Anda di halaman 1dari 151

BAB II

KETURUNAN MUHAMMAD AL-


FAQIH AL-MUQADDAM

Beliau adalah Al-Faqih al-Muqaddam


Muhammad bin Ali bin Muhammad
Shahib Mirbath

Beliau dilahirkan pada tahun 574


H/1176 M di Tarim, Hadhramaut
Yaman Selatan.
Ali bin Muhammad Shahib Mirbath
berputra 3 orang :
1. Muhammad Al-Faqih al-
Muqaddam
2. Abdullah
3. Husein

Nasab lengkapnya

Imam Muhammad Al-Faqih al-


Muqaddam bin Ali bin Muhammad
Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi Khlai’
Qasam bin Muhammad bin Alwi bin
Ubaidillah bin al-Imam Ahmad al-
Muhajir bin Isa al-Naqib bin
Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin
Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-
Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein
bin Imam Ali bin Abi Thalib.

Gelar al-Faqih al-Muqaddam

Beliau dijuluki dengan Al-Faqih Al-


Muqaddam (seorang faqih yang
diunggulkan).

Soal gelar yang disandangnya,


karena Imam Muhammad bin Ali
seorang guru besar yang menguasai
banyak sekali ilmu-ilmu agama
diantaranya ilmu fiqih maka beliau
diberi gelar al-Faqih .
Salah seorang guru beliau Ali
Bamarwan mengatakan, bahwa
beliau menguasai ilmu fiqih
sebagaimana yang dikuasai seorang
ulama besar yaitu al-Allamah
Muhammad bin Hasan bin Furak al-
Syafi’i’, wafat tahun 406 Hijriah.

Sedangkan gelar al-Muqaddam


berasal dari kata Qadam yang berarti
lebih diutamakan, dalam hal ini
waliyullah Muhammad bin Ali
sewaktu hidupnya selalu diutamakan
sampai setelah beliau wafat
maqamnya yang berada di Zanbal
Tarim sering diziarahi kaum
muslimin sebelum menziarahi
maqam waliyullah lainnya. Berkata
Syaikh Ahmad bin Muhammad
Baharmi, ‘Saya melihat Syaikhoin
Abu Bakar dan Umar ra dalam mimpi
berkata kepada saya, jika engkau
ingin berziarah maka yang pertama
kali diziarahi ialah al-Faqih al-
Muqaddam Muhammad bin Ali,
kemudian ziarahilah siapa yang
engkau kehendaki’. Beliau adalah
orang yang pertama kali membawa
bendera tasawuf di Hadramaut.

Waliyullah Muhammad Al-Faqih al-


Muqaddam bin Ali adalah anak laki
satu-satunya dari Imam Ali bin
Muhammad Shahib Marbad yang
menurunkan sekitar 75 leluhur kaum
Alawiyin, sedangkan Imam Alwi bin
Muhammad Shahib Marbad
menurunkan kurang lebih 15 leluhur
Alawiyin.
Imam Muhammad bin Ali yang
terkenal dengan nama al-Faqih al-
Muqaddam ialah sesepuh kaum
Alawiyin. Beliau dilahirkan pada
tahun 574 H di Tarim.
Beliau seorang yang hafal al-quran
dan selalu sibuk menuntut berbagai
macam cabang ilmu pengetahuan
agama hingga mencapai tingkat
sebagai mujtahid mutlak.

Mengenai Imam al-Faqih al-


Muqaddam Muhammad bin Ali,
Sayyid Idrus bin Umar al-Habsyi
dalam kitabnya Iqdul Yawaqiet al-
Jauhariyah mengatakan, ‘Dari
keistimewaan yang ada pada
Sayyidina al-Faqih al-Muqaddam
adalah tidak suka menonjolkan diri,
lahir dan batinnya dalam kejernihan
yang ma’qul (semua karya
pemikiran) dan penghimpun
kebenaran yang manqul (nash-nash
Alquran dan Sunnah)’.

Penulis buku al-Masyra’ al-Rawy


berkata, ‘Beliau adalah seorang
mustanbith al-furu’ min al-ushul (ahli
merumuskan cabang-cabang hukum
syara’ yang digali dari pokok-pokok
ilmu fiqih. Ia adalah syaikh syuyukh
al-syari’ah (mahaguru ilmu syari’ah)
dan seorang Imam ahli hakikat,
Murakiz Dairah al-Wilayah
alRabbaniyah, Qudwah al-‘Ulama al-
Muhaqqiqin (panutan para ulama
ahli ilmu hakikat), Taj al-A’imah
al-‘Arifin (mahkota para Imam ahli
ma’rifat) dan dalam segala
kesempurnaannya beliau berteladan
kepada Amir al-Mukminin (Imam Ali
bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah
kefakiran yang hakiki dan
kema’rifatan yang fitrah.” Imam al-
Faqih al-Muqaddam Muhammad bin
Ali, wafat di kota Tarim tahun 653
hijriah.

Guru-gurunya
Al-Faqih al-Muqaddam belajar
dengan banyak guru, diantaranya
syekh Ali bin Ahmad Bamarwan di
mana beliau belajar ilmu usul fiqih.
Ilmu tafsir dan hadits belaiu pelajari
dari sayid Ali bin Muhammad bin
Jadid. Ilmu tasawuf dan ilmu hakikat
beliau pelajari dar sayid Salim bin
Basri bin Abdullah bin Basri bin
Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir.
Selain itu beliau juga belajar kepada
syekh Abdullah bin Abdurrahman
Ubaid, syekh Ahmad bin Muhammad
Baisa, syekh Muhammad bin Ahmad
Abilhib al-Khatib, syekh Muhammad
bin Ali al-Khatib dan sayid Alwi bin
Muhammad Shahib Mirbath.
Ada tiga orang guru yang banyak
mempengaruhi al-Faqih al-
Muqaddam, mereka adalah ayahnya
sayid Ali Bin Muhammad Shahib
Mirbath, syekh Ahmad Bamarwan,
dan guru yang tidak pernah
dijumpainya secara zahir tetapi
merupakan guru yang membukanya
ke alam gaib, yaitu syekh Abu
Madyan.
Waliyullah Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam seorang yang berjalan
pada thariqah kefaqiran. Beliau
seorang qutub yang agung, imam
bagi Thariqah Alawiyyah.

Al-Faqih al-Muqaddam Dan Syekh


Said bin Isa al-Amudi

Thariqah al-Saadah Bani Alawi


bermula dari Al-Imam al-Ustadz al-
A’zham al-Faqih al-Muqaddam yang
merupakan silsilah yang tinggi dan
mulia, kemudian bergabung dengan
Syekh Said bin Isa al-Amudi ,
keduanya menerima khirqah dari
Syekh Abu Madyan al-Maghribi
melalui Syekh Abdullah al-Saleh al-
Maghribi.
Syaikh Said bin Isa al-Amudi
menyambung nasabnya kepada
khalifah Abubakar al-Shiddiq
Sebagaimana telah dikuatkan oleh
para ahli sejarah, salah satunya
dijelaskan dalam kitab al-Syamil Fi
Tarikh Hadramaut karangan Sayid
Alwi bin Thahir al-Haddad dan kitab
Idam al-Quut karangan Sayid
Abdurahman bin Ubaidillah al-Saggaf
Dengan kedua ulama tersebut
kokohlah Thariqah Abi Alawi di
Hadramaut dan negeri lain, dengan
banyaknya murid mereka. Anak-anak
dan murid-murid kedua Syekh
tersebut menyebarkan qaidah-
qaidah thariqah tersebut.
Berkata sayid Alwi bin Thahir al-
Haddad,’Bersatunya keluarga al-
Amudi dan Saadah Bani Alawi sejak
dulu disebabkan oleh keberkahan
yang menyambungkan antara al-
Faqih al-Muqaddam Muhammad bin
Ali dengan Syaikh al-Kabir al-arif
billah Syaikh Said bin Isa al-Amudi’.
Al-Faqih al-Muqaddam dan Syekh
Said bersama-sama membuat
landasan thariqah mereka beserta
dalil-dalilnya, diantara landasan
tersebut adalah :
1. Meninggalkan cara kekerasan
(mengangkat senjata) dalam
menyebarkan thariqah mereka.
2. Menghindarkan perselisihan bila
terjadi perbedaan dalam suatu
perkara hukum.
3. Beramal berdasarkan peraturan
yang telah ditetapkan oleh manhaj
ahlu sunnah.
4. Menyebarkan ilmu dan da’wah
kepada Allah swt dengan cara
hikmah dan mau’izhah hasanah.
Yang dimaksud dengan
meninggalkan kekerasan
(mengangkat senjata) yaitu
mengganti cara penyebaran
thariqahnya dengan tanpa
mengangkat senjata dalam
kehidupan masyarakat. Begitu pula
dengan Syaikh Said bin Isa al-Amudi
yang membawa cara damai dalam
menyebarkan thariqahnya ke Du’an.
Dalam kitab Taj al-A’rasy halaman
199 disebutkan bahwa al-Faqih al-
Muqaddam selalu dihiasi dengan
kefakiran dan meninggalkan senjata
dalam menyelesaikan semua urusan.
Beliau juga berdoa untuk anak
cucunya agar mempunyai
kedudukan ( maqam ) dan hal
dengan perantaraan senjata bathin.
Dengan landasan tersebut Allah
memperlihatkan kebesaran ilmu dan
akhlaq setelah mereka menjauhkan
diri dari berbagai perdebatan dalam
hukum dan segala bentuk
perselisihan. Dan mereka
mewariskan sifat-sifat tersebut
kepada anak cucu dan pengikutnya
dengan menekankan kepada
pentingnya perdamaian antara
manusia dan membuat kesepakatan
keamanan di jalan-jalan maupun di
pasar-pasar dengan qabilah-qabilah
yang berseteru, membuang jauh-
jauh perselisihan yang membuat
lemah kekuasaan masing-masing
pemimpinnya dan sebaliknya
bersibuk diri kepada pekerjaan yang
bermanfaat seperti bercocok tanam
karena Hadramaut adalah negeri
yang luas tanah pertaniannya dan
perkebunan kurma dan sayurannya.
Bahkan keutamaan mereka dapat
dilihat disebabkan mereka berusaha
untuk memperbaiki keadaan tanah
mereka dan menyibukkan diri
mereka dengan mengolahnya seperti
telah dikerjakan oleh al-Imam
Muhammad bin Ali Shahib Marbath,
al-Imam al-Syaikh Ali bin Alwi Khali’
Qasam dan al-Imam al-Faqih al-
Muqaddam dan orang-orang setelah
mereka.
Dapat dikatakan bahwa keluarga
Bani Alawi, mereka telah berjalan di
atas madrasah Bani Alawi, mereka
tidak lagi mencari manhaj lain
kecuali manhaj Saadah Bani Alwi
yang mereka pelajari dan ajarkan
kepada yang lainnya hingga saat ini.
Sehingga dapat dilihat beberapa
ulama didikan madrasah Bani Alawi
yang diberkahi dan selalu mengambil
dan menghubungkan sanad-sanad
keilmuan mereka kepada sanad-
sanad ulama yang lurus dalam
thariqah mereka, dan tidak
terdengar dari perkataan mereka
kecuali mereka dapat dari para salaf
mereka, dan tidak kita baca,
memutuskan dan menetapkan suatu
hukum kepada para murid-muridnya
kecuali dengan apa yang mereka
dapat dari para keluarga dan salaf
mereka yang sholeh.

Muhammad al-Faqih al-Muqaddam


dijuluki dengan gelar "Al-Ustadz Al-
A’zham" karena beliau adalah
seorang guru besar dan seorang sufi
yang menjalankan thariqah kefakiran
(hanya berhajat kepada Allah swt)
dan bertasawuf dengan tasawuf
yang bersih dan terpelihara dari hal-
hal yang haram, berdasarkan al-
quran dan al-sunnah yang disyiarkan
dengan ruh Islam dan tauhid.

Menurut Al-Imam Al-Habib


Muhammad bin Husin Al-Habsyi
dalam Kitab beliau “Al-‘Uqud Al-
Lukluiyah” beliau mengatakan:
”Sesungguhnya kepemimpinan para
Wali diserahkan dari As-Syech Abdul
Qadir Al-Jailaniy kepada As-Syech
Abu Madyan Syu’aib Al-Maghriby
yang akhirnya diserahkan kepada
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra”

Silsilah Khirqah (Thariqah) Sayyidina


Al-Faqih Al-Muqaddam ada dua,
yang pertama berasal dari nasab
beliau sendiri, dimulai dari ayahanda
beliau, dan yang kedua dari As-Syech
Abu Madyan Syu’aib Al-Maghriby.

Silsilah yang pertama yaitu berasal


dari ayahanda beliau sendiri yaitu Al-
Imam Al-Habib Ali Ba’alawi silsilah
tersebut adalah sebagai mana nasab
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra
yang telah kami uraikan diatas.

Adapun Silsilah yang kedua yaitu


berasal dari As-Syech Abu Madyan
Syu’aib Al-Maghriby dengan “Al-
Wasithah” dua Syech yaitu :
1.As-Syech Abdullah “As-Sholih” bin
Ali Al-Maghriby yang diutus oleh As-
Syech Abdur Rahman bin
Muhammad Al-Maq’ad
2.As-Syech Abdur Rahman bin
Muhammad Al-Maq’ad yang diutus
oleh As-Syech Abu Madyan Syua’aib
Al-Maghriby.

Secara detail silsilah Khirqah


Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam
adalah sebagai berikut secara
berurutan :
1. As-Syech Abu Madyan Syu’aib bin
Abu Al-Husain Al-Maghriby dari:
2. Al-Imam Abu Ya’za dari:
3. Al-Imam Nur Ad-Din Abu Al-
Hasan Ali bin Hirzihim (ada yg
meriwayatkan; Ibn Hirazim) dari:
4. Al-Imam Al-Hafizd Al-Faqih Al-
Qadhy Abu Bakar bin Abdullah Al-
Ma’afiry dari:
5. Al-Imam Al-Hujjah Al-Islam Abu
Hamid Muhammad bin Muhammad
Al-Ghazaly dari:
6. As-Syech Al-Islam Wal Muslimin
Imam Al-Haramain Abdul Malik
beliau mengambil dari ayahandanya
sendiri yaitu:
7. As-Syech Muhammad bin
Abdullah bin Yusuf Al-Juwainy dari:
8. As-Syech Al-Arif Billah Ta’ala Abu
Thalib Al-Makky Muhammad bin Ali
bin Athyyah dari:
9. Al-Imam Al-Kabir Abu Bakar Dullaf
ibn Jahdar As-Syibly dari:
10. Al-Ustazd Ahli At-Thariqah Wa
Imam Ahli Al-Haqiqah Abu Al-Qasim
Al-Junaid bin Muhammad Al-
Baghdady beliau mengambil dari
“Khalnya” yaitu;
11. As-Syech As-Syahir Abu Al-Hasan
As-Sirry Al-Mughallis As-Siqty (As-
Saqaty) dari:
12. As-Syech Al-Arif Billah Ta’ala Abu
Mahfuzd Ma’ruf bin Fairuz Al-
Karakhy dari:
13. Al-Imam Abu Sulaiman Daud bin
Nushair At-Tha’iy dari:
14. As-Syech Abu Muhammad Habib
bin Muhammad Al-Ajamy Al-
Kharasany dari:
15. Al-Imam Al-Kabir As-Syahir Abu
Sa’aid Al-Hasan bin Abu Al-Hasan
Al-Bashry dari:
16. Al-Imam Ahli Al-Masyariq Wal
Magharib Sayyidina Ali Bin Abu
Thalib Ra, Al-Imam Ali bin Abu Thalib
Ra dari Sayyidina Wa Habibana
Rasulullah SAW.

Dari Al-Imam Ma’ruf Al-Karakhy ada


dua arah silsilah (bercabang dua
arah), yang pertama seperti diatas
dan silsilah beliau yang kedua dari
Ahl Al-Bayt adalah sebagai berikut:
12. As-Syech Al-Arif Billah Ta’ala Abu
Mahfuzd Ma’ruf bin Fairuz Al-
Karakhy
13. Al-Imam Ali Ar-Ridha Ra, dari
ayahnya;
14. Al-Imam Musa Al-Kazhim Ra dari
ayahnya;
15. Al-Imam Ja’far As-Shodiq Ra dari
ayahnya;
16. Al-Imam Muhammad Al-Bagir
Ra dari ayahnya;
17. Al-Imam Ali Zainal Abidin Ra dari
ayahnya;
18. Al-Imam Al-Husain As-Sibthy Ra
dari ayahnya;
19. Al-Imam Ali bin Abu Thalib Ra,
selanjutnya sama seperti yang kami
uraikan diatas.

Isteri Sayyidina Muhammad Al-Faqih


Al-Muqaddam adalah seorang
Syarifah yang mulia dan Sholehah
sepupu beliau dari sebelah ayah
yaitu; Ummul Fuqara’ Al-Hababah
Zainab binti Ahmad bin Muhammad
Sohib Marbath, yang juga
merupakan Khalifah beliau.
Al-Hababah Zainab adalah seorang
“Waliyah” yang mempunyai
kekeramatan yang banyak. Al-
Hababah Zainab berpulang ke
Rahmat Allah hari Sabtu 12 Syawal
669H.

Hanya dari Al-Hababah Zainab,


Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam
mendapatkan anak-anak yang
ternyata seiring dengan berjalannya
waktu menjadi pengayom Umat dan
Ulama’ terbesar, semuanya
berjumlah 5 orang dan semuanya
laki-laki, yaitu:
1. As-Syech ‘Alwi Al-Ghuyur (wafat di
Tarim tahun 669 H)
2. As-Syech Abdullah (wafat di Tarim
tahun 663 H), mempunyai seorang
anak laki-laki bernama Muhammad
al-Nuqaity dan anak perempuan
bernama Fathimah (Ibu dari Ahmad
bin Abdullah Ba'alawi/Ayah dari
Muhammad Jamalullail).
3. As-Syech Abdurrahman, (wafat
diantara al-Haramain), mempunyai
anak bernama Muhammad al-
Ughaibar.
4. As-Syech ‘Ali
5. As-Syech Ahmad

Keturunan Abdullah bin al-Faqih Al-


Muqaddam dan Abdurahman bin al-
Faqih Al-Muqaddam sedikit dan
terputus.

Muhammad al-Faqih al-Muqaddam


wafat pada tahun 653 H pada usia 79
tahun, pada malam Jum’at Zulhijjah
653 H, di akhir bulan Zulhijjah tahun
653 H /1255M, dan dikebumikan di
“Zanbal”.
Makam beliau adalah tempat
pertama dikunjungi oleh para
penziarah di perkuburan Zanbal
Tarim.

