Pendahuluan
Indonesia yang dominan dengan masyakarat muslim serta kaya dengan kergaman
suku dan budaya ternyata yang lebih banya jika dibandingankan dengan Negara-
Negara lain. Indonesia adalah Negara Muslim terbesar di dunia dan banyak
ulama-ulama didalammnya seperti ulama fiqih, hadist dan Al-Qur’an. Berangkat
dari tradisi local dan niali-nilai luhur didalamnya, para ulama khususnya ulama
yang mendalami Al-Qur’an ternyata memiliki kekhasan didalam menafsirkan AL-
Qur’an.
3
Aly Nur Qodim. Epistemologi Tafsir Pathok Negeri Karya K.H Aly As’ad, Skripsi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. hlm 27 Pdf
1
buat tidak serta merta dibuat begitu saja, meliankan dibuat untuk menjadi kitab
tafsir khas keraton Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana latar belakang penulisan kitab Tafsir Al-Qur’an Pathok
Negeri karya K.H Aly As’ad ?
b. Apa karakteristik kitab Tafsir Al-Qur’an Pathok Negeri karya K.H Aly
As’ad?
C. Pembahasan
Drs. KH Aliy As’ad, M.M lahir di kota Kudus, Jawa Tengah pada tanggal
16 Juli 1952 M. Beliau lahir dari pasangan Aliy As’ad dan Siti Nikmah dan
merupakan anak tunggal. Sejak kecil beliau sudah merasakan pendidikan di
pesantren. Pendidikan beliau bermula dari tahun 1964 dengan masuk di SDN
Kudus. Bersamaan dengan masuknya beliau di SDN Kudus, pada tahun itu juga
beliau masuk di Pondok Pesantren “Al-Qur’an” dan menjadi santri disana hingga
tahun 1969. Kemudian beliau melanjutkan ke sekolah tingkat menengah di PGN
pada tahun 1970-1976. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi tepatnya di fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
pada tahun 1976. Sembari menuntut ilmu di IAIN Sunan Kalijaga, beliau juga
menjadi santri di Pondok Pesantren “Al-Munawwir” Krapyak Yogyakarta, yang
mana pada kala itu diasuh oleh KH Ali Maksum.4
Setelah menyelesaikan pendidikan di fakultas Syari’ah IAIN Sunan
Kalijaga, beliau mencoba hal baru dalam bilang ilmu pengetahuan dengan
menterjemah kitab-kitab klasik yang banyak dikaji di pondok pesantren atau biasa
yang disebut dengan kitab kuning. Kitab-kitab yang beliau terjemahkan
4
Muhammad Khoas Rudin Sodik, Kalimat Efektif Dalam Buku Terjemahan Fath Al
Mu’in (Studi Kasus Bab “Sholat” dan “Zakat”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 53
(Pdf)
2
diantaranya adalah kitab Fatḥ al-Mu’īn karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz
Al-Malibary, kitab Ta’līm al-Muta’allim karya Burhanuddin az-Zarnuji, Ibnu Aqīl
(syarah Alfiyyah Ibnu Mālik) karya Ibnu Malik, Irsyād al-‘Ibād karya Syaikh
Zainuddin al-Malibary dan Tafsīr Jalalain karya Imam Jalaluddin al-Mahali dan
Imam Jalaluddin al-Suyuthi.5 Selain menterjemahkan kitab-kitab beliau juga
memberikan ḥarakat pada kitab-kitab tersebut untuk memudahkan bagi para
pembacanya.
Setelah menyelesaikan studinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
beliau melanjutkan studinya di UPB Surabaya jurusan Manajemen SDM dan lulus
tahun 2004. Selama menjadi mahasiswa, beliau juga aktif di berbagai organisasi,
baik organisasi di dalam kampus seperti GEJARSENA dan PMII, atau organisasi
kemasyarakatan seperti IPNU, GP ANSOR, NU, PPP, PKB, MUI dan KNPI.6
Kesibukan Aliy As’ad dalam berorganisasi tidak menghalangi beliau untuk
mengamalkan ilmunya. Hal ini bisa dilihat dari karir beliau yang berprofesi
sebagai pengajar. Dimulai dari beliau menjadi guru pengajar di Madrasah
Krapyak Yogyakarta 1971-1982. Wakil kepala sekolah Madrasah Krapyak
Yogyakarta pada tahun 1973-1975. Dosen bahasa di IAIN Yogyakarta pada tahun
1978-1983. Dan Dosen Pesantren Luhur dari tahun 1998 sampai beliau wafat pada
hari Rabu tanggal 3 Februari 20167.
