Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah tidak sekedar mengajak seseorang untuk mengikuti apa yang kita
dakwahkan tapi prosesnya harus dimulai dari diri pelakunya. Jadi seorang
pendakwah harus memiliki pemahaman yang benar, seorang pendakwah harus
yakin dan mengamalkan terlebih dahulu sebelum berupaya mempengaruhi orang
lain, karena tujuan dakwah mengubah masyarakat kepada kehidupan yang lebih
baik lahir dan batin.

“Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang-orang yang  


mengikutiku mengajak kepada Allah dengan yakin. Mahasuci Allah dan aku tidak
termasuk orang-orang musyrik ” (QS. Yusuf: 108)

Ada dua unsur dakwah yang begitu erat dalam keterkaitan, yaitu isi dan cara
penyampaiannya. Isi atau materi-materi dakwah sampai dengan tepat ke sasaran
sangat tergantung pada cara penyampaiannya atau metodenya. Juga metode pun
biasanya mengacu pada materinya. Dr. Quraisy Shihab berpendapat bahwa
ketidaktepatan dari keduanya sering menimbulkan persepsi yang keliru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu metode dakwah?
2. Bagaima metode dakwah KH. Abdullah Syafi’i ?
3. Bagaimana mtode dawah KH. Zainuddin MZ ?
4. Bagaimana metode dakwah Ust. Yusuf Mansyur ?
5. Bagaimana metode dakwah Ustz. Suryani Thahir ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

Metode dakwah adalah cara-cara atau langkah-langkah sistematis dalam


menyampaikan atau menyeru umat ke jalan Allah SWT sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Metode dakwah terdiri atas metode dakwah bil hikmah, bi
mauidzatil hasanah, dan bil lati hiya ahsan (sumber ayat Al-Qur’an) serta bil yad
(tangan), bil lisan (ucapan) dan bil qalb (hati). Ini mengacu pada hadits nabi.
Aplikasi metode dakwah dapat diterapkan secara personal, pendidikan, diskusi,
penawaran dan misi. Di Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyeru manusia
untuk berdakwah. Sebagaimana perilaku lain, dakwah juga memiliki kode etik
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Hikmah etika berdakwah di
antaranya kemajuan rohani, penuntun kebaikan, kesempurnaan iman dan
kerukunan antar umat beragama.

Dalam hal ini ada beberapa dai yang mengguakan metode dakwah mimbar dimana
Metode Dakwah mimbar atau Untouchable Preaching adalah metode dakwah
yang da’inya menyampaikan pesan dibalik sebuah properti yakni mimbar.
Sedangkan audience/ mad’unya mendengarkan dengan duduk berkumpul nan
khusyu di hadapan da’i tersebut. Sebagian besar ulama menganut metode ini,
namun suasana yang dirasakan begitu kental terkait dengan ulama-ulama
terdahulu. Dalam makalah ini, terdapat beberapa sampel da’i yang menggunakan
metode dakwah melalui mimbar, antara lain KH. Abdullah Syafi’i, KH. Zainuddin
MZ, Ust. Yusuf Mansyur, dan Ustz. Suryani Thahir.

Tapi tidak dipungkiri juga karna zaman semakin maju dan teknologi mulai
berkembang maka dakwahpun harus mampu memasuki zona tersebut. Oleh
karnanya dalam makalah ini akan di bahas beberapa dai dengan metodenya
masing masing.

A.  Metode Dakwah KH. Abdullah Syafi’i

Ketenaran Abdullah Syafi’i dimulai dari sebuah kandang sapi. Ketika muncul
niatnya untuk mengajar agama pada umur 17 tahun, dia memanfaatkan sebuah
kandang sapi milik ayahnya. Sapi dijual, untuk menyulap kandang menjadi
mushola. Disitulah dia mengajarkan pengetahuan dasar agama islam kepada lima
orang murid yang umurnya lebih tua darinya. Kampung Bali Matraman kala itu
(1927) masih udik dan penghuninya awam soal agama, sehingga dia mengajarkan

2
mandi junub dengan apa adanya. Untuk praktek sholat dia membagikan sarung
kepada mereka.