KETURUNAN ALI BIN MUHAMMAD


AL-FAQIH AL-MUQADDAM

Syaikh Ali bin Muhammad al-Faqih


al-Muqaddam, wafat tahun 673 H,
mempunyai seorang anak bernama
Hasan Atturobi (wafat di Tarim
tahun 761 H).
Diberi gelar at-Turobi, dikarenakan
beliau seorang yang sangat tawadhu’
dan mengumpamakan dirinya
dengan tanah.

Hasan Atturobi bin Syaikh Ali


mempunyai seorang anak laki
bernama Muhammad Assadullah,
wafat di Tarim tahun 778 H,

KETURUNAN MUHAMMAD
ASADULLAH
Beliau adalah waliyullah Muhammad
bin Hasan Atturobi bin Ali bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Sebab dinamakan dengan Asadullah


Fi Ardhihi karena Syaikh Muhammad
Assadullah sangat tekun membaca
alquran dan memahami maknanya.
Beliau selalu bangun untuk
beribadat kepada Allah pada waktu
akhir sepertiga malam, sehingga
beliau merasakan dirinya fana’.
Beliau bersemangat untuk membaca
alquran dan memahami maknanya
serta merasakan kenikmatan pada
dirinya jika sedang membaca
Alquran, beliau merasa sebagai
seekor Singa dan berkata dalam
keheningan malam dengan
perkataan ‘Ana Asadullah Fi Ardhihi ‘

Dalam kitab al-Masyra ’ diceritakan


bahwa beliau dikarunia enam orang
anak laki, dan tiga orang yang
meneruskan keturunan beliau,
yaitu :
1. Abu Bakar Basyaiban (wafat tahun
800 hijriyah)
2. Hasan, menurunkan keluarga :
Jamalullail, Bin Sahal, Baharun,al-
Junaid, al-Qadri dan al-Siri), wafat
tahun 757 hijriyah.
3. Ahmad, menurunkan keluarga : al-
Syatri, al-Habsyi dan Syanbal.

Waliyullah Muhammad bin Hasan


Atturobi wafat tahun 778 hijriyah

Muhammad Assadullah bin Hasan


Atturobi mempunyai enam orang
anak laki:
1. Abdullah
2. Ali keturunannya sedikit dan
terputus
3. Husein
4. Abu Bakar Basyaiban
5. Ahmad
6. Hasan al-Mualim, wafat di Tarim
tahun 757 H,

KELUARGA BASYAIBAN

Basyaiban bernasab kepada


waliyullah Abu Bakar Basyaiban bin
Muhammad Assadullah
Syaiban berasal dari kata al-Syaibu
yang artinya beruban. Beliau diberi
gelar dengan al-syaiban karena
berusia lanjut dan mempunyai
rambut putih, hal tersebut
menambah kebesaran dan
kewibawaan beliau.

Waliyullah Abu Bakar Basyaiban lahir


di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak
lelaki :
a. Muhammad (keturunannya sedikit
dan terputus)
b. Ahmad (keturunannya keluarga
Basyaiban di Qasam)
Waliyullah Abu Bakar Basyaiban
wafat di Tarim tahun 807 H.

Keturunan Ahmad bin Muhammad


Assadullah

Ahmad bin Muhammad Assadullah,


wafat di Aden tahun 821 H,
mempunyai empat orang anak laki:
a. Muhammad (kakek keluarga
Mahmul) keturunannya terputus
b. Husein (kakek keluarga al-Khuyul)
c. Hasan (kakek keluarga Syanbal di
Makho, Zili', Makkah)
d. Ali

Ali bin Ahmad bin Muhammad


Assadullah, mempunyai tujuh orang
anak laki:
1) Muhammad
2) Umar
3) Husein keturunannya terputus
4) Abdullah
5) Syech
6) Alwi al-Syatiri
7) Abu Bakar al-Habsyi
KELUARGA AS-SYATIRI

al-Syathri adalah keturunan Alwi al-


Syatiri bin Ali bin Ahmad bin
Muhammad Assadullah

Gelar al-Syathri atau As-Syathiri


yang disandang karena beliau selalu
membagi dua harta yang dimilikinya
kepada saudara kandungnya al-
Habib Abubakar al-Habsyi. Membagi
dua dalam bahasa Arabnya adalah
Syathara.
Waliyullah Alwi As-Syathiri lahir di
Tarim, dikarunia 5 orang anak lelaki,
dan 2 diantaranya yang meneruskan
keturunan, yaitu : Muhammad dan
Umar.
Waliyullah Alwi As-Syathiri wafat di
Tarim tahun 843 H.

Alwi al-Syatiri bin Ali bin Ahmad bin


Muhammad Assadullah,
mempunyai empat orang anak laki:
1. Abu Bakar
2. Ali
3. Muhammad, wafat di Aden tahun
897 H (hafal Ihya Ulumuddin),
keturunannya di Aden, Lihij.
4. Umar

Umar bin Alwi al-Syatiri bin Ali bin


Ahmad bin Muhammad Assadullah,
mempunyai tiga orang anak laki:
1. Hasyim keturunannya di Zili', Lihij
2. Muhammad
3. Ahmad

Ahmad bin Umar bin Alwi al-Syatiri,


mempunyai lima orang anak:
1. Abdullah (keturunannya di
Sawahil)
2. Ali (keturunannya di Jeddah, Lihij)
3. Alwi (keturunannya di India)
4. Barakat (keturunannya di Syihir,
Malaysia)
5. Muhammad (keturunannya di
Tarim)

Sulthonul `Ilim Al Habib Salim Bin


Abdullah Bin Umar As-Syatiri

Pengasuh Rubath Tarim-Yaman.


Rubath Tarim adalah rubath yang
tertua di Hadramaut dan terletak di
kota Tarim. Rubath ini usianya
mencapai 118 tahun. Asy-Syeikh
Abubakar Bin Salim yang hidup jauh
sebelum masa Al-Habib Abdullah
Asy-Syathiry setiap kali pergi ke kota
Tarim, beliau selalu berhenti di suatu
tanah sambil berkata, “Tanah ini
nantinya akan menjadi sebuah
Rubath…”.
Benarlah apa dikatakan oleh beliau,
diatas tanah itu akhirnya
terbangunlah Rubath Tarim.
Dikatakan di sebagian riwayat bahwa
2 wali min Auliyaillah Al-Fagih Al-
Muqoddam dan Asy-Syeikh
Abubakar Bin Salim selalu menjaga
Rubath Tarim. Juga dikatakan bahwa
setiap harinya arwah para auliya
turut menghadiri majlis-majlis taklim
di Rubath.

NASAB BELIAU
Habib Salim Asy-Syathiry bin
Abdullah bin Umar bin Ahmad bin
Umar bin Ahmad bin Umar bin
Ahmad bin Ali bin Husein bin
Muhammad bin Ahmad bin Umar
bin Alwi Asy-Syathiry
Al-Habib Abdulloh bin Umar Asy-
Syathiry

NASAB BELIAU
Habib Abdullah bin Umar bin Ahmad
bin Umar bin Ahmad bin Umar bin
Ahmad bin Ali bin Husein bin
Muhammad bin Ahmad bin Umar
bin Alwi Asy-Syathiry.

Adapun nasab ibu beliau yang


sholihah afifah adalah Nur binti
Umar bin Abdullah bin Husein bin
Syihabuddin.
Ayah beliau, Al-Habib Umar bin
Ahmad bin Umar Asy-Syathiry
meninggal di kota Tarim pada
tanggal 2 atau 4 Syawal 1350 H.
Beliau adalah merupakan salah
seorang pembesar kota Tarim yang
terpandang, kaya raya, jenius dan
pendapat-pendapatnya jitu dan
diikuti.
Al-Habib Umar mempunyai andil
yang cukup besar didalam mendidik
anak-anaknya, memerintahkan
mereka untuk menuntut ilmu dan
menyebarluaskannya dalam dakwah
fisabilillah. Kemuliaan dan
keutamaan beliau yang terbesar
adalah didalam mendidik dan
mendorong putra-putranya agar
menjadi orang besar serta
kemampuan keuangannya didalam
mencukupi putra-putranya.

Al-Habib Abdullah Asy-Syathiry


memiliki banyak murid yang tersebar
di berbagai penjuru dunia. Tidak
kurang dari 13.000 ulama tercatat
sebagai alumni Rubath
(ma’had/ponpes) Tarim yang diasuh
oleh beliau. Bahkan riwayat lain
menyebutkan lebih dari 500.000
ulama pernah belajar dari beliau. Al-
Habib Alwi bin Muhammad bin
Thohir Alhaddad sempat berkata,
“Tidak pernah aku masuk ke suatu
desa, kota atau tempat lainnya,
kecuali aku dapatkan bahwa ulama-
ulama di tempat tersebut adalah
murid dari Al-Habib Abdullah Asy-
Syathiry atau murid dari murid
beliau”.