Selain berprofesi sebagai pengajar, beliau juga pernah menjabat sebagai
Anggota DPRD Yogyakarta pada tahun 1982-1997 dan menjabat sebagai anggota
DPR pada tahun 1982-2004.8 Selain itu beliau juga pernah berkecimbung di dunia
politik dengan masuk partai politik PPP, PKNU dan PKB, malang melintangnya
beliau di dunia politik itu bukan karena kemauan beliau semata, melainkan atas
dorongan dan pengarahan dari guru-guru beliau dengan harapan agar beliau bisa
5
Robi’atul Adawiyah, Analisis Gramatikal terhadap Buku Terjemahan Fath al Mu’in
pada Bab Zakat Karya Syaikh Zainuddin, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 37. (Pdf)
6
Robi’atul Adawiyah, Analisis Gramatikal terhadap Buku Terjemahan ... hlm. 37.
7
Dari penuturan Chalwa Anjumi Tanauwar (32) yang merupakan putri dari Ali As’ad,
beliau meninggal dikarenakan infeksi paru-paru yang sebelumnya dirawat di RS Sartjito selama 15
hari. Ali As’ad dikebumikan di Masjid Sultoni Patuk Negoro, yang mana merupakan masjid dia
mengajarkan kitab tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari. Diakses dari Republika.co.id pada kamis
tanggal 21/3/ 2018 pukul 13.06 WIB
8
Robi’atul Adawiyah, Analisis Gramatikal terhadap Buku Terjemahan ... hlm. 37.
3
memperbaiki kondisi politik di Indonesia yang dikenal sangat jelek. Beliau
menyadari bahwa masuk dalam dunia politik itu merupakan hal yang sangat berat,
bahkan beliau sampai melarang putra-putrinya untuk berkecimpung di dalam
dunia politik.9
Dalam keluarganya sendiri, Aliy As’ad merupakan pemimpin keluarga
yang bijak, meskipun beliau aktivis di satu partai, tetapi beliau tidak memaksakan
anggota keluarganya untuk mengikuti partainya, bahkan untuk memilih calon
pemimpin beliau menyarankan untuk beristikharah, agar mendapatkan pemimpin
yang dapat mengayomi masyarakat, meskipun bukan dari partai yang diusung
oleh Aliy As’ad. Selain itu, beliau juga melanggengkan membaca QS al-Mulk
setelah subuh dan dilanjutkan dzikir Ya Lațīf sebanyak 100x untuk membentengi
dirinya dari segala kejelekan dan agar terkabulkan segala hajatnya.
Selain dalam bidang mengajar, keahlian beliau adalah dalam dunia
penerjemahan. Seperti yang dapat dilihat dari banyaknya kitab-kitab klasik yang
beliau terjemahkan yang telah disebutkan di atas. Beliau mulai memulai karir
dalam dunia penerjemahan sejak usia 20 tahun, pada saat itu beliau mulai belajar
menerjemahkan dengan cara otodidak, yaitu dengan belajar sendiri.10
4
b. Pendidikan Agama Islam untuk SD (1984-1994)
c. Tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari (2012-2014)
d. Juz ‘Amma dan Maknanya (2011)
Kitab tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari karya Drs. H Aliy As’ad, MM ini
pertama kali mulai ditafsirkan pada tahun 2012. Bermula dari adanya majlis
pengajian ibu-ibu Nisa’ al-Qurra yang diselenggarakan setiap hari jum’at ba’da
dzuhur di rumahnya daerah Ploso Kuning, Minomartani, Ngaglik, Sleman.
kemudian Aliy As’ad mempunyai pemikiran untuk membuat kitab tafsir yang
digunakan mengisi majlis tersebut. Tidak hanya sebatas itu, tujuan utama dari
pembuatan kitab tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari ini adalah untuk menciptakan
kitab tafsir Al-Qur’an yang bercorak kedaerahan untuk menunjukan identitas dari
Yogyakarta, karena pada waktu itu daerah Solo sudah memiliki kitab tafsir
sendiri.
