Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 3

Fitri Fitriani, Moch Didan Denadi, Sintiya Nur Ajizah, Uus Uswatun Hasanah
2-A PAI
1. Definisi Morfologi
Secara etimologi, kata morfologi (bahasa Indonesia) diserap dari bahasa Inggeris
“morphology” (Echols dan Shadily dalam Nasution, 2017: 103. Kata ini juga diserap oleh
bahasa Arab, menjadi “‫ “ مورفولوڊي‬yang berarti ‘ilmu bentuk kata.’ Namun demikian, istilah
yang paling paling populer tentang morfologi dalam bahasa Arab adalah ‫الصرࢭي النظام‬/ al-
Nizâmu al-Sarfiy/atau ‫تقاق علم‬C‫‘اإلش‬/ ilmu al-Isytiqâq/ yaitu perubahan bentuk kata menjadi
bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda-beda. Tanpa perubahan
dimaksud, makna yang berbeda itu tidak akan muncul (Hasân dalam Nasution, 2017: 104).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Nasution (2017: 104) disebutkan,
morfologi berarti “Cabang linguistik tentang morfem dan kombinasi-kombinasinya atau
bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata.” Pengertian yang
sama dikemukakan Kridalaksana dalam Nasution ( 2017: 104), yaitu “Bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Atau dengan kata lain bagian dari
struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagiannya.”
Verhaar dalam Nasution (2017: 104) menyebutkan, morfologi berarti: “Bidang
linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal.” Ramlan dalam
Nasution ( 2017: 104) menyebutkan, morfologi ialah “Bagian dari ilmu bahasa yang
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun semantik.” Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam bahasa
Arab, kata dan seluk-beluknya merupakan kajian ilmu saraf. Seperti dikemukakan Dahdah
dalam Nasution (2017: 104): “Pembahasan tentang proses pembentukan kata dan
perubahannya ke dalam berbagai bentuk sesuai dengan makna yang dimaksudkan.”
Beberapa definisi tentang morfologi di atas terlihat tidak ada perbedaan, justru antara
satu sama lain saling melengkapi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa morfologi
merupakan salah satu kajian linguistik yang mempelajari perubahan-perubahan kata dan
bagian-bagiannya secara gramatikal pada setiap bahasa. Dengan demikian, satuan terkecil
dalam morfologi adalah morfem (suku kata). Kata “tulis” misalnya, bisa dirubah menjadi
“menulis, tertulis, tulisan, tulisan-tulisan, dll”. Dalam bahasa Arab kata “‫كتب‬/ “ka-ta-ba/
berubah menjadi “‫يكتب‬/ yaktubu/, ‫ كاتب‬/kâtib-un/, ‫مكتوب‬/ maktûb-un/, ‫مكتبة‬/ maktabah/, ‫مكتب‬/
maktab-un/, ‫كتاب‬/ kitâb-un/, ‫كتابة‬/ kitâbah/,” dll. Proses perubahan dan makna yang muncul
dari perubahan itu, merupakan pembahasan dalam morfologi (Nasution, 2017: 105).
2. Definisi Sintaksis
Secara etimologis, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku
kata: “san” dan “tattein”. San artinya ‘dengan’, tattein artinya ‘menempatkan.’ Kata ini
kemudian diserap oleh bahasa Inggris menjadi “syntax”dengan arti ‘ilmu kalimat’(Echols dan
Shadily dalam Nasution, 2017: 131). Dalam bahasa Indonesia disebut “sintaksis” yang juga
diduga kuat diserap dari bahasa Inggris, dengan arti ‘cabang linguistik yang mempelajari
susunan kalimat dan bagian-bagiannya’Atau singkatnya disebut ‘ilmu tata kalimat’
(Kebudayaan dalam Nasution, 2017: 131).
Secara terminologis, Kridalaksana dalam Nasution (2017: 132) menjelaskan definisi
sintaksis sebagai “Pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-
satuan yang lebih besar dari itu dalam bahasa.” Ia menambahkan, bahwa “Satuan terkecil
dalam bagian ini (sintaksis) adalah kata”. Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh
Verhaar dalam Nasution (2017: 132) Menurutnya, sintaksis adalah: “Menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dalam kelompok-kelompok kata menjadi
kalimat.”
Dalam bahasa Arab, pengaturan antar kata dalam kalimat, atau antar kalimat (‫الجملة‬
(dalam klausa atau wacana merupakan kajian ‫ النحو علم‬. Bahkan hubungan itu tidak hanya
menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga memengaruhi baris (‫( شكل‬akhir masing-masing
kata yang kemudian disebut dengan ‫راب‬CC‫ إع‬.Namun demikian, perlu diingat, bahwa ilmu
nahwu lebih luas dari i’râb, dan i’râb hanya bagian dari pembahasan ilmu (Nasution, 2017:
132).
Menurut Dâwud dalam Nasution (2017: 132) Ilmu Nahwu (sintaksis) adalah : “Kajian
tentang hubungan yang mengaitkan antara beberapa kata dalam satu kalimat serta
menjelaskan fungsinya .” Sedikit berbeda dengan definisi di atas, El-Dahdah dalam Nasution
(2017: 132). menyebutkan bahwa ‫ علم النحو‬adalah: “Mengkaji tentang akhiran kata baik
berubah atau tidak serta menganalisis posisi kata dalam kalimat.” Jika Dawud
menitikberatkan pembahasan nahwu pada hubungan gramatikal antar kata dalam kalimat,
maka El-Dahdah berfokus pada perubahan baris akhir pada setiap kata dalam kalimat.
Perubahan baris akhir dimaksud yang nota bene merupakan akibat dari hubungan gramatikal
dimaksud. Dengan demikian, kedua defnisi ini menjadi saling melengkapi (Nasution, 2017:
133).
3. Fungsi Kedua Ilmu Tersebut

A. Fungsi Sintaksis
Dalam bahasa Arab, bahwa pengaturan antar kata dalam kalimat, atau antar kalimat
dalam klausa atau wacana merupakan kajian ilmu nahwu Bahkan hubungan itu tidak hanya
menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga memengaruhi baris (syakal) akhir masing-
masing kata yang kemudian disebut dengan I’rob. Namun demikian, perlu diingat, bahwa
ilmu nahwu lebih luas dari i'râb, dan i'râb hanya bagian dari pembahasan ilmu.
Fungsi-fungsi Sintaksis Bahasa Arab
Fungsi sintaksis disebut juga dengan jabatan atau fungsi kata dalam kalimat. Dalam bahasa
Arab, jabatan atau fungsi kata itu diklasifikasikan sesuai dengan jenis ‫ إعممبح‬nya. Adapun
fungsi-fungsi sintaksis dalam bahasa Arab sesuai dengan jenis-nya terbagi kepada tiga;
 ‫حومبف عات‬

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan ‫ عممات حومبف‬adalah fungsi-
fungsi sintaksis dalam bahasa Arab dimana baris rafa'. Di antara - ‫إعممبح‬syakal) akhir setiap
fungsi-fungsi tersebut ber) fungsi-fungsi dimaksud adalah sebagai berikut:
1 .‫نائب حوفاعل‬. 6 ‫ حوفاعل‬.5 ‫حوخبب‬. 4 ‫حومبتدأ‬. 3 ‫ خببحن‬.2 ‫حسل كان‬

 ‫حوم ص بات‬
Yang dimaksud dengan adalah fungsi-fungsi sintaksis dalam bahasa Arab dimana baris
(syakal) akhir setiap fungsi-fungsi tersebut ber-nashab. Fungsi-fungsi dimaksud adalah
sebagai berikut:
۱ .‫و‬CC‫ ح‬. ‫ه‬CC‫ع ل في‬CC‫ حومف‬. ‫ه‬CC‫حومفع ل مع‬. 6 ‫ حومفع ل ألجله‬.5 ‫حومفع ل حومطلق‬. 4 ‫ حومفع ل به‬3. ‫ حسل إن‬.2 ‫خببكان‬
‫ حوتمييز حإلستث اء‬. ‫ال‬
 ‫حومجبورحت‬
Yang dimaksud dengan adalah fungsi-fungsi sintaksis dalam bahasa Arab dimana baris
(syakal) akhir setiap fungsi-fungsi tersebut ber jar. Jenis-jenis fungsi dimaksud adalah
sebagai berikut:
1 .‫ حومجبور باإلضافة‬.2 ‫حومجبور ب بوف حوجب‬

 ‫حوت حبع‬

Pada asalnya bukanlah termasuk fungsi-fungsi sintaksis dalam bahasa Arab, karena posisinya
dalam kalimat hanya mengikuti salah satu fungsi-fungsi sintaksis tersebut di atas. Dengan
demikian, dia tidak memiliki yang pasti, karena sangat tergantung kepada! (fungsi) yang
diikutinya. Fungsi-fungsi dimaksud adalah sebagai berikut:
‫حوبدل‬. 4 ‫حوت كيد‬. 3 1‫ حوعطف‬.2 ‫حو عت‬