Sebagian ulama alumni Rubath


pimpinan Al-Habib Abdullah Asy-
Syathiry diantaranya adalah :

Di Hadramaut
Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman
Bin Syeikh Abubakar. Beliau adalah
pimpinan Rubath Syihir. Setelah
beliau wafat, dilanjutkan oleh Al-
Habib Kadhim bin Ja’far bin
Muhammad As-Saqqaf. Semasa
belajar di Rubath Tarim, beliau Al-
Habib Ahmad belum pernah tidur.
Tempat tidur beliau selalu kosong
dan rapi dan hal ini berlangsung
selama 10 tahun.
Al-Habib Muhammad bin Abdullah
Alhaddar. Beliau belajar kepada Al-
Habib Abdullah Asy-Syathiry selama
4 tahun. Semasa belajar, beliau
selalu menghafal pelajaran di
pinggiran atap (balkon) Rubath
Tarim. Beliau pernah berkata, “Kalau
saya masih mau hidup, saya harus
menghafalkan pelajaran dan tidak
boleh tidur”. Kalau hendak tidur,
beliau selalu mengikat kakinya
dengan tali dan diikatkan ke jendela
kecil. Beliau hanya tidur selama
beberapa jam. Sisanya dipergunakan
untuk mendalami ilmu agama. Jika
waktunya bangun, Al-Habib Alwi bin
Abdullah Bin Syahab menarik tali
yang terikat di kaki Al-Habib
Muhammad sambil berseru, “Wahai
Muhammad, bangunlah…!”, lalu
terbangunlah beliau. Itulah sebagian
mujahadah beliau sewaktu belajar di
Rubath Tarim.
Al-Habib Hasan bin Ismail Al-
Hamid.Beliau adalah pimpinan
Rubath Inat. Di Rubath Tarim beliau
belajar selama beberapa tahun, lalu
beliau diperintahkan oleh Al-Habib
Abdullah Asy-Syathiry untuk
membuka Rubath di kota Inat.
Sampai sekarang Rubath Inat terus
berkembang dan berkembang.
Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri
( putra Habib Abdullah Asy-Syatiri )
di Rubath Tarim.
Di Indonesia

Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad


Bilfagih. Beliau adalah seorang wali
Qutub dan pimpinan Ma’had Darul
Hadits Malang. Dari sebagian murid
beliau diantaranya putera beliau
sendiri Al-Habib Abdullah, Al-Habib
Salim bin Ahmad Bin Jindan dll.Al-
Habib Abdullah bin Husein Al-’Attas
As-Syami. Beliau seorang wali min
auliyaillah dan tinggal di Jakarta.
Sampai sekarang beliau masih ada
(semoga Alloh memanjangkan
umurnya dan memberikan manfaat
kepada kita dari keberadaannya).
Al-Habib Abdullah bin Ahmad
Alkaf.Beliau tinggal di kota Tegal.
Beliau adalah ayah dari Ustadz
Thohir Alkaf, seorang dai yang
melanjutkan tongkat estafet dakwah
ayahnya.
Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad
Al-Kaf. Beliau adalah pengarang
kitab Sullamut Taysir.
Dan masih banyak lagi anak didik
beliau Al-Habib Abdullah Asy-
Syathiry yang tak dapat ditulis satu
persatu.
Putera beliau Al-Habib Salim pernah
ditanya oleh seseorang, “Kenapa Al-
Habib Abdullah Asy-Syathiry tidak
mengarang kitab sebagaimana
umumnya para ulama ?”. Beliau Al-
Habib Salim menjawab, “Beliau tidak
mengarang kitab, tapi mencetak
ulama-ulama”.

KELUARGA AL-HABSY

al-Habsyi adalah keturunan


waliyullah Abu Bakar bin Ali bin
Ahmad bin Abu Bakar al-Habsyi bin
Ali bin Ahmad bin Muhammad
Assadullah,
Gelar yang disandang dikarena
beliau sering bepergian ke kota
Habasyah di Afrika dan beliau
pernah tinggal di sana selama 20
tahun untuk da’wah Islam.

Waliyullah Abu Bakar al-Habsy bin


Ali bin Ahmad wafat di kota Tarim
tahun 857 H

Abu Bakar al-Habsyi bin Ali bin


Ahmad bin Muhammad Assadullah,
wafat di Tarim tahun 857 H,
mempunyai seorang anak bernama
Alwi

Alwi bin Abu Bakar al-Habsyi


mempunyai lima orang anak laki:
1. Husein (keturunannya terputus)
2. Ahmad (keturunannya di
Habasyah)
3. Muhammad al-Akbar
(keturunannya terputus)
4. Ali (keturunannya di Madinah)
5. Muhammad al-Asghor,
Muhammad al-Asghor bin Alwi bin
Abu Bakar al-Habsyi, wafat di Tarim
tahun 874 H, mempunyai empat
orang anak laki:
1. Umar (keturunannya di Tarim
terputus)
2. Ali (keturunannya di Makkah)
3. Abdurahman (keturunannya di
Tarim, Palembang, Jambi, Siak dan
Aceh.)
4. Ahmad shohib Syi'ib, gelar yang
disandang, dikarenakan beliau
dimakamkan di Syi’ib. Di tempat itu
pula dimakamkan kakeknya al-Imam
al-Muhajir Ahmad bin Isa. Daerah
tersebut terletak diantara kota Tarim
dan Seiwun.

Ahmad shohib Syi'ib bin Muhammad


al-Asghor bin Alwi bin Abu Bakar al-
Habsyi, wafat di Hasisah tahun 1038
H, mempunyai 9 orang anak laki:
1. Umar
2. Idrus, keturunannya di Yafi’ dan
India)
3. Syech, keturunannya di Lihij dan
Dasinah.
4. Husein
5. Hasan (keturunannya al-Rausyan
di Seiwun, Semarang)
6 . Hadi
7. Hasyim
8. Muhammad
9. Alwi, keturunannya disebut al-
Ahmad bin Zain adalah datuk
waliyullah al-Habib Muhammad bin
Idrus al-Habsyi (Ampel Gubbah
Surabaya)

Husein bin Ahmad shohib Syi'ib bin


Muhammad al-Asghor bin Alwi bin
Abu Bakar al-Habsyi, mempunyai
tiga orang anak laki:
i) Shodiq (keturunannya di
Hadramaut, Surabaya, Malaka)
ii) Muhammad (keturunannya di
Makkah)
iii)) Syaichon, menurunkan keluarga
Bin Syaichon al-Habsy

Hadi bin Ahmad shohib Syi'ib bin


Muhammad al-Asghor bin Alwi bin
Abu Bakar al-Habsyi, mempunyai
dua orang anak laki:
i) Abdurahman (wafat di Tarim tahun
1098 H, keturunannya di Seiwun,
Bor, Taribah, Sahil)
ii) Idrus al-
Syabsyabah( keturunannya di
Seiwun di antaranya keluarga
Syabsyabah di Madinah, Singapura)

KELUARGA SYABSYABWH

Idrus al-Syabsyabah, meneruskan


keturunan al-Habsyi al-Syabsyabah.
al-Syabsyabah adalah keturunan
waliyullah Idrus al-Syabsyabah bin
al-Hadi bin Ahmad Shahib Syi’ib bin
Muhammad al-Ashgor bin Alwi bin
Abi Bakar al-Habsyi.
Syabsyabah adalah nama dari satu
jenis pohon kurma yang istimewa
dan masyarakat lebih suka kalau
kurma itu dalam keadaan mengkal
(setengah matang). al-Habib Idrus
bin al-Hadi dinamakan Syabsyabah
karena beliau mempunyai pohon
kurma tersebut sebagai hasil kerja
keras orang tua mereka.
Diantara keturunan Idrus al-
Syabsyabah adalah waliyullah al-
Habib Nuh bin Muhammad bin
Ahmad al-Habsyi di Singapura.
b) Abdurahman, adalah datuk
waliyullah al-Habib Ali al-Habsyi
Kwitang.
Husein al Habsy bin Ahmad Shahib
Syi’ib, mempunyai dua orang anak
yaitu :
a) Shodiq (keturunannya di
Hadramaut, Surabaya dan Malaka)
b) Muhammad, salah satu
keturunannya adalah waliyullah al-
Habib Alwi bin Ali bin Muhammad al-
Habsyi (Masjid Ar-Riyadh, Solo) dan
putranya yaitu Habib Anis bin Alwi
bin Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Hasyim bin Ahmad shohib Syi'ib bin
Muhammad al-Asghor bin Alwi bin
Abu Bakar al-Habsyi, wafat di Syi'ib
tahun 1038 H, mempunyai dua
orang anak:
i) Aqil (keturunannya di Dzi Asbah,
Semarang, Palembang, Banjarmasin)
ii) Ahmad (wafat di Bor tahun 1115
H, keturunannya di Aceh, Trengganu,
Banjarmasin, Zhufar, Syihir,
Makasar)

Muhammad bin Ahmad shohib Syi'ib


bin Muhammad al-Asghor bin Alwi
bin Abu Bakar al-Habsyi,
mempunyai seorang anak bernama
Isa wafat di Hanfar.

