Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEDOKTERAN ISLAM

“SELALU MENGAWALI DAN MENGAKHIRI AKTIVITAS DENGAN DOA”

OLEH

NINGRUM PRAMATANA SAIFUDDIN 105421101016

SRI AYU LESTARI WULANDARI 105421104316

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
A. DEFENISI DOA

Doa berasal dari bahasa Arab yang artinya: panggilan, mengundang, permintaan,
permohonan, doa, dan sebagainya. Berdoa artinya menyeru, memanggil, atau memohon
pertolongan kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang diinginkan. Seruan kepada Allah
SWT itu bisa dalam bentuk ucapan tasbih (Subhanallah), Pujian (Alhamdulillah), istighfar
(astaghfirullah) atau memohon perlindungan (A`udzubillah), dan sebagainya.

B. DASAR HUKUM BERDOA

Ketetapan hukum berdoa, selain hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam al-
Qur`an dan sunah Nabi, cukup menjadi bahasan yang masih kontroversi antara pakar doa
masa kini. Hal ini sulit untuk merincikan mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak.
Oleh karena itu, sebaik-baik berdoa adalah doa yang bersumber dari al-Qur`an, dan
menghujamkannya ke dalam kalbu (hati). Kemudian tingkat selanjutnya adalah doa yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw, melalui sunahnya selama bisa dipahami dengan benar, atau
bisa juga berdoa dengan bahasa komunikasi apa pun, yang penting lahir dari keyakinan dan
kecintaan kepada Allah SWT.21 Adapun hukum berdoa yang sudah dijelaskan dalam al-
Qur`an dan Hadis-hadis Nabi, antara lain adalah:

a. Dalil-dalil dari al-Qur`an

Dalam al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 55-56, Allah SWT berfirman :

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang- orang yang
berbuat baik." (QS. Al-A`raf [7]: 55-56)

b. Dalil-dalil dari Sunah


Suruhan untuk berdoa oleh Rasullah saw kepada umatnya :
"hendaklah setiap orang dan kalian memohon segala kebutuhan kepada Tuhan-Nya,
sampai ia memohon kepada Tuhan takala tali sandalnya putus, " (HR. Muslim)
Sehubungan dengan hukum berdoa, maka berdoa memiliki aspek hukum yang dapat
ditinjau dari tingkat kepentingannya. Maka, tidak semuanya berdoa itu hukumnya wajib.
Karena, secara definitif, berdoa adalah ibadah dan ungkapan kebutuhan bagi setiap manusia.
Dengan demikian, hukum berdoa dapat dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:
1. Hukum Wajib, Doa yang di artikan ibadah yang wajib seperti shalat-shalat yang
fardhu, dan doa memohon ampunan dari dosa bagi orang yang melakukannya dan
lain- lain, maka wajiblah hukumnya. Sebagaimana perintah berdoa. Berdasarkan
pedoman dari al-Qur`an surat al-Mukmin ayat 60, yang berbunyi:
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Al-Mukmin
[40]: 60)
2. Hukum Haram Sedangkan doa yang tidak ada keterangan dalam al-Qur`an dan
hadis, juga termasuk doa-doa yang dilarang dalam Islam29 seperti doa meminta
kejelekan, meminta bala, doa yang diminta kepada selain Allah dan sebagainya.
3. Hukum Sunat, Doa yang dimaksud adalah doa yang mengiringi aktifitas biasa,
seperti doa setelah shalat, doa minta hujan, doa kepada orang yang jauh, doa murah
rizki dan lain-lain yang tidak termasuk dalam ibadah wajib.
4. Hukum Mubah (boleh berdoa dan boleh ditinggalkannya), Doa yang bersifat
tahniah di ucapkan seseorang kepada orang lain yang berprestasi, baik dalam
pekerjaan maupun yang lain, atau doa-doa sanjungan dan sebagainya yang tidak
berlebihan.

C. KEUTAMAAN DOA

Allah berfirman:

“Dan Rabbmu berfirman: 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mu'min: 60)

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)


bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila
dia memohon kepada- Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-
Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran. " (QS. Al-Baqarah: 186)

Rasulullah bersabda: ُ
“Do'a adalah ibadah, Rabb kalian berfirman: 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku
akan memperkenankan untuk kalian. "' (QS. Al- Mu'min: 60)."

Beliau juga bersabda:

Sesungguhnya Rabb kalian yang Mahasuci lagi Mahatinggi itu Mahamalu lagi Mahamulia,
Dia malu terhadap hamba-Nya jika dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya untuk
mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan)."

Selain itu, Rasulullah juga bersabda:

"Tidaklah seorang muslim berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a yang di dalamnya
tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturrahmi, melainkan Dia akan memberikan
kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan; (yaitu, baik) dikabulkan segera do'anya
itu, atau Dia akan menyimpankan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan
menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya." Maka para sahabat pun berkata:
"Kalau begitu kita memperbanyaknya." Beliau bersabda: "Allah lebih banyak
(memberikan pahala)."

D. MAKNA DOA DALAM AL-QUR’AN

Di dalam Al-Quran kata-kata doa banyak kita temukan dalam beberapa ayat dan surah,
mempunyai beberapa arti yang berbeda kandungan dan makna dari ayat-ayatnya dengan
perbedaan susunan kalimat-kalimatnya pula. Diantaranya yaitu :

1) Doa yang berarti ibadah atau menyembah. Sebagaimana firman Allah:

Artinya : “Dan jangan kamu berdoa (menyembah) selain Allah, sesuatu yang tidak
memberi manfaat dan mudharat kepadamu...”(QS. Yunus :106)

2) Doa yang berarti Istighathah (meminta tolong). Seperti Firman Allah:

Artinya :”dan minta tolonglah kepada saksi-saksimu (sekutu- sekutumu) selain Allah
jika kamu orang-orang yang benar.”(QS. Al-Baqarah : 23)23

3) Doa yang berarti As-Sual (memohon), Seperti Firman Allah:

Artinya :”mintalah kepadaKu, akan Ku perkenankan pintamu” (QS. Al-Mukmin: 60)

4) Doa yang berarti An-Nidaa' (panggilan). Seperti Firman Allah:

Artinya : “yaitu pada hari DIA memanggil kamu” (QS. Al-Isra': 52)24
5) Doa yang berarti Ath-Thana' (pujian). Seperti Firman Allah:

Artinya :”Katakanlah Pujilah Allah atau Pujilah Ar-Rahman” (QS. Al-Isra': 110)25

6) Doa yang berarti Al-Qaul (ucapan). Seperti Firman Allah:

Artinya :”Ucapan mereka di dalamnya ialah: Maha Suci Ya Allah” (QS. Yunus: 10)

E. KARAKTERISTIK DOA ISLAMI


1) Doa Islam merupakan percakapan dan dialog dengan Allah. Di dalamnya, sifat-
sifat, kedudukan dan Dzat Tuhan serta hubunganNya dengan makhluk terutama
manusia sengaja diutarakan.
2) Iradat atau kehendak Ilahi yang meluap di dalamnya. Iradat ini bukanlah berasal
dari hasrat dan kebutuhan material yang kita saksikan dan kenali.
3) Sari pati ideologisnya. Doa Islami mengandung dan mendiskusikan tema-tema
teologis, manusia, etika, masyarakat, dan hubungan interpersonal.

F. DOA-DOA YANG MUSTAJAB

1. Do'a seorang Muslim untuk saudaranya yang Muslim yang tidak ada di
hadapannya.

Dari Ummu Darda telah berkata kepada Sofwan, "Apakah kamu hendak berhaji
tahun ini? Lalu aku berkata, 'Ya,' berkata Ummu Darda, 'Berdo'alah kepada Allah
untuk kami dengan kebaikan, maka sesungguhnya Nabi telah bersabda

"Do'a seorang Muslim untuk saudaranya yang tidak berada di hadapannya akan
dikabulkan, di atas kepalanya ada malaikat, setiap dia berdo'a untuk saudaranya
dengan kebaikan, berkata malaikat yang bertugas dengannya, 'Amin dan bagi kamu
seperti Itu juga." (HR. Muslim).

2. Do'a orang yang dizhalimi.

Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Nabi telah mengutus Mu'adz ke negeri Yaman, dan
beliau berwasiat kepadanya salah satunya adalah sabdanya: ُ

"Dan berhati-hatilah kamu dengan do'a orang yang dizhalimi, maka sesungguhnya
tidak ada pembatas antara dia dengan Allah. " (HR. al-Bukhari).

3. Do'a yang baik dari orang tua kepada anaknya,

4. Do'a yang tidak baik dari orang tua terhadap anaknya,


5. Do'a seorang musafir:

Abu Hurairah ‫ رضي هللا عنه‬telah berkata, telah bersabda Rasulullah : "Tiga macam
do'a yang dikabulkan dan tidak ada keraguan di dalamnya: Do'a orang yang
terzhalimi, do'a orang musafir dan do'a orang tua untuk anaknya." (HR. at-Tirmidzi,
Abu Daud, Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani).

