Anda di halaman 1dari 12

METODE MEMBACA ALQURAN DENGAN AMTSILATI

Tugas Kelompok
Disusun guna memenuhi tugas individu
Mata Kuliah : PPI & BTA
Dosen Pengampu : Rahman AIandi, S. Ag, M. Si

Disusun oleh :

AriI Hidayat (082331024)
Aji Yuli Santoso (082331007)



Tarbiyah V/PAI-1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2010
2 [ P a g e


BAB I
PENDAHULUAN

Islam adalah sebuah agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Seperti
halnya agama lain Islam juga mempunyai kitab suci yang sakral yaitu Alquran. Alquran
diturunkan kepada nabi Muhammad dengan cara berangsur-berangsur. Dilihat dari bahasa
yang digunakan adalah bahasa dimana nabi Muhammad berada, yaitu bahasa Arab.
Islam menyebar keseluruh penjuru dunia. Dan tidak salah pemikiran Islam pun
berkembang. Mulai dari ajaran Islam itu sendiri setelah dikontekskan dengan sekitar, maupun
pelaIalan kitab suci alquran. Memang wajib seorang muslim dapat membaca alquran karena
dalam setiap ibadah kepada Allah SWT perlu menggunakan alquran yaitu dalam shalat.
Dalam shalat kita harus membaca ayat suci Al-Fatihah sebagai rukun shalat yang tidak boleh
ditinggalkan.
Dari situlah umat muslim berpikir mengenai metode pengajaran dan pembelajaran
alquran. Untuk dapat membaca alquran dengan baik dan benar banyak metode yang dipakai
yaitu metode albagdhadi, qiroati, iqra, dan sebagainya. Pada kali ini kita akan membahas
metode membaca huruI alquran dengan metode Amtsilati. Metode yang digunakan
kebanyakan pondok pesantren dalam membaca kitab kuning atau arab gundul. Memang kitab
kuning bukan bagian dari alquran melainkan kitab yang dikarang oleh ulama-ulama terkenal.
Namun dengan latar belakang yang menggunakan huruI arab maka diperlukanlah metode
yang disebut amtsilati tersebut.

[ P a g e

BAB II
PEMBAHASAN

A.Sejarah Ditemukannya Metode Amtsilati
Ada yang berlebihan menyebut bahasa Arab sebagai bahasa surga. Akan tetapi melihat
huruI-huruI yang kelihatan ruwet dalam kitab-kitab kuning atau kitab gundul itu orang
menjadi ngeri. Yang menakutkan lagi, jika orang ingin bisa berbahasa Arab harus
mengeram berlama-lama di pesantren, sampai tua dan tidak sempat menikah. Orang harus
belajar ilmu nahwu, memutar-mutar harakat sampai ngelu; harus belajar ilmu sharaI yang
menegangkan saraI, satu kata dibolak-balik menjadi puluhan kata, puluhan makna. Banyak
yang ketakutan bahwa bahasa Arab adalah bahasa tersulit di dunia.
Hal itulah yang menginspirasi TauIiqul Hakim, seorang kiai muda, untuk menyusun
metode pembelajaran kitab kuning secara cepat, tepat, dan menyenangkan. Metode itu
diberi nama Amtsilati yang terinspirasi dari metode belajar cepat membaca Al-Quran,
yakni Qiroati. Jika dalam metode Qiroati orang bisa belajar membaca Al-Quran dengan
cepat, maka dengan metode Amtsilati orang akan dapat membaca dan memahami kitab
gundul-kitab tanpa harakat, kenapa tidak!! Terbetiklah nama Amtsilati yang berarti
beberapa contoh dari saya yang sesuai dengan akhiran -ti dari Qiroati. Mulai tanggal 27
Rajab 2001, KH. TauIiqul Hakim merenung dan bermujahadah, dimana dalam thoriqoh
ada doa khusus, yang jika orang secara ikhlas melaksanakannya, insya Allah akan diberi
jalan keluar dari masalah apapun oleh Allah dalam jangka waktu kurang dari 4 hari. Setiap
hari saya lakukan mujahadah terus-terusan sampai tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan
dengan Nuzulul Quran.Saat mujahadah, kadang KH. TauIiqul Hakim ke makam Mbah
Ahmad Mutamakin. Di situ kadang seakan-akan berjumpa dengan Syekh Muhammad
Bahauddin An-Naqsyabandiyyah, Syekh Ahmad Mutammakin dan Ibnu Malik dalam
keadaan setengah tidur dan setengah sadar. Hari itu seakan-akan ada dorongan kuat untuk
menulis. Siang malam saya ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27 Ramadlan
selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan. Amtsilati tetulis hanya sepuluh
hari. Kemudian diketik komputer oleh Bapak Nur Shubki, kang Toni dan kang Marno.
Proses pengetikan mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati memakan waktu hampir 1 tahun.
Kemudian dicetak sebanyak 300 set. Sebagai Iollow up terciptanya Amtsilati, kami gelar
bedah buku di gedung Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Jepara, tanggal 16 juni 2002
diprakarsai Bapak Nur Kholis. Sehingga timbullah tanggapan dari peserta yang pro dan
kontra. Diceritakan, Salah satu dari peserta bedah buku di Jepara kebetulan mempunyai
kakak di Mojokerto yang menjadi pengasuh Pesantren. Beliau bernama KH. HaIidz
pengasuh pondok pesantren Manbaul Quran. Beliau berinisiatiI untuk menyelenggarakan
[ P a g e