Alwi bin Ahmad shohib Syi'ib bin


Muhammad al-Asghor bin Alwi bin
Abu Bakar al-Habsyi, mempunyai
dua orang anak laki:
i) Idrus (keturunannya di Ahsa',
Qathif)
ii) Zein

Zein bin Alwi bin Ahmad shohib


Syi'ib bin Muhammad al-Asghor bin
Alwi bin Abu Bakar al-Habsyi, wafat
di Ghurfah tahun 1100 H,
mempunyai dua orang anak:
(a) Husein (keturunannya di
Ghurfah) (b) Ahmad shohib Khala'
Rasyid (wafat tahun 1144 H)

Ahmad shohib Khala' Rasyid bin Zein


bin Alwi bin Ahmad shohib Syi'ib,
mempunyai delapan orang anak:
- Umar
- Ali
- Abdullah keturunannya terputus
- Alwi
- Hasan
- Abu Bakar
- Muhammad (keturunannya di
Ghurfah, Jawa, Madinah)
- Ja'far, wafat di Khala' Rasyid tahun
1290 H,

Ja'far bin Ahmad shohib Khala'


Rasyid, wafat di Khala' Rasyid tahun
1290 H, mempunyai empat orang
anak laki:
1. Salim (keturunannya terputus)
2. Ali keturunannya di Khala' Rasyid
3. Husein
4. Ahmad (keturunannya di Khala'
Rasyid)

Hasan al-Mualim bin Muhammad


Assadullah bin Hasan Atturobi,
wafat di Tarim tahun 757 H,
mempunyai dua orang anak laki:
a. Ahmad al-Mualim (keturunannya
terputus)
b. Muhammad Jamalullail Bahasan

KETURUNAN MUHAMMAD
JAMALULLAIL HASAN AL-MUALIM
Jamalullail adalah gelar untuk
waliyullah al-Imam Muhammad
Jamalullail bin Ahmad bin Abdullah
bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam (keturunan terputus)
dan al-Imam Muhammad
Jamalullail bin Hasan al-Mu’alim bin
Muhammad Asadullah bin Hasan
Atturabi.
Gelar yang disandang karena mereka
selalu mengisi malam-malam harinya
dengan ibadah, baik shalat tahajud
dan shalat-shalat sunnah lainnya
serta membaca Alquran, shalawat
dan doa serta dzikir lainnya yang
dilakukan selama hidupnya. Karena
itu beliau digelari dengan
Jamalullail.

Waliyullah Muhammad Jamalullail


dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 2
orang anak lelaki : Abdullah dan Ali.

Waliyullah Muhammad Jamalullail


wafat di kota Tarim pada tahun 845
Hijriyah.

Muhammad Jamalullail Bahasan bin


Hasan al-Mualim bin Muhammad
Assadullah bin Hasan Atturobi,
wafat di Tarim tahun 845 H,
mempunyai dua orang anak laki
bernama:
1) Abdullah, wafat di Tarim tahun
997 H, Dari kedua cucunya Abdullah
bin Ahmad dan Muhammad bin
Ahmad menurunkan al-Jamalullail
yang berada di Hadramaut, Makkah
dan India serta sebagian di Aceh dan
pulau Jawa.
2) Ali, menurunkan keturunan
leluhur al-Qadri, al-Sirry, al-Baharun
dan al-Junaid.
Abdullah bin Muhammad Jamalullail
Bahasan bin Hasan al-Mualim, wafat
di Tarim tahun 997 H, mempunyai
seorang anak bernama Ahmad.

Ahmad bin Abdullah bin Muhammad


Jamalullail Bahasan bin Hasan al-
Mualim mempunyai empat orang
anak laki:
1. Sahal (kakek keluarga Bin Sahal di
Tarim)
2. Abdurahman (keturunannya di
Tarim)
3. Abdurahman Bahasan
(keturunannya di Aceh, Asia)
4. Muhammad

KELUARGA BIN SAHAL

Bin Sahal adalah keturunan


waliyullah Sahal bin Ahmad bin
Abdullah bin Muhammad
Jamalullail.
Beliau dinamakan Sahal karena
bertabarruk kepada al-Sayid Sahal al-
Tastari.

Waliyullah Sahal bin Ahmad lahir di


kota Tarim, dikaruniai 3 anak lelaki, 2
diantaranya meneruskan keturunan
belia yaitu Alwi dan Ahmad.
Waliyullah Sahal bin Ahmad wafat di
Tarim tahun 973 H.

Muhammad bin Ahmad bin Abdullah


bin Muhammad Jamalullail Bahasan
bin Hasan al-Mualim, mempunyai
seorang anak bernama Aqil.

Ali bin Muhammad Jamalullail


Bahasan bin Hasan al-Mualim,
mempunyai lima orang anak laki:
1. Muhammad
2. Alwi keturunannya terputus
3. Abu Bakar
4. Abdurahman
5. Hasan

Abdurahman bin Ali bin Muhammad


Jamalullail Bahasan bin Hasan al-
Mualim, mempunyai dua orang anak
laki:
(1) Muhammad (keturunannya
terputus)
(2) Ahmad, mempunyai seorang
anak bernama Salim,
Salim bin Ahmad bin Abdurahman
bin Ali bin Muhammad Jamalullail
Bahasan bin Hasan al-Mualim
mempunyai anak bernama
Muhammad al-Maghrum.

Muhammad al-Maghrum bin Salim


bin Ahmad bin Abdurahman bin Ali
bin Muhammad Jamalullail Bahasan
bin Hasan al-Mualim mempunyai
dua orang anak yaitu:
(a) Abdurahman
(b) Abdullah Bahasan al-Maghrum.
Abdullah Bahasan al-Maghrum bin
Muhammad al-Maghrum bin Salim ,
mempunyai empat orang anak laki:
1. Muhammad al-Buuri
(keturunannya keluarga Bahasan di
Madinah)
2. Aqil al-Qadri (keturunannya
keluarga al-Qadri di Gail binYamin)
3. Salim
4. Ahmad (keturunannya di Sawahil)

KELUARGA AL-QODRI
Yang pertama dijuluki al-Qadri ialah
waliyullah Aqil al-Qadri bin Abdullah
Bahasan al-Maghrum bin
Muhammad al-Maghrum bin Salim
bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ali
bin Muhammad Jamallullail
Al-Qadri adalah suatu kata yang
berasal dari kalimat qadarullah yaitu
takdir Allah swt.
Adapun sebab diberi gelar al-Qadri
karena beliau selalu menyandarkan
segala sesuatu hanya kepada Allah
swt yang terlihat dari perkataan dan
perbuatannya.
Raja Kesultanan Ahlul Bait di Perlis
yaitu Sayyid Ahmad bin Hussin bin
Abdullah bin Aqil Al-Qodri bin
Abdullah

Pendiri kota Pontianak Sayyid


Abdurahman Al-Qadri bin Hussin bin
Ahmad bin Hussein bin Muhammad
bin Salim Al-Qodri bin Abdullah
(saudara Aqil Al-Qodri bin Abdullah).

Waliyullah Aqil bin Abdullah al-Qadri


wafat di Tarim.
Salim bin Abdullah Bahasan al-
Maghrum bin Muhammad al-
Maghrum, mempunyai dua orang
anak:
(i) Abu Bakar (keturunannya di
Syihir, Malabar Pekalongan, Sawahil)
(ii) Muhammad al-Qadri (keluarga al-
Qadri di Malaka, Syihir, Pontianak)

Hasan bin Ali bin Muhammad


Jamalullail Bahasan bin Hasan al-
Mualim, mempunyai tiga orang anak
laki:
1. Abu Bakar al-Ghusnu
(keturunannya di Tarim, terputus)
2. Muhammad Hamdun
(keturunannya di India, Aden)
3. Harun

KELUARGA AL-GHUSNU

Al-Ghusnu adalah keturunan Abu


Bakar al-Ghusnu bin Hasan bin Ali
bin Muhammad Jamallullail

Gelar al-Ghusnu diberikan karena


beliau seorang yang lembut dan
rendah hati terhadap masyarakat
sekitarnya dan selalu berbaik hati
kepada keluarganya.

KELUARGA AL-BAHARUN

Yang pertama kali dijuluki al-


Baharun ialah waliyullah Ali al-
Baharun bin Harun bin Hasan bin Ali
bin Muhammad Jamalullail

dal-Baharun adalah keturunan Harun


bin Hasan bin Ali bin Muhammad
Jamalullail
Gelar yang disandang karena ayah
beliau memberi nama Harun dengan
harapan anaknya itu mempunyai
sifat seperti Nabiyullah Harun,
terbukti Harun bin Hasan menjadi
waliyullah yang besar.

Harun bin Hasan bin Ali bin


Muhammad Jamalullail Bahasan bin
Hasan al-Mualim, wafat di Tarim
tahun 1005 H, mempunyai empat
orang anak laki:
1. Ali al-Baharun, keturunannya
keluarga Baharun di Tarim
2. Ahmad (keturunannya keluarga
Baharun di Makho)
3. Abdurahman, menurunkan
keluarga al-Nahwi.
4. Abdullah al-Shaleh al-Baharun

Waliyullah Harun bin Hasan wafat di


Tarim tahun 905 Hijriyah.

KELUARGA AL-NAHWI

Yang pertama kali dijuluki al-Nahwi


ialah waliyullah Abdullah al-Nahwi
bin Abdurahman bin Harun bin
Hasan bin Ali bin Muhammad
Jamalullail.

Gelar yang disandang menurut


shohib al-Masra’, dikarenakan beliau
adalah seorang yang sangat mahir
dalam ilmu nahwu, sehingga beliau
dinamakan al-Nahwi.