Selain digunakan dalam majlis pengajian ibu-ibu Nisa’ al-Qurra, kitab ini
juga digunakan untuk materi pengajian bapak-bapak di masjid Pathok Negara
setiap hari jum’at malam, sehingga penamaan dari kitab ini dinisbatkan pada
masjid Pathok Negara di daerah Ploso Kuning, Minomartani, Ngaglik, Sleman.
Aliy As’ad mengajarkan langsung kitab ini pada waktu itu. Beliau
menafsirkan Al-Qur’an Pathok Nagari memulainya dengan menfsirkan surat al-
Fātiḥah yang beliau jelaskan dalam satu kitab pethilan (kitab pethilan 1),
kemudian menafsirkan QS Al-Baqarah dalam kitab pethilan 2 dan 3. Dalam
menafsirkan beliau membentuk tim dari para santrinya untuk membantu beliau
mengerjakan penafsiran Al-Qur’an Pathok Nagari. Tim yang dipimpin oleh Aliy
As’ad tersebut beranggotakan Fattah Yasin (Magelang), Wahid Ulum (Kudus)
dan dua anggota lagi yang penulis belum mendapatkan datanya.
5
Pernah kitab ini disowankan kepada Ngarso Ndalem agar diakui, bahwa
kitab ini merupakan kitab tafsir Al-Qur’an Khas Yogyakarta. Seperti kitab Tahlil
Hadiningrat yang telah diakui oleh Kasultanan, untuk menunjukan bahwa
penduduk Yogyakarta merupakan masyarakat muslim, yang di dalamnya tercakup
warga Nahdhiyin juga. Namun pada waktu itu, kebetulan Sri Sultan sedang tidak
ada dan sampai sekarang belum disowankan lagi kepada Ngarso Ndalem.
Ketika kitab ini hendak disowankan ke Ngarso Ndalem, kitab ini baru
selesai beberapa juz saja dan masih dalam bentuk draft kasar. Namun
penggarapan kitab ini masih berlanjut. Cara penafsirannya adalah dengan Aliy
As’ad menyuruh santrinya Fattah Yasin yang merupakan alumni dari Pondok
Pesantren Lirboyo, Kediri untuk memaknai Al-Qur’an dengan makna murod Jawa
dan Indonesia. Apabila Fattah tidak mengetahui maknanya, dia mencarinya di
kamus. Kemudian setiap pagi, selama 1-2 jam Fattah disuruh sorogan (setoran)
dari hasilnya memaknai sendiri untuk ditashih oleh Aliy As’ad dan juga
memberikan penafsiran pada ayat-ayat yang sekiranya perlu ditafsirkan (ayat-ayat
hukum yang sering digunakan di masyarakat). Fattah menuturkan bahwa Aliy
As’ad menafsirkan ayat tergantung dengan keinginan beliau, ketika memang ayat
itu perlu dijelaskan, maka beliau jelaskan.11
Tujuan dari penafsiran yang dilakukan dengan cara memaknai perkata ini,
menurut Aliy As’ad adalah supaya orang mengetahui makna asli perkata, tidak
hanya terjemahan yang disajikan dalam bentuk global seperti kitab Al-Qur’an
terjemahan pada umumnya. Penyajian seperti ini lebih dapat dipahami oleh para
pembacanya, dan yang paling menunjukan itu adalah makna pegon. Selanjutnya
dari makna pegon kemudian dimodifikasi lagi dengan makna jawa yang
menggunakan tulisan latin.12
11
Hasil wawancara dengan Fattah Yasin (30 th) yang merupakan santri Ali As’ad dan
juga sebagai salah satu anggota tim penyusun kitab Al-Qur’an Pathok Nagari, pada hari Ahad
tanggal 21/3/2018, pukul 10.30 WIB.
12
Hasil wawancara dengan Fattah Yasin (30 th) yang merupakan santri Ali As’ad dan
juga sebagai salah satu anggota tim penyusun kitab al-Qur’an Pathok Nagari, pada hari Ahad
tanggal 21/3/2018, pukul 10.30 WIB.
