Anda di halaman 1dari 10

Penanganan

dan Upaya Penyelesaian


Konflik Pertanahan

Disampaikan dalam kegiatan Rakor Penanganan


Konflik Sosial Tahun 2023
KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR

Muara Sabak, 18 Oktober 2023


PENGERTIAN KONFLIK PERTANAHAN
berdasarkan Permen ATR/K BPN Nomor 21 Tahun 2020
Tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan

Konflik pertanahan adalah perselisihan tanah


antara orang perseorangan, kelompok,
golongan, organisasi, badan hukum, atau
lembaga yang mempunyai kecenderungan
atau sudah berdampak luas

2
Timbulnya Konflik Pertanahan

Kebutuhan tanah semakin Kesenjangan Penguasaan/


meningkat, tanah tidak Pemanfaatan Tanah
bertambah

Penggarapan tanah tanpa Okupasi tanah HGU


dasar hukum

Penelantaran tanah oleh Banyaknya Institusi yang


pemilik dalam Skala Besar mengelola tanah
DAMPAK KASUS PERTANAHAN
Terjadinya tindak pidana
akibat berbenturan dengan
masyarakat dan tidak
jarang terjadi kekerasan
Timbulnya persoalan sosial
di lapangan dan
akibat tanah yang tidak
berdampak adanya
dikuasai oleh para pihak
korban jiwa
yang pada akhirnya
Potensi kehilangan diokupasi oleh
pemasukan kas Negara masyarakat dan berdiri
yang bersumber dari bangunan liar
pajak
Tanah menjadi tidak produktif,
pusat kegiatan ekonomi tidak
bisa dibangun dan tidak
terciptanya lapangan
pekerjaan karena tanahnya idle

MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA


Upaya penyelesaian konflik dapat disampaikan ke Kantor
Pertanahan untuk dilakukan penanganan sebagaimana
Syarat:
1. Perorangan: Permen ATR/BPN Nomor 21 tahun 2020, dengan
Bukti identitas diri, surat kuasa & menyampaikan PENGADUAN, melalui :
identitas penerima kuasa apabila
dikuasakan.
Apabila Badan Hukum :
Akta Pendirian /Perubahan terakhir,
surat kuasa dari Direksi apabila • Tertulis (loket penerimaan)
dikuasakan, dilampiri FC identitas • Langsung
pemberi & penerima kuasa; • Media daring
Kelompok Masy:
Bukti identitas diri anggota kel masy, surat
kuasa dari seluruh anggota kel masy
dilampiri FC identitas penerima kuasa,
apabila dikuasakan
Instansi Pemerintah: Distribusi ke Pejabat
KASUS
Bukti identitas diri /pegawai /pej instansi yang menangani
ybs disertai ST /surat kuasa dari instansi
ybs Kementerian /Kanwil /Kantah :
Surat laporan dari pimpinan unit kerja
Input dalam sistem
/satker ybs LENGKAP
2. FC data pendukung atau bukti
informasi (aplikasi) Disampaikan
penguasaan/kepemilikan tanah BUKAN KASUS kepada Pengadu
pengadu bahwa
3. FC data pendukung lainnya atas tanah pengaduan
objek sengketa /konflik bukan kasus
4. Uraian singkat kronologis kasus
Instansi yang berwenang
TIDAK LENGKAP Dikembalikan
KASUS SEDANG
TAHAPAN Dengan atau
PENANGANAN tanpa Rapat
Koordinasi
• Evaluasi • Evaluasi
• Progres penanganan penanganan KASUS BERAT
• Rencana TL • Kesesuaian bukti Penelitian,
KASUS RINGAN • Kesesuaian data dgn • Penyempurnaan Expose, Rapat
fakta lap. berkas Koordinasi lebih
• Kesesuaian • Penentuan Hukum dari 1x
hkm&UU dan UU yg akan
• Koord. K /L terkait dipakai
• Kesesuain target Penyelesaian
PENGADUAN • Putusan Kasus
penyelesaian Gelar Kasus • K1
• Srt ke K /L lain Akhir • K2
• Srt keKanwil /Kantah Rapat 14 Hari Kerja
• K3
• Tanggapan ke Koordinasi
pengadu Ekspos Hasil • Saran /pendapat phk
• KK penelitian 40 Hari
Penelitian terkait Kerja (SK)
Penelitian 3 Hari Kerja • Penyelesaian kasus
• Data fisik • Data pendukung
Gelar Kasus • Data yuridis kesimpulan
Awal • Data Lap. penyelesaian kasus
Pengkajian • Bahan • Penelitian Lanjutan
Kasus 1 Hari Kerja Keterangan (dlm hal diperlukan)
15 Hari Kerja
17 Hari Kerja 11 Hari Kerja
PENCEGAHAN
PENGAMANAN PENGAMANAN PENGAMANAN
Timbulnya ADMINISTRASI FISIK HUKUM
Konflik Sertipikat, Alas Hak, Bukti
Perolehan Tanah (AJB,
Penguasaan, Pemanfaatan,
Penjagaan, Pemagaran
Penyiapan alat bukti
dalam pengadilan,
Pertanahan Pembayaran Ganti Rugi) Penegakan hukum
PENTINGNYA PENCEGAHAN TIMBULNYA KASUS
PERTANAHAN BARU