Abdullah al-Shaleh al-Baharun bin


Harun bin Hasan bin Ali bin
Muhammad Jamalullail Bahasan bin
Hasan al-Mualim, mempunyai enam
orang anak laki:
i) Harun (keturunannya terputus)
ii) Muhammad al-Akbar
(keturunannya sedikit)
iii) Abdurahman
iv) Muhammad al-Asghor
keturunannya keluarga Baharun di
India, Melayu, Syihir
v) Hasan, menurunkan keluarga al-
Jannah
vi) Umar

Umar bin Abdullah al-Shaleh al-


Baharun bin Harun bin Hasan bin Ali
bin Muhammad Jamalullail Bahasan
bin Hasan al-Mualim, mempunyai
dua orang anak laki:
(i) Ali al-Sirri (kakek keluarga al-Siri
di Tarim)
(ii) Abu Bakar al-Junaid (keluarga al-
Junaid di Tarim)

KELUARGA AL-SIRRI

al-Sirri adalah keturunan walyullah


Ali al-Sirri bin Umar bin Abdullah al-
Shaleh al-Baharun bin Harun bin
Hasan bin Ali bin Muhammad
Jamalullail Bahasan bin Hasan al-
Mualim bin Muhammad Assadullah.
Beliau diberi gelar dengan al-Sirry
sebagi tabarruk kepada seorang
waliyullah yang termasyhur yaitu al-
Syaich al-Sirry al-Saqthi.
Waliyullah Ali al-Sirri lahir di kota
Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki:
Ahmad, Aqil dan Umar.
Waliyullah Ali al-Sirri wafat di kota
Tarim tahun 1053 H.

KELUARGA AL-JUNAID

Al-Junaid ialah gelar yang


dinisbahkan kepada keturunan
waliyullah Abu Bakar Al-Junaid bin
Umar bin Abdullah al-Shaleh Al-
Baharun bin Harun bin Hasan bin Ali
bin Muhammad Jamallullail bin
Hasan al-mu’alim bin Muhammad
Asadullah bin Hasan Atturabi.

Dinamakan Djunaid dengan maksud


tabarukkan agar kelak menjadi
waliyullah seperti waliyullah yang
bernama Syeikh Djunaid al-Bagdadi
bin Muhammad seorang Sayid
Atthaifah al-sufiyah yang terkenal.
Waliyullah Abu Bakar al-Junaid
dilahirkan di kota Tarim tahun 1053
H. Dikaruniai 5 orang anak dan
hanya 1 anak yang meneruskan
keturunannya yaitu Ali bin Abu Bakar
al-Junaid. Keturunannya ada di kota
Tarim dan Singapore.

Waliyullah Abu Bakar al-Junaid wafat


di kota Tarim.

KELUARGA AL-JANNAH
Yang pertama kali dijuluki ‘al-Jannah’
ialah waliyullah Muhammad al-
Jannah bin Hasan bin Abdullah al-
Shaleh Al-Baharun bin Harun bin
Hasan bin Ali bin Muhammad
Jamalullail.
Gelar yang disandang, dikarenakan
beliau seorang terkenal dengan ilmu,
kemuliaan, dan ibadahnya.
Menurut shohib al-Masyra’
dinamakan al-Jannah karena beliau
banyak berdoa dan sangat
merindukan surga. Dan Allah
mengabulkan doa dan kerinduannya
tersebut.
KETURUNAN AHMAD BIN
MUHAMMAD AL-FAQIH AL-
MUQADDAM

Imam Ahmad bin Muhammad al-


Faqih al-Muqaddam

Imam Ahmad lahir dan dibesarkan di


Tarim. Di samping belajar dengan
ayahnya, Imam Ahmad juga belajar
kepada saudaranya Alwi dan
Abdullah, karena beliau adalah anak
yang paling kecil dari ayahnya. Beliau
juga seorang yang hafal alquran.

Imam Muhammad bin Ali al-Faqih al-


Muqaddam berkata : ‘Anakku ada
lima, Alwi, Abdullah, dan
Abdurrahman mewarisi dzatku
sedangkan Ali dan Ahmad mewarisi
sifatku’.

Imam Ahmad selalu berjalan di atas


thoriqah ayahnya, diantaranya
banyak berpuasa, silaturahmi,
berdzikir baik malam dan siang,
sangat suka beruzlah menghindari
diri dari bercampur dengan manusia.
Menurut beliau, banyak bercampur
dengan manusia mewariskan
kebangkrutan amal. Beliau seorang
yang zuhud dan tawadhu’ terhadap
orang yang lebih tua dan yang lebih
muda.

Syaikh Sahal bin Abdullah bin


Muhammad bin Hikam Baqasyir
berkata : ‘Ketahuilah, sesungguhnya
Allah telah memberi berkahnya
kepada Nabi Muhammad saw, dan
dari Nabi saw diberikan kepada para
salihin dan orang-orang yang
berziarah pertama ke makam sayid
Ahmad sambil berkata :
Assalamu’alaikum wahai sayid
Ahmad, engkau telah mendapatkan
berkah dari Nabi saw dan berkah
Nabi saw dari Allah swt.

Imam Ahmad wafat sebagai syahid


pada tahun 706 hijriyah, di
makamkan dekat masjid al-arifbillah
Syaikh Abdullah bin Ibrahim
Baqasyir. Makamnya terkenal di
kalangan masyarakat sekitar dan
diperbaharui pada awal abad
sepuluh.
Di antara keturunan Imam Ahmad
adalah para sayid dari famili
Ba’umar, Albar, Khaneman, Ba’ali,
Bilfaqih, Albiedh, Balghaits, Al-Jufri,
Al-kaf, Al-Bahar, Al-Shofi.

Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-


Muqaddam

Syaikh Ahmad bin Muhammad al-


Faqih al-Muqaddam wafat di Ajz
tahun 706 H, Dikaruniai 4 orang anak
laki:
1. Muhammad, wafat di Tarim tahun
743 H,
2. Umar, wafat tahun 743 H,
3. Alwi, wafat di Makkah tahun 747
H,
4. Abu Bakar al-Wara',

Keturunan Abu Bakar al-Wara' bin


Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam

Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin


Muhammad al-Faqih al-Muqaddam,
wafat tahun 706 H, dikuburkan dekat
makam Syaikh Alwi Ammul Faqih,
dikaruniai 4 orang anak laki:
a. Muhammad
b. Ali keturunannya terputus
c. Hasan keturunannya keluarga
Hasan al-Wara
d. Ahmad

Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin


Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam, mempunyai 5 orang
anak laki:
1) Umar keturunannya terputus
2) Ali
3) Muhammad Kadad
4) Abu Bakar
5) Abdullah

Abdullah bin Ahmad bin Abu Bakar


al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad
al-Faqih al-Muqaddam, mempunyai
3 orang anak laki:
1. Muhammad
2. Ahmad (keturunannya keluarga al-
Huut)
3. Abu Bakar al-Ghaidhi
(keturunannya keluarga al-Ghaizhah,
al-Ba'ali)
KELUARGA AL-GHAIDI

al-Ghaidhi adalah keturunan Abu


Bakar Al-Ghaidhi bin Abdullah bin
bin Ahmad bin Abu Bakar al-Wara’
bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
Muqaddam

Beliau digelari dengan al-Ghaidhi


karena bertempat tinggal di suatu
daerah al-Ghaidhoh di pantai Timur
Hadramaut yang banyak ditumbuhi
pepohonan.
Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar
al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad
al-Faqih al-Muqaddam, mempunyai
2 orang anak laki:
a) Ali (kakek keluarga Maula Ahlih di
Qasam)
b) Muhammad Basuyud (kakek
keluarga al-Hamil di Ghaizhah, India)

Muhammad Kadad bin Ahmad bin


Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam,
mempunyai seorang anak bernama
Umar,

Umar bin Muhammad Kadad bin


Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin
Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam dikaruniai 2 orang anak
laki:
a) Ali (keturunannya terputus tahun
1104 H)
b) Ahmad al-Chanam (keturunannya
keluarga Chaneman di Tarim, Jawa,
Palembang)

KELUARGA AL-CHANEMAN
al-Chaneman adalah keturunan yang
dinisbahkan kepada waliyullah
Ahmad al-Chaneman bin Umar bin
Muhammad bin Ahmad bin Abu
Bakar al-Wara’ bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih Muqaddam.

Gelar al-Chaneman berasal dari kata


Chanam, sebagian penduduk
Hadramaut menisbahkan kata
tersebut kepada jenis buah kurma
yaitu kurma chanam.
Waliyullah Ahmad bin Umar
Chaneman dikarunia dua orang anak
laki bernama : Umar dan Abdullah.
Waliyullah Ahmad bin Umar
Chaneman wafat tahun 893 H di kota
Tarim.

Keturunan Alwi bin Ahmad bin


Muhammad al-Faqih al-Muqaddam

Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-


Faqih al-Muqaddam, wafat di
Makkah tahun 747 H, dikaruniai 4
orang anak laki:
a. Muhammad, wafat di Tarim tahun
767 H.
b. Ali, wafat di Makkah
keturunannya terputus
c. Abdurahman, wafat di Hayyan
d. Abdullah, mempunyai seorang
anak bernama Muhammad,

Muhammad bin Abdullah bin Alwi


bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam dikaruniai 2 orang
anak laki:
1) Ahmad Ba Ahdak, keturunannya
keluarga Asy-Syarwi dan keluarga al-
Baar di Makkah, Du'an.
2) Abdurahman, mempunyai seorang
anak bernama Muhammad Syarim.

KELUARGA AL-BAR

al-Bar adalah keturunan Ali al-Bar


bin Ali bin Alwi bin Ahmad Ba-Ahdak
bin Muhammad bin Abdullah bin
Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-
Faqih al-Muqaddam.

Beliau digelar dengan al-Bar karena


sangat taat (berbakti) kepada ibunya
dengan sebenar-benarnya taat yang
hal tersebut sedikit sekali dilakukan
oleh anak terhadap ibunya.
Beliau dinamakan dengan nama
ayahnya (Ali bin Ali), karena ketika
ayahnya wafat, ia masih dalam
kandungan ibunya, beliau hanya taat
kepada ibunya karena ayahnya telah
wafat.