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah masing-masing fungsifungsi di atas hanya
satu bentuk? (seperti hanya ber bentuk "-"dan hanya berbentuk "" dan hanya berbentuk "-".
Ataukah masing-masing memiliki bentuk/model yang beragam? Yang pasti, kita bisa
menjawab "ya, beragam". Bentuk Rafa’ tidak hanya satu, demikian juga bentuk Nashob dan
Jar.
B. Fungsi Morfologi
Ilmu sharaf adalah termasuk ilmu dasar dalam linguistik Arab yang mempunyai fungsi
strategis dalam studi bahasa Arab. Belajar bahasa Arab secara mendalam dan komprehensif
mutlak harus mengetahui ilmu sharaf, secara sistematis dan detail karena tanpa sharaf
pengetahuan bahasa Arab seseorang dikatakan minim dan tidak mendasar. Kegunaan ilmu
sharaf adalah melindungi bahasa lisan maupun tulisan dari kesalahan dalam pembentukan
kosa kata yang bisa merusak nilai keindahan sastra, lafal atau uslu>b ucapan maupun tulisan
atau hal-hal yang bisa mengurangi kefasihan kata. Ilmu sharaf juga membantu para peneliti
dalam studi Islam yang berinteraksi dengan sumber otentik ajaran Islam yaitu alquran dan
hadis. Keterangan-keterangan alquran dan hadis yang tertuang dalam lafal dan kata dengan
bantuan sharaf bisa mengungkap makna yang benar dan menghindari interpretasi makna yang
bisa merusak kandungan makna teks begitu juga ketika hendak mengenal makna kosa kata
yang mengahruskan merujuk ke kamus atau ensiklopedi dengan bantuan ilmu sharaf
semuanya bisa dicapai dengan efektif, maksimal dan validitas makna terjamin, tidak terjadi
salah kaprah dalam memahaminya. Ilmu sharaf menunjukkan kepada kita kata dasar sebuah
lafal dan dengannya dapat diketahui perubahan-perubahan kata yang terjadi seperti
penambahan huruf ataupun pengurangan atau pembuangan yang proses tersebut sangat
mempengaruhi perubahan makna kata.
Demikian juga ilmu sharaf mampu mengarahkan para ilmuwan, sastrawan, cendikiawan dan
ulama untuk menggunakan kata dalam bahasa Arab yang merupakan lafal wadah dalam
kreasi mereka ketika mengungkapkan buah dan hasil penelitian maupun pemikiran mereka
(Kasim, 2013: 7). Morfologi merupakan salah satu kajian linguistik yang mempelajari
perubahan-perubahan kata dan bagian-bagiannya secara gramatikal pada setiap bahasa.
Dengan demikian, satuan terkecil dalam morfologi adalah morfem (suku kata). Kata "tulis"
misalnya, bisa dirubah menjadi "menulis, tertulis, tulisan, tulisan-tulisan, dll". Dalam bahasa
Arab kata "s" /ka-ta-ba/ berubah menjadi"/yaktubu/,s / ‫کتا‬/,maktab-un/ ‫مكتب‬/, maktabah/ ‫مكتبة‬/,
maktab-un/ ‫مكت‬/,katib-un/ kitabun/, /kitâbah/," dll. Proses perubahan dan makna yang muncul
dari perubahan itu, merupakan pembahasan dalam morfologi. Morfem dalam bahasa Arab
adalah hurf-hurf yang bermakna dan berfungsi secara gramatikal, seperti hurf-hurf jar, naşab,
dan hurf-hurf jazm. Semua hurf dimaksud sebenarnya memiliki makna, tetapi tidak bisa
dipahami, kecuali ia telah masuk dalam sebuah kalimat:
Morfem ada tiga jenis:
1. Morfem bebas yaitu morfem yang bisa digunakan secara bebas, tanpa terikat dengan
morfem lain. Dalam bahasa Arab seperti: .‫ عظيل‬,‫ فلل‬, ‫ کتا‬,‫عاول‬.
2. Morfem terikat (l) yaitu morfem yang tidak dapat dipakai secara mandiri, tetapi harus
bersambung dengan morfem lain. Dalam bahasa Arab seperti: untuk jama' muannas
sâlim, contoh: ‫ ن مسلم‬dan ‫ين مؤم‬: untuk jama' muzakkar salim, contoh ‫ ون‬dan ‫ بن‬untuk
menunjukkan muannas, contoh: 3. Morfem zero, yaitu morfem yang tidak diucapkan
dan juga tidak dituliskan, tetapi tersembunyi atau dibuang karena huruf illah, seperti:
dhâmîr mustatîr dan harkat i'râb yang muqaddaroh. C. Fungsi Morfem dalam bahasa
Arab Terdapat dua fungsi morfem dalam bahasa Arab :
1. Fungsi morfologis, yaitu makna- makna yang dapat diambil dari shigah morfem.
Hal ini dapat dibagi dua:
a. Isim, yaitu morfem yang tidak memiliki kala/masa. Seperti kata ،‫ طاوب‬،‫ مدرس‬،‫عاول‬
‫ أستاذ‬dll.
b. Fi'il, yaitu morfem yang memiliki kala/masa. Seperti kata ‫ يستأذن‬،‫ يطلب‬،‫ يدرس‬dll.
c. Huruf/adwat, yaitu satuan morfem yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali
masuk dalam tarkib/kalimat, diantaranya : ‫ ل‬،‫ ك‬، ، ‫ ر‬،‫ في‬،‫ على‬،‫ عن‬،‫ إوى‬،‫ من‬: contoh, Jar
Adwat)
2) Adwât 'Athof
3) Adwât Qasam
4) Adwât Istifham
5) Adwât Istisna
3. Morfem zero (‫ورفيم‬CC‫الب الم‬CC‫ الس‬,(yaitu morfem yang tidak diucapkan dan juga tidak
dituliskan, tetapi tersembunyi atau dibuang karena huruf illah, seperti: dhâmîr
mustatîr dan harkat i’râb yang muqaddaroh.