BEBERAPA KENDALA DALAM PENANGANAN KASUS- 1. Melakukan pemetaan potensi kasus berdasarkan tipologi
KASUS PERTANAHAN DIANTARANYA ADALAH : kasus dan dilakukan kajian ilmiah/akademis maupun kajian
1. Terbatasnya kewenangan institusi yang bersinggungan praktis terhadap penyebab terjadinya kasus serta strategi
penyelesaiannya maupun pencegahan kasus baru;
dengan kewenangan intansi lain;
2. Menetapkan kriteria selesai untuk mengukur kinerja
2. Hubungan kelembagaan/jejaring kerja dengan K/L penyelesaian kasus pertanahan;
atau stakeholder termasuk dengan perguruan tinggi 3. Menentukan kasus prioritas yang menjadi target
yang masih terbatas dalam penyelesaian kasus; penyelesaian;
3. Ragu mengambil keputusan karena keterbatasan data S 4. Optimalisasi pemanfaatan sistem informasi penanganan
O sengketa, konflik dan pertanahan (SKP), dan Justisia untuk
yang disampaikan;
L perencanaan, analisis kebijakan, penanganan kasus;
4. Adanya implikasi pidana (penyalahgunaan wewenang U
pasal 3 UU No.31 Tahun 1999 Jo. UU 20 Tahun 2001, 5. Penguatan kerja sama dengan K/L lain, aparat penegak
S hukum, yang mempunyai kewenangan penanganan dalam
Pasal 55 KUHPidana, Kejahatan Jabatan Pasal 416, 417, I penyelesaian kasus pertanahan (misal KEJAGUNG, POLRI,
421 KUHP). DJKN, BPKP, ORI, KEMEN LHK, KSP) dan perguruan tinggi.

MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA


STRATEGI PENCEGAHAN TIMBULNYA KASUS PERTANAHAN BARU

Disamping penyelesaian kasus pertanahan juga diperlukan Pencegahan agar


kasus Sengketa, Konflik dan Perkara (SKP) tidak terulang kembali,
diantaranya dengan cara :

1.Mengatasi akar masalah terjadinya SKP pertanahan;


2.Pencegahan diprioritaskan pada SKP dengan trend tertinggi;
3.Mengembangkan deteksi dini potensi munculnya SKP dengan membangun
komunikasi berbagai pihak dalam memperoleh informasi strategis;
4.Menguatkan kerja sama dan koordinasi dengan Instansi Pemerintah, K/L,
perguruan tinggi, stakeholder terkait dan masyarakat dalam bentuk
membangun kesadaran bersama dalam rangka mencegah timbulnya SKP
pertanahan;
5.Mengoptimalkan penerapan sistem informasi elektronik dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari.
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 9
TERIMA KASIH

KEMENTERIAN
ATR / BPN

Anda mungkin juga menyukai