Ketika radio amatir semarak, dia juga memanfaatkan alat ini untuk dakwah, sejak
1967, setiap ba’da Subuh suaranya menggema lewat radio Asy Syafiiyah, yang
diistilahkan sebagai ”Jauh dimata dekat di Telinga”. Dengan Radio ini sayap Asy
Syafiiyah makin meluas keseluruh pelosok Jakarta dan sekitarnya, terutama dalam
menunjang kegiatan pendidikan Islam dalam lingkungan Keluarga Besar Asy
Syafi’iyah.[1]

Materi dakwah yang disampaikan oleh KH. Abdullah Syafi’i adalah materi yang
lebih banyak berkaitan dengan akidah akhlaq dan tarbiyatul aulad, bahkan karena
seringnya beliau memberikan ceramah akidah, dibuatlah sebuah kitab akidah
mujmalah yang di dalamnya berisi pointer akidah yang bertujuan dengan
membaca akidah mujmalah tersebut dapat mengokohkan akidah ummat. Dari
tahun ke tahun perguruan AsSyafi’iyah menunjukkan progress yang cukup tinggi,
bagaimana tidak diawali dengan metode dakwah yang sangat sederhana saat ini
telah membuahkan beberapa perguruan yang menjamur di kalangan ummat.
Metode Dakwah beliau dikembangkan lagi oleh putra beliau yakni dengan
dakwah via media elektronik yakni radio, yang dahulu radio amatir kini telah
memiliki pemancar sendiri, melalui gelombang 95,5fm bernama RASFM. Begitu
pula dengan kitabnya, jika dahulu ada akidah mujmalah, saat ini ada kitab yang
bernama Hizb Nahdhatul Wathan. Kitab tersebut didapat ketika putra beliau (KH.
Abdul Rasyid AS) berguru di Pancor Lombok Barat. Dan kitab tersebut hingga
saat ini menjadi bacaan rutin para santri di pondok pesantren KH. Abdullah
Syafi’i.

B.  Metode Dakwah KH.Zainuddin MZ

Zainuddin MZ merupakan sosok yang dilahirkan oleh zaman yang sempat berjaya
di zamannya. Secara dhahir mungkin bisa dijiplak dan ditiru, misalnya tentang
materi dakwah, model gaya bicara, atau bahasanya, namun secara kharisma,
falsafah, dan sesuatu yang abstrak, maka hal itu tidak bisa. Yang paling menonjol
dari keahlian Zainuddin MZ adalah kemampuan mengurai kata-kata yang mampu
membius mustami’nya.

Dalam sebuah buku disebutkan, bahwa buah dakwah Zainuddin telah melahirkan
Taubat Abad 20. Yaitu suatu kesadaran massal para Bromocorah (orang-orang
yang bergelimang dalam dosa dan kemaksiatan) dari rakyat jelata (rendah) hingga
jetset (kalangan menengah keatas), diantaranya para PSK, pemabuk, pencuri,
bahkan banyak ilmuwan, tehnokrat, budayawan, seniman yang tidak peduli
terhadap islam, menjadi cinta dan masuk islam karena terbius oleh kelihaian kata-

3
kata Zainuddin MZ. Bahkan mereka menjadi barisan kuat dibelakang Zainuddin
MZ dalam mengembangkan islam di Indonesia.

Hasil penelitian nasional menyebutkan tentang keberhasilan dakwah Zainuddin


MZ yang dilakukan selama kurun waktu 4 bulan (Oktober 1992 – Januari 1993)
pada 20 propinsi di Indonesia, dengan menggunakan angket tertutup sebanyak
2500 angket. Jawaban responden kemudian dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan. Diantara kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Pertama, dari 2500 responden yang tersebar di 20 propinsi di Indonesia, ternyata


ditemukan 2165 atau 86,60 % orang mengaku kagum atas ceramah Zainuddin
MZ. Mereka salut, tidak merasa bosan, bisa memantapkan keyakinan serta selalu
mengajak pada kerukunan.

