Anda di halaman 1dari 23

WUDHU: secara bahasa, bila dibaca dhammah artinya melakukan wudhu'.

Dibaca fathah
(WADHU'): air wudhu. Secara syari'at ialah menggunakan air yang suci (memenuhi syarat)
untuk membersihkan anggota-anggota tubuh tertentu yang sudah diterangkan berdasarkan Al-
Qur'an dan Al-Hadist.

DASAR-DASAR PERINTAH WUDHU'

1. Al-Maidah (5): 6. Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata-kaki,...

2. Al-Hadist: HSR (Hadist Sahih Riwayat) Bukhary-Fathul Baary, I:206; Muslim, no. 225) Dari
Abu Hurairah, Rasulullooh saw bersabda: Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara
kamu apabila ia berhadats, sehingga ia berwudhu'.

3. Al-Hadist: HSR-Muslim, I:160). Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullooh
saw bersabda: Allah tidak akan menerima sholat (orang) yang tidak bersuci dan tidak menerima
shodaqah dari hasil penipuan (khianat).

4. Al-Hadist: HSR Abu Dawud, no. 3760; Tirmidzi, no. 1848 (Hasan-Sahih) dan Nasa'i I:73).
Dari Ibnu Abbas, telah bersabda Rasulullooh saw: Hanyalah aku diperintah berwudhu', apabila
aku hendak sholat. (Hadis ini disahihkan oleh Muh.Nashiruddin Al-Albany dalam "Sahih
Jaami'us Shaghiir, no. 2333).

5. Al-Hadist: HSR Abu Dawud, no.60; Tirmidzi, no.3; Ibnu Majah no.275). Dari Abu Sa'id,
telah bersabda Rasulullooh saw: Kunci sholat adalah bersuci, tahrimnya adalah takbir dan
tahlilnya adalah salam. (Disahihkan oleh MNA-A dam "Sahih Jaami'us Shaghiir, no. 5761).

MANFAAT WUDHU

1. HSR-Muslim, I:1151.dan Mukhtaashar Muslim, no.133. Dari Abu Hurairah r.a., telah
bersabda Rasulullooh saw: Maukah aku tunjukkan kepada kalian beberapa hal yang dengan itu
Allah akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat

kalian? Mau Ya Rasulullooh, ujar mereka. Sabda beliau: yaitu menyempurnakan wudhu' ketika
dalam keadaan sulit, sering melangkah menuju ke Masjid (untuk sholat berjama'ah), dan
menunggu sholat (berikutnya) sesudah selesai mengerjakan sholat, yang demikian itu adalah
perjuangan (Sahih MuslimI:151).

2. HSR Muslim, I:148 dan Mukht.Muslim no. 121. Dari Abu Hurairah, Rasulullooh bersabda:
Apabila seorang hamba Muslim(mu'min) berwudhu, lalu ia mencuci wajahnya, maka akan keluar
dari wajahnya setiap dosa yang pernah ia lihat (yang haram) dengan matanya bersamaan dengan
air atau bersama tetesan air yang terakhir; bila ia mencuci kedua tangannya, keluar dari kedua
tangannya setiap dosa yang pernah dilakukan oleh kedua tangannyabersamaan dengan air atau
tetesan air yang terakhir. Dan bila ia mencuci kedua kakinya, akan keluar dosa-dosa yang
dilakukan oleh kedua kakinya bersamaan dengan air atau bersamaan dengan tetesan air yang
terakhir, hingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.

3. HSR Ahmad,V:252. Dari Abu Umamah, telah bersabda Rasulullooh saw: Apabila seorang
muslim berwudhu' maka akan keluar dosa-dosanya dengan sebab mendengar, melihat, dari
tangannya dan dari kedua kakinya. Apabila ia duduk (menanti sholat), ia masuk dalam keadaan
diampuni dosa-dosanya. Hadis ini dihasankan dalam "Sahih Jami'us Shaghiir, no.461.

4. HSR Muslim I:140. Dari Abu Malik Ay'ariy, telah bersabda Rasulullooh saw.: Bersuci itu
sebagian dari iman, alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallooh dan alhamdulillaah
keduanya akan memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya, shodaqoh adalah bukti,
shobar adalah sinar, dan Al-Qur'an adalah hujjah atasmu atau bagimu.

5. HSR Muslim III:133. Dari Usman ra., telah bersabda Rasulullooh saw: Barangsiapa yang
berwudhu, lalu ia sempurnakan wudhunya, niscaya akan keluar dosa-dosanya dari tubuhnya,
sampai keluar (dosa-dosa) dari bawah kuku-kuku jarinya.

URUTAN WUDHU’

1. N I A T. Niat artinya sengaja dengan penuh kesungguhan hati untuk mengerjakan wudhu'
semata-mata karena menaati perintah Allah SWT dan Rasulullooh Muhammad saw. Ibnu
Taimiyah berkata tempat NIAT adalah dihati bukan di lisan (ucapan) dalam semua masalah
ibadah. Dan seandainya ada yang mengatakan bahwa lisannya berbeda dengan hatinya, maka
yang diutamakan adalah apa yang diniatkan dalam hatinya dan bukanlah yang diucapkan. Dan
seandainya seorang berkata dengan ucapannya yang niatnya tidak sampai kehati maka tidaklah
mencukupi untuk ibadah, karena niat adalah kesengajaan dan kesungguhan dalam hati.
(Majmuu'atir-Rasaa-ilil-Kubro:I:243). Rasulullooh menerangkan: Dari Umar bin Khotab, ia
berkata, Telah bersabda Rasulullooh saw:"Sesungguhnya segala perbuatan tergantung kepada
niat, dan manusia akan mendapatkan balasan menurut apa yang diniatkannya. (lanjutan hadiest

tsb."Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah
dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena keduniaan yang hendak diperolehnya atau
disebabkan karena wanita yang hendak dikawininya, maka hijrahnya itu adalah karena tujuan-
tujuan yang ingin dicapainya itu). HSR (Hadiest Sahih Riwayat Bukhory, Fathul Baary I:9;
Muslim, 6:48).
2. TASMIYAH (membaca Basmallah). Dari Abu Hurairoh ra., ia berkata: Telah bersabda
Rasulullooh saw: "Tidak sempurna wudhu' bagi yang tidak menyebut nama Allah padanya (HR.
Ibnu Majah 339; Tirmidzi 26; Abu Dawud 101). Kata Syaikh Al-Albany: Hadist ini SAHIH.
Lihat Shahih Jami'us Shoghiir, no. 7444. Katanya, hokum TASMIYAH adalah wajib. Juga
pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad dan Syaukany, Insya Allah ini yang benar. Walloohu
a'lamu (Lihat Tamaamul minnah fii tahriiji fiqhis Sunnah, p. 89 dan As-Sailul Jiraar, I:7677).
Hadist ini juga ditulis dalam Ahmad, 2:418; Hakim 1:146; Baihaqi 1:43 dan Daraquthny p.29.
Dari Anas ra. ia berkata: sebagian para sahabat Nabi saw mencari air untuk berwudhu', lalu
Rasulullooh bersabda: "Apakah ada di antara kalian orang yang mempunyai air (membawa air)?
Kemudian beliau meletakkan tangannya ke dalam air tsb. seraya berkata: BERWUDHU' LAH
kalian dengan membaca BISMILLAH (Wa yaquulu tawadh-dho-uu BISMILLAAHI) (lanjutan
hadistnya.. lalu aku melihat air keluar dari jari-jari tangannya, hingga mereka berwudhu'
(semuanya) sampai orang terakhir berwudhu'. Kata Tsabit: Aku bertanya kepada Anas: Berapa
engkau lihat jumlah mereka? Kata Anas: kira-kira jumlahnya ada tujuh puluh orang. (HSR.
Bukhory I:236; Muslim 8: 411 dan Nasa'i No.78)

