Anda di halaman 1dari 16

BAB III

PAPARAN DATA

A. Biografi

1. Profil Penulis

Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya adalah

seorang ulama’ dari Pekalongan Jawa Tengah. Beliau dilahirkan di

Pekalongan pada hari Senin (pagi), tanggal 10 November, tahun

1947, tepatnya tanggal 27 Rajab tahun 1367 H. yang dilahirkan

dari seorang Syarifah Nur binti Sayid Muhsin Maula Khilah, dan

seorang ayah al-Habib al-Hafizh ‘Ali al-Ghalib.

Nasab beliau al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim

bin Umar bin Thaha bin Hasan bin Thaha bin Muhammad al-

Qadhi bin Thaha bin Muhammad bin Syeikh bin Ahmad bin

Yahya Ba’alawi bin Hasan bin Alwi bin Ali bin Alwi bin

Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi al-Ghuyyur bin al-

Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib

Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi

Ba’alawi bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa an-Naqib

bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin

Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abiddin bin Husein ash-Sibth

42
43

bin Ali bin Abi Thalib suami Sayidah Fathimah az-Zahra binti

Sayyidina Rasulullah SAW.1

Jika kita melihat sejarah kehidupan para tokoh ulama’

Indonesia yang berasal dari Hadhramaut dan di mana saja di

belahan dunia ini bawasannya tokoh-tokoh ulama’ yang kita kenal,

kebanyakan mereka adalah juga merupakan keturunan ulama’. Dan

atau jika tidak maka mereka hidup di lingkungan para ulama’.

Sehingga dapat kita ketahui betapa pentingnya sebuah keturunan

dan lingkungan di dalam kehidupan seseorang.

Di antara tokoh ulama’ Indonesia yang berasal dari kalangan

Habaib yang sekaligus memiliki keturunan dan tumbuh di

lingkungan para ulama’ adalah Habib Muhammad Luthfi bin

Yahya. Di lingkungan seperti yang dijelaskan di atas beliau Habib

Luthfi mengenyam pendidikannya.

Model pendidikan seperti yang dialami Habib Muhammad

Luthfi, adalah yang terjadi di kalangan Alawiyin di Hadhramaut.

Beliau mendapatkan bimbingan secara langsung dari ayahnya,

setelah itu beliau melanjutkan belajarnya di sebuah Madrasah yaitu

1
Muhammad Luthfi, Menjawab Keluh Kesah Umat, (Malang: Majelis Khoir Publising,
2012), Cet. I, hlm. 3-4.
44

Madrasah Salafiyah yang didirikan di kota Pekalongn sekitar tahun

1951.2

2. Pendidikan dan Perjalanan Ilmiyah

Sebagai mana yang disebutkan, bahwa pendidikan pertama

Habib Muhammad Luthfi diterima dari ayahnya. Kemudian

berlanjud di Madrasah Salafiah di mana beliau diajari oleh guru-

guru yang antara lain sebagai berikut:

a. Al-Alim al-‘Alamah Sayid Ahmad bin Ali bin al-‘Alamah al-

Quthb al-Sayid Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Athas.

b. Sayid al-Habib al-‘Alim Husain bin Sayid Hasyim bin Sayid

Umar bin Sayid Thaha bin Yahya (paman beliau sendiri).

c. Sayid al- ‘Alim Abu Bakar bin Abdullah bin Alawi bin

Abdullah bin Muhammad al-Aththas Ba ‘Alawi.

d. Sayid al-‘Alim Muhammad bin Husain bin Ahmad bin

Abdullah bin Thalib al-Athas Ba ‘Alawi.

Beliau belajar di Madrasah tersebut selama tiga tahun.

Kemudian beliau melanjutkan perjalanan ilmiyah pada tahun 1959

M, lalu melanjutkan studi ke pondok pesantren Benda Kerep

Cirebon, dan melanjutkan ke pondok pesantren Indramayu

Purwokerto dan Tegal. Dan setelah itu beliau melaksanakan ibadah

2
Ibid., hlm. 4-5.
45

haji serta berziarah ke makam datuknya Baginda Rasulullah SAW

di kota Madinah al-Munawwarah. Di sana beliau berkesempatan

untuk menemui ulama-ulama besar, untuk menimba ilmu. Hal

yang sama beliau lakukan juga di kota suci Makkah.3 Di kedua

kota tersebut Beliau menerima beberapa ilmu syari’ah, thariqah,

dan tasawuf.