Kedua, dari 2500 responden yang tersebar di 20 propinsi di Indonesia, 2074 atau
82,95 % orang mengatakan bahwa da’wah Zainuddin MZ mengena, menyentuh,
mengisi jiwa dengan ajaran Islam, menggugah jiwa yang terlena, serta
membangkitkan jiwa untuk kembali kepada jalan yang benar.

Ketiga, dari 2500 responden yang tersebar di 20 propinsi di Indonesia, 2163 atau
86,44 % orang menyatakan bahwa dakwah Zainuddin MZ mengena di hati,
bahkan sekalipun ceramah Zainuddin MZ itu di ulang-ulang, tetap menarik dan
tidak membosankan serta mudah dimengerti dan diterima. Adapun dasar
kekaguman mereka adalah karena metode, gaya bahada, dan materinya lain
daripada yang lain.

Memang, pada diri Zainuddin MZ telah terkumpul 3 orator besar bangsa ini. Ia
bisa menjadi “Singa” seperti Soukarno, mampu mewarisi kehalusan bahasa Buya
Hamka, dan sanggup bermain logika seperti Idham Kholid (seorang menteri di-era
ORBA). Sebagai figur seorang da’i, memang harus memiliki 4 kelebihan yang
tidak setiap orang memilikinya.

Pertama, punya mata setajam rajawali (dengan cepat mampu mengamati gejala-


gejala fenomena masyarakat yang masih hangat sekalipun), sehingga materi
ceramah sesuai dengan kepentingan masyaraskat. Ke-dua, berhati seperti radar
(memiliki sandaran vertikalkuat, maka hati selalu hidup), dengan hati yang hidup
inilah mampu mendeteksi persoalan yang orang lain belum pernah
memikirkannya. Ke-tiga, punya kaki sekuat cengkeraman Garuda (mampu
mengendalikan diri sehingga tidak hanyut oleh perubahan zaman seperti tipu daya
dunia yang glamour). Ke-empat, bertangan sehalus seniman (sanggup melakukan
pendekatan dengan berbagai pihak secara manusiawi. Ibarat mencubit tidak terasa
sakit) dakwah menyentuh bukan menyinggung, mengajak bukan mengejek[2].

4
C.  Metode Dakwah Ust. Yusuf Mansyur

Ustadz Yusuf Mansyur memang menjadi inspirasi bagi kebanyakan orang saat ini.
Bukan hanya karena penuturannya tentang konsep shodaqoh dalam Al-Quran,
tetapi juga karena kisah hidup Ustadz Yusuf Mansyur yang jatuh bangun dan
menarik untuk kita ambil hikmahnya.

Ustadz Yusuf Mansyur mulai terlilit hutang ketika terjun di dunia bisnis. Bisnis
informatika tepatnya. Hutang yang konon katanya sangat besar sehingga
mencapai angka milyaran, membuat Ustadz Yusuf Mansyur harus membekuk di
penjara.

Pengalaman spiritual hadir pada diri Ustadz Yusuf Mansyur ketika berjualan es di
terminal kali deres selepas keluar dari bui. Di sinilah pengalaman shodaqoh
dengan keikhlasan mulai berbuah. Lambat laun usaha dagang es Ustadz Yusuf
Mansyur merangkak naik.

Apalagi setelah Ustadz Yusuf Mansyur bekerja di LSM. Selama kerja di LSM
itulah, Ustadz Yusuf Manyur membuat buku berjudul Wisata Hati Mencari Tuhan
Yang Hilang. Sebuah buku yang terinspirasi oleh pengalaman pribadinya sendiri
saat terpenjara dan ketika rindu dengan orang tuanya.

Atas sambutan masyarakat yang luar biasa terhadap buku Ustadz Yusuf Mansyur
ini, maka hidup Ustadz Yusuf Mansyur pun lambat laun berubah dan sering
diundang ceramah dan bedah buku.

Dakwah Ust. Yusuf Mansur memang dikenal dengan anjurannya untuk


bersedekah.

Ust. Yusuf Mansur ingin mendorong umat agar menginfaqkan hartanya di jalan
ALLAH dengan mengemukakan realita akan janji ALLAH dalam Al Quran

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkah hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kamu
dikembalikan.” (QS.Al Baqoroh : 245).

Perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah. Adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siap yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. ( Al Baqoroh:261)

5
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
( Al Baqoroh : 265 )

D.  Metode Dakwah Ustz. Suryani Thahir

Ustadzah Siti Suryani Thohir adalah putrid dari KH. Thohir Rohili, beliau adalah
salah satu ulama perempuan yang termasyhur di Indonesia. Beliau merupakan
murid dari KH. Abdullah Syafi’i, selama 4 tahun lamanya beliau berguru dan
menimba ilmu-ilmu keislaman kepada Kiai Betawi yang terkenal pada masa itu.
Setelah matang Ustz Suryani Thahir melanjutkan pendidikannya di Makkah Al-
Mukarromah hingga mendapat gelar Doktor.

Setelah selesai dalam studinya beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan
ilmu dan mengabdikan diri kepada ummat. Apa yang telah beliau dapat
disampaikan kembali kepada jama’ah tentu dengan metode dan materi yang
berbeda.

Beliau pertama kali mencoba melakukan reorientasi dakwah terhadap metode


dakwah Islam. Baginya Majlis Ta’lim bukanlah merupakan sarana proses belajar
mengajar yang bersifat satu arah (one way) tetapi sebaliknya. Bagi Suryani
metode konvensional tidak dapat lagi digunakan, oleh karena itu ia menyajikan
metode baru yang sifatnya terpadu. Memberi kesempatan kepada jama’ah
membaca kitab kuning kemudian dilanjutkan kepada dialog interaktif.[3]

Adapula materi yang disampaikan ketika beliau berdakwah antara lain berisi
tentang;

Pelatihan peningkatan mutu muballigh (latihan pidato, manajemen, latihan dan


metode pendidikan)

Program lokakarya peningkatan keterampilan mengajar (perencanaan dakwah,


administrasi kuangan Majlis Ta’lim, organisasi pengembangan Majlis Ta’lim)

Program pelatihan dakwah bilhal.

Seminar perluasan wawasan.

6
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dakwah meupakan seruan terhadap manusia agar kembali pada jalan yang benar.
Pada saat ini metode yang digunakan sebenarnya sangat beragam. Dakwah
mimbar sudah tidak menjadi acuan utama dalam mensyiarkan ajaran islam, karena
pada era modern saat ini dakwah mimbar sudah mulai jarang diikuti oleh
masyarakat, hal tersebut dikarenakan kesibukan masyarakat yang lebih
mementingkan kehidupan duniawi, sehingga untuk mempopulerkan dakwah
mimbar para penda’i harus menggunakan sarana dan prasarana modern untuk
menarik minat masyarakat, dan juga dakwah mimbar dalam konteks isi harus
mengalami perubahan tidak lagi hanya berkutat pada malah akhirat semata,
namun juga harus memperhatikan masalah kehidupan sosial, keuangan dan
kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat, sehingga dakwah tersebut menjadi lebih
menarik dan mampu menjawab permasalahan-permasalahan dalam masyarakat.
Karna saat ini termasuk pada era globalisasi maka, mau tidak mau dakwah harus
merambat didalamnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

– Sumber : Majalah Alkisah No.22/thn IV/23 okt-5Nov 2006


– Burhanuddin, Jajat. Ulama Perempuan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: 2002
– http://pakdeiwan.blogspot.com/2009/06/sang-maestro.html
– http://alumnifiad.youneed.us/dakwah-kultural-f14/media-dakwah-t46.htm

Anda mungkin juga menyukai