Anda di halaman 1dari 9

Daftar Isi

1 Riwayat Hidup dan Keluarga


1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat

2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau


2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan dan Mengasuh Madrasah Darul-Ulum

3 Penerus Beliau
3.1 Putera-puteri Beliau
3.2 Murid-murid Beliau

4 Karya Beliau

5 Kisah Teladan
5.1 Sosok Sederhana
5.2 Tawadu dan Alim
6 Karomah
6.1 Menguji Kewalian Syekh Yasin Al Faddani
6.2 Memberi Petunjuk KH. Hamid dari Mekkah

7 Referensi

8. Chart Silsilah Sanad

1. RIWAYAT HIDUP DAN KELUARGA


1.1 Lahir
Nama lengkap beliau adalah Abu al-Faydl ‘Alam al-Din Muhammad Yasin
ibn Muhammad ‘Isa al-Fadani. Ulama keturunan Padang. Mufti (pemberi
fatwa) mazhab Syafi’i di Mekah, dan penulis beberapa literature khazanaha
keislaman. Lahir pada tahun 1335 H./ 1915 M.

1.2 Riwayat Keluarga


Begitu giatnya Syekh Yasin al-Faddani menuntut ilmu sampai-sampai hampir
“lupa” menikah. Padahal, saat itu usianya sudah mau menginjak kepala
empat. Ini lantas menjadi pikiran orang tuanya dan juga para rekan sejawat.
Demikian pula, tidak sedikit kalangan elite terpelajar Haramain yang
berkeinginan menjadikannya menantu lantaran besarnya nama baik yang
melekat pada diri Syekh Yasin al-Faddani. Syekh Yasin al-Faddani menikah
di usia 40 tahun, beliau meninggalkan seorang istri dan empat orang putra.

1.3 Wafat
21 Juli 1990 Syekh Yasin Al-Fadani dipanggil menghadap Allah SWT,
seluruh dunia merasa kehilangan sosok ulama hadist yang mumpuni dan
menjadi sumber rujukan ilmu. Dan kebesaran Allah ditampakan oleh para
hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan ulama besar tersebut.

Begitu Jenazah dimasukkan ke liang lahat bukan liang yang sempit dan
lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas
membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum dan
menyegarkan.

2. SANAD ILMU DAN PENDIDIKAN BELIAU


2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Syekh Yasin mulai belajar dengan ayahnya Syekh Muhammad Isa, kemudian
dilanjutkan ke Ash-Shautiyyah guru-gurunya antara lain Syekh Muhktar
Usman, Syekh Hasan Al-Masysath, Habib Muhsin bin Ali Al-Musawa.

Sekitar tahun 1934 terjadi konflik yang menyangkut nasionalisme, direktur


Ash-Shautiyyah telah menyinggung beberapa pelajar asal Asia Tenggara
terutama dari Indonesia, maka Syekh Yasin mengemukakan ide untuk
mendirikan Madrasah Darul Ulum di Mekkah, banyak dari pelajar Ash-
Shautiyyah yang berbondong-bondong pindah ke Madrasah Darul Ulum,
padahal madrasah tersebut belum lama didirikan.

Syekh yasin kemudian ditunjuk untuk menjabat sebagai wakil direktur


Madrasah Darul Ulum Mekkah, disamping itu Syekh Yasin mengajar di
berbagai tempat terutama di Masjidil haram.

Materi materi yang disampaikan Oleh Syekh Yasin mendapat sambutan yang
luar biasa terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara. Syekh Yasin juga
dikenal sebagai sosok ulama yang sering minta Ijazah dari para ulama-ulama
terkemuka sehingga Beliau memilki sanad yang luar biasa banyaknya.

Karena kedalaman ilmunya Syekh Yasin al-Fadani dijuluki sebagai “Gudang


Sanad Dunia Abad ke-20” atau Musnid ad-Dunya. Untuk diketahui, gelar
musnid tidak dapat disematkan begitu saja tanpa pengakuan yang luas.

Gelar lainnya yang kerap disandangkan kepada Syekh Yasin al-Fadani


adalah Bahr al-’Ulum ( samudra ilmu). Sebab, Beliau memiliki sanad yang
banyak dalam bidang hadis.

2.2 Guru-Guru Beliau


Adapun guru-guru beliau saat masih muda mencari ilmu adalah:

1. Syekh Muhammad Isa


2. Syekh Muhktar Usman
3. Syekh Hasan Al-Masysath
4. Habib Muhsin bin Ali Al-Musawa
5. Syekh Umar Hamdan al-Mahrusi
6. Syekh Muhammad Ali Husain al-Maliki
7. Syekh ‘Umar Bajunaid (Mufti Syafi’iyyah Makkah)
8. Syekh Sa’id bin Muhammad al-Yamani
9. Syekh Hasan al-Yamani
10.Qawaid al-Fiqhiyyah
11.Syekh Muhsin ibn ‘Ali al-Falimbani al-Maliki
12.Sayid ‘Alwi bin ‘Abas al-Maliki al-Makki
13.Syaikh khalifah an-Nabhani.

2.3 Mendirikan dan Mengasuh Madrasah Darul-Ulum


Syekh Yasin Al-Fadani merupakan pencetus ide berdirinya Madrasah Darul-
Ulum sekaligus menjadi murid pertama madrasah itu. Konon sebab
tercetusnya ide membangun Madrasah tersebut disebabkan karena tindakan
dan perlakuan direktur Madrasah Shaulatiyyah yang sangat menyinggung
(hususnya) pelajar yang kebanyakan dari Asia Tenggara saat itu. Hal ini
terbukti dengan berpindahnya 120 orang pelajar dari Shaulatiyyah ke
Madrasah Darul-Ulum yang baru didirikan.

Ini hampir tidak pernah dialami oleh Madrasah-madrasah yang baru dibuka
mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul-Ulum. Dalam
sebuah situs dinyatakan bahwa pada tahun 1934, karena suatu konflik yang
menyangkut kebanggaan nasional orang Indonesia, guru dan murid ‘Jawah’
telah keluar dari Shaulatiyah dan mendirikan madrasah Darul Ulum di
Makkah.

3. PENERUS BELIAU
3.1 Putera-puteri Beliau
Putera-puteri beliau adalah:

1. Muhammad Nur ‘Arafah Yasin Al Fadani


2. Fahad Yasin Al Fadani
3. Ridha Yasin Al Fadani
4. Nizar Yasin Al Fadani

3.2 Murid-Murid Beliau


Syekh Yasin Al-Fadani tampil sebagai sosok ulama yang mampu mencetak
murid-murid yang sangat mencintai ilmu diantara murid Beliau adalah

1. Syeikh Muhammad Ismail Zain Al Makky Al-Yamany


2. Abuya Prof.DR. Muhammad bin Alwy Al Maliky.
3. Syeikh Muhammad Mukhtaruddin Al falimbany.
4. Syeikh Muhammad Hamid Amin Al Banjar.
5. Habib Umar bin Muhammad Hafidz Tarim
6. Syeikh Muhammad Hamid Al Kaf Makkah.
7. Syeikh Ahmad Damanhury Al Bantany.
8. KH. Abdul Hamid Ad Dary
9. Syeikh Ahmad Muhajirin Ad Dari Bekasi
10.T.G.H.Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai) Martapura.
11.Hadratus Syeikh Muallim K.H. M. Syafi Hazdamy
12.DR. Burhanuddin Umar Lubis
13.KH. Maimun Zubair(Rembang)
14.KH. Hasan Azhari
15.KH. Sahal Mahfudz (Pati, Jateng)
16.KH. DR. Abdul Munith Abdul Fattah
17.KH. Zayady Muhajir
18.KH. Ahmad Junaidy
19.KH. Idham Khalid
20.KH. Thahir Rahili
21.DR. Muslim Nasution
22.KH. Yusuf Hasyim Asy `ary
23.Prof. DR. Sayyid Agil Husain Al Munawwar
24.Prof.DR. Abuya Muhibbudin Waly Al Khalidi
25.Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Al Banjary
26.DR. Yahya Al Ghaustany
27.Syeikh Sayyid Abdullah Shiddiq Al Ghumary
28.Syeikh Abdus Subhan Al Barmawy
29.Syeikh Abdul Fattah Rawah
30.Syeikh DR. Ali Jum`ah (Mufti Mesir)
31.Syeikh Muhammad Ali As-Shabuny (Damaskus)
32.DR. Muhammad Hasan Ad Daimyahty
33.Syeikh Hasan Al Qathirji
34.Tuan Guru Haji Abdullah bin Abdul Rahman (Pondok Lubuk Tapah,
Kelantan)
35.Tuan Guru Haji Hashim bin Haji Abu Bakar (Pondok Pasir Tumboh,
Kelantan)
36. KH. Ahmad Muthohar (Mranggen, Demak)
37. KH. Syafi’i Hadzami

4. KARYA BELIAU
Jumlah karya beliau mencapai lebih dari 97 Kitab, di antaranya 9 kitab
tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul fiqih, 36 buku tentang
ilmu Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain.

Dan semua karyanya tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam,


pondok pesantren, baik itu di Mekkah maupun di Asia Tenggara. Susunan
bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padat menjadikan karya
Syekh Yasin banyak digunakan oleh para ulama dan pelajar sebagai sumber
referensi :

1. Al-Durr al-Mandlud Syarh Sunan Abi Dawud, 20 Juz


2. Fath al-'Allam Syarh Bulugh al-Maram, 4 jilid
3. Nayl al-Ma'mul 'ala Lubb al-Ushul wa Ghayah al-wushul
4. Al-Fawaid al-Janiyyah Ala Qawa'idil Al-Fiqhiyah
5. Jam'u al-Jawani
6. Bulghah al-Musytaq fi 'Ilm al-Isytiqaq
7. Idha-ah an-Nur al-Lami' Syarh al-Kaukab as-Sathi'
8. Hasyiyah 'ala al-Asybah wan an-Nazhair
9. Ad-Durr an-Nadhid
10.Bulghyah al-Musytaq Syarh al-Luma' Abi Ishaq
11.Tatmim ad-Dukhul Ta'liqat 'ala Makhdal al-Wushul ila 'Ilm al-Ushul
12.Nayl al-Ma'mul Hasyiyah 'ala Lubb al-Ushul wa syarhih Ghayah al-
Wushul
13.Manhal al-Ifadah
14.Al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiyah 'ala al-Qawaid al-Fiqhiyyah
15.Janiyy ats-Tsamar Syarh Manzhumah Manazil al-Qamar
16.Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Awqat wa al-Qabilah bi ar-
Rubi'i al-Mujib
17.Al-Mawahib al-Jazilah syarh Tsamrah al-Washilah fi al-Falaki
18.Tastnif al-Sami'i Mukhtashar fi Ilmi al-Wadh'i
19.Husn ash-Shiyaghah syarh kitab Durus al-Balaghah
20.Risalah fi al-Mantiq
21.Ithaf al-Khallan Tawdhih Tuhfah al-Ikhwan fi 'Ilm al-Bayan
22.Ar-Risalah al-Bayaniyyah 'ala Thariqah as-Sual wa al-Jawab
23.Al-Ujalah fi al-Ahadith al-Musalsalah

5. KISAH TELADAN
5.1 Sosok Sederhana
Dan yang sangat menarik adalah sosok Syekh Yasin Al-Fadani adalah
kesederhanaannya, walaupun beliau seorang ulama besar namun beliau tidak
segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul, dan menenteng sayur
mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan memakai kaos
oblong dan sarung, Syekh Yasin juga sering nongkrong di warung teh sambil
menghisap Shisah (rokok arab).
Tak ada seorang pun yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang
dimiliki Syekh Yasin. Dan jika musim haji tiba Syekh Yasin mengundang
ulama-ulama dunia dan pelajar untuk berkunjung kerumahnya untuk
berdiskusi dan tak sedikit dari para ulama yang meminta Ijazah Sanad hadist
dari Syekh Yasin. Namun biarpun lewat dari musim haji rumah Syekh Yasin
pun selalu ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.

Mengenai kesehari-harian Syekh Yasin, ada salah seorang Kiai, Sukarnawadi


H. Husnuddu’at mengatakan:

“Syekh Yasin orangnya santai, sederhana, tidak menampakkan diri, sering


muncul menggunakan kaos biasa, sarung, dan sering nongkrong di “Gahwaji”
untuk Nyisyah (menghisap rokok arab) tak seorangpun yang berani mencela
beliau karena kekayaan ilmu yang beliau miliki”.

5.2 Tawadu dan Alim


Syekh Yasin juga sering mengadakan kunjungan-kunjungan keberbagai
negara terutama di Indonesia, tak sedikit dari para ulama-ulama yang
bertemu Syekh Yasin ingin dianggap murid oleh beliau dan minta ijazah
sanad hadist.

Dan kejadian yang menarik adalah sewaktu Syekh Yasin berkunjung ke


Indonesia banyak dari para ulama dari berbagai daerah di Indonesai
berbondong-bondong menemui Syekh Yasin untuk dianggap murid salah
satunya adalah KH. Syafi’i Hadzmi.