Perlu di ketahui bahwa untuk memperdalam dan memperluas

ilmunya, beliau juga mempelajari tafsir al-Qur’an dan ‘ulumul

hadis,4 mulai dari sanad, riwayat, dan dirayat. Sementara ilmu

tasawuf beliau pelajari dari tokoh-tokoh sufi yang ada saat itu, dan

beliau berhasil bertemu langsung dengan Mursyid-mursyid

thariqah yang ada di hijaz ketika itu. Selain itu beliau juga belajar

tentang ilmu kedokteran dalam Islam.

Dari guru-guru tersebut, beliau mendapatkan ijazah khas5 dan

juga ijazah ‘am6 dalam dakwah, nasyrussyari’ah,7 ilmu thariqah,

dan ilmu tasawuf. Ketika melihat kelebihan dan kemampuan yang

ada pada dirinya, para ulama’ tersebut memberikannya

wewenang, Mandat dan Ijazah untuk membai’at orang lain.

3
Makkah dan Madinah.
4
Ilmu Hadis.
5
Ijazah yang diberikan secara khusus.
6
Ijazah yang diberikan secara umum.
7
Menyebarkan atau mengajarkan ilmu syari’ah.
46

Selanjutnya silsilah thariqah dan bai’at thariqah Habib Muhammad

Luthfi.

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengambil tariqah dan

hirqah muhammadiyyah dari para tokoh ulama’ dan guru-guru

beliau, untuk mendapatkan ijazah membai’at dan menjadi mursyid.

Di antara guru-guru nya itu adalah:

1) Thariqah an-Naqsyabandiyah al-Khalidiyah.

Dari al-Hafidz al-Muhadis al-Mufasir al-Musnid al-‘Alim al-

‘Alamah al-Ghauts az-Zaman Sayidi asy-Syeikh Muhammad

Ash’ad Abdul Malik bin al-Quthub al-Kabir al-Imam al-

‘Alamah Sayidi asy-Syeikh Muhammad Ilyas bin Ali bin

Hamid.

Beliau8 mendapatkan dari ayahnya sayidi asy-Syeikh

Muhammad Ilyas bin Ali bin Hamid dari al-Quthub al-Kabir

as-Sayyid Salam Zuhdi dari al-Quthub al-‘Arif Sulaiman al-

Quraimi dari al-Quthub al-‘Arif as-Sayyid Abdullah Afandi

dari al-Quthub al-Ghauts al-Jami’ al-Mujaddid Maulana

Muhammad Khalid sampai pada al-Quthub al-Ghauts al-Jami’

Sayidi asy-Syeikh Muhammad Baha’udin an-Naqsyabandi al-

Hasani.

8
Asy-Syeikh Abdul Malik.
47

2) Thariqah Syadziliyah

Dari Sayidi asy-Syeikh Muhammad asy-Syeikh Muhammad

As’ad Abdul Malik dari al-‘Alim al-‘Allamah Ahmad an-

Nahrawi al-Makki dari Mufti Makkah dan Madinah al-Kabir

as-Sayyid Shaleh al-Hanafi ra.

3) Thariqah al-‘Awaliyah al-‘Idrusyah al-‘Atha’iyah al-

Haddadiyah dan Yahyawiyah

a) Dari al-Alim al-‘Alamah al-Quthub al-Habib Ali bin

Husein al-Attas.9

b) Dari al-Afrad fi zamanihi Akabir Auliya’ al-‘Allamah

al-Habib Hasan bin al-Quthub al-Gauts Mufti al-Kabir

al-Habib al-Imam Usman bin Abdullah bin Agil bin

Yahya.10

c) Dari al-Ustadz al-Kabir al-Muhadis al-Musnid Sayidi

al-‘Alamah al-Habib Prof. Dr. Abdullah bin Abdul

Qadir bin Ahmad Bilfaqih.11

d) Dari al-‘Alim al-‘Allamah al-‘Arif billah al-Habib Ali

bin al-Quthub al-‘Allamah Ahmad bin Abdullah bin

Thalib al-Attas.12

9
Yang lebih popular dengan sebutan Habib Ali Bungur Jakarta.
10
Jakarta.
11
Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyyah Li Ahlussunnah Wal Jama’ah, Malang, Jawa
Timur.
48

e) Al-‘Alim al-‘Arif billah al-Habib Hasan bin Salim al-

Attas.13

f) Al-‘Alim al-‘Alamah al-‘Arif billah al-Habib Umar bin

Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syeikh Abubakar

bin Salim.14Dari guru-guru tersebut beliau mendapat

ijazah menjadi mursyid, hirqah dan ijazah untuk bai’at,

talqin dzikir khas dan ‘am.

4) Thariqah al-Qadiriyah an-Naqsyabandiyah

Dari al-‘Alim al-‘Allamah dalam ilmu syari’at, thariqah,

hakikat dan tasawuf Sayidi al-Imam Ali bin Umar bin Idrus bin

Zein bin al-Quthub al-Ghauts al-Habib Alwi Bafaqih.15

Yang kedua, dari as-Sayid Ali bin Umar dari al-‘Alim al-

‘Alamah Auhad Akabir Ulama Sayidi asy-Syeikh Ahmad

Khalil bin Abdul Lathif.16

Dari kedua gurunya tersebut al-Habib Muhammad Luthfi

bin Ali bin Yahya mendapatkan ijazah menjadi mursyid,

hirqah, talqin dzikir dan ijazah untuk bai’at talqin.

12
Pekalongan, Jawa Tengah.
13
Singapura
14
Pondok Pesantren Darul Musthafa, Tarim, Hadhralmaut, Yaman Selatan.
15
Dari Negare, Bali.
16
Bangkalan, Madura.
49

5) Jami’uthuruq17

Dari al-Imam al-‘Alim al-‘Allamah al-Muhadis al-Musnid

al-Mufasir al-Quthub al-Haramain asy-Syeikh Prof. Dr. as-

Sayyid Muhammad al-Maliki ibn al-Imam al-‘Allamah as-

Sayyid Mufti al-Haramain Alawi bin Abbas al-Maliki al-

Hasani al-Makki.

Dari beliau, al-Habib Luthfi bin Yahya mendapatkan

ijazah mursyid, hirqah, talqin dzikir, bai’at khas dan bai’at

‘am, dan juga semua kitab-kitab karangan as-Sayyid

Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, wirid-wirid, hizib-

hizib, kitab-kitab hadis beserta sanadnya.

6) Thariqah at-Tijaniyah

Dari al-‘Alim al-‘Alamah Akabir Auliya’ al-Kiram al-

Muhibbin Li Ahlul Bait Sayidi Sa’id bin Armiya’ Giren, Tegal.

Kyai Sa’id menerima dari dua gurunya. Yang pertama asy-

Syeikh Ali bin Abubakar Basalamah. Dan asy-Syeikh Ali bin

Abubakar Basalamah menerima dari al-‘Allamah al-Imam as-

Sayyid Alawi al-Maliki al-Hasani al-Makki.

Sedangkan yang kedua, asy-Syeikh Sa’id menerima langsung

dari al-‘Allamah al-Imam as-Sayyid Alawi bin Abbas al-

Maliki al-Hasani al-Makiki.


17
Semua thariqah dengan Sanad dan Silsilahnya.
50

Dari asy-Syeikh Sa’id bin Armiya itu al-Habib Luthfi bin

Yahya mendapatkan ijazah, talqin dzikir dan menjadi Mursyid

serta ijazah bai’at untuk khas dan ‘am.18

3. Karya-karyanya

Karya-karya Habib Muhammad Luthfi antara lain yaitu:

a. Secercah Tinta (jalinan cinta seorang hamba dengan

pencipta)

b. Menjawab Keluh Kesah Umat (kumpulan Tanya jawab

tentang permasalahan yang dihadapi umat, yang dijawab

langsung oleh al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin

Yahya)

c. Nasihat Spiritual, Mengenal Thariqat ala Habib

Muhammad Luthfi (yang berisikan tentang problematika

seputar spiritual yang relatif)19 dan lain-lain.

4. Kegiatan dan Jabatan Organisasi

Kegiata al-Habib Luthfi bin Yahya baik di kota Pekalongan

ataupun di beberapa daerah lainnya, antara lain yaitu:

a. Pengajian thariqah, tiap Jum’at Kliwon pagi.

b. Pengajian Ihya Ulumidin, tiap Selasa malam.