3. Mencuci kedua Telapak Tangan. Dari Humran bin Abaan, bahwasanya "Usman minta
dibawakan air untuk wudhu', lalu ia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian ia
berkata: "Aku melihat Rasulullooh saw. berwudhu seperti wudhu' saya ini (lihat HSR. Bukhary
dalam Fathul Baary I:259 no.159;160; 164; 1934 dan 6433 dan Muslim 1:141) Dari Abu
Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasulullooh saw. Bila salah seorang diantaramu bangun
tidur, janganlah ia memasukkan tangannya kedalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali,
karena ia tidak tahu dimana tangannya itu bermalam (HSR. Bukhary, Fathul Baary, 1:229).
Hadist yang bunyinya mirip tetapi dari jalur lain yaitu Abdullah bin Zaid (lihat HSR Bukhary,
Fathul Baary 1:255 dan Muslim 3:121). JUga dari Aus bin Abi Aus, dari kakeknya (HSR Ahmad
4:9 dan Nasa'i 1:55).

4. Berkumur-kumur (Madhmadhoh) dan menghirup air kehidung (Istinsyaaq) Dari Abdullah bin
Zaid al-Anshori, ketika diminta mencontohkan cara wudhu' Rasulullooh saw hingga ia berkata:
"Lalu ia (Rosulullooh saw.) berkumur-kumur dan menghirup air kehidung dari satu telapak
tangan, ia lakukan yang demikian tiga kali (HSR. Bukhary dan Muslim /lihat dari hadist-hadist di
nomor 3). Dari Amr bin Yahya, ia berkata: Lalu ia berkumur-kumur dan menghirup air
kehidung dan menyemburkan dari tiga cidukan (HSR Muslim 1:123 dan 3:122).

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kamu
berwudhu,maka hiruplah air kehidung kemudian semburkanlah (HR Bukhary, Fathul Baary
1:229; Muslim 1:146 dan Abu Dawud no.140). Dari Laqith bin Shobroh, ia berkata: Ya
Rasulullooh! Beritahukanlah kepadaku tentang wudhu'! Beliau bersabda: "sempurnakanlah
wudhu', menggosok sela-sela jemari dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air kehidung,
kecuali kalau kamu berpuasa". (HR. Abu Dawud no.142; Tirmidzi 38; Nasa'i 114 dan Ibnu
Majah no.407). Hadist ini disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-
Dzahabi dan disahihkan juga oleh Nawawy (Lihat Ta'liq atas Syarah Sunnah lil Imam Al-
Baghowy, 1:417). Dari Abdu Khoir, ia berkata: Kami pernah duduk memperhatikan Ali ra. yang
sedang berwudhu', lalu ia memasukkan tangan kanannya yang penuh dengan air dimulutnya
berkumur-kumur sekaligus menghirup air kedalam hidungnya, serta menghembuskannya dengan
tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian ia berkata, barangsiapa yang senang
melihat cara bersucinya rasulullooh saw. maka inilah caranya (HR Ad-Daarimy 1:178). Kata Al-
Albany sanadnya shahih (lihat Misykaatul Mashaabih 1:129 no.411).

5. Membasuh muka. Batas Muka meliputi, mulai dari tempat tumbuhnya rambut dikepala sampai
kejenggot dan dagu, dan dari samping mulai dari tepi telinga sampai tepi telinga berikutnya.
Firman Allah S. Sl-Maidah (5):6: Dan basuhlah muka-mukamu. Bukhory dan Muslim
meriwayatkan dari Humran bin Abaan, bahwa Utsman minta air wudhu, lalu ia menyebut sifat
wudhu Nabi s.a.w., ia berkata: "kemudian membasuh mukanya tiga kali" (Bukhory I:48; Fathul
Baary I:259, no.159 dan Muslim I:141)

6. Mencuci Jenggot (Takhliilul Lihyah) Berdasarkan hadits Utsman ra.: Bahwasanya Nabi saw.
mencuci jenggotnya. (HR. Tirmidzi no.31, ia berkata hadist ini HASANSAHIH; Ibnu Majah
no.430; Ibnul Jarud, hal,43; Hakim I:149 dan ia berkata: SANADNYA SAHIH). Hadist ini
disahihkan pula oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban (LIhat Ta'liq syarah Sunan Imam al-
Baghowy I:421). Dari Anas ra. bahwa Nabi saw. bila berwudhu' mengambil seciduk air
(ditelapak tangannya), kemudian imasukkannya kebawah dagunya, lalu ia menyela-nyela
jenggotnya seraya bersabda: "Beginilah Robb-ku 'Azza wa Jalla menyusuh aku" (HSR. Abu
Dawud, no.145; Baihaqy I:154 dan Hakim I:149). Syaikh AlAlbany berkata Hadist ini sahih
(Shahih Jaami'us Shoghiir, No. 4572). Sebagian ulama berpendapat bahwa mencuci jenggot ini
wajib, tetapi sebagian mengatakan wajib untuk mandi janabat dan sunnah untuk wudhu, Imam
Ahmad termasuk yang menyetujui pendapat terakhir('Aunul Ma'bud I:247).

7. Membasuh kedua tangan sampai kesiku. Allah berfirman S.Al-Maidah (5):6: Dan basuhlah
tangantanganmu sampai siku. Dari Humron bin Abaan bahwa Utsman minta air wudhu', lalu ia
menyebut sifat (tatacara) wudhu' Nabi saw., kemudian Humron berkata: Kemudian ia membasuh
tangannya yang kanan sampai siku, dilakukan tiga kali dan yang kiri demikian pula. (Lihat hadist
yang sama dalam membasuh muka, SAHIH). Dari Nu'aim bin Abdullah Al Mujmir, ia berkata:
Aku pernah melihat Abu Hurairah berwudhu', lalu ia menyempurnakan wudhu'nya, kemudian ia
membasuh tangan kanannya hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian membasuh
tangan kirinya hingga mengenai bagian lengan atasnya dan diakhir Hadist ia berkata:
demikianlah aku melihat Rasulullooh saw. berwudhu' (HSR. Muslim, I:246 atau Shohih Muslim,
I:149). Dari Jabir r.a. bahwa Nabi saw. bila berwudhu' mengalirkan air atas kedua sikunya (HR.
Daruquthni, I:15; Baihaqy, I:56). Ibnu Hajar mengatakan Hadist ini Hasan, dan Syaikh Al-
Albany berkata SAHIH (Shohih Jaami'us Shoghiir, no.4574).