pengenalan sistem cepat baca kitab kuning Metode Amtsilati, tanggal 30 Juni 2002. untuk
acara tersebut Bapak H. Syauqi Fadli sebagai donatur, menyarankan agar dicetak 1000 set
buku Amtsilati dan sekaligus untuk acara Hubbur Rosul di Ngabul Jepara. Dari
Mojokertolah dukungan mengalir sampai ke beberapa daerah di Jawa Timur melalui Iorum
yang digelar oleh Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang, Jember, dan Pamekasan
Madura. Sampai saat ini Amtsilati telah tersebar ke pelosok Jawa, bahkan sudah sampai ke
luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan Alhamdulillah telah dikenal di luar negeri,
seperti Malaysia. Dalam waktu 4 tahun kitab amtsilati sudah diterbitkan tidak kurang dari 5
juta exemplar. Kitab Amtsilati pertama kali digandakan dengan mesin Ioto copy. Hasil
penjualannya dipakai untuk menggandakan Amtsilati di mesin percetakan. Kemudian,
hasil penjualan selanjutnya digunakan untuk membeli mesin cetak sendiri. Setiap kali cetak
sejumlah 5000 ekslempar. Pegawai percetakan adalah masyarakat sekitar, termasuk ibu-ibu
rumah tangga.
Metode ini berkembang sangat berpenagruh dari penggagas metode ini yaitu KH.
TauIiqul Hakim. TauIiqul Hakim lahir pada 14 Juni 1975 di Sidorejo RT. 03 RW. 12
Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Dia adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara. Dia bukan
keterunan kiai atau bangsawan. Ayah dan ibunya hanya petani. Dari tujuh bersaudara
hanya dia yang berproIesi sebagai seorang guru, dan saat ini dia dikenal sebagai kiai. Hal
yang paling disesalinya adalah ketika ayahnya meninggal, dia tidak sempat ikut
mengantarkan jenazah ayahnya karena harus menyelesaikan tugas belajar. Dia adalah
alumnus Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Pati. Ketika menjadi siswa di Matholiul
Falah, dia juga nyantri di Pondok Pesantren Maslakhul Huda Kajen, yang diasuh oleh Rais
Aam PBNU KH. MA. Sahal MahIudh. Pada tahun yang sama dia nyantri di Popongan
Klaten, belajar Thariqah an-Nagsabandiyah dibimbing oleh KH. Salman Dahlawi, dan
dinyatakan lulus setelah belajar selama 100 hari. Selain sibuk mengajar dan mengisi
pelatihan-pelatihan Amtsilati di berbagai kota di Indonesia dia juga tetap produktiI
menulis. Di antara karyanya adalah Program Pemula Membaca Kitab Kuning: Amtsilati
jilid 1-5; Qaidati: Rumus dan Qaidah, ShorIiyah: Metode Praktis Memahami SharaI,
Tatimmah: Praktek Penerapan Rumus 1-2, Khulashah AlIiyah Ibnu Malik, Aqidati: Aqidah
Tauhid, Syariati: Fiqih, Mukhtarul Hadits 1-7, Muhadatsah, Kamus At-TauIik 587
halaman, Fiqih Muamalah 1-2, Fiqih Jinayat, Fikih Taharah, Fikih Munakahat, Fikih
Ubudiyah 1-2, dan beberapa kitab lainnya. Sudah ada sekitar 30 buku, dan masih terus
menulis. Pesantren Darul Falah yang dipimpinnya kini membimbing tidak kurang dari 650
santri. Santri Darul Falah ada dua kategori: santri tetap dan santri kilatan. Santri tetap harus
mengikuti semua aturan yang ada dalam program Amtsilati, sementara santri kilatan tidak
[ P a g e