6
Proses penafsiran ini berjalan kurang lebih sekitar 3 tahun, yaitu sampai
pada tahun 2014. Hal ini karena Fattah Yasin, yaitu salah satu anggota yang
memaknai Al-Qur’an harus kembali pulang ke rumahnya di Magelang. Namun
sepulangnya dia ke rumah, proses pentashihan yang berupa sorogan masih
berjalan tapi hanya seminggu sekali. Setelah lama-kelamaan karena kesibukan
Fattah, proses penafsiranpun berhenti.
Sampai sekarang ini, dari draft kasar yang disusun oleh Aliy As’ad dan
timnya, yang telah di cetak adalah juz 1 yang terdiri dari 3 jilid atau yang disebut
dengan pethilan. Pethilan 1 hanya menafsirkan surat al-Fatihah saja, pethilan 2
menafsirkan QS. Al-Baqarah ayat 1-74, dan pethilan 3 menafsirkan QS. Al-
Baqarah ayat 75-141.
7
terjemahkan dengan menggunakan bahasa Jawa, kemudian dilanjutkan dengan
terjemahan menggunakan bahasa Indonesia. Setelah itu setiap lafal dimaknai
dengan menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Pemaknaan ini disusun dalam
bentuk tabel.
Setiap awal surat Aliy As’ad memberikan keterangan nama surat, tempat
turunnya surat (Makiyyah-Madaniyyah) dan jumlah ayat dalam surat tersebut.
Kemudian setelah selesai menterjemah dan menafsirkan ayat dan akan
melanjutkan pada ayat berikutnya, dia selalu memberikan keterangan lanjutan dari
surat yang ia tafsirkan dan ayat berapa saja yang hendak ia tafsirkan.
Berbeda dengan kitab pethilan 1, pada kitab pethilan 2 dan 3 penulis tidak
menemukan catatan keterangan yang panjang lebar dari kitab-kitab rujukannya
seperti pada kitab pethilan 1. Dalam kitab pethilan 2 dan 3 Aliy As’ad hanya
mencantumkan beberapa ayat untuk di terjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan
Indonesia, yang kemudian diuraikan perlafal beserta i’rabnya dengan bahasa Jawa
dan Indonesia juga dalam bentuk tabel. Fattah Yasin yang merupakan salah satu
anggota tim yang dibentuk oleh Aliy As’ad dalam menyusun kitab tafsir ini
menuturkan, bahwa sebenarnya proses penggarapan dari kitab Al-Qur’an Pathok
Nagari ini adalah dengan memaknai dan menterjemah terlebih dahulu Al-Qur’an
sebanyak 30 juz dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa, kemudian
13
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 1), (Yogyakarta: Masjid Pathok
Negara, 2012), hlm. 6.
8
setelah itu barulah akan ditafsirkan oleh Aliy As’ad. Namun belum selesai al-
Qur’an diterjemah semua, Aliy As’ad telah wafat terlebih dahulu.14
a. Al-Qur’an
َو َلَقْد آَتْيَناَك َس ْبًعا ِم َن اْلَم َثاِنى َو اْلُقْر َأَن اْلَعِظ ْيَم
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang Agung”
14
Hasil wawancara dengan Fattah Yasin (30 th) yang merupakan santri Ali As’ad dan
juga sebagai salah satu anggota tim penyusun kitab al-Qur’an Pathok Nagari, pada hari Ahad
tanggal 24 Februari 2018, pukul 19.30 WIB.