4. Apa Saja Kaidah Umum Tata Bahasa Arab


Ilmu nahwu - sharaf (INAS) dikenal sebagai tatabahasa bahasa Arab. Dua ilmu ini,
nahwu dan sharaf, hubungannya sangat erat. Bahasan yang ada di dalamnya banyak
didominasi dengan kajian tentang nahwu sehingga yang dimaksud dengan tatabahasa bahasa
Arab adalah ilmu nahwu, dan sering disebut qawaid al-Lughah dengan maksud tidak terpisah
dari ilmu sharaf, karena begitu eratnya hubungan antara morfologi dengan sintaks (Umam
dalam Fiddaroini, 2014: 3).
INAS sebagai tatabahasa bahasa Arab memiliki fungsi. Fungsi INAS terdapat pada
pengertiannya dan dapat diketahui dengan mengacu pada definisinya. Adapun gunanya
adalah tergantung pada siapa yang menggunakannya. Para pengguna INAS mesti memahami
pengertian INAS itu agar tidak terjadi penyalahgunaan INAS. Pertama kali perlu
dikemukakan fungsi INAS dengan mengacu pada definisinya. Definisi INAS sebagai
tatabahasa secara umum tidak berbeda dari definisi tatabahasa untuk bahasa-bahasa selain
bahasa Arab, hanya saja INAS ini adalah khusus untuk tatabahasa bahasa Arab. Secara
sepintas sebetulnya dapat diketahui fungsi INAS (Fiddaroini, 2014: 3).
Sebagaimana telah lama diketahui umum bahwa tatabahasa itu adalah pengetahuan
atau pelajaran mengenai pembentukan kata-kata dan penyusunan kata-kata dalam kalimat.
(WJS Poerwadarminta dalam Fiddaroini, 2014: 4). Tatabahasa bahasa Arab berfungsi untuk
meyusun kata-kata Arab dalam kalimat. Fungsi INAS bukan untuk membaca tulisan bahasa
Arab gundul. Tidak ada sama sekali informasi yang menyatakan bahwa tatabahasa itu adalah
alat untuk membaca tulisan. Tatabahasa bahasa Indonesia, misalnya, bukan alat untuk
membaca tulisan bahasa Indonesia. Tatabahasa bahasa Inggris juga bukan alat untuk
membaca tulisan bahasa Inggris, demikian pula tatabahasa bahasa asing lainnya bukanlah
untuk membaca tulisan bahasa asing itu. Jadi INAS sebagai tatabahasa bahasa Arab tidaklah
berfungsi sebagai alat untuk membaca tulisan bahasa Arab (Fiddaroini, 2014: 4).

DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Nurkholid dan Kholison (ed). 2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo:
CV. LISAN ARABI.
Fiddaroini, Saidun. 2012. “FUNGSI, GUNA DAN PENYALAHGUNAAN ILMU NAHWU
– SHARAF” dalam MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Vol. XI, No.01 (Jan,
2014). Surabaya: Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Hamsiati. 2018. “Pengenalan Morfologi Bahasa Arab bagi Pembelajar Pemula” dalam Jurnal
Khazanah Keagamaan Vol. 6, No 1, 2018. Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai