NIM : 841422005
Kelas : A – S1 Keperawatan 2022
Mata Kuliah : Agama
Dosen Pengampu : Agil Bahsoan, S.Ag, M.Ag
TUGAS SHALAT
Urutan shalat lengkap dengan dalilnya dari niat sampai salam, sesuai penjelasan ulama salaf
dalam Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali didasarkan pada dalil-dalil dan riwayat
baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah Saw.
1. Niat
Semua amal mesti diawali dengan niat, sesuai sabda Rasulullah Saw yang
diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab:
2. Melafalkan Niat
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri menyebutkan dalam al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-
Arba’ah:
Sesungguhnya yang dianggap dalam niat itu adalah hati, ucapan lidah bukanlah niat,
akan tetapi membantu untuk mengingatkan hati, kekeliruan pada lidah tidak
memudharatkan selama niat hati itu benar, hukum ini disepakati kalangan Mazhab
Syafi’I dan Mazhab Hanbali.
3. Takbiratu-Ihram
Ada dua batasan menurut Sunnah;
Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan daun telinga, berdasarkan
hadits:
4. Iftitah
Mazhab Maliki
Makruh hukumnya membaca doa iftitah. Orang yang melaksanakan shalat
langsung bertakbir dan membaca al-Fatihah, berdasarkan riwayat Anas bin
Malik, ia berkata:
Jumhur Ulama
Sunnat hukumnya membaca doa Iftitah setelah Takbiratul-Ihram pada rakaat
pertama. Ini pendapat yang Rajih (kuat) menurut saya (Syekh Wahbah az-
Zuhaili. Bentuk doa Iftitah ini banyak.
Doa pilihan menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali adalah:
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu
dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tiada tuhan selain Engkau”
“Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi,
aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk
orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku
hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan
itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri
(muslim)”.
Banyak riwayat doa Iftitah ada menurut Nahdatul Ulama dan ada menurut
Muhammaiyyah. Membaca manapun diantaranya, shalat akan tetap sah.
Membaca ta’awwudz
Lafaz ta’awwudz ada 2 yaitu:
“(Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk)”
“(Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Mengetahui dari
setan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongan dan sihirnya)”.
6. Membaca Ayat
Madzhab Syafi’I
Dipangkal ayat atau dipangkal surat maka dia membaca basmallah
Madzhab Hanafi, Hambali, Maliki
Tidak membaca karena basmallah itu tidak dianggap sebagai bagian dari surat
tetapi hanya sebagai pemisah antara Al-Fatihah dengan surat.
Dalam membaca ayat kita dianjurkan untuk membaca ayat yang kita ingat atau yang
kita tau. Dan ketika kita menjadi imam maka dianjurkan untuk memperpendek
bacaan. Adapun standar panjang dan pendeknya, surat-surat tersebut terbagi tiga:
Thiwal al-mufashshal, dari surah Qaf/al-Hujurat ke surah an-Naba’, dibaca
pada Shubuh dan Zhuhur.
Ausath al-mufashshal, dari surah an-Nazi’at ke surah adh-Dhuha, dibaca pada
‘Ashar dan Isya’.
Qishar al-Mufashshal, dari surah al-Insyirah ke surah an-nas, dibaca pada
shalat Maghrib.
7. Ruku’
Ketika ruku’ kepala jangan terlalu mendongak (seperti kuda jantan melihat kuda
betina), jangan terlalu menunduk (seperti sapi ketemu rumput). Tetapi datar (andai
diletakkan bejana mangkok diatas, maka tidak tumpah saking datarnya).
Bacaan ruku’:
Menurut Muhammadiyyah
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha
Agung” tiga kali. (HR. Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah, ad-Daraquthni dan
ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
Menurut Nahdatul Ulama
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha
Agung dan dengan Pujian-Nya”. Tiga kali. (Hadits riwayat Abu Daud, ad-
Daraquthni dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra).
8. I’tidal
Ada 3 riwayat:
Sa
Tu
Be
9. Sujud
Madzhab Syafi’I, Hambali, Hanafi, Maliki atau keempat madzhab tersebut sepakat
bahwa ketika pada saat sujud lutut lebih dahulu.
Bacaan sujud:
“Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, muliakanlah aku, angkatlah aku, berilah
aku rezeki, berilah aku hidayah dan berilah aku kebaikan”
“Ketika Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari sujud kedua, beliau duduk dan
bertumpu ke tanah (lantai)”. (HR. al-Bukhari).
Ketika Rasulullah Saw. bangun dari sujud, ia tidak langsung berdiri akan tetapi duduk
sejenak. Dan ketika Rasullah Saw. Akan bangun berdiri dari duduk sejenak tersebut,
ia bertumpu dengan kedua tangannya.
“Sesungguhnya apabila Rasulullah Saw akan berdiri ketika shalat, beliau meletakkan
kedua tangannya ke tanah (lantai) seperti orang yang membuat adonan tepung”.(HR.
Ibnu Abbas).
11. Tasyahud
Tiga jari ditekuk:
Madzhab Syafi’I
Angkat sekali saja, angkatnya pada lafadz “Allah” sampai salam tidak turun
Madzhab Hanafi
Angkat sekali, pada lafadz “Asyhadu Allah” angkat “Ilaha Illallah” turun
Madzhab Hambali
Mengangkat setiap bertemu dengan lafadz “Allah”
Madzhab Maliki
Bergerak dari awal sampai akhir
Ketika shalat, mata melihat ujumg tempat sujud, tetapi ketika tasyahud maka ujung
mata tidak boleh lebih dari ujung telunjuk. Yang dilihat adalah ujung telunjuk kita
bukan telunjuk orang lain.
Bacaan Tasyahud:
Lafadz Shalawat:
12. Salam
Mazhab Hanafi
Minimal ucapan salam yang sah adalah dua kali ucapan [ ( ] السالke kiri dan ke
kanan). Tanpa ucapan [ ] عليكم. Yang sempurna, itulah menurut Sunnah adalah
ucapan: [ [ السال عليكم ورتزة ا هللdua kali ke kiri dan ke kanan).
Mazhab Syafi’I dan Hanbali
Minimal salam yang sah adalah [ ال عليكمII] الس, satu kali menurut Mazhab
Syafi’i. Dua kali menurut Mazhab Hanbali. Salam yang sempurna adalah: *
] السال عليكم ورتزة ا هلل, dua kali; ke kanan dan ke kiri. Pada salam pertama dengan
cara menoleh hingga terlihat pipi sebelah kanan. Pada salam yang kedua
hingga terlihat pipi sebelah kiri.
Mazhab Hanafi
Ma’mum berniat membalas salam imam pada salam pertama jika ia berada di
sebelah kanan imam, pada salam kedua jika ia berada di sebelah kiri imam,
jika ma’mum berada sejajar dengan imam maka ia berniat pada kedua salam
tersebut. Orang yang shalat sendirian sunnat berniat untuk malaikat saja.