diwajibkan banyak haIalan. Masa belajar bagi santri kilatan antara 1 minggu s.d. dua bulan
saja. Nama Al-Falah diambil dari nama pesantren Matholiul Falah, tempat dia pernah
menjadi santri. Secara tidak resmi, Darul Falah ada sejak TauIiqul Hakim lulus dari
Pesantren. Awalnya TuIiqul hakim menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua nadzam
atau syair dalam kitab AlIiyah yang disebut-sebut sebagai babonnya gramatikal arab itu
tidak semuanya digunakan dalam praktek membaca kitab kuning. Dia menyimpulkan
bahwa dari 1000 nazham AlIiyah yang terpenting hanya berjumlah sekitar 100 sampai 200
bait, sementara nazham lainnya sekedar penyempurna. Dengan bekal haIalan dan
pemahamannya terhadap kitab AlIiyah, dia mulai menyusun metode Amtsilati.
Penyusunan tersebut dia mulai dari peletakan dasar-dasarnya kemudian terus berkembang
sesuai kebutuhan. Amtsilati memberi rumusan berpikir untuk memahami bahasa Arab. Di
sana ada rumusan sistematis untuk mengetahui bentuk atau posisi satu kata tertentu. Hal ini
dapat dilihat pada rumus utama isim dan Iiil atau tabel. Lalu juga ada rumus bayangan
dhamr untuk mengetahui jenis atau kata tertentu; penyaringan melalui dzauq (sensitivitas)
dan siyqul kalm (konteks kalimat). Sebelum memasuki praktek, Amtsilati telah
memberi rambu-rambu mengenai kata-kata yang serupa tapi tak sama (homonimi:
homograIi, homoIoni). Kata-kata yang serupa ini bisa terjadi dari beberapa kemungkinan:
isim; Iiil madhi; Iiil mudhari; Iiil amar; isim Iiil; huruI; dhamr; isyrah; maushal; dan
lainnya. Rumus selengkapnya terangkum dalam buku Tatimmah 1 hal. 3-7, 10, 12, 15-34.
Kelebihan Amtsilati adalah peletakan rumus secara sitematis, dan penyelesaian masalah
gramatikal Bahasa Arab melalui penyaringan dan pentarjihan. Selain itu, rumus yang
pernah dipelajari diikat dengan haIalan yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu
Rumus Qaidati dan Khulashah AlIiyah. Diharapkan, para pemula tidak perlu bersusah-
susah mempelajari bahasa Arab selama 3 sampai 9 tahun; cukup 3 sampai 6 bulan saja.
1


B.Metode Amtsilati
1. Pengertian Metode Amtsilati
Secara lughowi metode dalam bahasa Arab disebut dengan istilah --= yang
berarti jalan, cara. Radliyah Zaenuddin mendeIisikan metode adalah rencana yang
menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi secara teratur, di mana tidak ada satu
bagian yang lain dan kesemuannya berdasarkan atas approach (pendekatan) yang telah
ditentukan sebelumnya (Radliyah Zaenuddin, 2005: 31). Dari deIinisi tersebut dapat

1
www.amtsilati.co.cc di akses tanggal 24 Desember 2010
[ P a g e

disebutkan bahwa metode merupakan suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan proses
pembelajaran.
Sedangkan Amtsilati berasal dari kata `~ yang artinya beberapa contoh dan akhiran
"ti" itu sendiri diambil dari kata Qira'ati. Jadi yang dimaksud metode Amtsilati yaitu
suatu alat, cara atau rencana yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi kitab
Amtsilati di mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada memperbanyak contoh dan
juga praktek dengan tujuan siswa mampu memahami Qawa`id dengan baik.
Kitab Amstilati merupakan kitab yang berisikan materi pelajaran yang terprogram
dengan penulisan sistematis untuk belajar membaca kitab kuning bagi pemula yang
dilaksanakan dengan intensiI dalam jangka 3-6 bulan. Kitab tersebut membahas tentang
Qawa'id (nahwu dan sharaI), di mana kitab tersebut disusun mengingat pentingnya belajar
ilmu Qawa'id (nahwu dan sharaI) serta sulitnya mempelajari ilmu tersebut. Penyusunan
kitab Amtsilati ini tidak lepas dari penyusunan metode Amtsilati.

2. Metode Pembelajaran Amtsilati
Model pembelajaran yang dilaksanakan dalam metode Amtsilati ini adalah model
pembelajaran klasikal. Model ini adalah model belajar secara berkelompok yang bertujuan
untuk menciptakan suasana kondusiI dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran
klasikal yang diterapkan dalam metode Amtsilati ini dengan cara membentuk kelompok
yang ditentukan sesuai dengan jilidnya masing-masing. Proses kegiatan mengajar pada
metode Amtsilati adalah sebagai berikut :
1) Mukadimah
a) Guru membuka majelis dengan Basmalah
b) Guru membimbing santri untuk membaca al-Fatihah untuk penyusunan dan
orang-orang yang membantu menyebarkan metode Amtsilati.
2) Penyajian materi
a) Sebelum mengajar, Guru memerintahkan kepada santri untuk mengulangi rumus
dan qa'idah sesuai dengan kebutuhan.
b)Guru memulai pelajaran dengan cara membaca judul, kemudian membacakan
contoh permasalahan yang ada tanda ( ), dengan memberikan keterangan
secukupnya.
c) Santri membaca semua contoh ayat 2x, bacan pertama lengkap tanpa waqaI sesuai
dengan nahwu, sedangkan bacaan kedua diwaqaIkan sesuai dengan tajwid.
d)Santri mengulangi keterangan yang ada di bawahnya dan membaca dasar baitnya
dengan melihat pada buku khulasoh.
e) Guru melanjutkan materi pada tabel di samping atau bawahnya dengan cara yang
sama seperti di atas.
I) Sebelum mengakhiri belajar, terlebih dahulu santri menghaIalkan rumus dan qaidah
sesuai dengan materi yang baru dipelajari.


[ P a g e

3) valuasi
a) Guru mengadakan evaluasi pada siswa atau santri secara bergiliran untuk membaca
ayat-ayat yang ada beserta dasarnya.
b) Guru menyuruh para santri untuk mengisi titik-titik dan ayat yang tidak berharakat
dengan lisan.
c) Guru memerintahkan para santri untuk mengerjakan latihan memberi makna secara
bersama.
d) Untuk mengetahui kwalitas tulisan santri, guru memberi PR atau menyuruh santri
menulis materi yang ada.
e) Guru memberikan kesempatan kepada santri untuk mengajukan pertanyaan yang
belum jelas.
4) Penutup
a) Guru menyampaikan kesimpulan dan kesan-kesan berupa penekanan pelajaran
yang baru disampaikan.
b) Guru menutup pelajaran dengan bacaan do'a dan hamdalah serta mengakhiri
dengan salam.

Dengan pembelajaran model klasikal ini, proses belajar mengajar berlangsung eIektiI
dan kondusiI, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Selain itu,
dengan jumlah kelompok yang ideal, seorang guru dapat memantau langsung kemampuan
santri masing-masing. Walaupun kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal,
tetapi pembelajaran ini lebih menekankan pada kemampuan individual dalam menguasai
kompetensi (materi) yang dipersyaratkan.
Dalam pembelajaran individual ini setiap santri diberi kesempatan untuk menguasai
Amtsilati sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. Dengan kata lain,
santri harus aktiI dalam mengikuti pelajaran serta tidak boleh bergantung pada orang lain.
untuk memperlancar PBM, tugas guru hanya mengarahkan, membimbing dan meluruskan
santri jika melakukan kesalahan dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, pembelajaran di sini juga sangat
memperhatikan perbedaan kemampuan santri dalam mengikuti PBM. Dalam hal ini,
misalnya seorang santri yang belajar Amtsilati dengan melihat atau membaca khulasoh.
Karena materi Amtsilati diperbanyak dengan contoh-contoh, maka dengan sendirinya
santri akan haIal materi pada khulasoh sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, adanya
kegiatan setoran khulasoh juga sangat mendukung bagi santri untuk cepat menghaIalkan
materi sesuai dengan kecepatan dan kemampuan mereka masing-masing.
Dengan demikian, ketika santri sudah menguasai materi yang telah disampaikan, maka
santri boleh mengajukan diri untuk dinilai (diuji) kompetensinya kapan saja bila mereka
telah siap. Hal ini akan menguntungkan santri yang memiliki kemampuan lebih (pandai)
karena ia boleh diuji lebih dulu setelah menguasai materi. Jika ia lulus, maka ia dapat
melanjutkan ke jilid selanjutnya sehingga ia dapat khatam lebih cepat dibandingkan santri
[ P a g e

