Anda di halaman 1dari 17

Home Puisi Dan Syair Syair Kematian Al-Ghazali Syair Kematian Al-Ghazali Posted by

Faishal Syams on October 4, 2011 1 Al Ghazali Memberikan Online Shop Twitter for business
kematian1 Syair Kematian Al Ghazali Sedarlah, Wahai orang yang tertipu! Mengapa kamu masih
riang bermain, terlena dengan angan-angan. Padahal ajal di depan matamu! Bukankah kamu
mengetahui bahwa ambisi manusia adalah lautan luas tak bertepi. Bahteranya adalah dunia.
Maka berhati-hatilah jangan sampai karam! Yakinlah! Bahwa kematian pasti menjengukmu
bersama segala kepahitannya. Ingatlah detik-detik itu, ketika kamu memberikan wasiat,
sedangkan anak-anak yang bakal menjadi yatim Dan ibunya yang akan kehilangan suami tercinta
menangis pilu berlinang air mata. Ia tenggelam dalam lautan kesedihan, seraya memukul-mukul
wajahnya. Disaksikan para lelaki, padahal sebelumnya ia adalah mutiara yang tersimpan rapi.
Kemudian setelah itu, dibawalah kain kafan kepadamu. Akhirnya! Diiringi isak tangis dan derai
air mata, Jasadmu dikebumikan [Dipetik dari: Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Jenazah,
Abdur Rahman bin Abdullah Al Ghaits. Penerjemah: Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari. Penerbit:
At-Tibyan, Solo. Cet.Pertama, September 2000, hal.57]
Sumber: http://www.2lisan.com/1355/syair-kematian-al-ghazali/#.UPiwsWfQV8o
Puisi Terakhir Imam Al Ghazali

Katakan pada para sahabatku, ketika mereka melihatku mati,


menangis untukku dan berduka bagiku.
Janganlah mengira bahwa jasad yang kau lihat ini adalah aku.
Dengan nama Allah, kukatakan padamu, ini bukanlah aku,
Aku adalah jiwa, sedangkan itu hanyalah selonggok daging.
Jasad itu hanyalah rumah dan pakaianku sementara waktu.
Aku adalah harta karun, azimat yang tersembunyi,
Dibentuk oleh debu, yang menjadi singgahsanaku,
Aku adalah mutiara, yang telah meninggalkan rumahnya,
Aku adalah burung, dan badan ini hanyalah sangkarku.
Dan kini aku lanjut terbang dan badan ini kutinggal sebagai kenangan.
Puji Tuhan, yang telah membebaskan aku.
Dan menyiapkan aku tempat di syurga tertinggi,
Hingga hari ini, aku sebelumnya mati, meskipun hidup di antaramu.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dan pakaian kuburku telah ditanggalkan.
Kini aku berbicara dengan para malaikat di atas,
Tanpa hijab, aku bertemu muka dengan Tuhanku.
Aku melihat Lauh Mahfuz, dan di dalamnya aku membaca
Apa yang telah, sedang dan akan terjadi.

Biarlah rumahku runtuh, baringkan sangkarku di tanah,


Buanglah sang azimat, itu hanyalah sebuah kenang-kenangan, tidak lebih
Sampingkan jubahku, itu hanyalah baju luarku,
Letakkan semua itu dalam kubur, biarkanlah terlupakan
Aku telah melanjutkan perjalananku dan kalian semua tertinggal.
Rumah kalian bukanlah tempatku lagi.
Janganlah berfikir bahawa mati adalah kematian, tidak,
itu adalah kehidupan,
Kehidupan yang melampaui semua mimpi kita di sini,
Di kehidupan ini, kita diberikan tidur,
Kematian adalah tidur, tidur yang diperpanjangkan
Janganlah takut ketika mati itu mendekat,
Itu hanyalah keberangkatan menuju rumah yang terberkati ini
Ingatlah akan ampunan dan cinta Tuhanmu,
Bersyukurlah pada kurnia~Nya dan datanglah tanpa takut.
Seperti aku yang sekarang ini, akan berlaku juga kepadamu
Kerana aku tahu kau dan aku adalah sama
Jiwa-jiwa yang datang dari Tuhannya
Badan-badan yang berasal sama
Baik atapun jahat, semua adalah milik kita
Aku sampaikan pada kalian sekarang pesan yang menggembirakan
Semoga kedamaian dan kegembiraan Allah menjadi milikmu selamanya.

Kata-kata Imam Al Ghazali


Ibadah dan pengetahuan sambil makan haram adalah seperti konstruksi pada kotoran. (Imam
Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang
kadang-kadang
membantu
saya
dan
kadang-kadang
menentang
saya.
(Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Barangsiapa yang memilih harta dan anak anaknya daripada apa yang ada di sisi Allah,
niscaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam jam lamanya untuk mengumpulkan harta
kerana ditakutkan miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Barangsiapa yang meyombongkan diri kepada salah seorang daripada hamba hamba Allah,
sesungguhnya ia telah bertengkar dengan Allah pada haknya. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Berani adalah sifat mulia kerana berada di antara pengecut dan membuta tuli. (Imam Al
Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Pemurah itu juga suatu kemuliaan kerana berada di antara bakhil dan boros. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Bersungguh sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan
kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Cinta merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah harus dipelihara dan dipupuk,
suburkan dengan shalat serta ibadah yang lainnya. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Ciri yang membedakan manusia dan hewan adalah ilmu. Manusia adalah manusia mulia yang
mana ia menjadi mulia kerana ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan
penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan menampakkan sikap angkuh dan sombong. (Imam
Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Ilmu itu kehidupan hati daripada kebutaan, sinar penglihatan daripada kezaliman dan tenaga
badan daripada kelemahan. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali
Yang paling besar di bumi ini bukan gunung dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal
dikendalikan maka kita akan menjadi penghuni neraka. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Kita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan
hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk

mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat, tentu kita
akan bisa. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan


kehendak yang berlebih-lebihan. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Kalau besar yang dituntut dan mulia yang dicari,maka payah melaluinya, panjang
jalannya dan banyak rintangannya. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Jadikan kematian itu hanya pada badan kerana tempat tinggalmu ialah liang kubur dan
penghuni kubur sentiasa menanti kedatanganmu setiap masa. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Pelajari ilmu syariat untuk menunaikan segala perintah Allah SWT dan juga ilmu akhirat
yang dapat menjamin keselamatanmu di akhirat nanti. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu
adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. (Imam Al Ghazali)
Kata-kata Imam Al Ghazali

Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan
merambah ke segala hal. (Imam Al Ghazali)
Puisi Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Posting kita pada kali ini ialah tentang puisi kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Allah menyebut kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai manna, karunia yang besar, bagi
orang-orang mukmin (QS Ali Imran: 164). Allah juga menyebut kedatangan Nabi Muhanmmad
SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS Al Anbiya: 107). Sementara di ayat lain Allah
berfirman,

Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmatNya itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (QS Yunus:
58)

Itulah sebabnya mengapa umat Islam selalu mengadakan acara khusus di bulan Rabi Al Awal,
bulan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Berikut adalah kutipan syair dalam bacaan maulid Shimtud Durar karangan Al Habib Ali bin
Muhammad bin Husain Al Habsyi, ketika sampai kisah detik-detik kelahiran Nabi Muhammad
SAW.

Alam bersinnar-seminar bersuka ria


Menyambut kelahiran Al Mustafa Ahmad
Riang gembira meliputi penghuninya
Sambung menyambung tiada hentinya

Kini wajiblah bersuka cita


Dengan keberuntungan terus menerus tiada habisnya
Manakala kita beroleh anugerah
Padanya terpadu kebanggaan abadi

Bagi Tuhanku segala puji


Tiada bilangan mampu mencakupnya
Atas penghormatan dilimpahkanNya bagi kita
Dengan lahirnya Al Mustafa Al Hadi Muhammad

Ya Rasulullah, selamat datang ahlan wa sahlan


Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu

Ya Ilahi, Ya Tuhanku

Semoga Engkau berkenan memberikan nikmat karuniaMu


Menyampaikan kami ke tujuan idaman
Demi ketinggian derajat Rasul di sisiMu

Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh


Agar dengannya kami bahagia beroleh kebaikan yang melimpah
Rabbi, demi kedudukan mulianya di sisiMu
Tempatkanlah kami di sebaik-baik tempat di sisinya

Semoga shalawat Allah meliputimu selalu


Rasul termulia Muhammad
Serta salam terus menerus
Silih berganti setiap saat

Sebuah Jaket Berlumur Darah


Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan Selamat tinggal perjuangan
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.

Syair Orang Lapar


Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.

Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.

Salemba
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini.
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani.

Memang Selalu Demikian, Hadi


Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi.
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi.
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi.

Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua


Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
Taufik ismail

Puisi Negeri Debu


Negeri Debu

Duka sebegitu tajam tergores di langit ini,


sayap kupu-kupu tak bisa membawa beban debu,
juga sapu lidi terlalu pendek untuk menyapu.
Sehektar puing yang dititipkan gempa kepadamu,
ini wilayah angin, bisik daun pada
sebutir debu. dan debu itu memang
tak pernah melihat onggokan bukit kapur di sana,
kecuali rumah-rumah yang rebah
ditidurkan angin.

Sebatas mana rentang tanganmu ketika


gelombang memindahkan perahumu ke jalan raya?,
atau ketika langit jadi hitam oleh gerhana,
atau ketika sebuah menara bergeser karena gempa?
Kita akan kembali ke dalam keabadian
melalui liku-liku dalam riset waktu,
tak mudah kita menemukan ujung benang
dalam rajutan alam, tak mudah kita
memintal benang jadi gelas bagi air.
Puisi Negeri Debu By: Endang Supriadi

DENGAN PUISI AKU


(Taufiq ismail)

Dengan puisi aku bernyanyi


Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbaur cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Napas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya

Doa Sehelai Daun Kering Puisi Karya Emha Ainun Nadjib


Janganku suaraku, ya Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian

Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir


Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu mashum dan aku bergelimang hawa
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu
MH Ainun Najib

Kupanggil Namamu (WS. Rendra)


Sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengarku?
Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.
Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.
Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan ?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal yang besar saja.
Seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak
Aku tak bisa kembali.
Sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan Prawan.
Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku.

Makna Sebuah Titipan (WS. Rendra)


Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan

Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah
Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja

Puisi/Sajak WS. Rendra, Orang-orang Miskin


Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.

Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,


mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,


bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Jangan Takut Ibu (Ws. Rendra)


Matahari musti terbit.
Matahari musti terbenam.
Melewati hari-hari yang fana
ada kanker payudara, ada encok,
dan ada uban.
Ada gubernur sarapan bangkai buruh pabrik,
Bupati mengunyah aspal,
Anak-anak sekolah dijadikan bonsai.
Jangan takut, Ibu!
Kita harus bertahan.
Karena ketakutan
meningkatkan penindasan.
Manusia musti lahir.
Manusia musti mati.
Di antara kelahiran dan kematian
bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki,
serdadu-serdadu Jepang memanggal kepala patriot-patriot Asia,
Ku Klux Klan membakar gereja orang Negro,
Terotis Amerika meledakkan bom di Oklahoma
Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi,
di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh,
serdadu Inggris membantai para pemuda di Irlandia,
orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman.
Jangan takut, Ibu!
Jangan mau gigertak.

Jangan mau diancam.


Karena ketakutan
meningkatkan penjajahan.
Sungai waktu
menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang meranggas.
Keringat bumi yang menyangga peradaban insane
Menjadi uranium dan mercury.
Tetapi jangan takut, ibu!
Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati.
Rasi Bima Sakti berzikir di dahi.
Aku cium tanganmu, Ibu!
Rahim dan susumu adalah persemaian harapan.
Kekuatan ajaib insan
Dari zaman ke zaman.
(Hamburg, 30 September 2003)

Yang Tak Menarik dari Mati


Yang tak menarik dari mati
adalah kebisuan sungai
ketika aku
menemuinya.
Yang menghibur dari mati
adalah sejuk batu-batu,
patahan-patahan kayu
pada arus itu.

Gunawan Muhammad

Tentang Maut
Di ujung bait itu mulai tampak sebuah titik
yang kemudian runtuh, 5 menit setelah itu.
Di ujung ruang itu mulai tampak sederet jari
yang ingin memungutnya kembali.
Tapi mungkin
itu tak akan pernah terjadi.

Ini jam yang amat biasa: Maut memarkir keretanya


di ujung gang dan berjalan tak menentu.
Langkahnya tak seperti yang kau bayangkan: tak ada gempa, tak ada hujan asam, tak ada parit
yang meluap.
Hanya sebuah sajak, seperti kabel yang putus.
Atau hampir putus.
Gunawan Muhammad

Anda mungkin juga menyukai