18
Habib Luthfi, Menjawab keluh Kesah Umat, op. cit., hlm. 7-11.
19
www.habibluthfi.net.com. Kamis, 17 September 2015.
51

c. Pengajian Fath al-Qarib, tiap Rabu pagi (Khusus untuk

ibu-ibu).

d. Pengajian Ahad pagi, pengajian thariqah khusus ibu-

ibu.

e. Pengajian tiap bulan Rhamadhan (untuk santri tingkat

Aliyah dan umum)

f. Dakwah ilallah, yang bersifat umum untuk berbagai

daerah di Nusantara.

g. Rangkaian Maulid Kanzus (lebih dari 100 tempat) di

kota Pekalongan dan daerah sekitarnya, dan kegiatan

lainnya.

Dan juga jabatan Organisasinya adalah:

a. Ra’is ‘Aam Jam’iyah Ahlu Thariqah al-Mu’tabarah al-

Nahdhiyyah.

b. Ketua MUI Jawa Tengah.

c. Ra’is Syuriyah PBNU.20

B. Ulasan tentang Secercah Tinta

1. Latar belakang buku

20
Habib Muhammad Luthfi, Secercah Tinta, (Pekalongan: Menara Publiser, 20012), hlm.
361.
52

Buku yang berjudul Secercah Tinta, jalinan cinta seorang

hamba kepada sang Pencipta ini merupakan kumpulan-kumpulan

tausiah dan ceramah maulana al-Habib Luthfi bin Yahya. Yang

terangkum penuh dengan nasihat, serta diangkat dari ceramah dan

pengajiannya. Sehingga ilmu dan teladan beliau sangat di tunggu-

tunggu oleh umat, karena maulana al-Habib selalu menghadirkan

kesejukan dan keteladanan.

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menuangkan

pemikirannya melalui tausiah dan ceramahnya sehingga dapat

ditulis oleh Ahmad Tsauri21 ke dalam buku Secercah Tinta, yang

didasarkan oleh apa yang dilihat beliau Habib Luthfi dari diri

manusia. oleh karena itu di katakan bahwa sesungguhnya Allah

ta’ala telah menciptakan manusia dengan susunan yang rapi, mulai

dari anggota badan yang dapat dilihat sampai yang ada di dalam

organ tubuh manusia, satu sama lain saling berkaitan dan saling

memiliki ketergantungan. Sehingga di dalam konteks inilah apa

yang dilihat dan didengar perlu dipikirkan.

Dicontohkan, sebagaimana mulut, rongga mulut dan lidah

menjadi suatu komponen yang kompak di dalam menerima rezki

melalui mulut. Sebagaimana kerja kerja sama yang baik antara

pencernaan, ginjal, pankreas, liver, dan paru-paru di dalam


21
Editor buku Secercah Tinta.
53

memisahkan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak

bermanfaat untuk harus dikeluarkan. Semuanya memiliki tugas

yang secara otomatis telah diatur oleh sang Maha mengatur sesuai

dengan batasan-batasan kapasitas dan kekuatannya.

Seyogyanya semua keajaiban itu bisa menjadi sebuah media

dan pemantik kita untuk melihat, memikirkan dan akhirnya

memahami keagungan Allah SWT., serta menyadari atas segala

kekurangan setiap makhluk-Nya atau hamba-Nya. Sehingga pada

dasarnya Allah Ta’ala memang telah meletakkan Iman dan

keyakinan kepada setiap lubuk hati hamba-Nya yang ber-Iman dan

yang ber-Islam.

Lalu mampukah cahaya Iman dan keyakinannya itu menyinari

setiap anggota badannya sehingga bisa membawa semua yang ada

pada dirinya untuk diajak bersimpuh, bersembah sujud, dan

mentauhidkan (mengesakan) Allah Ta’ala sang Pencipta? Karena

itu masing-masing dari kita sangat memerlukan pelita untuk

menerangi langkahnya di dalam menempuh suatu perjalanan hidup

yang kita jalani ini. Dan secara pasti di dalam dunia fana ini tidak

ada yang akan kekal, kecuali setelah hari kebangkitan. Sedangkan

kekekalan itu sendiri merupakan suatu hal yang mustahil berdiri

sendiri, tanpa ada yang mengkekalkannya.


54

Buku ini menjadikan pembelajaran agar dapat bisa menjadi

pelita yang akan mengantarkan seseorang menuju Kitab Allah dan

sunnah Nabi SAW., serta dapat menemukan ilmu sufistik untuk

kelanjutan ilmu agama kejenjang lebih tinggi, sehingga pada

gilirannya akan membuka mata hati kita untuk menemukan nikmat

dan lezatnya ber-Tuhan dan memiliki penuntun agung. Karena

menurut beliau tidak ada satu pintu yang mampu membuka dan

mengantarkan kita untuk menemui Dzat yang serba Maha di dalam

segala sifatnya, tanpa melalui Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.

2. Makna Secercah Tinta

Secercah adalah merupakan sedikit sinar yang dapat dilihat

dan ada,22 sedangkan tinta dari Kamus Besar Bahasa Indonesia

yaitu berarti barang cair yang berwarna hitam, merah, dan

sebagainya, untuk digunakan sebagai alat menulis.23

Sehingga dapat disimpulkan bahwa secercah tinta di sini yang

dimaksud yaitu merupakan tetesan hitam yang jatuh atau tergores

di dalam kertas putih bersih melalui ketajaman ujung sebuah pena,

atau sepenggal kata untuk mengungkapkan sebuah makna

kemudian bercaknya mulai membentuk keberagaman huruf dan

menjadi sebuah proses penulisan yang tanpa atau tiada akhir.

22
www.Artikata.com/Arti. Kamis, 17 September 2015.
23
Dapartemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,
2007) cet. 3. hlm. 1199.
55

Seperti yang ditegaskan dalam QS.al-Kahfi :109.

           

      

Artinya:

“Seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat


Tuhan-ku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai penulisan
kalimat-kalimat Tuhan-ku, meskipun kami datangkan tambahan
sebanyak itu pula.”

Dan melalui keragaman huruf yang tertulis seperti keterangan

di atas, maka muncullah sebuah pemaknaan yang pemaknaan

tersebut dapat dimengerti. Sehingga sungguh beruntung dan

bersyukurkah mereka yang mampu membaca dan memaknai

coretan dari tetesan tinta yang telah terbentuk tersebut.24

3. Isi atau Sinopsis buku Secercah Tinta

Di dalam buku Secercah Tinta ini yang memuat pemikiran-

pemikiran Habib Muhammad Luthfi bin Yahya berisikan

mengenai tuntunan dalam beribadah, untuk lebih menikmati

penghambaan kita kepada Pencipta untuk melakukan kewajiban

Ibadah kita. Dan juga dapat kita temukan berbagai sudut pandang

24
Http://m.facebook.com/note.MaknaSecercahTinta.com. Kamis, 17 September 2015.
56

baru mengenai pemahaman keagamaan yang utama mengenai

tasawwuf.

Ada 55 judul tulisan dalam buku ini, dan dikelompokkan

dalam lima mozaik.25

1) Mozaik pertama berisikan renungan mengenai konsepsi

kita tentang kisah atau posisi Nabi, para Sahabat dan

Ulama’.

2) Yang kedua berisi tentang keluarga Nabi, atau sahabat

Nabi yang merupakan orang-orang terpilih.

3) Selanjutnya ketiga berisi mengenai Ahlu Sunnah.

4) Sedangkan mozaik keempat berisikan ilmu tasawwuf.

5) Dan mozaik yang kelima merupakan Ikhtisar sejarah Nabi.

Dan di setiap judul tulisan tersebut berbeda-beda, ada yang

merupakan gabungan beberapa pengajian dan ada juga satu

pengajian yang isinya ditulis semua secara panjang. Karenanya di

saat membaca buku ini, kita dapat temukan tema-tema yang

pendek, panjang dan sangat panjang.

Di dalam semua mozaik-mozaik tersebut, juga terdapat Sub

bab judul yang sangat beruntut mengenai kisah nabi dan para

sahabat di zamannya, sehingga kita dapat mengetahui serta

25
Disebut mozaik karena masing-masing tema berdiri sendiri, dan seperti gambar-gambar
yang dapat menjelaskan maksudnya sendiri tanpa bergantung pada yang lainnya. (Secercah Tinta, hlm.
xiv)
57

mempelajari banyak sejarah yang terkandung di dalammya. Dan

juga dapat mempelajari ilmu dalam meningkatkan peribadahan kita

kepada Sang Pencipta, melalui jalan tasawwuf dan sufi. 26

Lembar data buku Secercah Tinta:

Lembar Data

Penulis Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Penerbit Menara Publisher

ISBN 978-602-18230-0-2

Cetakan 2012

Tahun 2012

Halaman 416 Halaman

Jenis Cover Soft Cofer

Editor : Ahmad Tsauri

Penata Isi : Rouf Amin

Pemeriksa Aksara : Chaerul Huda

Sampul : Lukman Yahya

26
Habib Luthfi, 2012, op. cit., hlm, x-xv.

Anda mungkin juga menyukai