9
Selanjutnya dari ayat ini Aliy As’ad menjelaskan bahwa yang dimaksud
tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang adalah surat al-Fātihah yang terdiri dari
tujuh ayat. Disebut demikian karena surat al-Fātihah dibaca berulang-ulang ketika
sholat.15
b. Hadits
ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم، َاْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن َس ْبُع آَياٍت: َقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
يره عن أبيmmاقي و غmm َو ِهَي ُأُّم الِكَتاِب ( رواه البيه، َو ِهَي الَّسْبُع اْلَم َثاِنى َو اْلُقْر َأُن اْلَعِظ ْيُم، ِاْح َداُهَّن
) هريرة
Dari hadits ini, Aliy As’ad juga memaparkan bahwa al-Fātihah tidak
hanya disebut dengan al-sab’u al-maśāni saja tetapi disebut juga dengan Ummul
Kitāb (Induk Kitab) atau Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an). berdasarkan hadits
tersebut juga, ia setuju untuk memasukan bacaan basmallah dalam bagian surat al-
Fātihah.16
15
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 1), (Yogyakarta: Masjid Pathok Negara,
2012), hlm. 7
16
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 1).... hlm. 7
10
َاْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن
Artinya: “Pujian adalah inti dari syukur, siapapun hamba yang tidak
memuji Allah maka ia tidak bersyukur kepada-Nya” (HR Baihaqi dari
Ibnu Umar)
c. Akal (Ra’y)
Akal (ra’y) pada penafsiran Aliy As’ad merupakan unsur yang sangat
penting dalam menafsirkan kitab Al-Qur’an Pathok Nagari. Meskipun dua
sumber yang sebelumnya (Al-Qur’an dan Hadits) juga memiliki peran yang
sangat penting. Hal ini karena dengan pemikiran Aliy As’ad, dia dapat
menjelaskan dan mengkolaborasikan penjelasan dari Al-Qur’an dan Hadits,
sehingga penafsiran dari suatu ayat dapat dipahami secara utuh.
Peran akal yang digunakan Aliy As’ad untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an
ini, dikemukakan oleh Fattah Yasin yang merupakan salah satu santri Aliy As’ad
yang menjadi anggota tim penyusun kitab Al-Qur’an Pathok Nagari. Dia
mengutarakan bahwa ketika dia sorogan (menyetorkan) makna terjemahan Al-
Qur’an Pathok Nagari, Aliy As’ad menafsirkan sendiri ayat-ayat yang perlu
17
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 1).... hlm.. 10-11.
11
untuk ditafsirkan yang banyak digunakan di masyarakat. Fattah menambahkan
bahwa ayat-ayat yang beliau tafsirkan kebanyakan adalah ayat-ayat tentang
hukum (ayat al-ahkām).18 Penafsiran beliau yang seperti ini menunjukan bahwa
beliau menafsirkan ayat dengan melihat terlebih dahulu kondisi masyarakat di
sekelilingnya agar penafsirannya dapat diterima
Keterangan yang diambil dari Tafsīr Ibnu Kaśīr, dari hasil penelitian
penulis, bisa dijumpai pada kitab pethilan satu ketika menjelaskan surat al-
Fātihah dengan QS al-Hijr (15): 87:
َو َلَقْد آَتْيَناَك َس ْبًعا ِم َن اْلَم َثاِنى َو اْلُقْر َأَن اْلَعِظ ْيَم
18
Hasil wawancara dengan Fattah Yasin (30 th) yang merupakan santri Aliy As’ad dan juga
sebagai salah satu anggota tim penyusun kitab al-Qur’an Pathok Nagari, pada hari Ahad tanggal
20/3/2018, pukul 19.30 WIB.
19
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 1).... hlm. 7. Lihat juga Muhammad
Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I (Jakarta: Gema Insani, 2012), hlm. 44.
12
Penjelasan dengan ayat yang dipaparkan oleh Aliy As’ad dalam kitabnya
tersebut merupakan keterangan yang terdapat dalam kitab Ibnu Kaśīr, beserta
dengan penjelasannya.
ِصَر اَط اَّلِذ ْيَن َأْنَعْم َت َع َلْيِهْم َغْيِر اْلَم ْغ ُضْو ِب َع َلْيِهْم َو اَل الَّض اِّلْيَن
Artinya: “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka: bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat”.
Tafsirannya:
Nikmat Allah secara keseluruhan menurut Imam Baidlawi dalam
tafsirnya, dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu:
a. Nikmat Duniawi, dibedakan menjadi Wahabi (diberikan tanpa dengan
usaha) dan Kasabi (diberikan dengan adanya usaha). Yang Wahabi
dibedakan menjadi Ruhani dan Jasmani. Nikmat Ruhani adalah
semisal anugrah nyawa, akal, intelektual, akal spiritual, dsb. Nikmat
Jasmani adalah semisal anugrah badan, kemampuan melihat,
mendengar, makanan, minuman, dsb.
b. Nikmat Ukhrawi adalah ampunan atas dosa, rahmat dan ridlo-Nya
yang dilimpahkan sehingga manusia dimasukan ke dalam surga.
Termasuk nikmat Ukhrawi adalah syafaat para Nabi.
