik prosedur permohonan adminstrasi

hak atas tanah terlebih dahulu kita harus memahami Langkah-langkah dari permohonan hak atas

tanah, siapa yang berhak memohon, kepada siapa permohonan tersebut dilayangkan, hak apa

saja yang berhak dimohon, dan bagaimana proses permohonan tersebut berjalan.

a. permohonan hak atas tanah.

adalah serangkaian suatu proses yang diawali dari masuknya surat permohonan dari

pemohon kepada instansi atau pihak yang berwenang hingga sampai permohonan

tersebut disetujui dan keluarnya sertifiakt ha katas tanah tersebut.

b. siapa yang berhak memohon.

Pada dasarnya setiap warga negara Indonesia baik itu badan hukum maupun perorangan

dapat melakukan permohonan hak atas tanah sesuai dengan UUPA yang berlaku.
c. kepada siapa permohonan tersebut dilayangkan.

Permohonan tersebut ditujukan kepada setiap pemangku kebijakan atau pejabat daerah

yang berwenang. Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 6 tahun 1972 tentang

pelimpahan wewenang hak atas tanah.

d. hak apa saja yang berhak dimohon

- Yaitu tanah yang belum memiliki sertifikat hak atas tanah yang diajukan.

- Bagi warga negara Indonesia dapat memohon antara lain (hak milik, hak guna

bangunan, dan hak pakai). Sama halnya dengan hak atas badan hukum.

e. bagaimana proses permohonan tersebut berjalan.

Berdasarkan PERMENDAGRI Nomor 5 tahun 1973 tentang mengatur tentang tata cara

pemberian hak atas tanah beserta syarta-syaratnya antara lain :

- Mengajukan surat permohonan hak

- Fotocopy KTP (untuk hak nonbadan hukum)

- Fotocopy AKTA Pengesahan dan Pendirian Badan Hukum (hak badan hukum)

- Fotocopy Tanda bukti hak baik berupa (kohir ataupun yang lainnya)

- Gambaran peta Polygon

- Bukti perolehan hak secara beruntun sampai kepada pemohon.

- Daftar tanah yang dimiliki pemohon (khusus tanah pertanian)

- Ijin lokasi (keterangan ijin kepala inspektorat wilayah)

Dari syarat-syarat yang telah dilampirkan diatas setiap pemohon dan pemberi hak atas tanah harus

melalui proses dan tahapan antara lain sebagai berikut ini :

1. Setiap pemohon wajib mengajukan permohonan tertulis yang ditunjukan kepada pejabat daerah

dengan formulir yang sudah disediakan oleh instansi tersebut.

2. Kantor daerah memeriksa surat permohonan dan meminta surat yang diperlukan. Antara lain

(surat keterangan pendaftaran tanah, gambaran peta polygon, fatwa tata guna tanah, risalah

pemeriksqaan tanah).

3. Apabila berkas sudah sesuai, kantor pertanahan kabupaten langsung mengirimkan berkas kepada

Gubernur/kepala daerah.

4. Kemudian surat keputusan pemberian hak SKPH dikeluarkan oleh BPN Tingkat Provinsi atas nama

Gubernur.
5. Surat SKPH diberikan kepada pemohon.

6. Pemohon memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam keputusan pemberian hak.

7. Selanjutnya hak atas tanah tersebut didaftarkan dikantor pertanahan daerah setempat.

8. Kemudian kantor pertanahan menerbitkan sertifikat atas hak tanah dan memberikan kepada

pemohon atau pemegang hak atas tanah tersebut.

Sumber Jawaban

MODUL ADM PERTANAHAN-ADPU4335.Hal 3.4-3.9

MODUL ADM PERTANAHAN-ADPU4335.Hal 3.18-3.43

Anda mungkin juga menyukai