Anda di halaman 1dari 9

KONSEP PENDIDIKAN K.H.

HASYIM ASY’ARI
Muhammad Arifin & Rahman Hidayat
Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda
muhammadarifin97355@gmail.com , rahmanhdyt16123@gmail.com

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian kepustakaan,
dan sumber data penelitian diperoleh dari perpustakaan. Dilihat dari pokok bahasan
penelitian ini yaitu pemikiran Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dalam naskah kitab dan
literatur, maka yang digunakan adalah pendekatan historis (sejarah), yang tujuannya
adalah untuk menggali informasi faktual dan sejarah. Nilai-nilai yang sedang terjadi atau
telah terjadi. Pengumpulan data pertama dengan mengumpulkan referensi-referensi
bidang kajian, kedua dengan meneliti karya-karya orang yang diteliti, dan kedua dengan
mencari karya-karya pihak lain yang berkaitan dengan pemikiran Hadratus Syekh
Hasyim Asy’ari ideologi, sosial, budaya, dan agama. Data penelitian yang diperoleh dari
peneliti dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi. Interpretasi berupaya
mendapatkan gambaran mengenai data, fakta, dan gejala.
Metode penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif dan merupakan
metode yang digunakan untuk mengungkap pertanyaan penelitian dan mengekstrak
makna terkait data berupa cerita yang diperoleh dari observasi Tujuan pencarian makna
adalah menganalisis data yang diperoleh dalam bentuk huruf, bukan dalam bentuk tabel
atau angka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biografi KH. Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 14 Februari 1871 di Kabupaten Jombang,
Jawa Timur, anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Ayahnya adalah Kyai Asy’ari, kepala
pesantren yang terletak di Jombang Selatan. Nama ibunya adalah Halimah. 1 Secara
silsilah, KH. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan kyai, karena kakek buyutnya adalah
Kyai Sihah yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, sedangkan
kakeknya Kyai Usman adalah kyai terkenal pendiri/pembangun pondok pesantren
Gedang, sedangkan ayahnya Asy’ari adalah pimpinan pondok pesantren Keras di
Jombang.2

1
Muhammad Rijal Fadli and Ajat Sudrajat, “Keislaman Dan Kebangsaan: Telaah Pemikiran Kh.
Hasyim Asy’Ari,” Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora 18, no. 1 (2020): 109,
https://doi.org/10.18592/khazanah.v18i1.3433.
2
M. Hambali, “Pemikiran Dakwah Kh. Hasyim Asy’ari: Sebuah Pendekatan Antropologi,” Applied
Transintegration Paradigm 3, no. 1 (2023): 7, https://e-journal.lp2m.uinjambi.ac.id/ojp/index.php/jatp.

1
Kyai Asy’ari merupakan keturunan kedelapan dari penguasa kerajaan Islam
Demak, Jaka Tingkir, Sultan Pajang pada tahun 1568, yang merupakan putra Brawijaya
VI. Nyai Halimah adalah putra dari Kyai Usman yang merupakan pendiri dan pengurus
Pondok Pesantren Gedang di Jombang Jawa Timur, dan juga seorang pemimpin tarekat
pada akhir abad XIX. KH. Hasyim Asy’ari dibesarkan di Pondok Pesantren Gedang
dibawah ayah, ibu serta kakek dan neneknya. Mereka menghujani dengan cinta,
mengenalkannya pada Al-Qur'an dan akhlak mulia, serta menanamkan dalam dirinya
semangat kepemimpinan dan perjuangan. Sejak Hasyim masih kecil pada tahun, orang
tuanya menyaksikan kemampuan kepemimpinannya dan selalu menjadi “perantara”
ketika bermain dengan anak-anak tetangga.3
Pada tahun 1309 M atau 1893, Hasyim Asy,ari berangkat ke Mekah bersama
saudaranya Anis untuk melanjutkan studinya. Di Mekkah, ia belajar pada Syekh Mahfuz
at-Tarmasy, Syekh Nawawi al-Batani, Syekh Abdul Hamid ad-Darustani, dan ulama
terkenal lainnya. Hasyim Asy’ari mempelajari berbagai bidang keilmuan seperti Fiqih,
Hadits, Tahfiz, Tauhid, Nahwu dan Tasawuf. Ilmu Hadits adalah mata pelajaran
favoritnya. K.H. Hasyim Asy’ari kembali ke kampung halamannya setelah menuntut
ilmu di Mekkah selama tujuh tahun Beliau mendirikan pondok pesantren yang berada di
daerah Tebu Ireng. Sebelumnya beliau mengajar di Pesantren Nggedong Selain aktif
mengajar, K.H. Hasyim Asy’ari juga aktif terlibat dalam kegiatan organisasi. Pada tahun
16 Syaban 1344 M (31 Januari 1926 M), Qiai mendirikan Hasyim Asy’ari bersama ulama
besar Nahdlatul Ulama (NU) lainnya. Ulama besar tersebut adalah K.H. Bisri Syamsuri,
K.H. Wahhab habullah, dan diangkat menjadi ketua Organisasi. Berdirinya NU antara
lain dilatarbelakangi oleh perlakuan buruk pemerintah kolonial terhadap penduduk
setempat. Ia termasuk salah satu pemimpin yang anti kolonial dan tidak mau bekerja
sama dengan rezim kolonial Belanda. Perangnya melawan budaya adalah melarang umat
Islam meniru budaya Belanda.4
Hasyim Asy’ari meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 pukul 03.45,
Ramadhan 7. 1366 Masehi. Ia dinyatakan sebagai pahlawan pergerakan nasional melalui
Keputusan Presiden Nomor 284/TK/1964 tanggal 17 November 1964. Sepanjang
hidupnya ia berperan dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang pertanian, baik
dalam ilmu pengetahuan maupun transmisi. Sekaligus memperjuangkan kemerdekaan
melawan Belanda dan diakui sebagai pahlawan kemerdekaan nasional karena kegigihan
dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Pesantren Tebuireng merupakan tempat
peristirahatan terakhir KH. Chaim Asy’ari.5
Metodologi Pendidikan Hasyim Asy’ari
Metode pembelajaran KH. Hasyim Asy’ari menggunakan metode yang
berbeda-beda tergantung kondisi siswa, guru, dan materi yang disampaikan. Dari jumlah
tersebut, metode merupakan metode hafalan, metode ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, dan metode merupakan metode tahdzīb wa targhīb. Cara menghafalnya
adalah dengan menghafal terlebih dahulu dihadapan orang pendidik dan teman yang

3
Muhammad Zaim, “PEMIKIRAN PENDIDIKAN KH. HASYIM ASY’ARI (Studi Kompetensi
Kepribadian Guru Dalam Kitab Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’Allim),” Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 2
(2020): 151–70, https://doi.org/10.52431/murobbi.v4i2.238.
4
Karina Aulia, “Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari Pada Generasi Z,” Pensa 3, no. 1 (2021): 87–
96.
5
Tias Satrio Adhitama, “Kartun Humor Dan Misi Dakwah Dalam Media Cetak,” Journal
Unmuhkupang.Ac.Id 2, no. 1 (2021): 25–32, https://e-
journal.unmuhkupang.ac.id/index.php/talim/article/download/805/510.

2
dianggap cerdas.6
Tentang metode pengajaran KH. Hasyim Asy’ari tidak menyebutkan secara
langsung kepada metode yang akan digunakan. Dalam kitab Adabul Alim wa Al-Muta'
alim dapat ditemukan pandangannya pada bab etika guru terhadap murid dan etika murid
terhadap guru. Dalam bab ini, seluruh siswa diperintahkan untuk tidak menyimpang dari
gagasannya. Karena pelajar itu ibarat orang sakit dan dokternya. Selain itu, ada pula yang
mengatakan bahwa metode pengajarannya sama dengan metode pendidikan Sorogan,
Bandongan, dan metode hafalan yang telah mengacu pada kitab yang telah diajarkan. 7
Hasyim Asy’ari, lulusan Mekkah yang mendalami sistem Sorogan dan
Bandongan, terus menekuni pendekatan tersebut hingga kembali ke tanah air. Beberapa
pendekatan pembelajaran modern belum diketahui pada saat itu, sehingga tidak ada
pilihan lain. Berbicara mengenai pesantren, KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa
metode yang digunakan adalah metode tradisional, khususnya sistem Sorogan,
Bandongan, dan metode hafalan, dan kajian utamanya adalah kitab-kitab klasik. Metode
yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan, materi, dan lingkungan
pendidikan.
1. Metode Sorogan
Istilah “Sorog” dalam Bahasa Jawa “Sorog” berarti mendorong. Cara ini
dikenal dengan nama Sorogan, dimana santri melakukan pengajaran tatap muka sambil
menawarkan diri untuk membaca dan belajar bersama Kiai atau Ustadz. Penulis
mengklaim bahwa metode tatap muka merupakan metode kata yang keren untuk
Sorogan. Siswa memberikan buku kepada guru dan hal-hal lain untuk dipelajari, atau
semangat sebagai metode pengajaran. Ide-ide sistem modular, pembelajaran individu,
pembelajaran inklusif (master learning), dan pertumbuhan berkelanjutan merupakan
komponen dari pendekatan ini, yang berfokus pada pengembangan bakat individu.
Metode Sorogan masih digunakan di sebagian besar pesantren tradisional karena
diyakini dapat membantu mendidik santri agar lebih aktif. Metode ini memungkinkan
guru untuk menilai secara individual bakat dan pemahaman setiap siswa terhadap topik
terkait Sorogan. Hal ini memungkinkan kita mengetahui berbagai aspek kemampuan
siswa. Selain itu, pendekatan Sorogan memungkinkan guru memantau, mengevaluasi,
dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai konten pembelajaran.
Gagasan sistem modular, pembelajaran yang dipersonalisasi, pembelajaran
yang komprehensif (master learning), dan pertumbuhan berkelanjutan adalah elemen
dari pendekatan yang berfokus pada pengembangan bakat individu. Metode Sorogan
masih digunakan di sebagian besar pesantren tradisional karena diyakini dapat
membantu mendidik santri agar lebih aktif. Metode ini memungkinkan guru untuk
menilai secara individual bakat dan pemahaman setiap siswa terhadap topik terkait
Sorogan.
Hal ini memungkinkan untuk mengetahui kemampuan siswa dari berbagai
aspek. Selain itu, pendekatan Sorogan memungkinkan guru memantau, mengevaluasi,
dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai konten pembelajaran.

6
Abrina Maulidnawati Jumrah and Syarifuddin Ondeng, “Relevansi Pemikiran Kh. Ahmad Dahlan
Dan Kh. Hasyim Asy’Ari Dan Pengaruhnya Dalam Bidang Pendidikan Islam,” AL-URWATUL WUTSQA:
Kajian … 2, no. 1 (2022): 9–23.
7
Ravina Wijayati and Muhammad Devy Habibi, “Perbandingan Pendidikan Islam Menurut Perspektif
KH. Ahmad Dahlan Dan KH. Hasyim Asy ’Ari,” IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 02
(2021): 121–38, https://doi.org/10.37542/iq.v4i02.234.

3
2. Metode Bandongan
Secara linguistik, Bandungan tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sebagai “(sekolah agama) yang diajarkan dalam bentuk jam pelajaran”. Menurut
Zamakhsyari Dhofier, salah satu ahli yang mendefinisikan istilah tersebut, teknik
Bandungan merupakan metode utama dalam sistem pendidikan Pondok Pesantren .
Dalam sistem ini, guru sering membaca, menafsirkan, menjelaskan, dan mengkaji
bahasa Arab dan Islam.
Kelompok yang terdiri dari siswa (5 hingga 500 siswa) mendengarkan teks. 10 Setiap
siswa melihat dengan cermat bukunya dan mencatat setiap kata atau konsep yang mereka
anggap sulit untuk dipahami. Istilah “halaqah” untuk kelas sistem bandongan mengacu
pada sekelompok siswa yang belajar bersama di bawah bimbingan seorang guru.
Sedangkan metode bandongan menurut kitab Imran Arifin adalah metode
dimana seorang Kyai membacakan suatu kitab pada waktu tertentu, para santri membawa
kitab yang sama, kemudian para santri mendengarkan Kyai yang dibacakan tersebut.
demikian menurut Imran Arifin dalam bukunya Kepemimpinan Kyai, sebagaimana
dikemukakan Armai Arief. Artinya pelaksanaan pembelajaran ini berlangsung pada
waktu yang ditentukan oleh Kyai atau Pondok Pesantren, dimana Kyai atau Ustad
membaca, menerjemahkan dan mempelajari kitab-kitab. Istilah bandungan berasal dari
bahasa Jawa dan sering disebut dengan weton yang berarti waktu Terdapat kali santri
mendengarkan Kyai dibacakan secara bersuara dalam kelompok besar.8
Pemikiran Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari
Peran pendidikan sangatlah penting dalam proses perubahan sosial. Pendidikan
bukan sekedar pengembangan intelektualitas, namun peranannya yang lebih mendasar
sebagai sarana penanaman nilai-nilai kebaikan. Dalam perspektif Islam, pendidikan
memegang peranan besar dalam membawa seseorang menuju kedewasaan. Pendidikan
juga menjadi penerang terpenting bagi manusia untuk menghadapi kehidupan yang
semakin kompleks saat ini. Pentingnya pendidikan sehingga menimbulkan keyakinan
yang kuat bahwa maju atau mundurnya suatu negara bergantung pada kualitas dan
kemajuan pendidikan.9
Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mengantarkan manusia pada
keuntungan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Pendidikan harus mampu
mengembangkan dan menopang nilai-nilai keutamaan dan norma-norma Islam bagi
generasi penerus dan penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan tidak tertipu oleh orang
lain. Umat Islam harus mengikuti pedoman Al-Qur'an, hadis, dan buku-buku sejarah
pendidikan Islam. Ini tentang belajar giat dengan mengembangkan keterampilan
membaca dan mendengarkan serta memahami isi setiap pelajaran yang diajarkan.
Semoga ilmu yang kita pahami tidak menjadikan kita sombong dan kita bisa saling
berbagi ilmu sebanyak-banyaknya, dan ilmu yang diperoleh dari mengamalkan
keberkahan dan mengalir pahala tidak akan terputus. Yaitu, ilmu-ilmu bermanfaat yang
dapat diperoleh darinya.10
Hasyim Asy’ari lahir dan dibesarkan di lingkungan Pondok Pesantren. Ia

8
Rafik Rafik and Kaharuddin Kaharuddin, “Metodologi Pendidikan Hasyim Asy’Ari (Nahdatul
Ulama),” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 7, no. 1 (2023): 42–59,
https://doi.org/10.52266/tadjid.v7i1.1204.
9
Mukhlis Lbs, “Konsep Pendidikan Menurut Pemikiran Kh. Hasyim Asy’Ari,” Jurnal As-Salam 4, no.
1 (2020): 79–94, https://doi.org/10.37249/as-salam.v4i1.170.
10
Miftakhul Muthoharoh, “Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif KH. Hasyim Asy’ari,” Tabyin:
Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2020): 32–39, https://doi.org/10.52166/tabyin.v2i2.91.

4
banyak belajar dan terjun langsung dalam lingkungan pendidikan agama khususnya
Islam. Dan segala sesuatu yang dialami dan dirasakannya selama ini menjadi
pengalaman yang mempengaruhi pemikiran dan pandangannya terhadap masalah
pendidikan. Hasyim Asy’ari adalah seorang penulis yang produktif di semua bidang ilmu
pengetahuan Islam, namun ada satu kesimpulan yang dapat ditarik dari pemikirannya
dari sudut pandang epistemologisnya. Artinya, ia memiliki cara berpikir yang unik dan
khas, serta selalu berkonsultasi dengan referensi secara konsisten. Terdapat sumber
informasi yang otoritatif yaitu Al-Quran dan Al-Hadits. Ciri khas lain dari karyanya
adalah kecenderungan terhadap madzab Syafi'i.11
Menurut K.H. Hasyim Ashari, Keutamaan ilmu dan keahlian tersebut terdapat
pada ulama yang mengamalkan ilmu, orang yang amal shalehnya, dan orang yang
bertaqwa yaitu orang yang mencari dan menuntut ilmu berniat untuk mencari dzat Allah
dan keagungan-Nya dengan mencapai surga tempat yang penuh dengan kenikmatan. Ia
bukan orang yang mencari hal-hal duniawi berupa status, harta, atau persaingan demi
mendapatkan pengikut atau santri/siswa yang banyak.12
Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mengantarkan manusia pada
keuntungan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Pendidikan harus mampu
mengembangkan dan menopang nilai-nilai keutamaan dan norma-norma Islam bagi
generasi penerus dan penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan tidak tertipu oleh orang
lain. Umat Islam harus mengikuti pedoman Al-Qur'an, hadis, dan buku-buku sejarah
pendidikan Islam. Ini tentang belajar giat dengan mengembangkan keterampilan
membaca dan mendengarkan serta memahami isi setiap pelajaran yang diajarkan.
Semoga ilmu yang kita pahami tidak menjadikan kita sombong dan kita bisa saling
berbagi ilmu sebanyak-banyaknya, dan ilmu yang diperoleh dari mengamalkan
keberkahan dan mengalir pahala tidak akan terputus. Yaitu, ilmu-ilmu bermanfaat yang
dapat diperoleh darinya.
Dalam bidang pendidikan, pemikiran Kyai Hasyim menjadi aspek yang menarik
untuk dikaji. Hal ini didasarkan pada banyak karya Kyai Hasyim yang berkaitan
langsung dan tidak langsung dengan pendidikan. Meskipun demikian, pembahasan pada
bagian ini berupaya untuk mensistematisasikan aspek-aspek luas ini dengan memulai
dengan pemeriksaan menyeluruh dan filosofis terhadap karya-karya yang diedit. Dengan
demikian, diskusi ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang jelas dan
komprehensif mengenai pemikiran pedagogi Kyai Hasyim. Pemikiran Kiai Hasyim
terhadap dunia pendidikan menyimpulkan bahwa ada tiga hal yang mempengaruhi
keberhasilan murid dalam mencari ilmu, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga
hal tersebut telah dibahas lebih rinci oleh Kiai Hasyim dalam Al-Mawa’idz, Al-Qanun
al-Asasy, Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim dan Dha’ul Misbah.13
KH. Hasyim Asy’ari merupakan seorang penulis yang produktif dalam segala
bidang kajian Islam, namun ada satu kesimpulan yang dapat ditarik dari pemikirannya
dalam perspektif epistemologis. Bahwa beliau mempunyai pemikiran unik dan khas yang

11
Muhammad Darwis, Zuhdiah Zuhdiah, and Bahaking Rama, “Pemikiran Pendidikan Islam K.H.
Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari,” JUPEIS : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial 3, no. 1 (2024): 60–
66, https://doi.org/10.57218/jupeis.vol3.iss1.1005.
12
Hamida Olfah, “Pemikiran Hasyim Asy’Ari Tentang Pendidikan Islam,” SENTRI: Jurnal Riset
Ilmiah 2, no. 11 (2023): 4938–48, https://doi.org/10.55681/sentri.v2i11.1833.
13
TransformasiKonsep Pemikiran Pendidikan Islam dan Sistem Pendidikan Islam Menurut
Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Manageria et al., “Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Dan Sistem
Pendidikan Islam Menurut Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari,” Journal of Islamic Education Management
1, no. 1 (2021): 66.

5
disebutkan oleh KH. Hasyim Asy’ari selalu konsisten mereferensikan referensi dengan
sumber terpercaya seperti Al-Quran dan al-Hadits.
Di antara pemikiran beliau dalam bidang Pendidikan adalah:
1. Signifikasi pendidikan
Signifikasi Pendidikan menurut KH Hasyim Asy’ari, yang dimaksud dengan pendidikan
adalah mendidik manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT, mentaati segala perintah
Allah dengan sungguh-sungguh, menegakkan keadilan di muka bumi, beramal shaleh
dan nikmat, serta bertakwa pada manusia. Judulnya adalah memanusiakan manusia
seutuhnya. Artinya menjadi yang maha agung dan tertinggi derajat di atas segala ciptaan
Tuhan yang lain.
2. Tujuan pendidikan
Menurut Hasyim Asy’ari, tujuan pendidikan adalah menjadi pribadi yang bertujuan
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bertujuan mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
3. Karakteristik guru
Berikut ini disampaikan oleh Bapak KH. Hasyim Asy’ari tentang sifat-sifat yang
dibutuhkan seorang guru. Melindungi diri dari orang-orang yang merendahkan harkat
dan martabat manusia, bijaksana dalam mengajar, berpikiran terbuka, mengamalkan
ajaran Al-Quran dan Hadits, berkompeten dan profesional, penuh kasih sayang, Otoriter
dan penuh hormat kepada Allah, Tawadu, Zuhud, Kush.
4. Sistem pendidikan
Sistem pendidikan KH Hasyim Asy'ari dalam hal ini didasarkan pada Al-Quran sebagai
paradigmanya. Sebab, dengan mendasarkan pada wahyu Ilahi maka terwujudlah sistem
pendidikan menyeluruh yang mencakup tiga aspek pendidikan yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
5. Kurikulum pendidikan
Kurikulum yang dibuat oleh KH Hasyim Asy'ari berlandaskan Al-Quran dan Hadits,
Fiqih, Ushr-Fiqih, Na'w, dan Shorof, serta cenderung menerapkan sistem Kurikulum
dalam pengajaran kitab-kitab klasik.
6. Metode pengajaran
Saat memilih metode pembelajaran, perlu menyesuaikannya dan mempertimbangkan
tujuan, materi, dan lingkungan pendidikan Anda. Jika mengacu pada Pondok Pesantren
maka metode yang digunakan adalah metode tradisional yaitu sistem Sorogan,
Bandogan, Wetnan, dengan dasar pembelajaran dari kitab-kitab klasik.14
Kelebihan dan Kelemahan Konsep Pemikiran Pendidikan KH. Asy,ari
1. Kelebihan konsep pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari
a) Pemikiran-pemikirannya yang begitu humanis dan religius sehingga muatan yang
diajarkan menjadi standar dalam membangun komunitas pendidikan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan agama.
b) Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari yang tertuang pada kitab Adab al-‘Alim wa-
al’Muta’allim tepatnya pada Muqodimmah kitab Adab al-‘Alim wa-
al’Muta’allim lebih berkonsentrasi pada munculnya keseimbangan dalam

Dhevin M.Q Agus Puspita W, “Pemikiran Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari,”
14

FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman 10, no. 2 (2019): 50–67, https://doi.org/10.36835/falasifa.v10i2.196.

6
hubungan ukhrawi dan duniawi, baik itu dalam bentuk etika pembelajaran belajar
maupun di luar pembelajaran. Dengan kata lain, pendidik dan peserta didik
mempunyai etika dalam berhubungan. Sebaliknya pendidikan progresivisme
hanya menekankan aspek duniawi.
c) K.H Hasyim Asy'ari berpendapat bahwa ilmu tidak hanya diperoleh melalui
pengamatan dan penalaran, tetapi juga melalui kesucian hati.

2. Kelemahan konsep pemikiran Pendidikan KH. Asy’ari


a) Pandangan K.H Hasyim Asy’ari lebih menekankan pada siswa menghormati
guru, namun hal ini terkesan berlebihan dalam rentang tertentu. Oleh karena itu,
dalam situasi ini siswa tidak mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan
pikirannya.
b) Pemikirannya tentang proses pembelajaran terfokus pada pendidik (guru sebagai
pusat). Hubungan tersebut dalam batas tertentu adalah penekanan rasa hormat,
yang terkesan agak berlebihan bagi guru, sehingga guru menempati posisi yang
sangat dominan dalam proses pembelajaran di sisi lain, dalam dunia pendidikan
saat ini, konsep kids center diperlukan karena proses belajar siswa berperan tidak
hanya sebagai subjek pendidikan siswa, tetapi juga sebagai subjek pendidikan itu
sendiri.
c) Menurut K.H Hasyim Asy'ari, tujuan pendidikan adalah membentuk individu dan
kelompok yang baik. Namun bagian baik yang ingin ia sampaikan hanyalah
informasi standar tentang agama, seolah-olah ia tidak peduli dengan aspek
sosiologis masyarakat.15

KESIMPULAN
Artikel ini membahas pemikiran KH. Hasyim Asy'ari tentang konsep
pendidikan komprehensif, yang mencakup hubungan antara ilmu pengetahuan dan
agama, nilai-nilai moral yang berilham sufi, dan penerapan prinsip ahl as-Sunnah wa al-
Jamaah dalam praktik pendidikan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh Hasyim
Asy'ari antara lain metode hafalan, ceramah, diskusi, tanya jawab, dan tahdzib wa
targhib. Metode tradisional seperti Sorogan dan Bandongan juga digunakan dalam
pendekatan pembelajaran di pesantren. Pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy'ari
menekankan pentingnya pendidikan dalam membawa perubahan sosial dan nilai-nilai
kebaikan, berlandaskan Al-Quran dan Hadits, dengan tujuan mendekatkan diri kepada
Allah dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Konsep pendidikan KH. Hasyim
Asy'ari memiliki kelebihan dalam aspek humanis dan religius, namun kelemahannya
adalah penekanan berlebihan pada rasa hormat terhadap guru.

15
Eva M. Seda Gadi, Muhammad Hanif, and Syamsu Madyan, “Konsep Pendidikan Islam Dalam
Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari Dan Telaah Terhadap Progresivisme,” Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (2020):
24–35, http://www.riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/7769.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama, Tias Satrio. “Kartun Humor Dan Misi Dakwah Dalam Media Cetak.” Journal
Unmuhkupang.Ac.Id 2, no. 1 (2021): 25–32. https://e-
journal.unmuhkupang.ac.id/index.php/talim/article/download/805/510.

Agus Puspita W, Dhevin M.Q. “Pemikiran Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari.”
FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman 10, no. 2 (2019): 50–67.
https://doi.org/10.36835/falasifa.v10i2.196.

Aulia, Karina. “Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari Pada Generasi Z.” Pensa 3, no. 1
(2021): 87–96.

Darwis, Muhammad, Zuhdiah Zuhdiah, and Bahaking Rama. “Pemikiran Pendidikan Islam
K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari.” JUPEIS : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu
Sosial 3, no. 1 (2024): 60–66. https://doi.org/10.57218/jupeis.vol3.iss1.1005.

Fadli, Muhammad Rijal, and Ajat Sudrajat. “Keislaman Dan Kebangsaan: Telaah Pemikiran
Kh. Hasyim Asy’Ari.” Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora 18, no. 1 (2020):
109. https://doi.org/10.18592/khazanah.v18i1.3433.

Gadi, Eva M. Seda, Muhammad Hanif, and Syamsu Madyan. “Konsep Pendidikan Islam
Dalam Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari Dan Telaah Terhadap Progresivisme.” Jurnal
Pendidikan Islam 5, no. 2 (2020): 24–35.
http://www.riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/7769.

Hambali, M. “Pemikiran Dakwah Kh. Hasyim Asy’ari: Sebuah Pendekatan Antropologi.”


Applied Transintegration Paradigm 3, no. 1 (2023): 7. https://e-
journal.lp2m.uinjambi.ac.id/ojp/index.php/jatp.

Jumrah, Abrina Maulidnawati, and Syarifuddin Ondeng. “Relevansi Pemikiran Kh. Ahmad
Dahlan Dan Kh. Hasyim Asy’Ari Dan Pengaruhnya Dalam Bidang Pendidikan Islam.”
AL-URWATUL WUTSQA: Kajian … 2, no. 1 (2022): 9–23.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/alurwatul/article/view/7755%0Ahttps://journal.u
nismuh.ac.id/index.php/alurwatul/article/viewFile/7755/4689.

Lbs, Mukhlis. “Konsep Pendidikan Menurut Pemikiran Kh. Hasyim Asy’Ari.” Jurnal As-
Salam 4, no. 1 (2020): 79–94. https://doi.org/10.37249/as-salam.v4i1.170.

8
Manageria, TransformasiKonsep Pemikiran Pendidikan Islam dan Sistem Pendidikan Islam
Menurut Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, Muhamad Ramdoni, Agus Suryana,
and Fakultas Tarbiyah. “Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Dan Sistem Pendidikan
Islam Menurut Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.” Journal of Islamic Education
Management 1, no. 1 (2021): 66.

Miftakhul Muthoharoh. “Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif KH. Hasyim Asy’ari.”


Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2020): 32–39.
https://doi.org/10.52166/tabyin.v2i2.91.

Olfah, Hamida. “Pemikiran Hasyim Asy’Ari Tentang Pendidikan Islam.” SENTRI: Jurnal
Riset Ilmiah 2, no. 11 (2023): 4938–48. https://doi.org/10.55681/sentri.v2i11.1833.

Rafik, Rafik, and Kaharuddin Kaharuddin. “Metodologi Pendidikan Hasyim Asy’Ari


(Nahdatul Ulama).” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 7, no. 1
(2023): 42–59. https://doi.org/10.52266/tadjid.v7i1.1204.

Wijayati, Ravina, and Muhammad Devy Habibi. “Perbandingan Pendidikan Islam Menurut
Perspektif KH. Ahmad Dahlan Dan KH. Hasyim Asy ’Ari.” IQ (Ilmu Al-Qur’an):
Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 02 (2021): 121–38.
https://doi.org/10.37542/iq.v4i02.234.

Zaim, Muhammad. “PEMIKIRAN PENDIDIKAN KH. HASYIM ASY’ARI (Studi


Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Kitab Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’Allim).”
Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 2 (2020): 151–70.
https://doi.org/10.52431/murobbi.v4i2.238.

Anda mungkin juga menyukai