A. Judul
Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Yang Beritikad Baik Dalam Kasus Sertifkat
Ganda
B. Latar Belakang Masalah
Tanah adalah sumber bagi kelangsungan hidup manusia, bukan sekedar tempat hidup
saja tapi juga tempat berkembangnya manusia. Keberadaan tanah bagi manusia penting,
oleh sebab itu sering muncul keinginan dari individu-individu untuk menguasai tanah
dengan berbagai cara, sehingga menyebabkan munculnya berbagai masalah pertanahan
yang menimbulkan perselisihan.
Undang- Undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan tanggung jawab kepada
pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah sesuai dengan Pasal 19 UUPA bertujuan
untuk menjamin kepastian hukum yang meliputi : 1
1) Kepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah
yang disebut pula kepastian subyek hak atas tanah.
2) Kepastian letak, batas-batasnya, panjang dan lebar yang di sebut dengan kepastian
obyek atas tanah.
Ketentuan yang mengatur lebih lanjut tentang perdaftaran tanah tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang merupakan
peraturan pangganti Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran
Tanah, yang selanjutnya disebut PP 24 Tahun 1997 yang berlaku efektif pada tanggal 8
Oktober 1997. Ketentuan Pelaksana lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
selanjutnya disebut PMNA/KBPN 3/1997. Diadakannya pendaftaran tanah akan
membawa akibat hukum yaitu diberikannya surat tanda bukti kepemilikan hak atas tanah
oleh pemerintah yang disebut sertipikat.
1
Irwan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, (Surabaya : Arkota, 2003), hlm 78
2
Sertifikat ini merupakan alat bukti yang kuat yang di dalamnya memuat data fisik
dan data yuridis atas tanah, sepanjang data yuridis dan data fisik tersebut sesuai dengan
data yangada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan dan tidak adanya
gugatan dari pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat sebagaimana tertuang dalam Pasal 32
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Penerbitan sertifikat dibutuhkan proses yang melibatkan pihak pemohon, para
pemilik tanah yang bersebelahan, Pamong Desa serta pihak dari instansi yang terkait untuk
memperoleh informasi dan surat- surat sebagai hak yang berhubungan dengan
permohonan sertifikat tersebut. Penjelasan baik lisan maupun tertulis dari pihak yang
terkait mempunyai peluang untuk terjadinya pemalsuan, daluwarsa bahkan ada kalanya
tidak benar atau fiktif sehingga timbul sertifikat cacat hukum.
Pada prakteknya sering terjadi adanya sertifikat palsu ataupun sertifikat ganda di
masyarakat, sehingga pemegang hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran
data fisik dan data yuridis tanah yang bersangkutan di Kantor Pertanahan setempat. Pada
umumnya masalah baru muncul dan diketahui adanya sertifikat ganda, yaitu untuk
sebidang tanah diterbitkan lebih dari satu sertifikat yang letak tanahnya saling tumpang
tindih, ketika pemegang sertifikat yang bersangkutan akan melakukan perbuatan hukum
terhadap tanah yang bersangkutan. Sertifikat ganda adalah sertifikat-sertifikat yang
menguraikan satu bidang tanah yang sama. Bidang tanah tersebut diuraikan dengan 2 (dua)
sertipikat atau lebih yang berlainan datanya. Hal semacam ini disebut pula Sertifikat
Tumpang Tindih (Overlapping) baik tumpang tindih seluruh bidang maupun tumpang
tindih sebagian dari tanah tersebut.2 Salah satu contoh kasus sengketa mengenai sertifikat
ganda yang di angkat dihadan108/Pdt.G/2003/PN.Cbn,yang terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Cibinong padatanggal 12 Agustus 2003. Kasus ini bermula dari Suheli
(Penggugat) yang memiliki sebidang tanah sertifikat hak milik Nomor 1024/1991 seluas
± 1855 m2 (seribu delapan ratus lima puluh lima meter persegi) yang terletak di Kelurahan
Cipayung Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, berdasarkan gambar Situasi No :
938/1975 tanggal 1 Juni 1991.
2
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III – Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah
dan Seri Hukum Pertanahan IV – Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2003).
3
Konsep "pemilik yang beritikad baik" PPAT memiliki tanggung jawab untuk
mengacu pada seseorang yang memperoleh memastikan bahwa transaksi kepemilikan
kepemilikan tanah dengan itikad yang baik tanah dilakukan secara sah dan sesuai dengan
atau tanpa pengetahuan tentang cacat hukum regulasi yang berlaku.
atau pelanggaran terkait dengan tanah
tersebut.
H. Kerangka Teori
Frasa “itikad baik” yang dimaksud dalam doktrin “pembeli beritikad baik harus
dilindungi oleh undang-undang” merupakan asas itikad baik yang memiliki kesamaan
fungsi dalam hukum benda, di mana bezit (kedudukan berkuasa) yang diperoleh
dengan itikad baik harus dilindungi oleh undang-undang. Perlindungan hukum
terhadap pembeli beritikad baik, dengan demikian, pada dasarnya adalah perlindungan
hukum yang diberikan kepada pembeli, karena dia memperoleh hak kebendaan
dengan didasari itikad baik.
Menurut Pasal 551 KUH Perdata pembeli beritikad baik mendapatkan
perlindungan atas hubungan hukum antara pemegang hak kebendaan dengan
4
bendanya (hak absolut). Artinya, ia tidak mengetahui cacat atau cela dari (proses
perolehan) barang tersebut. Dengan demikian, unsur mengetahui keabsahan hak milik
yang diperolehnya merupakan unsur yang membedakan antara bezit beritikad baik
dengan bezit beritikad buruk. Pada prinsipnya, semua pemegang besit akan dianggap
sebagai pemegang bezit beritikad baik, sampai kemudian dapat dibuktikan sebaliknya
(melalui pengadilan).
4
KUH Perdata
5
Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2000, hal 53.
6
Ibid hal 54.
7
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum/.
8
Soesilo dan Pramudji, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BW, (Rhedbook Publisher: 2008), hal. 325-326.
9
Ibid.
10
John G. Sprankling. 1999. Understanding Property Law, Lexis Nexis, San Francisco, hlm. 1.
11
Ibid
12
ClientEarth. 2013. Ownership and Use Rights of Forest Natural Resources, ClientEarth-Ukaid, November
13
A P. Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Alumni, 1986, hlm. 65.
Menurut Boedi Harsono yang dimaksud dengan “pejabat umum” adalah orang
yang diangkat oleh Instansi yang berwenang, dengan tuugas melayani masyarakat
umum di bidang atau kegiatan tertentu. 14 Kegiatan tertentu yang dimaksud salah
satunya adalah membuat akta otentik. PPAT adalah pejabat yang berwenang membuat
akta daripada perjanjianperjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah,
memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang
dengan hak atas tanah sebagai tanggungan.
f. Teori Peran
Pengertian peran (role) yaitu seperangkat pengharapan yang ditujukan kepada
pemegang jabatan pada posisi tertentu. Teori peranan menyatakan bahwa individu
akan mengalami konflik peran apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara
bersamaan yang ditujukan kepada seseorang, sehingga apabila individu tersebut
mematuhi satu diantaranya akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi
yang lainnya.15 Sedangkan menurut Soerjono Soekanto “Peranan merupakan aspek
dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan”. 16
15
Febrianty, “Pengaruh Role Conflict, Role Ambiguity, dan Work-Family Conflict terhadap Komitmen
Organisasional (Studi pada KAP di Sumatera Bagian Selatan)”, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS),
13
18
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 23.
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peneltian Hukum Normatif ( Suatu Tinjauan Singkat ), Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 1985, hal. 13.
20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2011 hal. 93.
21
lbid, hal 95.
22
lbid hal 94.
logis.23
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: R&D. Alfabeta., 2017).
Penelitian ini dalam menganalisa bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode normatif kualitatif. Analis normatif merupakan analisis
data yang menggunakan bahan – bahan kepustakaan sebagai sumber data
penelitianya,yakni dengan cara merumuskan asas- asas hukum,pengertian,standar-
standar hukum dan kaidah- kaidah hukum.24 Analis kualitatif merupakan analisi data
yang tidak menggunakan angka, melainkan memberikan deskripsi dengan kata- kata
dan karenanya lebih mengutamakan mutu/kualitas dari data dan bukan kuantitas. 24
Metode penafsiran yang digunakan adalah :
1. Interprestasi Gramatikal
Interpretasi gramatikal adalah penafsiran menurur bahasa dan menipakar penafsiran
atau penjelasan undang-undang yang paling sederhana dibandingkas interpretasi
yang lain.
2. Interpretasi Sistematis
Dalam metode interpretasi ini menafsirkan peraturan dengan menghubungkannya
dengan peraturan hukum atau undang-undang lain atas dengan keseluruhan sistem
hukum. Dengan mana hukum dilihat sebagai suatu kesatuan dan sistem peraturan. 25
17
24
H.Salim HS dan Erlies Septisis Nurhani, Penerapan Tenei Hukum pada Penelitian Tesis dan disertasi, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal 19.
25
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Schagai Pengantar, Liberty, Yogyakata, 2009 hal: 57-58.
18
Daftar Pustaka
Literatur
Ashshofa, Burhan. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmosudirjo, Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara,. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ali Achmad Chomzah. 2003 Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III – Penyelesaian Sengketa
Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV – Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Harsono, Boedi. 1997. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Rekatama Media.
Mamudji Sri, Soekanto Soerjono.1995, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:
PT. RajaGrafindo.
Marzuki, Peter, Mahmud. 2011. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.
Ahmad Tsekhudin dan Umar Ma‘ruf, The Implementation of The Land Right Transfer Registration
According to Letter Citation in Jatinagor Vilages, Suradadi-Tegal, Jurnal Akta: Magister
Kenotariatan UNISSULA Semarang, Vol. 5, September 2018.
Anisykurlillah Indah, Wahyudin Agus dan Kustiani, “Pengaruh Role Stressor terhadap Komitmen
Organisasi dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Jawa Tengah”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 5, No. 2 ISSN 2085-4277, Universitas
Negeri Semarang (2013).
ClientEarth. 2013. Ownership and Use Rights of Forest Natural Resources, ClientEarth-Ukaid,
November.
Febrianty, “Pengaruh Role Conflict, Role Ambiguity, dan Work-Family Conflict terhadap Komitmen
Organisasional (Studi pada KAP di Sumatera Bagian Selatan)”, Jurnal Ekonomi dan Informasi
Akuntansi (JENIUS).
Syafrudin, Ateng, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Yang Bersih Dan Bertanggung
Jawab, Jurnal Pro Justisia IV, 2000.
Weir Michael. Concepts of Property, The National Legal Eagle, Volume 7, Issue 1 Autumm, 2001.
Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;.
Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999
Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas TanahNegara Dan Hak
Pengelolaan.
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014, tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491).