Waliyullah Ali al-Bar bin Ali dikarunia


3 orang anak laki bernama :
Abubakar, Abdullah dan Husein.
Waliyullah Ali bin Ali al-Bar
dilahirkan dan wafat di kota Dau’an,
Hadramaut.

Muhammad Syarim bin Abdurahman


bin Muhammad bin Abdullah bin
Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-
Faqih al-Muqaddam dikaruniai
seorang anak bernama Abdurahman.

Abdurahman bin Muhammad Syarim


bin Abdurahman bin Muhammad bin
Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam,
mempunyai 2 orang anak laki:
(1) Ahmad (keturunannya di
Musyaqos)
(2) Umar al-Maqaddy

KELUARGA AL-MUQQADDY

Yang pertama kali dijuluki al-


Maqaddy ialah waliyullah Umar al-
Maqaddy bin Abdurahman bin
Ahmad Syuroim bin Abdurahman bin
Muhammad bin Abdullah bin Alwi
bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam.
Gelar yang disandang, karena beliau
tinggal di suatu tempat terkenal
yang terletak dekat kota al-Hami al-
Sahiliyah di Hadramaut.

Keturunan Umar bin Ahmad bin


Muhammad al-Faqih al-Muqaddam

Umar bin Ahmad bin Muhammad al-


Faqih al-Muqaddam, wafat tahun
743 H, dikaruniai 2 orang anak:
a. Muhammad
b. Ali Ba'umar

KELUARGA BA'UMAR

Ba’Umar adalah keturunan Ali


Ba’Umar bin Umar bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.

Yang terkenal dengan Ba’Umar


adalah seorang wali yang
mempunyai derajat tinggi di sisi
Alllah SWT yaitu Ali Ba’Umar bin
Umar bin Ahmad bin Muhammad al-
Faqih al-Muqaddam
Ali Ba'umar bin Umar bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam,
mempunyai seorang anak bernama
Umar,
Umar bin Ali Ba'umar dikaruniai 2
orang anak:
1) Ahmad Qoyah,
2) Muhammad al-Ruchailah,

Ahmad Qoyah bin Umar bin Ali


Ba'umar, mempunyai 2 orang anak:
a) Hasan (keturunannya terputus)
b) Abdurahman (keturunannya di
India, Habasyah dan keluarga
Bakriyah Ba'umar di Madinah)
KELUARGA AL-RUCHAILAH

Yang pertama kali dijuluki al-


Ruchailah ialah waliyullah
Muhammad al-Ruchailah bin Umar
bin Ali Ba'umar bin Umar bin Ahmad
bin Muhammad al-Faqih
Muqaddam.

Gelar yang disandang karena beliau


seorang yang tidak memiliki apa-apa,
hanya mempunyai seekor anak
kambing yang dalam bahasa Arabnya
al-Rachilah. Kambing kesayangannya
itu dipotong ketika ia menjamu
makan tamunya. Tatkala beliau
mengetahui bahwa hidangan itu
habis tidak tersisa untuk
keluarganya, beliau memohon
kepada Allah swt agar kambing itu
dihidupkan kembali sebagai rezeki
untuknya. Allah mengabulkan
doanya dengan dihidupkan kembali
kambingnya.
.

Muhammad al-Ruchailah bin Umar


bin Ali Ba'umar, keturunannya:
1. Keluarga al-Ruchailah Ba'umar di
Madinah, Zhufar, Jazab
2. Keluarga al-Qosyasyi di Saihut,
Zhufar, Jawa
3. Keluarga al-Bahri Ba'umar di India,
Gail, Badiyah
4. Keluarga al-Hakam Abdullah bin
Umar

Waliyullah Muhammad al-Rachilah


dikarunia 5 orang anak lelaki yaitu :
Hasan, Ali, Husein, Alwi, Salim.
Yang meneruskan keturunannya
bernama Salim yang biasa dikenal
dengan Salim al-Ruchailah Ba’Umar
melalui anaknya yang bernama
Umar.
Umar mempunyai 2 anak yaitu
Muhammad Ba’Umar (keturunannya
di Indonesia) dan Ali Ba’Umar
(keturunannya di Zailah Afrika).

Waliyullah Muhammad al-Ruchailah


wafat di kota Tarim

Keturunan Muhammad bin Ahmad


bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam
Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam,
wafat di Tarim tahun 743 H,
dikaruniai 2 orang anak laki:
a. Umar, wafat di Tarim tahun 782 H,
dikaruaniai seorang anak bernama
Muhammad Abi Maryam.
b. Ali, wafat di Tarim tahun 830 H,

Ali bin Muhammad bin Ahmad bin


Muhammad al-Faqih al-Muqaddam
dikarunai 4 orang anak laki:
1) Ahmad
2) Hasan Jabhan, (keturunannya
keluarga BaJabhan)
3) Muhammad
4) Husein

Ahmad bin Ali bin Muhammad bin


Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam, mempunyai seorang
anak bernama Abdullah wafat di
Tarim th 873 Hijriyah.

Abdullah bin Ahmad bin Ali bin


Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam
mempunyai anak bernama
Abdurahman al-Asqo' wafat tahun
891 Hijriyah,

Muhammad bin Ali bin Muhammad


bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam, mempunyai 11 orang
anak laki:
a) Hasan
b) Alwi al-Akbar
c) Abdullah al-Akbar
d) Abdullah al-Asghor keturunannya
sedikit dan terputus.
e) Ali
f) Alwi al-Hadziq
g) Husein al-Mualim
h) Umar Sanah
i) Ibrahim al-Harots (keturunannya
keluarga al-Harots, al-Zahmali, Ba-
Khomir/terputus)
J) Abdurahman
k) Abu Bakar al-Jufri,

Abdurahman bin Muhammad bin Ali


bin Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam,
mempunyai seorang anak bernama
Umar al-Hamra (wafat di Taiz tahun
889 H keturunannya di Lihij)

SHAHIB AL-HAMRA

Yang pertama kali dijuluki Shahib al-


Hamra ialah waliyullah Umar al-
Hamra bin Abdurahman bin
Muhammad bin Ali bin Muhammad
bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam.
Gelar yang disandang, dikarenakan
beliau tinggal di Hamra nama kota
yang terkenal di Yaman.
Keturunan waliyullah Umar Shahib
al-Hamra bin Abdurahman adalah
keluarga Al-Balghaits.

Gelar Al-Balghaits yang disandang


karena datuk beliau memberinya
nama dengan al-Ghaits, sebagai
tabaruk kepada seorang waliyullah
yang terkenal Abul-Ghaits bin Jamil.
Keturunannya berada di Timur
Tengah dan Indonesia.
Waliyullah Umar bin Ahmad al-
Balghaits wafat di Lahij.
KELUARGA AL-DJUFRI

Yang pertama kali dijuluki “al-Djufri”


ialah waliyullah Abu Bakar al-Djufri
bin Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.
Gelar yang disandang karena beliau
dipanggil oleh datuk dari ibunya
Waliyullah Abdurahman As-Saqqaf
bin Muhammad Maula al-Dawilah
dengan sebutan Djufratiy yang
berarti anak kecil kesayangan yang
berbadan gemuk dan kekar. Dan
setelah dewasa ia menjadi seorang
ahli dalam ilmu Jafar, suatu rumus-
rumus yang menggunakan huruf dan
angka yang ditulis di atas kulit Jafar
(anak kambing). Pada suatu hari
beliau kehilangan kitabnya yang
berisi ilmu Jafar, beliau mencarinya
sambil berkata Jafri (maksudnya
kitab ilmu Jafarku). Maka mulai sejak
itu beliau disebut al-Jufri.

Waliyullah Abu Bakar al-Djufri bin


Muhammad dilahirkan di kota Tarim,
dikaruniai lima orang anak lelaki
yaitu : Muhammad, Abdullah,
Ahmad, Alwi al-Chawas dan Umar.
Dari kelima anak yang terputus
keturunannya adalah Muhammad
dan Abdullah, sedangkan dari ketiga
anaknya yang lain menurunkan
keturunan al-Djufri seperti : al-Kaf,
al-Shafi dan al-Bahar..

Abu Bakar al-Jufri bin bin


Muhammad bin Ali bin Muhammad
bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam, mempunyai 3 orang
anak laki yang meeruskan
keturunan, yaitu :
(1) Ahmad
(2) Alwi al-Khowash
(3) Umar al-Jufri, keturunannya di
Hajar

Waliyullah Abu Bakar al-Djufri bin


Muhammad wafat di kota Tarim
pada tahun 860 Hijriyah

Ahmad bin Abu Bakar al-Jufri,


mempunyai 2 orang anak laki:
(a) Abu Bakar (keturunannya
terputus)
(b) Muhammad Kuraikarih
Muhammad Kuraikarih bin Ahmad
bin Abu Bakar al-Jufri , mempunyai 2
orang anak bernama:
i) Abdullah (keturunannya terputus)
ii) Ahmad al-Kaf, wafat tahun 911 H,

KELUARGA AL-KAF

al-Kaf adalah keturunan waliyullah


Ahmad al-Kaf bin Muhammad
Kuraikarih bin Ahmad bin Abu Bakar
al-Djufri.

