3 Penerus Beliau
3.1 Putera-puteri Beliau
3.2 Murid-murid Beliau
4 Karya Beliau
5 Kisah Teladan
5.1 Sosok Sederhana
5.2 Tawadu dan Alim
6 Karomah
6.1 Menguji Kewalian Syekh Yasin Al Faddani
6.2 Memberi Petunjuk KH. Hamid dari Mekkah
7 Referensi
1.3 Wafat
21 Juli 1990 Syekh Yasin Al-Fadani dipanggil menghadap Allah SWT,
seluruh dunia merasa kehilangan sosok ulama hadist yang mumpuni dan
menjadi sumber rujukan ilmu. Dan kebesaran Allah ditampakan oleh para
hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan ulama besar tersebut.
Begitu Jenazah dimasukkan ke liang lahat bukan liang yang sempit dan
lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas
membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum dan
menyegarkan.
Materi materi yang disampaikan Oleh Syekh Yasin mendapat sambutan yang
luar biasa terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara. Syekh Yasin juga
dikenal sebagai sosok ulama yang sering minta Ijazah dari para ulama-ulama
terkemuka sehingga Beliau memilki sanad yang luar biasa banyaknya.
Ini hampir tidak pernah dialami oleh Madrasah-madrasah yang baru dibuka
mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul-Ulum. Dalam
sebuah situs dinyatakan bahwa pada tahun 1934, karena suatu konflik yang
menyangkut kebanggaan nasional orang Indonesia, guru dan murid ‘Jawah’
telah keluar dari Shaulatiyah dan mendirikan madrasah Darul Ulum di
Makkah.
3. PENERUS BELIAU
3.1 Putera-puteri Beliau
Putera-puteri beliau adalah:
4. KARYA BELIAU
Jumlah karya beliau mencapai lebih dari 97 Kitab, di antaranya 9 kitab
tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul fiqih, 36 buku tentang
ilmu Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain.
5. KISAH TELADAN
5.1 Sosok Sederhana
Dan yang sangat menarik adalah sosok Syekh Yasin Al-Fadani adalah
kesederhanaannya, walaupun beliau seorang ulama besar namun beliau tidak
segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul, dan menenteng sayur
mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan memakai kaos
oblong dan sarung, Syekh Yasin juga sering nongkrong di warung teh sambil
menghisap Shisah (rokok arab).
Tak ada seorang pun yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang
dimiliki Syekh Yasin. Dan jika musim haji tiba Syekh Yasin mengundang
ulama-ulama dunia dan pelajar untuk berkunjung kerumahnya untuk
berdiskusi dan tak sedikit dari para ulama yang meminta Ijazah Sanad hadist
dari Syekh Yasin. Namun biarpun lewat dari musim haji rumah Syekh Yasin
pun selalu ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.
KH. Syafii datang menemui Syekh Yasin Al-Fadani untuk diangkat sebagai
murid namun Syekh Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka tapi karena
dirinyalah yang pantas menjadi Murid KH. Syafi”i Hadzami.
Namun Syekh Yasin Menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru
dan beliau mengatakan bahwa kedalaman ilmu yang dimiliki KH. Syafi’i
Hadzami tak diragukan lagi. KH Syafi’i Hadzami begitu terkenal namanya di
Mekkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan ilmu.
Begitulah sosok Syekh Yasin Al-Fadani yang sangat menghargai para ahli
ilmu.
6. KAROMAH
6.1 Menguji Kewalian Syekh Yasin al Faddani
Ini kisah tentang Syekh Yasin al Faddani seorang ulama masyhur Mekah dan
santrinya yang iseng Cerita ini adalah tentang santri yang ingin mengetahui
kewalian gurunya. Kisah ini datang dari Kiai Zakwan Abdul Hamid yang
mengenang sosok gurunya itu.
Suatu hari Zakwan ingin sekali menguji kebenaran tentang kewalian syekh
Yasin al Faddani. Ulama asal Padang itu memang sangat populer di Mekkah.
Muridnya banyak dan datang dari berbagai penjuru. Peritiwa ini bermula di
kediaman Syekh Yasin. Saat itu bertepatan dengan hari Jumat dimana
gurunya itu sering melaksanakan sholat Jumat di masjid terdekat tidak di
Masjidil Haram.
Akhirnya Zakwan dan temannya bisa sholat Jumat sambil berfikir bahwa
syekh Yasin tidak jumatan. Mereka kemudian sampai di rumah dan bertemu
dengan gurunya. Saat berjumpa, wajah Syekh Yasin tampak gembira
bahkan tidak merasa bersalah tertinggal sholat Jumat. Kedua santrinya itu
menjadi tertawa geli.
“Bagaimana Syekh Yasin bisa tahu ada tamu yang mau datang kerumahnya,”
batin Zakwan Namun tanpa pikir panjang ia segera menyiapkan apa yang
menjadi dawuh gurunya itu.
Mendengar kedua tamu itu berdialog dengan Seykh Yasin al Fadani, Zakwan
kaget, Ia bertanya-tanya dalam dirinya, ” Jumatan di Masjidil Haram?
Bukankah tadi Syekh Yasin tidak berangkat sholat Jum’at? Rasanya tidak
mungkin Syaikh Yasin bisa menjangkau Masjidil Haram jika di Utaibiyyah
saja khutbah sudah masuk sesi kedua?”
Salah satu dari mereka kemudian menjawab, ” Betul, tadi kami melihat
beliau duduk bersandar di tiang dekat Babul Shofā.” Setelah mendengar
penjelasan tersebut, Zakwan yakin bahwa gurunya merupakan seorang
waliyullah.