6. Do'a orang yang berpuasa.

Dari Abu Hurairah dimarfu'kan kepadanya, ُ

"Tiga kelompok yang tidak akan ditolak do'a mereka: Orang yang berpuasa sampai
dia berbuka, seorang imam yang berlaku adil, do 'a orang yang terzhalimi. Allah
mengangkatnya ke atas awan dan membukakan baginya pintu-pintu langit dan Rabb
berfirman, 'Demi kemuliaan- Ku sungguh aku akan menolongmu walaupun dalam
jangka waktu yang lama'." (HR. at-Tirmidzi).

7. Do'a orang yang berpuasa ketika berbuka.

8. Do'a seorang imam atau pemimpin yang adil.

Dari Abu Hurairah di dalam hadits yang panjang dari Nabi tentang mensifati surga
dan kenikmatannya yang kekal.

9. Do'a anak yang shalih.

Sebagaimana hadits Abu Hurairah yang marfu' kepada-nya:

"Apabila seorang manusia meninggal, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara:


Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang selalu mendo'akan
baginya." (HR. Muslim).

10. Do'a orang yang terbangun dari tidur apabila berdo'a dengan do'a yang ma'tsur
(do'a yang ada tuntunannya).

11. Do'a orang yang dalam keadaan darurat atau kesulitan.

Firman Allah:

"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia
berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan. " (QS. An-Naml/27: 62).
G. SYARAT-SYARAT TERKABULNYA DOA
1. IKHLAS, yaitu membersihkan doa dan amal dari segala yang mencampurinya dan
menjadikannya hanya untuk semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, tidak ada riya, tidak
pula berbangga diri, bukan mengharap materi yang bakal sirna dan bukan pula karena
berpura-pura melainkan mengharap pahala dari Allah, dan takut akan azab-Nya serta
mengharap keridhaan-Nya. Firman Allah:
“katakanlah, Rabbku menyuruh menjalankan keadilan.” Dan katakanlah, luruskan
mukamu (dirimu) disetiap sholat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana dia telah menciptakan kamu pada permulaan
(demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya. (QS. Al-a’raf: 29)
2. ITTIBA’
Mengikuti Rasulullah didalam tata cara berdoa dan ini adalah syarat diterimanya
seluruh ibadah, sebagaimana firman Allah :
“katakanlah, “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: “bahwa sesunggunya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Maha
Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia
mengerjakan amal sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Rabb-Nya.” (QS. Al-Kahfi/18: 110)
3. YAKIN DITERIMA ALLAH
Diantara syarat yang terpenting agar doa diterima adalah percaya dengan Allah. Dan
bahwa Allah Maha Kuasa, karena apabila Allah berkehendak, Allah berkata,
“Jadi,” maka jadilah ia. Firman Allah:
“sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami mengkehendakinya,
Kami hanya mengatakan kepadanya : “kun (jadilah), maka jadilah ia.” (QS. An-
Nahl/16: 40)
4. KHUSYU’
Menghadirkan hati sewaktu berdoa dan khusyu’, mengharapkan ganjaran pahala dari
Allah dan takut kepada azab-Nya.
5. KESUNGGUHAN DALAM BERDOA
Ada keinginan yang kuat, dan kesungguhan dalam berdoa. Seorang muslim apabila
memohon kepada Allah hendaklah ia pastikan permohonan tersebut diiringi dengan
keinginan yang kuat. Oleh karena itu, Rasulullah melarang istitsna’ (mengecualikan
dengan mengatakan jika Engkau menghendaki) dalam berdoa.

H. PENGHALANG TERKABULNYA DOA

1. Bersenang-senang dengan yang haram, berupa makan, minum dan berpakaian.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Wahai sekalian manusia,


sesungguhnya Allah Maha Suci, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik.
Sesungguhnya Allah menyuruh orang-orang beriman sebagaimana memerintahkan para rasul
dengan firman-Nya,

"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang
shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-
Mukminun/23:51).

2. Tergesa-gesa dan meninggalkan do'a.

Di antara penghalang yang dapat menghalangi terkabulnya do'a ialah ketergesaan


seorang Muslim dan meninggalkan do'a karena ketidak sabaran menunggu ijabah
(terkabulnya do'a). Sungguh Rasulullah telah menjadikan kedua perkara ini kedalam
kelompok penghalang terkabulnya do'a agar seorang hamba tidak memutuskan harapannya
dari terkabulnya do'a, meskipun lama waktunya; sesungguhnya Allah sangat suka mendengar
rengekan hamba di dalam berdo'a, firman Allah

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdo'alah kepada- Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik." (QS. al- A'raf/7:56).

3. Melakukan maksiat dan perbuatan haram.

Boleh jadi melakukan pekerjaan haram menjadi penghalang terkabulnya do'a, oleh
karenanya sebagian ulama Salaf berkata, "Jangan mengharap terkabulnya do'a padahal
engkau sungguh-sungguh sudah menutup jalan terkabulnya dengan maksiat."

Berdasarkan ini, penyair berkata,

“Kita memohon kepada Allah di setiap kesusahan


Kemudian kita lupakan Dia ketika sirna (kesusahan).

Bagaimana kita mengharap do 'a supaya terkabul

Padahal jalannya dengan dosa-dosa telah kita tutup.”

Tidak diragukan lagi bahwa lalai dan melakukan keinginan syahwat yang haram adalah
bagian dari penyebab tercegahnya kebaikan. Firman Allah:

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd/13:11).

4. Meninggalkan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah.

Sebagaimana ketaatan kepada Allah akan menjadi penyebab terkabulnya do'a, begitu
pula meninggalkan kewajiban kepada Allah akan menjadi penghalang terkabulnya do'a,
sebagaimana telah diriwayatkan dari Nabi yang pengertiannya seperti itu.

Hudzaifah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda,

"Demi nyawaku yang ada di tangan-Nya, hendaklah kamu perintahkan dengan


sungguh-sungguh untuk berbuat baik dan melarang dengan sungguh perbuatan
mungkar atau Allah akan menimpakan adzab-Nya karena (kelalaianmu), kemudian
kamu memohon kepada-Nya, lalu Allah tidak akan memperkenankan kamu. " (HR.
At- Tirmidzi dan lihat di kitab Shahihul Jami')

5. Berdo'a dengan do'a yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan silaturrahim.

6. Sebagai hikmah Allah, ia berikan yang lebih baik dari yang diminta.

Abu Sa'id meriwayatkan dari Nabi bahwasanya Nabi berkata

"Setiap Muslim yang bermohon suatu permohonan yang bukan dosa dan bukan pula
memutuskan hubungan silaturrahim, (kepada Allah), pastilah permohonan itu
dikabulkan Allah dengan memberikan salah satu dari tiga perkara: Adakalanya
disegerakan Allah permohonannya, adakalanya ditangguhkan di akhirat atau dipa-
lingkan darinya kejahatan sebanding permohonannya." Para sahabat berkata, "Kalau
begitu kami akan memperbanyak do'a", jawab Rasul, "Allah Mahakaya." (HR.
Ahmad).
DAFTAR PUSTAKA

--------- Tafsir Al-Qur`an

--------- Bulughul Marom

--------- Fiqih Islam

--------- Suara Muhammadiyah

--------- buku Jahalatun nas fid du‟a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail
bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 37-42, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal
Abidin, Lc.]

---------- https://almanhaj.or.id/72-keutamaan-dan-kemuliaan-doa.html

----------https://zoelkiflyunismuh10wordpres.wordpress.com/2013/03/19 /pengerti an-doa/

Al-Bayhaqi, (1999), "Allah's Names and Attributes", Publisher:ISCA, ISBN 1-


930409-03-6,

Hulusi, Ahmed, (????), "Allah" as introduced by Mohammed" , ISBN 975-7557-41-2


Muhaiyaddeen, M. R. Bawa, (1976), "Asma'ul Husna - The 99 Beautiful Names of
Allah: The 99 Beautiful Names of Allah", Publisher:The Bawa Muhaiyaddeen
Fellowship, ISBN 0-914390-13-9

Netton, Ian Richard (1994), "Allah Transcendent: Studies in the Structure and
Semiotics of Islamic Philosophy, Theology and...", Publisher:Routledge , ISBN 0-
7007-0287- 3 [4]

www.ibnumajjah.wordpress.com

www.doandzikir.wordpress.com

www.soaldanjawab.wordpress.com
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, cet. 25, 2002) hlm. 402 6

Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm.
121

Syirkah Al-Baramij Al-Islamiah Al-Dauliyyah, “CD Mausu`ah Al-Hadis As-Syarif” Terbitan


Kedua Tahun 2000 pada Hadis nomor 3537 Menurut Hitungan Al-Almiyyah.

Ibid Nomor: 2065 24

Imam Az-Zaibidi, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Pusaka Amani, cet.1, 2002), hlm.
1000

Anda mungkin juga menyukai