Gelar yang disandang mempunyai


dua versi:
1. Waliyullah Ahmad al-Kaf bin
Muhammad dapat mengalahkan
seseorang yang mengaku dirinya
jagoan yang mempunyai kekuatan
luar biasa. Kekuatan yang luar biasa
itu dalam bahasa Hadramaut disebut
” Kaf “.
2. Dalam suatu perkara di
pengadilan, hakim meminta
Waliyullah Ahmad al-Kaf bin
Muhammad menuliskan suatu kode.
Kode yang ditulis itu adalah huruf
Kaf maka sejak itu masyarakat
memanggilnya dengan gelar al-Kaf.
Waliyullah Ahmad bin Muhammad
al-Kaf wafat di Tarim tahun 911
Hijriyah.

Ahmad al-Kaf bin Muhammad


Kuraikarih bin Ahmad bin Abu Bakar
al-Jufri mempunyai 2 orang anak
(a) Abu Bakar, mempunyai empat
orang anak terputus keturunannya.
Sedangkan yang kelima adalah Salim
wafat di Tarim tahun 988 H,
keturunannya keluarga al-Kaf di
India, Zhufar, Marbath.
(b) Muhammad, mempunyai 2 orang
anak bernama:
- Ibrahim
- Ahmad.

Alwi al-Khowash bin Abu Bakar al-


Jufri, mempunyai 4 orang anak laki:
(a) Ahmad keturunannya terputus
(b) Muhammad
(c) Abdurahman, keturunannya di
Khuraibah, Madinah, Jeddah, Jawa.
(d) Abdullah Attarisi,

Abdullah Attarisi bin Alwi al-


Khowash bin Abu Bakar al-Jufri,
mempunyai 3 orang anak laki:
i) Abdurahman (keturunannya di
Tarim)
ii) Muhahammad
iii) Alwi

Alwi bin Abdullah Attarisi bin Alwi al-


Khowash bin Abu Bakar al-Jufri,
mempunyai 2 orang laki:
(a) Abdullah Jafran (keturunannya di
Tarisi)
(b) Syaichon (keturunannya keluarga
al-shofi al-Jufri di Jawa, Surabaya,
Tarisi)
KELUARGA AL-SHAFI AL-JUFRI

al-Shafi al-Djufri adalah keturunan


waliyullah Syaichan al-Shafi al-Djufri
bin Alwi bin Abdullah Attarisi bin
Alwi al-Chowas bin Abu Bakar al-
Djufri.

Gelar al-Shofi karena pada diri beliau


melekat sifat-sifat yang suci (Safail-
Qalbu) dan juga ayahnya memberi
nama sesuai dengan nama
leluhurnya al-Shafi.
Waliyullah Syaichan al-Shafi lahir di
kota Makkah, dikaruniai anak lelaki
yaitu Maqbul, Umar, Abdullah dan
Saleh al-Bahar.
Diantaranya meneruskan keturunan
beliau yaitu Umarz Abdullah dan
Saleh al-Bahar.
Waliyullah Syaichan As-Shafi wafat di
kota Makkah tahun 1089 H.

KELUARGA AL-BAHAR
Yang pertama kali digelari al-Bahar
adalah Waliyullah Saleh al-Bahar
ayah dari Habib Hasan al-Bahar.

Gelar yang disandang menurut al-


Syaich Abdullah bin Semir dalam
kitabnya Giladah al-Nahri yang berisi
manakib al-Habib Hasan bin Saleh al-
Bahar, menyatakan bahwa yang
pertama kali diberi gelar al-Bahar
adalah ayahnya, Soleh al-Bahar bin
Syaichan Al-Shofi bin Alwi bin
Abdullah Attarisi bin Alwi al-Chawas
bin Abu Bakar al-Jufri.
Gelar tersebut diberikan karena
tampaknya keramat beliau ketika
sering berlayar di laut. Di samping itu
gelar tersebut diberikan karena ilmu
beliau luas seperti luasnya laut.

Waliyullah Hasan Al-Bahar bin Soleh


dikarunia 5 orang anak laki yaitu :
Muhammad, Abdullah, Ja’far, Abdul
Kadir dan Soleh.

Muhahammad bin Abdullah Attarisi


bin Alwi al-Khowash bin Abu Bakar
al-Jufri, mempunyai 4 orang anak
laki:
1. Ali (keturunannya di India, Syihir)
2. Abu Bakar (keturunannya di Tarisi,
Zhufar)
3. Abdullah (keturunannya di Rida',
Hajar)
4. Abdurahman, wafat di Tarim
tahun 1307 H,

Abdurahman bin Muhahammad bin


Abdullah Attarisi bin Alwi al-
Khowash bin Abu Bakar al-Jufri
mempunyai 7 orang anak laki:
1. Abdullah (Keturunannya di Bihan,
Pahang, Makkah)
2. Abu Bakar (keturunannya di
Seiwun, Makkah Semarang)
3. Hadi (keturunannya Aal AlBahil di
Deli)
4. Shodiq (keturunannya di Tarisi,
Malabar)
5. Umar (keturunannya di Rahiyah,
Du'an, Ribath)
6. Alwi (keturunannya di Sagthra)
7. Muhammad (keturunannya di
India)
Abdurahman al-Asqo' bin Abdullah
bin Ahmad bin Ali bin Muhammad
bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam dikaruniai 5 orang
anak:
a) Abdullah
b) Ahmad keturunannya terputus
c) Abu Bakar
d) Umar
e) Muhammad al-Faqih, wafat di
tarim tahun 917 H,
Muhammad al-Faqih bin
Abdurahman al-Asqo' bin Abdullah
mempunyai 3 anak :
(1) Ahmad keturunannya terputus
(2) Abdullah shohib Syubaikah
(3) Abdurahman Bilfaqih, wafat di
Tarim tahun 969 H,

KELUARGA BILFAQIH

Bilfaqih ialah gelar yang dinisbahkan


kepada waliyullah Abdurrahman
Bilfaqih bin Muhammad Al-Faqih bin
Abdurrahman al-Asqo’ bin Abdullah
bin Ahmad bin Ali bin Muhammad
bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih

Gelar Bilfaqih didapat karena beliau


dikenal sebagai seorang ahli fiqih
dan mengikuti jejak ayahnya.

Salah satu keturunan Ahmad bin


Abdurahman Bilfaqih adalah Habib
Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih
Malang. Berikut ini merupakan
nasab dari Al-Imam Al-Habib
Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih bin
Imam Al-Habr Al-Quthb Al-Habib
Abdul Qadir Bilfaqih bin Imam Al-
Habib Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin
Umar bin Ahmad bin Abdurrahman
Bilfaqih bin Muhammad Al-Faqih.
Waliyullah Abdurrahman bin
Muhammad Bilfaqih wafat di kota
Tarim tahun 966 hijriyah.

Abdurahman Bilfaqih bin


Muhammad al-Faqih mempunyai 6
orang anak laki:
(a) Ali
(b) Abu Bakar keturunannya
terputus
(c) Alwi
(d) Muhammad
(e) Husein
(f) Ahmad

Dari enam orang anak laki yang


melanjutkan keturunan
Abdurahman Bilfaqih hanya dua
orang anak : Husein dan Ahmad.

Husein bin Abdurahman Bilfaqih bin


Muhammad al-Faqih, mempunyai 6
orang anak laki:
i) Abdurahman keturunannya
terputus
ii) Ali Ulwan
iii) Ahmad
iv) Abu Bakar,
v) Muhammad
vi) Umar

Muhammad bin Husein bin


Abdurahman Bilfaqih, mempunyai 2
orang anak:
(i) Alwi, keturunannya di Sagathra
(ii) Husein, keturunannya keluarga
al-Duwaiani di Du'an, Jawa
Ahmad bin Husein bin Abdurahman
Bilfaqih, mempunyai 4 orang anak:
1. Abu Bakar (keturunannya di India
2. Abdurahman (keturunannya
terputus)
3. Umar (keturunannya di Tarim)
4. Abdullah

Abdullah bin Ahmad bin Husein bin


Abdurahman Bilfaqih, mempunyai 3
orang anak:
a. Alwi (keturunannya terputus)
b. Abu Bakar (keturunannya di India)
c. Abdullah (anaknya Muhammad
dan Abdurahman)

Husein bin Ali bin Muhammad bin


Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam, mempunyai 4 orang
anak laki:
a) Ali
b) Muhammad (keturunannya
terputus)
c) Ahmad
d) Abdurahman al-Jazirah
Abdurahman al-Jazirah bin Husein
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam, wafat di Tarim tahun
884 H, anaknya:
1. Hasan keturunannya sedikit dan
terputus
2. Muhammad
3. Husein keturunannya di Thiryah
4. Ahmad al-Biedh, wafat di Syihir
tahun 945 H. Keturunannya keluarga
al-Biedh di Syihir, Ridah, Baijapur,
Aceh, Sawahil.

KELUARGA AL-BIEDH
Keluarga al-Biedh bernisbat kepada
datuk mereka waliyullah Ahmad al-
Biedh bin Abdurahman bin Husein
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad al-Faqih al-
Muqaddam.
Beliau dijuluki gelar al-Biedh karena
beliau seorang yang menekuni puasa
hari-hari putih, yaitu puasa pada hari
ketiga belas, keempat belas dan
kelima belas pada setiap bulan
Qamariyah. Puasa tersebut beliau
lakukan sebagai ittiba’ terhadap
Rasulullah saw.
Waliyullah Ahmad bin Abdurhamnan
Al-Biedh dikarunia dua orang anak
laki, bernama : Abdurahman dan
Makhrus.

Waliyullah Ahmad al-Biedh bin


Abdurahman wafat di Syihir pada
tahun 945 hijriyah.

Anda mungkin juga menyukai