KH. Syafii datang menemui Syekh Yasin Al-Fadani untuk diangkat sebagai
murid namun Syekh Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka tapi karena
dirinyalah yang pantas menjadi Murid KH. Syafi”i Hadzami.

Namun Syekh Yasin Menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru
dan beliau mengatakan bahwa kedalaman ilmu yang dimiliki KH. Syafi’i
Hadzami tak diragukan lagi. KH Syafi’i Hadzami begitu terkenal namanya di
Mekkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan ilmu.

Begitulah sosok Syekh Yasin Al-Fadani yang sangat menghargai para ahli
ilmu.

6. KAROMAH
6.1 Menguji Kewalian Syekh Yasin al Faddani
Ini kisah tentang Syekh Yasin al Faddani seorang ulama masyhur Mekah dan
santrinya yang iseng Cerita ini adalah tentang santri yang ingin mengetahui
kewalian gurunya. Kisah ini datang dari Kiai Zakwan Abdul Hamid yang
mengenang sosok gurunya itu.

Suatu hari Zakwan ingin sekali menguji kebenaran tentang kewalian syekh
Yasin al Faddani. Ulama asal Padang itu memang sangat populer di Mekkah.
Muridnya banyak dan datang dari berbagai penjuru. Peritiwa ini bermula di
kediaman Syekh Yasin. Saat itu bertepatan dengan hari Jumat dimana
gurunya itu sering melaksanakan sholat Jumat di masjid terdekat tidak di
Masjidil Haram.

Dasar usil, Zakwan punya niat iseng agar Syekh Yasin


terlambat sholat Jumat. Diajaklah Syekh yasin ngobrol ngalor ngidul hingga
akhirnya mengabaikan kumandang adzan tanda Jumatan sudah dimulai.
Teman Zakwan sengaja mengulur waktu hingga khutbah kedua. Zakwan dan
temannya kemuduan pergi ke masjid sambil berlari. Mereka berfikir Syekh
Yasin tidak mungkin sholat Jumat, karena jarak ke masjid agak jauh.
Apalagi kalau Syekh Yasin sholat ke Masjidil Haram tentu tidak mungkin
karena rumahnya berjarak sangat jauh. Sedangkan semua mobil pengantar
susdah berangkat.

Akhirnya Zakwan dan temannya bisa sholat Jumat sambil berfikir bahwa
syekh Yasin tidak jumatan. Mereka kemudian sampai di rumah dan bertemu
dengan gurunya. Saat berjumpa, wajah Syekh Yasin tampak gembira
bahkan tidak merasa bersalah tertinggal sholat Jumat. Kedua santrinya itu
menjadi tertawa geli.

Sejurus kemudian, Syekh Yasin memanggil Zakwan dan berkata,” Tolong


siapkan teh ada tamu yang mau datang.”

“Bagaimana Syekh Yasin bisa tahu ada tamu yang mau datang kerumahnya,”
batin Zakwan Namun tanpa pikir panjang ia segera menyiapkan apa yang
menjadi dawuh gurunya itu.

Sejenak kemudian datanglah dua orang Arab. Mereka kemudian


diperilahkan duduk dan menyantap hidangan yang disuguhkan. Kemudian
Zakwan mendengar bahwa salah seorang dari tamu itu mengatakan bahwa
setelah sholat Jumat di Masjidil Haram ada satu hadis yang belum
diijazahkan oleh Syekh Yasin. Sedangkan yang satunya Syekh Yasin berjanji
akan mengijazahkan semuan di rumah.

Mendengar kedua tamu itu berdialog dengan Seykh Yasin al Fadani, Zakwan
kaget, Ia bertanya-tanya dalam dirinya, ” Jumatan di Masjidil Haram?
Bukankah tadi Syekh Yasin tidak berangkat sholat Jum’at? Rasanya tidak
mungkin Syaikh Yasin bisa menjangkau Masjidil Haram jika di Utaibiyyah
saja khutbah sudah masuk sesi kedua?”

Tidak lama kemudian Syekh Yasin masuk ke kamarnya, Zakwan kemudian


memberanikan diri bertanya kepada kedua tamu gurunya itu. “ Apa benar
kalian berdua tadi bertemu Syekh di Masjidil Haram?”

Salah satu dari mereka kemudian menjawab, ” Betul, tadi kami melihat
beliau duduk bersandar di tiang dekat Babul Shofā.” Setelah mendengar
penjelasan tersebut, Zakwan yakin bahwa gurunya merupakan seorang
waliyullah.

Anda mungkin juga menyukai