Nikmat Duniawi diberikan kepada semua manusia, mukmin maupun
kafir. Sedangkan nikmat Ukhrawi diberikan khusus kepada orang
mukmin kelak di akhirat.20
Namun dari data yang didapatkan penulis, kitab Al-Qur’an Pathok
Nagari juga merujuk pada kitab tafsir al-Ibrīz karya KH Bisri Musthofa.21 Ini bisa
dilihat dari segi pemaknaannya yang dilakukan setiap perkata, hanya saja makna
yang digunakan dalam kitab Al-Qur’an Pathok Nagari tidak menggunakan huruf
pegon tetapi dengan huruf latin, dan dalam bentuk sebuah tabel. Makna atau arti
20
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 1).... hlm. 17-18.
21
Hasil wawancara dengan Fattah Yasin (30 th) yang merupakan santri Aliy As’ad dan juga
sebagai salah satu anggota tim penyusun kitab al-Qur’an Pathok Nagari, pada hari Ahad tanggal
21/3/ 2018.
13
lafal yang menggunakan bahasa Jawa dikembangkan lagi dengan menambahkan
arti bahasa Indonesia. Seperti pada waktu memaknai QS al-Baqarah (2) :17-1822:
seperti orang
yang menyalakan
api
mangka nalikane wus madhangi opo geni َفَلَّم ا َأَض اَء ْت
akan sesuatu
22
Aliy As’ad, Al-Qur’an Pathok Nagari (Pethilan 2).... hlm. 20-22.
14
Allah
Alladziina
di dalam kegelapan
Alladziina.
juga bisu
juga buta
15
ya mereka itu
Sudah barang tentu didalam setiap kitab tafsir pada umumnya memiliki
kelebihan dan kekurangan didalam kitab kita tersebut. Dalam hal ini penulis akan
mencoba memaparkan kelebihan dan kekurangan dalam isi kitab Al-Qur’an Pathok
Nagari
Kelebihan
1. Kitab tersebut ditulis oleh K.H Aly As’ad yang bertujuan untuk
menjadikan kitab Al-Qur’an Pathok Nagari sebagai kitab tafsir Khas
Keraton Yogyakarta
2. Didalam pembahasan kitab tasfir tersebut beliau K.H Aly As’ad juga
mencantumkan beberapa kitab tafsir hal ini bertujuan sebagai rujukan
dalam menjelaskan kitab tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari.
3. Penafsiran yang dilakukan Aliy As’ad dengan cara vernekulasi dari
bahasa Al-Qur’an yang merupakan bahasa Arab menjadi bahasa Jawa,
sehingga dapat dipahami oleh orang-orang atau masyarakat yang ikut
dalam majlis pengajian tafsir Al-Qur’an Pathok Nagari
Kekurangan
1. Kitab tersebut ditulis dan dibukukan hanya juz satu itupun masih
mentah dan hanya surat Al-Fathihah saja yang sudah sempurna.
16
2. Kitab tersebut hanya bisa di dapatkan di masjid pathok negeri yang
terdapat di Ploso Kuning.
3. Untuk saat ini kitab tersebut tidak di jual belikan secara bebas karena
kitab tersebut masih belum sempurna secara keseluruhan.
Kitab tafsir Al-Qur;an Pathok Nagari bisa kita sebut sebagai kitab tafsir
yang jarang bisa kita jumpai dan dikaji dimanapun kita berada karena kitab
tersebut hanya bisa kita dapatkan di Masjid Pathok Nagari yang bertempat di
Melangi. Kitab Tafisr ini hanya bisa kaji ketika pengajian ibu-ibu dan bapak-
bapak di Masjid tersebut sehingga selain jam’ah pengajian tidak bisa mempelajari
kitab tafsir Al-Qur’an Pathoh Nagari karya K.H Aly As’ad.
Kesimpulan
17
Disamping merujuk pada kitab-kitab tafsir, K.H Aly As’ad dalam
menyusun kitab Al-Qur’an Pathok Negeri ini juga mencantumkan ayat-ayat
Makiyah dan Madanyyah. Tidak hanya itu beliau juga mencantumpakan lanjutan
dari ayat sebelumnya,
Daftar Pustaka
Qodim, Nur Aly. Epistemologi Tafsir Pathok Negeri Karya K.H Aly
As’ad, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pdf
18