Anda di halaman 1dari 7

PUBLIKASI DALAM PENDAFTARAN

TANAH DI INDONESIA
Tujuan Negara dalam
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah

1. Tujuan Pendaftaran Tanah sebagai upaya


pengumpulan fiscal/pajak/ keuangan Negara
( Fiscal Kadaster)
2. Tujuan Pendaftaran Tanah sebagai upaya
kepastian hukum ( Recht Kadaster)
Publikasi/system/stelsel dalam
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah
1. Publikasi/system/stelsel Negatif adalah suatu
publikasi yang menyatakan alat bukti/sertifikat
yang berisi tentang data tanah adalah sebagai bukti
yang KUAT (masih bisa dibatalkan)
2. Publikasi/system/stelsel Negatif adalah suatu
publikasi yang menyatakan alat bukti/sertifikat
yang berisi tentang data tanah adalah sebagai bukti
yang MUTLAK (tidak bisa dibatalkan)
Bagaimana di Indonesia ??
  salah satu alasan dibuatnya UUPA adalah;
 karena bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu
tidak menjamin kepastian hukum. (disebabkan adanya
Domein Verklaring)
Alasan ini kemudian dituangkan dalam Pasal 19 UUPA
 (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
 (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi:
c. pemberian surat-surat tanda-bukti-hak, yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Jadi…
 Tujuan Pendaftaran Tanah di Indonesia adalah untuk Kepastian
Hukum (Recht Kadaster)
 Sedangkan Publikasi Pendaftaran Tanah di Indonesia Publikasi
Negatif ( Alat Bukti yang Kuat)
 Alat Bukti yang Kuat artinya sepanjang tidak ada bukti yang
lebih kuat atau alasan pembatalan yang bisa diterima secara
hukum maka pemegang hak akan ‘aman’ tapi sebaliknya. Artinya
pemegang Sertifikat hak atas tanah itu sewaktu-waktu bisa
dibatalkan.
 Dimana Kepastian Hukum nya ??
 Publikasi ini kemudian oleh para pakar tidak Negatif secara Mutlak tapi
diaebut Publikasi Negatif bertendensi Positif atau Publikasi Negatif
berkecendrungan Positif..
 Buktinya ada pada
 Pasal 32
(1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di
dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang
ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah
atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan
itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa
mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu
tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan
Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan
ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.
Apakah Pendaftaran Tanah ini menyalahi Dasar Hukum
Agraria yaitu Hukum Adat?
 Hukum Adat pemilikan tanah tanah didasarkan PENGAKUAN MASYARAKAT
berdasarkan IPSO de FACTO… Fakta dalam penguasaannya
 Hukum Agraria pemilikan tanah didasarkan PADA BUKTI YURIDIS
berdasarkan IPSO de JURE/JURIS…Sertifikat Tanah

 Sebagai perlindungan Hukum atas Ipso de Facto VS Ipso de Jure… ada azas
NEMO PLUS YURIS artinya seseorang tidak boleh bertindak melebihi
kewenangannya. Dalam kaitan dengan pemilikan tanah adalah (difinisi saya)
melindungi pemilik tanah yang sebenarnya dari perbuatan-perbuatan ‘pemilik’
tanah bukan sebenarnya yang akan dan atau telah merugikan pemilik sebenarnya

Anda mungkin juga menyukai