8. Mengusap Kepala, Telinga dan Sorban. Allah berfirman: S.Al-Maidah (5):6 Dan usaplah
kepala-kepalamu. Yang dimaksud disini adalah mengusap seluruh kepala, dan bukanlah sebagian
kepala (Lihat Al-Mughni, I:112 & I:176 dan Nailul Authar, I:84 & I:193). Dari Abdullah bin
Zaid, bahwa Rasulullooh saw. mengusap kepalanya dengan dua tangannya, lalu ia menjalankan
kedua tangannya kebelakang kepala dan mengembalikan-nya, yaitu beliau mulai dari bagian
depan kepalanya, kemudian menjalankan kedua tangannya ketengkuknya, lalu mengembalikan
kedua tangannya tadi ke tempat dimana ia memulai (HSR. Bukhory I:5455; Muslim I:145; Sahih
Tirmidzi No.29; Abu Dawud no.118; Sahih Ibnu Majah no.348; Nasa'i I:71-72 dan Ibnu
Khuzaimah no.173. Dalam Fathul Baary I:289 no.185. Dalam Nailul Author I:183. Hukumnya
WAJIB. 8.a. Telinga Dari Abu Umamah, ia berkata: Nabi saw. pernah berwudhu', lalu beliau
membasuh mukanya tiga kali; membasuh kedua tangannya tiga kali dan mengusap kepalanya
dan ia berkata: DUA TELINGA ITU TERMASUK KEPALA (HSR. Tirmidzi no.37; Abu
Dawud no.134 dan Ibnu Majah no.444). Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata:
Hadist ini sahih dan mempunyai banyak jalan dari beberapa sahabat (lih.Silsilah Alhaadits
Shohihah juz I: 4757). Dari Rubayyi' binti Mu'awwidz, bahwasanya Nabi saw. mengusap
kepalanya dengan air sisa yang ada di tangannya. (HR. Abu Dawud no.130 & Sahih Abu Dawud
no.120, hadist ini dihasankan oleh Abu Dawud). Dari Abdullah bin Zaid: Bahwa pernah melihat
Nabi saw. berwudhu' lalu beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan dari sisa kedua
tangannya. (Sahih Tirmidzi no.32; Abu Dawud no.120 & Sahih Abu Dawud no.111). Dari
Abdullah bin Amr.- tentang sifat wudhu' nabi saw., kemudian ia berkata:" Kemudian beliau saw.
mengusap kepalanya dan dimasukkan kedua jari telunjukknya dikedua telingannya, dan diusap
(daun telinga) dengan kedua ibu jarinya. (HR. Abu Dawud no.135, Nasa'i no.140 dan Ibnu
Majah, no.422 dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah). Kata Ibnu Abbas: bahwa Nabi saw.
mengusap kepalanya dan dua telinganya bagian luar dan dalamnya (HSR. Tirmidzi no.36; Ibnu
Majah no.439; Nasaiy I:74; Baihaqy I:67 dan Irwaaul Gholil no.90).

8.b. Mengusap atas sorban Amr bin Umayah Adh-Dhamriy, ia berkata: Aku pernah melihat
Rasulullooh s.a.w. mengusap atas serbannya dan dua sepatunya. (HSR =Hadist Sahih Riwayat;
Bukhory, I:59; Fathul Baary, I:308, no.204 dan 205). Dari Bilal r.a. ia berkata: Bahwa Nabi s.a.w
mengusap atas dua Khufnya (sepatu) dan khimarnya (sorban). (HSR Muslim, I:159, Mukhtashar
Shahih Muslim no.141; Nailul Authar I:196). Adapun peci/kopiah/songkok, maka tidak boleh
diusap atasnya, karena tidak ada kesulitan bagi kita untuk melepaskannya. Walloohu a'lam.
Adapun kerudung/ jilbab perempuan, maka dibolehkan untuk mengusap di atasnya, karena
Ummu Salamah r.a. pernah mengusap jilbabnya. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Mundzir (lihat Al-
Mughni I:312 dan I:383-384).

9. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki Allah SWT berfirman: Dan basuhlah kaki-
kakimu hingga dua mata kaki (QS. Al-Maidah: 6). Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata:
Rasulullooh s.a.w pernah tertinggal dari kami dalam suatu bepergian, lalu beliau menyusul kami,
sedang ketika itu kami terpaksa menunda waktu Ashar sampai menjelang akhir waktunya maka
kami mulai berwudhu' dan membasuh kaki-kaki kami. Abdullah bin 'Amr berkata kemudian
Rasulullooh s.a.w. menyeru dengan suara yang keras: "Celaka bagi tumit-tumit dari api neraka!
beliau ucapkan yang demikian 2 atau 3 kali. (HSR. Bukhory, I:49; Fathul Baary I:265; Muslim,
III:132-133). Imam Nawawy di dalam syarah Shahih Muslim sesudah membawakan Hadist di
atas, beliau berkata, Imam Muslim beristidhal (untuk menjadikan dalil) dari hadist ini tentang
wajibnya membasuh kedua kaki dan tidak cukup hanya mengusap saja. Dari Nu'aim bin Abdillah
al-Mujmir r.a. ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairah berwudhu', lalu ia mencuci
mukanya, kemudian ia menyempurnakan wudhu'nya, lalu ia mencuci tangan kanannya hingga
mengenai bagian lengan atasnya, kemudian mencuci tangan kirinya hingga mengenai bagian
lengan atasnya, kemudian mengusap kepalanya, kemudian mencuci bagian kakinya yang kanan
hingga mengenai betisnya lalu kakinya yang kiri hingga betisnya, kemudian berkata:
demikianlah aku melihat Rasulullooh s.a.w. berwudhu', dan bersabda: Kalian adalah orangorang
cemerlang muka, kedua tangan dan kaki pada hari Kiamat, karena kalian menyempurnakan
wudhu'. Oleh karena itu barangsiapa di antara kalian yang sanggup, maka hendaklah ia
memanjangkan kecemerlangan muka, dua tangan dan kakinya. (HSR. Muslim I:149 atau Syarah
Shahih Muslim no.246). Dari Mustaurid bin Syaddaad al Fihry, ia berkata:"Aku pernah melihat
Nabi s.a.w bila berwudhu', beliau menggosok jari-jari kedua kakinya dengan jari kelingkingnya.
(HSR Abu Dawud, No. 148; Shahih Tirmidzi no.37 dan Shahih Ibnu Majah no. 360). Dalam
Shahih Ibnu Majah ia menggunakan kata menyela-nyela sebagai pengganti menggosok-gosok
celah-celah jari).

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN

1. Mulai dari yang kanan Dari 'Aisyah r.a., ia berkata: Adalah Rasulullooh s.a.w. menyukai
mendahulukan yang kanan ketika memakai sandalnya, menyisir, bersuci dan dalam semua
urusannya (Bukhory, Fathul Baary, 1:235; Muslim no. 268). Dari Abi Hurairoh r.a., bahwasanya
Nabi s.a.w. bersabda: Apabila kamu mengenakan pakaian dan bila kamu berwudhu', maka
mulailah dari anggota-angota kananmu (Sahih Abu Dawud, no. 3488; dan Ibnu Majah no.323).

2. Jumlah air yang digunakan Dari Anas r.a., ia berkata:"Nabi biasa berwudhu' dengan memakai
satu mud dan mandi dengan satu sha' sampai lima mud (Muslim, 1: 156). Keterangan: 1 sha' = 4
mud; 1 mud = 675 gram atau 0.688 liter

3. Do'a selesai wudhu' 'Umar bin Khoththob, ia berkata: telah bersabda Rasulullooh s.a.w.
Tidak seorangpun di antara kamu yang berwudhu', lalu menyempurnakan wudhu'nya, kemudian
membaca: Asy-hadu alla ilaaha illalloohu wahdahu laa syarii-kalahu wa asy-hadu anna
Muhammdan 'abduhu wa roosuuluhu; kecuali mesti dibukakan baginya pintu-pintu surga yang
delapan, yang ia akan masuk dari manapun yang ia kehendaki (Muslim 1:144-145;dll buku
hadiest). Dengan tambahan bacaan: Alloo-hummaj'alnii minat-tawwaabiina waj'alnii minal-
mutath-thoh-hiriina. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan
dijadikan aku termasuk orang-orang yang membersihkan diri. Katanya tambahan ini ada
keraguan, tetapi disahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Jami'us Shoghiir, no. 6043. Dari Abu
Sa'ad al-Khudriy, ia berkata: Telah bersabda Rasulullooh s.a.w.: Siapa yang berwudhu',
kemudian sesudah selesai berwudhu' ia membaca: Sub-haanakalloohumma wa bihamdika asy-
hadu allaa ilaaha illaa an-ta as-tagh-firuka alloohumma wa atuu-bu ilaik. Maha suci Engkau Ya
Allah, dengan memuji Engkau aku mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku
memohon ampun Ya Allah dan bertaubat kepadaMU), akan ditulis dikertas putih, kemudian
dialihkan pada stempel yang tidak akan pecah sampai hari kiamat (HR. Ibnus-Sunny) Disahihkan
dalam Shohih Jami'us-Shoghiir, no.6046.

YANG MEMBATALKAN WUDHU'

1. Apa-apa yang keluar dari salah satu dari kedua jalan (vulva dan anus/dubur). Dari Abu
Hurairoh, ia berkata: Rasulullooh s.a.w. bersabda: Allah tidak menerima sholat salah seorang
diantara kamu, apabila ia berhadats, sampai ia berwudhu' (Bukhory, 2:43 dan Muslim 1:140141;
Fathul Baary, 1:234 dll buku hadiest Tirmidzi, no.76 dan Ahmad 2:318). QS. An-Nisa' (4):43:
..atau salah seorang di antara kamu datang dari tempat buang air. Dari Abu Hurairoh r.a., ia
berkata: telah bersabda Rasulullooh s.a.w.: Apabila salah seorang di antara kamu merasakan
sesuatu di dalam perutnya, kemudian ia ragu-ragu apakah telah keluar atau tidak, maka janganlah
keluar dari masjid (janganlah membatalkan sholatnya) sampai benar-benar ia mendengar suara
atau menemukan bau (Syarah Muslim 4:51).

2. Tidur nyenak. Dari Ali bin Abi THOLIB r.a., ia berkata: Rasulullooh s.a.w. bersabda: Mata
itu pengikat dubur, maka siapa saja yang tidur (nyenyak) hendaknya ia berwudhu' (Shahih Abu
Dawud no.188; Ibnu Majah no.386) berderajat hasan.

3. Menyentuh kemaluan tanpa ada batas. Ada pertentangan didalamnya. Dari Abu Hurairoh r.a.
ia berkata: Rasulullooh s.a.w. bersabda: Jika salah seorang dari kamu menyentuh tangannya pada
kemaluannya dengan tanpa alas dan tutupan, maka ia wajib wudhu'

(Hakim, 1:13). Dari Qais bin Thalq bin Ali dari ayahnya, ia berkata: Rasulullooh s.a.w. ditanya
tentang seseorang yang menyentuh kemaluannya sesudah berwudhu' (apakah harus wudhu'lagi)?
Lalu Nabi s.a.w. menjawab: Sebenarnya kemaluan itu bagian dari tubuhmu sendiri. (Shahih Abu
Dawud no.167; Sh.Ibnu Majah no.392). Sehingga ada yang mempertentangkan tentang kedua
hadist ini. Syaikhu Islam Ibnu Taimiyyah menggabungkan kedua hadist ini dan berkata kalau
menyentuh yang dimaksud dengan syahwat (nafsu) maka batal wudhu'. Dari Aisyah r.a.
bahwasanya Nabi s.a.w. mencium salah seorang istrinya, kemudian keluar ke (masjid) untuk
sholat, dan tidak berwudhu' lagi (Shahih Tirmidzi no.75; sh. Abu Dawud no.165;Sh.Ibnu Majah
no.406). 'Aisyah berkata: sesungguhnya Rasulullooh s.a.w. pernah melaksanakan sholat malam,
sedangkan aku tidur melintang dihadapannya sebagaimana melintangnya jenazah, sehingga
apabila ia mau sujud, dirabanya kakiku (Muttafaq 'alaihi). 'Aisyah berkata: Pada suatu malam
aku kehilangan Rasulullooh s.a.w. (dari tempat tidurnya), kemudian aku mencarinya sambil
tanganku meraba-raba, tiba-tiba tanganku menyentuh kedua (telapak) kakinya, sedang kedua
kakinya dalam keadaan ditegakkan ketika beliau sujud (Muslim 3:203).
TAYAMMUM

Tata cara tayammum secara gamblang dijelaskan dalam hadits Ammar sebagai berikut: Dari
Abdurrahman bin Abza ia berkata, Telah datang seorang lakilaki kepada Umar bin Khoththob
seraya berkata, "Saya junub sedangkan saya tidak mendapati air." Ammar (bin Yasir) berkata
kepada Umar bin Khaththab, Ingatkah engkau ketika kita dahulu pernah dalam suatu safar,
engkau tidak sholat sedangkan aku mengguling-guling badanku dengan tanah lalu aku sholat?
Setelah itu, kuceritakan kepada Nabi kemudian beliau bersabda, "Cukuplah bagimu seperti ini."
Nabi menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah lalu meniupnya dan mengusapkan ke wajah
dan telapak tangannya. HR. Bukhari no. 338 dan Muslim no. 368. Dalam riwayat lain disebutkan
dengan lafadz, Tayammum itu satu tepukan, untuk wajah dan kedua telapak tangan. HR. Abu
Dawud (327), Ahmad (4/263), Tirmidzi (144), Darimi (751), Ibnu Huzaimah dalam shahih-nya
(266, 267) dan Ibnu Jarud dalam AlMuntaqo (126). Dan dishahihkan oleh Imam Darimi dalam
sunannya dan Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil no. 161. Anggota tayammum hanya wajah dan
telapak tangan. Inilah pendapat yang benar. Adapun hadits-hadits yang menjelaskan bahwa
tayammum sampai ke siku atau ketiak seluruhnya tidak ada yang shohih sebagaimana dijelaskan
dengan bagus oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (1/590-891). Lanjut beliau, Di antara
hal yang memperkuat riwayat Bukhari Muslim yang hanya mencukupkan wajah dan telapak
tangan saja adalah fatwa Ammar bin Yasir sepeninggal Nabi bahwa anggota tayammum adalah
wajah dan telapak tangan. Tidak diragukan lagi, rowi hadits lebih mengerti tentang makna hadits
daripada orang selainnya, lebih-lebih seorang sahabat mujtahid (seperti Ammar bin Yasir). At-
Talkhis Habir (1/237-239) karya Ibnu Hajar.

MANDI JINABA

T Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Adalah Rasulullah saw. jika mandi jinabat, beliau
memulai dengan membasuh kedua tangan, lalu menuangkan air dengan tangan kanan ke tangan
kiri, kemudian membasuh kemaluan. Setelah itu berwudu seperti wudu untuk salat lalu
mengguyurkan air dan dengan jari-jemari, beliau menyelai pangkal rambut sampai nampak
merata ke seluruh tubuh. Kemudian beliau menciduk dengan kedua tangan dan dibasuhkan ke
kepala, tiga cidukan, kemudian mengguyur seluruh tubuh dan (terakhir) membasuh kedua kaki
beliau (hadis dalam kitab Sahih Muslim: 474). Hadis riwayat Maimunah ra., ia berkata: Aku
pernah menyodorkan air kepada Rasulullah saw. untuk mandi jinabat. Beliau membasuh kedua
telapak tangan, dua atau tiga kali, kemudian memasukkan tangan ke dalam wadah dan
menuangkan air pada kemaluan beliau dan membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah itu
menekan tangan kiri ke tanah dan menggosoknya keras-keras, lalu berwudu seperti wudhu salat,
kemudian menuangkan air ke kepala tiga kali cidukan telapak tangan. Selanjutnya beliau
membasuh seluruh tubuh lalu bergeser dari tempat semula dan membasuh kedua kaki kemudian
aku mengambil sapu tangan untuk beliau, tetapi beliau mengembalikan (hadis dalam kitab Sahih
Muslim: 476). Hadis riwayat Aisyah ra.: Bahwa Rasulullah saw. Apabila akan tidur dalam
keadaan junub, maka beliau berwudhu seperti wudhu untuk salat sebelum tidur (hadis dalam
kitab Sahih Muslim: 460). Sehingga selama belum wudhu’ janganlah melakukan
aktivitasaktivitas seperti makan, minum, tidur, ataupun ber-jima’ lagi, dll.

Walloohu a'lamu bish-showaab. Alhamdulillaahi Robbal 'Aalamiin.

Maroji’: - Al-Qur’anul Karim - Bulughul Maram, Ibn Hajar al-Asqalani. - www.isnet.org -


http://quran.al-islam.com/default.asp - dll

SIFAT SHALAT NABI DARI TAKBIR HINGGA SALAM

Segala puji bagi Allah yang telah mengutus rosul dan menurunkan kitabkitab, yang telah
mensyari'atkan syari'at, menentukan hukum dan menjelaskan kepada hambanya perkara halal
dan haram. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata,
yang tidak memiliki sekutu. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,
shalawat dan salam semoga tercurah kepadanya juga kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.

TATACARA SHALAT NABI DARI TAKBIR HINGGA SALAM


1- Wajib bagi seorang muslim jika akan melaksanakan shalat hendaknya dalam keadaan thahir
(suci) dari hadats besar (junub, haidh atau nifas) dan hadats kecil (keluar sesuatu dari lubang
kubul atau dubur). Hadats besar terangkat dengan mandi sedangkan hadats kecil cukup dengan
wudhu. Hendaknya bersungguh-sungguh dalam berwudhu dan mengikuti cara wudhu Nabi .

2- Disyari'atkan bagi orang yang shalat mengambil sutrah (pembatas) shalat dan diletakkan
dihadapannya jika sebagai imam atau munfarid (shalat sendiri).

3- Jika shalat sebagai imam hendaknya (sebelum takbiratul ihram) menoleh ke kanan seraya
mengatakan: "istawuu (luruskan)" dan ke kiri seraya mengatakan: "istawuu (luruskan)".

4- Kemudian menghadap kiblat dengan suluruh tubuhnya sambil meniatkan shalat yang akan
dikerjakannya di dalam hatinya dengan tidak melafalkan

niatnya, seperti mengatakan: "Ushalli lillah… (aku berniat shalat…)", karena melafalkan niat
termasuk bid'ah (hal yang diada-adakan).

5- Kemudian bertakbir takbiratul ihram seraya mengucapkan

[Allahu Akbar]

Artinya:

"Allah Maha Besar".

Mengangkat kedua tangannya dan merapatkan jari-jemarinya ke arah kiblat setentang bahu atau
daun telinga. Nabi dahulu mengeraskan suaranya ketika bertakbir hingga orang yang di
belakangnya dapat mendengar. Beliau sesekali mengangkat tangannya bersamaan dengan ucapan
takbir, sesekali setelah ucapan takbir dan sesekali sebelumnya.

6- Kemudian jika shalat berjamaah bersama imam, makmum yang dibelakangnya juga
mengucapkan "allahu akbar". Setelah selesai takbir hendaknya pandangannya mengarah ke
tempat sujudnya.

7- Kemudian diam sebentar untuk membaca istiftah (bacaan pembuka). Diantara riwayat bacaan
istiftah Nabi

[ Allahumma baa'id baini wa baina khotoyaaya kama baa'adta bainal masyriqi wal maghrib.
Allahumma naqqinii min khotooyaaya kamaa yunaqqos tsaubul abyadhu minaddanaasi.
Allahummaghsilnii min khotooyaaya bilmaa i was tsalji wal barodi ]

Artinya:
"Ya Allah, jauhkan antara diriku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur
dan barat. Wahai Allah, bersihkan aku dari dosadosaku sebagaimana pakaian putih yang
dibersihkan dari kotoran. Ya Allah cucilah, dosa-dosaku dengan air, es dan air dingin.

Terkadang membaca istifatah dengan

[Subhaanakallaahumma wabihamdika watabaarokasmuka wa ta'aala jadduka walaa ilaaha


ghairuka]

Artinya:

"Maha Suci dan Maha Terpuji Engkau, ya Allah, penuh berkah nama-Mu, Maha Tinggi
kekayaan-Mu dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau."

Terkadang membaca:

[Allahumma robbu jibrooiil wa miikaaiil wa isroofiil, faathiris samaawaati wal ardhi, 'aalimul
ghaibi wa syahaadati, anta tahkumu baina 'ibaadaka fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun, ihdinii lima
ikhtalafa fiihi minalhaqqi bi idznika, innaka tahdii mantasyaa u ilaa shirootun mustqiimun]

Artinya:

"Ya Allah, Tuhan malaikat Jibril, Mikail, dan Isrofil, yang mengatur langit dan bumi. Yang
Maha Mengetahui apapun yang ghaib dan nyata, Engkau menghukumi hamba-hamba-Mu atas
apa yang mereka peselisihkan. Berilah aku petunjuk kebenaran atas apa yang diperselisihkan
dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukki siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan
yang lurus." Dan riwayat-riwayat lain yang falid dari Nabi .

Yang utama adalah, sesekali membaca yang ini dan sesekali membaca yang lainnya dari riwayat
bacaan istiftah Nabi yang memang falid dari beliau. 8- Kemudian berta'awudz (meminta
perlindungan) kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, dengan mengucapkan

[a'uzubillahi minassyaithonirrojiim min hamazihi wanafkhihi wanaftsihi]

Artinya:

"Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk dari kegilaan, kesombongan,
syairnya."

atau

[a'uzubillahis sami'ul 'aliim minssyaithonirrojiim]

Artinya:
"Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang
terkutuk."

9- kemudian membaca basmalah:

[Bismillahir rahmaanir rahiim]

Artinya:

"1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

Dahulu Nabi membacanya dengan pelan, tidak ada riwayat yang falid bahwa beliau membaca
basmalah dengan keras secara terus menerus. Tetapi terkadang makmum mendengar bacaannya
ketika beliau sedikit mengeraskannya dalam shalat sirri (pelan), tidak mendengarnya kecuali
yang berada dekat dengan beliau.

10- Kemudian membaca surat al-Faatihah:

[Alhamdulillahi robbil 'aalamiin, arrohmaanir rohiim, maalikiyau middiin, iyyaaka na'budu wa


iyyaaka nasta'iin, ihdinasshirootol mustaqiim, shirootol ladziina an'amta 'alaihim, ghoiril maghdu
bi 'alaihim walauddhooolliiin]

Artinya:

"2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4.
Yang menguasai di hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus, 7. (Yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS.alfatihah:2-7) Ketika membaca Nabi berhenti
pada setiap ayat dan tidak menyambung dengan ayat berikutnya. 11- Setelah selesai membaca al-
Faatihah Nabi menjaharkan (mengeraskan) bacaan "amin" dalam shalat jahriah1 dengan ucapan:

a [Aamiin]

Artinya:

"Kabulkan ya Allah!"

Makmum yang berada di belakang Nabi turut mengeraskan bacaan 'amin' hingga masjid menjadi
ramai.

12- Kemudian diam sejenak setelah selesai membaca al-Fatihah, tidak berlamalama dalam diam.

13- Kemudian membaca apa yang mudah dari al-Qur'an seusai membaca alFatihah. Terkadang
Nabi membaca satu surat penuh pada setiap rakaatnya, dan ini sering. Terkadang membaca satu
surat pada dua rakaat dan terkadang membaca sebagian surat. Nabi senantiasa berhenti pada
setiap ayat yang dibacanya dan tidak menyambung bacaannya dengan ayat berikutnya.

1 Shalat jahriah adalah shalat yang bacaan al-Fatihah dan al-Qura'annya dibaca keras oleh
imam dalam shalat berjamaah. Yaitu pada shalat maghrib, isya dan subuh.

14- Nabi mengeraskan bacaannya pada shalat fajar (subuh), dua rakaat pertama shalat maghrib
dan dua rakaat shalat isya. Adapun shalat dzuhur serta ashar beliau membacanya dengan sirri
(pelan).

15- Setelah selesai dari membaca al-Qur'an diam sejenak sekadar menenangkan diri sebelum
rukuk.

16- Kemudian rukuk seraya bertakbir mengangkat kedua tangannya setentang bahu atau daun
telinganya. Makmum dibelakangnya mengikuti dengan takbir dan ruku seraya mengangkat
tangan. Yang demikian ini dilakukan oleh imam, makmum atau yang shalat sendirian.
Demikianlah yang ditunjukkan oleh sunnah. Kemasyhuran riwayat ini melemahkan mereka yang
mengingkarinya. Dalam rukuknya Nabi meratakan punggungnya dan mensejajarkan kepalanya,
hingga seandainya diletakkan suatu wadah di atasnya, wadah itu tidak akan jatuh. Menggenggam
kedua lututnya dan bertumpu padanya dengan menjarangkan jari-jemarinya. Membuka sikutnya
keluar. Beliau terkadang memanjangkan rukuknya. Beliau mengingkari mereka yang
meringankan posisi ini dan melarang mematuk (berpindah dari satu gerakan kepada gerakan
yang lain) seperti patukan burung gagak (cepat/tergesa-gesa). Ketika rukuk, Nabi
memerintahkan untuk mengagungkan Allah, dan disyari'atkan bertasbih dengan mengucapkan:
[Subhaana robbiyal adziimu] 3x atau lebih.

Artinya: "Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung."

Terkadang beliau membaca:

[Subhaana robbiyal adhzimi wabi hamdihi] 3x

Artinya:

"Maha Suci Tuhan-ku yang Maha Agung dan segala pujian bagi-Nya."

dan mengucapkan:

[Subbuuhun qudduusun robbul malaaikati warruuhi]

Artinya:
"Tuhan yang Maha Suci, Tuhan para malaikat dan Jibril."

Beliau juga membaca zikir-zikir dan doa selain yang telah disebutkan. Beliau melarang
membaca al-Qur'an ketika rukuk dan sujud.

17- Kemudian mengangkat kepalanya dari rukuk seraya mengangkat kedua tangannya hingga
setentang bahu atau daun telinga sambil mengucapkan:

[Sami'allahu liman hamidah]

Artinya:

"Allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya."

Dibaca jika dia sebagai imam atau shalat seorang diri. Jika telah berdiri tegak mengucapkan: ‫ا‬

[Rabbanaa walakal hamdu]

Artinya:

"Tuhan kami, dan untuk-Mulah segala pujian." Nabi terkadang mengucapkan:


9"

8 h<

[Rabbana walakal hamdu mil ussamaawaati wamil ul ardhi wamil umaa syi'ta min syai in ba'du]

Artinya:

"Tuhan kami, dan untuk-Mulah segala pujian yang memenuhi langit, bumi serta apa saja yang
Engkau kehendaki dari segala sesuatu setelahnya2."

Terkadang menambahkan bacaan:

[Ahluts tsanaa i walmajdi, ahaqqu maa qoolal 'abdu wa kulluna laka 'abdun, laa maani'a lima
a'thoita, wallaa mu'thia limaa mana'ta, walaa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu]

Artinya:

"Tuhan pemilik pujian dan sanjungan. Yang paling berhak dikatakan oleh seorang hamba –dan
setiap kami menghamba kepada-Mu-: 'Tidak ada yang dapat mencegah apapun yang Engkau
beri, dan tidak ada yang dapat memberi apapun yang Engkau cegah, tidak bermanfaat kekayaan
dan kekuasaan pemiliknya untuk dapat menyelamatkan dirinya dari-Mu."

Makmum tidak disyari'atkan mengucapkan: [Sami'allahu liman hamidah] Tetapi mencukupkan


dengan membaca tahmid [rabbanaa walakal hamdu…] setelah berdiri sempurna dari rukuk. Nabi
bersabda,

2 Dari arsy, kursy dan selain keduanya.

"Jika imam membaca 'sami'allahu liman hamidah' maka ucapkanlah, 'rabbana walakal hamdu'."

Mereka yang mengatakan makmum turut membaca [sami'allahu liman hamidah] tidak memiliki
dalil.

Kemudian meletakkan tangan kanannya dipunggung telapak kirinya, atau pergelangan tangan
kiri, atau di lengan bawah kirinya, seperti tatkala berdiri sebelum rukuk. Nabi memanjangkan
posisi ini sehingga sebahagian sahabat menyangka beliau lupa. Beliau mengingkari mereka yang
meringankannya dan memerintahkan untuk tuma'ninah (tenang), tidak terburu-buru. Beliau
melarang makmum untuk bangkit dari ruku sebelum imam dan mengancam siapa yang
mengangkat kepalanya sebelum imam akan Allah ganti kepalanya dengan kepala keledai. 18-
Kemudian bertakbir dan sujud. Tidak ada riwayat yang falid bahwa Nabi mengangkat kedua
tanggannya ketika akan sujud. Bahkan Ibnu Umar c berkata, "Nabi tidak melakukan hal itu
ketika sujud." Mungkin saja Nabi melakukannya sekali atau dua kali untuk menjelaskan
kebolehan hal tersebut. Nabi ketika sujud mendahulukan kedua lutut sebelum tangan. Beliau
sujud di atas tujuh anggota badan: wajah, dua tangan, dua lutut dan dua ujung kaki.
Menempelkan kening dan hidung ke tempat sujud. Dan mengangkat kedua sikut
(menjauhkannya dari lantai) dan membuka kedua lengan atas (melebarkanya). Mengangkat
perutnya dari kedua pahanya (tidak menempelkanya), dan demikian pula mengangkat pahanya
dari betisnya (tidak menempelkannya). Menegakkan telapak kakinya dan bertumpu dengan
keduanya dengan menjadikan jari-jemari kakinya mengarah ke kiblat sedangkan bagian
dalamnya menempel kelantai. Bertumpu juga dengan kedua tangannya, membuka telapak
tangannya dengan merapatkan jari-jemarinya mengarahkan ke kiblat dan meletakkannya
setentang dengan bahu, atau kening, atau bagian telinga; semua itu termasuk sunnah. Nabi
melarang orang yang shalat menempelkan lengannya (sikutnya) ke lantai seperti anjing yang
berbaring.

Ketika sujud membaca:

[Subhaana robbiyal a'laa] 3x atau lebih.

Artainya:

"Maha Suci Allah, Tuhan yang Maha Tinggi."

Disukai juga membaca:

[Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfirlii]

Artinya:

"Maha Suci Engkau, ya Allah, Tuhan kami dan dengan memuji-Mu. Ya Allah ampunilah aku."

Dan mengucapkan:

[Subbuuhun qudduusun robbul malaaikati warruuhi]

Artinya:

"Tuhan yang Maha Suci, Tuhan para malaikat dan Jibril." Nabi menganjurkan untuk
memperbanyak doa ketika sujud. Beliau melarang membaca al-Qur'an ketika rukuk dan sujud,
juga melarang tergesa-gesa, beliau memerintahkan untuk tuma'ninah (tenang).

19- Kemudian mengangkat kepalanya seraya bertakbir dan duduk baina sajdatain (duduk di
antara dua sujud). Sesekali Nabi mengangkat kedua tanggannya bersamaan dengan takbir.
Membentangkan kaki kirinya dan duduk di atasnya. Menegakkan kaki kanannya, dan
meletakkan kedua tangannya di pahanya dengan membuka telapak tangannya.

Terkadang Nabi duduk ittiqa yaitu menegakkan kedua telapak kakinya (dan duduk diatas tumit).
Tidak ada riwayat yang falid bahwa beliau mengingsyaratkan telunjuknya ketika duduk diantara
dua sujud. Mungkin saja Nabi melakukan sesekali untuk menjelaskan kebolehannya.

Dan membaca:

[Robbighfirlii warhamnii, warfa'nii wahdinii, wa 'aafinii warzuknii]

Artinya:

"Tuhanku ampuni aku, rahmati aku, angkat derajatku, beri aku petunjuk, beri aku keafiatan dan
beri aku rizki."

Terkadang membaca:

[Robbighfirlii, robbighfirlii]

Artinya:

"Tuhanku ampuni aku, Tuhanku ampuni aku." Nabi memperlama posisi ini hingga ada yang
berkata, "Nabi lupa." Dan beliau melarang meringankannya.

20- Kemudian sujud yang kedua sambil bertakbir dan melakukan seperti yang dilakukan pada
sujud yang pertama.

Dengan demikian selesailah rakaat pertama.

21- Kemudian bangkit sambil bertakbir, bertumpu kepada dua lututnya bukan ke lantai.
Melakukan rakaat kedua seperti pada rakaat pertama tanpa takbiratul ihram, bacaan istiftah dan
ta'awudz [a'uzubillah…]. 22- Tidak ada riwayat yang falid bahwa Nabi duduk itrirahat setelah
rakaat pertama atau setelah rakaat ketiga3 kecuali diakhir hayatnya, dan itu memiliki
kemungkinan-kemungkinan.

23- Kemudian melakukan pada rakaat kedua apa yang dilakukan pada rakaat pertama, hanya saja
lebih singkat.

24- Kemudian duduk tasyahud awal setelah rakaat kedua. Jika shalatnya memiliki dua tasyahud;
semisal zuhur, ashar, maghrib dan isya, duduk dengan iftirosy seperti duduk di antara dua sujud
(menegakkan telapak kaki kanan dan duduk di atas kaki kiri).

Kemudian membaca tasyahud awal:

[Attahiyaatu lillah, wassholawaatu watthoyyibaat, assalaamu alaikum ayyuhannabiyyu


warohmatullahi wabarokaatuh, assalamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahis sholihiin, asyhadu al laa
ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warosuuluhu]

Artinya:
"Segala penghormatan untuk Allah, demikian pula setiap shalat dan kebaikankebaikan.
Kesejahteraan terlimpah atasmu, wahai Nabi, juga rahmat serta berkah-Nya. Kesejahteraan
semoga telimpah atas kami dan hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disebah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah." Nabi membuka telapak tangan kirinya dan meletakkannya dipaha kirinya. Beliau
mengepalkan tangan kanannya kecuali jari telunjukknya dan memberi isyarat dengan telunjuk itu
ketika disebut nama Allah atau dalam dua tasyahudnya. Terkadang beliau mengepalkan
kelingking dan jari manis dan membuat lingkarang dengan jari tengah dan jempol serta
mengangkat telunjuknya. Nabi melarang iq'aa (bersimpuh) seperti anjig, yaitu seseorang
menempelkan pantatnya ke lantai dan menegakkan telapak kakinya dengan meletakkan
tangannya kelantai seperti bersimpuhnya anjing. Iq'aa yang dibolehkan adalah ketika duduk di
antara dua sujud. Nabi meringankan tasyahud pertama ini, sampai-sampai seakan beliau duduk
di atas batu yang panas.

25- Kemudian bangkit bertakbir dengan mengangkat kedua tangan untuk rakaat ketiga. Bangkit
dengan bertumpu kepada lututnya bukan kepada lantai.

3 Duduk sejenak ketika akan bangkit berdiri setelah sujud kedua.

26- Kemudian membaca surat al-Fatihah dan tidak membaca sesuatupun setelahnya, karena tidak
ada riwayat yang falid bahwa Nabi membaca sesuatu setelahnya.

Kemudian melanjutkan kepada rakaat keempat dan melakukan seperti yang dilakukan pada
rakaat ketiga. Meringankan dua rakaat terakhir (rakaat ketiga dan keempat) dari dua rakaat
pertama.

27- Setelah rakaat keempat pada shalat Zuhur, Ashar dan Isya atau rakaat ketiga pada shalat
Maghrib atau rakaat kedua pada shalat (yang hanya dua rakaat) seperti Subuh, jumu'ah dan 'Id,
kemudian duduk untuk tasyahud akhir. Membaca bacaan tasyahud awal lalu membaca shalawat
nabi:

[Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shollaita 'alaa Ibroohiim
wa 'alaa aali Ibroohiim innaka hamiidun majiid, wabaarik 'alaa Muhammad wa'alaa aali
Muhammad, kamaa baarokta 'alaa ibroohiim wa'alaa aali Ibroohiim innaka hamiidun majiid]

Artinya:

"Wahai Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau
memberi rahmat kepada keluarga Ibrohim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia. Dan berilah keberkahan kepada keluarga Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia." Nabi terkadang duduk tasyahud dengan tawaruk, yaitu menempelkan
pantat kiri ke lantai dan mengeluarkan kaki (kirinya) dari satu sisi dengan menjadikannya berada
dibawah paha dan betis kanannya. Menegakkan telapak kaki kanan dan kadang
membaringkannya. Tangan kirinya menggenggam lutut kiri bersandar kepadanya.

28- Jika telah selesai dari tasyahud akhir hendaknya meminta perlindungan dari empat hal
dengan membaca:

[Allahumma innii a'uudzubika min 'adzaabi jahannami wamin 'adzaabil qobri wamin fitnatil
mahyaa walmamaati wa min syarri fitnatil masiihiddajjaal]

Artinya:

"Ya Allah, aku berlindung denganmu dari azab neraka janannam, dari azab kubur, dari fitnah
(cobaan) orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati, dan dari fitnah (cobaan) Dajjal"

29- Kemudian berdoa untuk dirinya sebelum salam. Diantara doa yang disyari'atkan oleh Nabi :

[Allahumma innii dzolamtu nafsii dzulman katsiiron wa laa yaghfiru dzunuuba illa anta,
faghfirli maghfirotan min 'indika, warhamnii innaka antal ghafuururrohiim]

Artinya:

"Ya Allah, sesungguhnya aku banyak mendzalimi diriku, dan tidak ada yang dapat mengampuni
dosa selain Engkau, maka ampunilah dosa-dosaku dengan pengampunan dari-Mu, rahmatilah
aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Diantara doanya yang lain:

[Allahumma haasibnii hisaaban yasiiron]

Artinya:

"Wahai Allah, hitunglah aku dengan perhitungan yang mudah."

Meminta kapada Allah surga dan meminta perlindungan dari neraka. Serta doadoa lain yang falid
dari Nabi .

30- Kemudian menutup shalatnya dengan salam sambil menoleh ke kanan seraya mengucapkan:

[Assalaamu alaikum warahmatullah]

Artinya:

"Keselamatan dan rahmat Allah atas kalian."

Hingga telihat pipi kanannya. Dan menoleh ke sebelah kirinya demikian pula, dengan
menambah: [Wabarokaatuh]

Artinya:
"Dan berkah Allah."

Demikian yang diriwayatkan dalam sebuah hadits. Bisa jadi beliau mengucapkannya sekali
untuk menjelaskan kebolehannya.

31- Setelah salam lalu beristighfar (mengucap 'astaghfirullah') sebanyak tiga kali kemudian
mengucapkan:

[Allahumma antassalaam wa minkassalaam tabaarokta yaa dzaljalaali wal ikraam]

Artinya:

"Wahai Allah, Engkau pemberi keselamatan dan dari-Mu keselamatan, Maha suci Engkau,
Wahai zat pemilik keagungan dan kemuliaan."

Dibaca sebelum menghadap kepada makmum jika dia sebagai imam, dan tetap menghadap kiblat
selama membaca bacaan di atas.

32- Kemudian merubah posisi menghadap kepada makmum. Nabi paling sering berputar kearah
kanan dan terkadang kesebelah kirinya.

33- Nabi mensyari'atkan kepada umatnya zikir setelah shalat, diantaranya

[Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahulmulku walahulhamdu wahua 'ala kulli syai in
qodiir]

Artinya:

"Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-
Nya kerajaan, miliknya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."

[Laa haula walaa quwwata illa billaah, laa ilaha illallah walaa na'budu illaa iyyaahu lahunni'matu
walahulfadhlu walahutstsanaa ulhasan, laa ilaaha illallah mukhlishiina lahuddiin walau karihal
kaafiruun]

Artinya:

"Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tiada Ilah (yang berhak disembah)
selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya. Hanya milik-Nya kenikmatan,
karunia, dan pujian yang baik. Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, (dengan)
memurnikan ibadah kepada-Nya meskipun orang-orang kafir tidak suka."

[Allahumma laa maani'a limaa a'thoita walaa mu'thia limaa mana'ta, walaa yanfa'u dzaljaddi
minkaljaddu]

Artinya:
"Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat
memberi apa yang Engkau cegah. Dan kekayaan (nasib baik) tidak berguna untuk (mencegah
azab) dari-Mu."

Kemudian membaca

[Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahulmulku walahulhamdu wahua 'ala kulli syai in
qodiir]

Artinya:

"Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-
Nya kerajaan, miliknya segala puji, dan Dia yang Mahakuasa atas segala sesuatu."

Lalu membaca ayatul Kursi berikut:

[Allaahu laa ilaaha illa huwal hayyulqoyyuum laa ta'khudzuhu sinatuw walaa naum lahu maa
fiissamaawaati wamaa fil ardhi man dzal ladzii yasyfa'u 'indahu illa bi idznih ya'lamumaa baina
aidiihim wamaa kholfahum walaa yuhiituuna bisyai in min'ilmihii illa bimaa syaa wasi'a
kursiyyuhus samaawaatiwal ardhi walaa ya uuduhuu hifzuhumaa wa huwal 'aliyyul 'adziim]

Artinya:

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." (QS.al-Baqarah:
255).

Surat al-Ikhlas:

[Qulhuwallaahu ahad, Allaahush shomad, lamyalid walam yuulad, walam yakul lahuu kufuwan
ahad]

Artinya:

“Katakanlah (Muhammad)! 'Dia Allah, Yang Mahaesa. Allah tempat meminta segala sesuatu.
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakan dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia'.”
(QS.al-ikhlas:

[Qul a'uudzubirobbil falaq, min syarri maakholaq, wamin syarri ghoosiqin idzaa waqob, wamin
syarrin naffastsaati fiil 'uqod, wamin syarri haasidin idzaa hasad]

“Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan
(makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari
kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari
kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki'.” (QS. al-Falaq: 1-5)

[Qul a'uudzubirobbinnaas, malikinnaas, ilaahinnaas, min syarri waswaasil khannaas, al ladzi


yuwaswisufii suduurinnaas, minaljinnati wannaas]

Artinya:

“Katakanlah, 'aku berlindung kepada Tuhan-nya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia,
dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada
manusia, dari (golongan) jin dan manusia'.” (QS. an-Nas:1-6)

Ayat-ayat di atas dibaca setiap selesai shalat. Disukai mengulanginya sebanyak tiga kali setelah
shalat subuh dan maghrib. 34- Nabi mensyari'atkan kepada umatnya untuk melakukan shalat
nawafil (shalat sunnah) sebelum dan sesudah shalat fardu. Diantaranya shalat rawaatib 4. Beliau
bersabda

"Siapa yang shalat sunnah dua belas rakaat sehari semalam, akan Allah bangun untuknya rumah
di syurga."

Berikut shalat-shalat sunnah tersebut: - 2 rakaat sebelum shalat subuh. - 4 rakaat sebelum shalat
zuhur dan 2 rakaat setelahnya.

4 Shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardu.

- 2 rakaat setelah shalat maghrib. - 2 rakaat setelah shalat isya.

Disukai melakukan shalat 4 rakaat sebelum ashar, 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat setelah
isya. Telah falid riwayat dari Nabi yang menunnjukkan akan hal itu. Nabi menganjurkan untuk
berkesinambungan melakukan shalat sunnah semampunya seperti shalatul lail (shalat malam),
dhuha, shalat tarawih dibulan Ramadhan dan shalat-shalat lain yang memang shahih/falid dari
Nabi .

35- Wanita melakukan semua yang dilakukan laki-laki dalam shalatnya, tidak ada pengecualian
kecuali dalam beberapa perkara; seperti masalah menutup aurat, masalah bacaan, laki-laki
mengeraskan bacaannya dalam shalat jahriah sedangkan wanita tidak.

Demikianlah yang dapat terkumpul dari tatacara shalat nabi sejak takbi hingga salam
sebagaimana yang falid/shahih dari Nabi . Beliau telah bersabda,

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat." Dan Nabi mengabarkan bahwa shalat
adalah penghibur diri dan penenang jiwanya.
Hendaknya seorang muslim menjaga shalatnya sebagaimana yang telah didiajarkan, hingga
menjadi cahaya baginya dan keselamatan pada hari kiamat dengan izin Allah.

Wallahu a'lam

Shalawat dan salam tercurah atas Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai