Khojir ,M.Si
Disusun Oleh :
2022
I. Pendahuluan A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu kebutuhan yang diperlukan dalam
kehidupan masyarakat. Pendidikan berupaya mengembangkan serta
melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma kepada generasi
penerus umat, agama serta bangsa. Namun, terkadang pendidikan lebih
mementingkan permasalahan yang bersifat materi dan ilmu pengetahuan
dibanding etika, moral serta akhlak.
Upaya menegakkan akhlak mulia bangsa adalah sesuatu hal yang
mutlak. Karena, akhlak yang mulia akan menjadi pilar utama dalam
tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa. Semakin baik akhlak dan moral
suatu bangsa, semakin baik pula bangsa yang bersangkutan. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam Islam adalah
aspek yang tidak dapat di pisahkan dari pendidikan agama. Hal ini
disebabkan bahwa sesuatu yang di anggap baik adalah baik dalam
pandangan agama dan masyarakat, demikian juga sebaliknya, sesuatu
yang dianggap buruk adalah buruk dalam pandangan agama dan
masyarakat.1 Sehingga dengan adanya hal tersebut, lahirlah pemikiran
salah seorang cendekiawan muslim yang berpendapat bahwa yang lebih
utama dalam pendidikan adalah etika, beliau adalah KH Hasyim Asy’ ari.
Dalam salah satu karyanya yang terkenal dalam bidang pendidikan adalah
kitab Adabul
‘Alim wal Muta’alim yang secara umum menjelaskan tentang adab atau
etika dalam menuntut dan menyampaikan ilmu.
Berdasarkan hal-hal di atas, dengan hadirnya makalah ini penulis
membahas karena, pertama tokoh pemikir tersebut memiliki pengalaman
hidup yang produktif dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu. Kedua,
penulis bermaksud mengkaji tentang pemikiran KH Hasyim Asy’ ari
dengan pembentukan karakter santri di Indonesia. Oleh karena itu makalah
1 H. Said Agil Husin Al- Munawar, Aktualisasi Nilai- Nilai Qur‟ani dalam Sistem Pendidikan Islam,
(Ciputat: PT. CIPUTAT PRESS, 2005), h. 25
2
ini akan memaparkan pemikiran KH Hasyim Asy’ ari yang terdapat tiga
bahasan utama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah riwayat hidup KH Hasyim Asy’ ari?
2. Bagaimanakah pemikiran KH Hasyim Asy’ ari?
3. Bagaimanakah relevansi pemikiran KH Hasyim Asy’ ari dengan
pembentukan karakter santri di Indonesia?
C. Tujuan Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui riwayat hidup KH Hasyim Asy’ ari.
2. Untuk mengetahui pemikiran KH Hasyim Asy’ ari.
3. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Kh Hasyim Asy’ ari dengan
pembentukan karakter santri di Indonesia.
2 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M Hasyim Asy’ari Tentang Ahlu Sunnah Wa
AlJama’ah, (Surabaya, 2010) hal. 67
3
dinikahkan dengan putrinya yang bernama Khadijah pada tahun 1892.
Tidak begitu lama setelah itu ia bersama istrinya pergi ke Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji dan bermukim selama satu tahun. Pada kepergian
yang pertama ke Mekkah ini, istrinya meninggal dunia di Mekkah. Setelah
satu tahun mukim di Mekkah, ia kembali ke Indonesia, namun ini tidak
berlangsung lama, beberapa waktu kemudian ia kembali ketanah suci. Kali
ini tujuannya adalah untuk menuntut ilmu dan belajar di sana. Ia tinggal di
Mekkah selama 8 tahun. Sepulang dari Mekkah, Hasyim Asyari
mendirikan pesantren untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperolehnya, yaitu pesantren Tebu Ireng di Jombang.
Hal ini terjadi pada tanggal 12 Robi‟ul Awwal tahun 1899 M. Sebagai
pembaharuan yang pertama bagi Tebu Ireng ialah dengan dirikannya
madrasah salafiyah pada tahun 1919, yang merupakan tangga untuk
memasuki tingkat menengah pesantren Tebu Ireng3
4
8.Etika terhadap buku atau alat yang digunakan dalam
pembelajaran
Dari delapan pokok pemikiran di atas, K. H. Hasyim membaginya.
Dari delapan pokok pemikiran di atas di bagi lagi menjadi urgensi
pendidikan, tujuan pendidikan, etika pendidik dan peserta didik, metode
pendidikan, dan evaluasi pendidikan.5
1. Urgensi Pendidikan
5 Ramayulis, Samsul Nizar, Filfasat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya, (Cet.III : Jakarta : Kalam Mulia. 2011) hlm. 338
5
penuntut ilmu dan ulama dengan mengetengahkan dalil bahwa
Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu6
2. Tujuan Pendidikan
6
dikhawatirkan menimbulkan kufur, misalnya ilmu kepercayaan dan
ilmu kebatinan.
7
3) Bersikap tenang dan senantiasa berhati-hati
Etika belajar:
8
2) Membersihkan niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar,
bersabar dan qanaah
5) Berhati-hati (wara’).
9
4. Metode Pendidikan
10
santri mengulangi bacaan tersebut dan
menerjemahkannya kata demi kata seperti yang
dilakukan oleh gurunya. Melalui cara ini, diharapkan
murid sekaligus dapat mengetahui arti dan fungsi setiap
kata dalam kalimat Bahasa Arab yang dibacanya.
Pelajaran tambahan hanya akan diberikan bila si santri
telah menguasai dengan baik bahan pelajaran terdahulu.
Biasanya seorang guru yang mengajar dengan sistem ini
hanya membimbing murid, tiga atau empat orang saja.
Bentuk penerapan metode ini, kiai membaca,
mengartikan satu-persatu kalimat bahasa Arab,
kemudian menerjemahkannya.
c) Metode Hafalan, Hapalan, metode yang diterapkan di
pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk
menghafalkan kitab-kitab tertentu, semisal Alfiyah Ibnu
Malik atau juga sering juga dipakai untuk menghafalkan
Al-Qur’an, baik surat-surat pendek maupun secara
keseluruhan. Metode ini cukup relevan untuk diberikan
kepada murid-murid usia anak-anak, tingkat dasar, dan
tingkat menengah. Dalam metode hapalan para santri
diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan tertentu
dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki
santri ini kemudian di “setorkan” di hadapan kiai atau
ustaznya secara priodik atau insidental tergantung
kepada petunjuk sebelumnya. Dengan demikian, titik
tekan pada pembelajaran ini adalah santri mampu
mengucapkan atau melafalkan sekumpulan materi
pembelajaran secara lancar dengan tanpa melihat atau
membaca teks.
d) Metode Hiwar dan Musyawarah, Metode hiwar atau
musyawarah hampir sama dengan metode diskusi yang
11
umum kita kenal selama ini. Bedanya metode hiwar ini
dilaksanakan dalam rangka pendalaman atau pengayaan
materi yang sudah ada di santri. Yang menjadi ciri khas
dari hiwar ini, santri dan guru biasanya terlibat dalam
sebuah forum perdebatan untuk memecahkan masalah
yang ada dalam kitab-kitab yang sedang di santri.
Metode ini hanya digunakan oleh Hadratus Syekh bagi
santri-santri senior dalam kelas musyawarah yang
dibuatnya. Dalam kelas musyawarah, kiai menyeleksi
dengan ketat bagi santri yang ingin memasuki kelas
tersebut. Diharapkan dengan metode ini, dapat
menciptakan ulama-ulama yang handal dari segi
keilmuan terutama masalah agama.9
5.Evaluasi Pendidikan
Evaluasi digunakan untuk menilai seberapa jauh keberhasilan
dalam proses pembelajaran dan untuk perbaikan. Evaluasi
merupakan hal yang penting karena dengan evaluasi kita dapat
mengetahui keberhasilan yang dicapai dan mana
komponenkomponen yang akan diperbaiki untuk selanjutnya.
a) Tes Lisan dan Tes Tertulis . Kedua tes ini digunakan pada
saat mengajar pengetahuan agama yang bersumber dari
kitab-kitab Islam klasik.
b) Pengamatan, Menurut KH Hasyim Asy’ari dalam proses
evaluasi tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana
tingkat penguasaan murid terhadap materi namun juga
untuk mengetahui sejauh mana upaya internalisasi
nilainilai dalam peserta didik biasa diserap dalam
kehidupan sehari hari. Adapun untuk mengukur tingkat
keberhasilan seorang guru dalam mendidik akhlak pada
9 Faisal,Munir, Afriantoni, Mardiah Astuti,"Pemikiran Pendidikan Pesantren K.H. Hasyim Asy’ari
dan Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia",dalam jurnal intizar edisi no. 1,Vol. 27,2021.
12
peserta didik lebih ditekankan kepada pengamatan
kehidupan santri sehari harinya. Sehingga mengenai hal
evaluasi tidak menggunakan standarisasi nilai, namun
mereka sudah
12 A. Mukti Ali, 1991, Metode Memahami Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintan, h. 11-12
13
akhirat. Karena itu hendaknya belajar diniatkan untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai-nilai Islam bukan hanya semata-mata menjadi alat
penyebrangan untuk mendapatkan materi yang berlimpah.
III. PENUTUP A.
Kesimpulan
1. KH. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin
Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim ia dilahirkan pada tanggal 14
Februari 1871 M. Di Jombang Jawa Timur, kepada ayahnya beliau belajar
agama Islam yaitu KH. Asyari. Ia mendirikan pesantren untuk
mengamalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya,
yaitu pesantren Tebu Ireng di Jombang. Hal ini terjadi pada tanggal 12
Robi‟ul Awwal tahun 1899 M. Sebagai pembaharuan yang pertama bagi
Tebu Ireng ialah dengan dirikannya madrasah salafiyah pada tahun 1919,
yang merupakan tangga untuk memasuki tingkat menengah pesantren
Tebu Ireng.
2. Untuk menuangkan pemikirannya tentang pendidikan Islam, K. H.
Hasyim
Asy’ari telah merangkum sebuah kitab karangannya yang berjudul Adab
al-‘alim wa al-muta’allim. Dalam kitab tersebut beliau merangkum
pemikirannya tentang pendidikan Islam ke dalam delapan poin. Dari
delapan pokok pemikiran di atas di bagi lagi menjadi urgensi pendidikan,
14
tujuan pendidikan, etika pendidik dan peserta didik, metode pendidikan,
dan evaluasi pendidikan.
3. Relevansi pembentukan karakter santri di Indonesia telah sesuai dengan
UUD No. 20 Tahun 2003 tentang Sidiknas yang berbunyi Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas sebaiknya kita sebagai calon guru dapat
menyampaikan materi dengan serta dengan etika yang baik seperti yang
telah di bahas oleh KH. Hasyim Asy’ari. Hendaknya pula sebagai peserta
didik dengan adanya buku Adab al-‘alim wal al-muta-allim dapat kita
jadikan pedoman sebagaimana etika seorang peserta didik dalam menuntut
ilmu Allah sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
15
Khasanah, D. E. (2022, Februari). Pemikiran KH Hasyim Asy'Ari Tentang
Pendidikan.
Nasrudin, P. (2019). Pemikiran Pendidikan KH Hasyim Asy'ari. Jurnal Ilmiah
Islamic Resource.
Nawawi, M. I. (2017). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut KH Hasyim Asy'ari
dalam Kitab Adab Al-alim wa Al-Muta'alim. IAIN NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG.
Pilo, N. (2019). Pemikiran Pendidikan KH Muhammad Hasyim Asy'ari. Jurnal
edisi no.2 vol 16.
Ramayulis, S. N. (2011). Filsafat Pendidikan Islam.
Suwendi. (Jakarta). Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam.
Wulandari, A. (2020, April). Pemikiran Pendidikan Menurut KH Hasyim Asy'ari.
Dipetik November 22 , 2022, dari
https://www.kompasiana.com/arvland13/5e86ae4fd541df2826658282/pem
ikiran-pendidikan-menurut-k-h-hasyim-asy-ari?page=all#sectionall
Zuhri, A. M. (2019). Pemikiran KH Hasyim Asy'ari Tentang Ahlu Sunnah Wa Al-
Jama'ah.
16