yang lain. adapun untuk santri yang lamban dalam menerima pelajaran dan tidak lulus
ujian, ia berkesempatan untuk belajar lagi sampai ia dapat lulus pada jilid tersebut. Dengan
demikian ia akan matang dalam memahami materi pelajaran. Dari uraian di atas dapat
diIahami, bahwa pembentukan kelompok belajar dalam pembelajaran Amtsilati ini sangat
Ileksibel karena bagi mereka yang telah lulus ujian dapat pindah ke kelompok belajar yang
lain untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.
2


. Kelebihan Metode Amtsilati
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki metode Amtsilati ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Peletakan rumus disusun secara sistematis
b. Contoh diambil dari Quran dan Hadist
c. Siswa dituntut untuk aktiI, komunikatiI, dan dialogis.
d. Siswa dapat menjadi guru bagi teman-temannya.
e. Penyelesaian gramatika bahasa Arab melalui penyaringan dan pentarjihan.
I. Rumus yang pernah dipelajari diikat dengan haIalan yang terangkum dalam dua buku
khusus, yaitu rumus qa`idah dan khulasoh alIiyah.
3


. Kitab Metode Amtsilati
Kitab Amtsilati merupakan pelajaran yang terprogram dan dicetak dengan penyusunan
yang sistematis. Kesistematisan ini tercermin dalam penulisan materi yang mengarahkan
santri untuk mempelajari pembahasan demi pembahasan secara berkesinambungan dari
pembahasan yang sederhana menuju pembahasan yang lebih kompleks. Selain itu, kitab
Amtsilati juga dikemas dalam bentuk perjilid yang dilengkapi dengan himbauan dan
petunjuk mempelajari kitab Amtsilati. Dengan Iasilitas tersebut, santri dapat mempelajari
sesuai dengan urutan, kemampuan dan kecepatan pemahamannya masing-masing.
Kitab Amtsilati terdiri dari 5 jilid, jilid 1 terdiri dari empat bab, yaitu bab I tentang
HuruI Jer, bab II tentang Dhamir, bab III tentang Isim Isyarah (kata tunjuk) dan bab IV
tentang Isim Maushul (kata penghubung). Jilid 2 terdiri dari lima bab, yaitu mencakup bab
I tentang Alamat Ismi (tanda-tanda Isim), bab II tentang Anwaa`ul Ismi (macam-macam
Isim), bab III tentang Auzanu Ismi al Fa`il (wazan-wazan Isim Fa`il), bab IV tentang

2
Saepul Hidayatulloh, Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembelafaran Qawaid di Pondok Pesantren Al
Jauhariyah Sokarafa Lor Banyumas, Purwokerto, 2003. Skripsi STAIN Purwokerto. Hal. 24 - 53
3
Ibid. Hal. 53.
[ P a g e

Auzanu Ismi al MaI`ul (wazan-wazan isim maI`ul) dan bab V tentang Auzanul Mashdar
(wazan-wazan Isim Mashdar).
Kitab Amtsilati jilid 3 terdiri dari VI bab. Bab I membahas tentang Mubtadha, bab II
tentang An Nawasikh (yang mempengaruhi Mubtadha), bab III tentang Isim Ghairu
MunshariI (Isim tanpa Tanwin), bab IV tentang Isim al Musytaq (isim yang dibentuk dari
kata lain), bab V tentang Isim Mu`tal (isim cacat) dan bab VI tentang At Tawabi` (isim
yang mengikuti I`rab sebelumnya (Na`at/siIat, Taukid/penguat, AthaI/sambung,
Badal/pengganti). Jilid 4 terdiri dari IV bab, yaitu bab I tentang Fi`il madli (kata kerja
lampau), bab II tentang al Fa`il (pelaku), bab III tentang Auzanu al Madli al Mazid
(wazan-wazan Fi`il madli yang mendapatkan tambahan huruI) dan bab IV tentang
Pelengkap Kalimat.
Jilid 5 terdiri dari VI bab yang mencakup bab I membahas tentang Fi`il Mudhari` (kata
kerja yang menunjukkan masa sekarang atau masa yang akan datang), bab II tentang
Auzanu al Mudhari` al Mazid (wazan-wazan Fi`il Mudhari` Mazid), bab III tentang
Awamilu An Nawashib (yang menashabkan Fi`il Mudhari`), bab IV Awamilu al Jawazim
(yang menjazemkan Mudhari`), bab V tentang Fi`il Amr (Kata Perintah), dan bab VI
tentang Muhimmaat (qaidah-qaidah penting).
Kitab Amtsilati didukung dengan kitab Khulashoh alIiyah Ibn Malik sebagai pijakan
kaidah yang berisikan 183 bait nadzam yang diberi makna dengan huruI pegon (Arab
Jawa), terjemahan bahasa Jawa serta terjemahan bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah pemahaman bagi santri pemula, khususnya mereka yang belum
memahami bahasa jawa. Kitab lain sebagai pendukung Amtsilati adalah Qaidati (Rumus
dan Kaidah) dan SharIiyah (Metode praktis memahami SharaI dan I`lal). Qaidati adalah
intisari Amtsilati dari juz satu sampai juz lima dan dilengkapi petunjuk nadzman yang ada
pada kitab Khulashoh.
Kitab ini disusun guna para santri lebih mudah mengingat seluruh materi Amtsilati
yang terdapat dalam lima jilid tersebut tanpa harus membuka kembali satu persatu jilid.
Sedangkan SharIiyah digunakan sebagai pendamping Amtsilati mulai juz empat, yang
disusun dengan tabel sehingga apabila santri menemukan kata yang sulit dapat diperoleh
jalan dengan cara mengqiyaskan kata-kata sejenis. Target utama disusunnya kitab ini
adalah guna mengetahui perubahan kata baik lughawi maupun istilahi, di mana lughawi
untuk mengetahui jumlah dan jenis pelakunya sedangakan istilahi guna mengetahui
bentuk-bentuk lain yang sering digunakan.
10 [ P a g e

Kitab terakhir dari rangkaian kitab Amtsilati adalah kitab Tatimmah (Penerapan
Rumus). Kitab ini terdiri dari dua jilid dan ia merupakan kitab yang penting, karena berisi
tentang bagaimana menerapkan rumus-rumus yang telah dipelajari dalam Amtsilati itu.
4



4
Saepul Hidayatulloh, Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembelafaran Qawaid di Pondok Pesantren Al
Jauhariyah Sokarafa Lor Banyumas, Purwokerto, 2003. Skripsi STAIN Purwokerto. Hal. 47 - 49
11 [ P a g e

BAB III
PENUTUP

Metode Amtsilati adalah metode membaca arab gundul dan biasanya berada pada
kitab kuning yang diajarkan di pondok pesantren. Metode ini memiliki 5 jilid dalam materi
yang diajarkan kepada anak-anak. Selain lima jilid tersebut, ada beberapa kitab yang bisa jadi
rujukan lainnya sebagai pelengkap. Kitab tersebut antara lain Khulashoh alIiyah Ibn Malik
sebagai pijakan kaidah yang berisikan 183 bait nadzam yang diberi makna dengan huruI
pegon, Qaidati (Rumus dan Kaidah) dan SharIiyah (Metode praktis memahami SharaI dan
I`lal), Tatimmah (Penerapan Rumus). Kitab ini terdiri dari dua jilid.
Sedangkan cara penerapan dalam pembelajarannya menggunakan metode klasikal
yaitu dengan menggunakan 4 langkah dalam setiap pembelajarannya. Mukadimah yaitu guru
membuka majlis ; penyajian materi terdiri dari mengulangi rumus dan kaidah sesuai
kebutuhan, santri membaca contoh ayat 2x lengkap dengan wakaI dan nahwu selanjutnya
dengan tajwid dan menghaIalkannya; evaluasi yaitu berupa evaluasi masing-masing santri,
memberikan makna secara bersama, menyuruh untuk menulis materi yang telah diajarkan,
dan memberikan kesempatan bertanya; penutup berupa menyampaikan kesimpulan, dan
kesan-kesan penekanan terhadap yang baru disampaikan, dan ditutup dengan hamdalah lalu
salam.

12 [ P a g e

Daftar Pustaka

.amtsilati.co.cc diakses 24 Desember 2010 pukul 21.45 di Ceriwiz.net
Hidayatulloh, Saepul. 2003. Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembelafaran
Qawaid di Pondok Pesantren Al Jauhariyah Sokarafa Lor Banyumas. Skripsi STAIN
Purwokerto : Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai