Anda di halaman 1dari 12

Jawaban Tugas Mandiri Fiqh / Ushul Fiqh

1. Jelaskan pengertian dan perbedaan antara najis dan hadas !


Jawab :
Najis adalah semua perkara yang kotor dari kacamata syariat, adapun hadats adalah
sebuah hukum yang ditujukan pada tubuh seseorang dimana karena hukum tersebut dia
tidak boleh mengerjakan shalat dan mewajibkan untuk wudhu atau mandi.
Najis (khubuts) adalah sesuatu yang kotor atau menjijikkan. Khubuts harus dibersihkan
ketika hendak sholat. Sedangkan Hadas adalah sesuatu yang mewajibkan wudhu dan
mandi, dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Hadas kecil adalah sesuatu yang mewajibkan wudhu
2. hadis besar adalah sesuatu yang mewajibkan mandi

2. Jelaskan pendapat para ulama tentang perkara yang tidak dibolehkan bagi orang yang
junub ?
Jawab :
 Ulama Malikiyah : orang yang berjunub tidak boleh membaca Al-Qur’an kecuali
dengan 2 syarat. Pertama , membaca sesuatu yang mudah. Kedua, membaca
dengan dua situasi. Orang yang junub juga tidak dibolehkan masuk masjid,
kecuali dalam dua keadaan. Yang pertama tidak ada air untuk mandi kecuali di
masjid. Yang kedua tidak ada tempat penampungan dari bahaya kecuali masjid.
 Ulama Hanfiyah : orang yang berjunub diharamkan membca al-Qur’an, sedikit
atau banyak kecuali dalam dua keadaan yaitu pertama untuk mengawali setiap
urusan dengan membaca basmalah. Kedua membaca ayat-ayat pendek untuk
beerdoa. Juga diharamkan bagi yang berjunub masuk majid kecuali darurat.
 Ulama Syafi’iyah : orang yang berjunub duharamkan membaca al-Quran
sekalipun satu huruf. Jika bermaksud untuk membca. Juga tidak dibolehkan diam
di masjid kecuali hanya sekedar lewat, itupun jika dirasa aman untuk tidak
mengotori masjid.
 Ulama Harabilah : orang yang berjunub dibolehkan membaca al-Qur’an pada
ayat-ayat pendek, tidak boleh lebih dari itu. Boleh juga diam di masjid jika dirasa
aman untuk tidak mengotori masjid.
3. Jelaskan maksud dari hadis nabi berikut ini :
ِ‫ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀ‬
Jawab :
Arti dari hadits ِ‫ﺍﻟْﻤَﺎﺀ‬ َ‫ﻣِﻦ‬ ُ‫ﺍﻟْﻤَﺎﺀ‬ adalah “Air itu dari air”
Air yang pertama dalam hadits ini adalah air mandi janabah, air yang kedua dalam
hadits adalah air mani. Maksudnya, jika keluar mani maka wajib mandi.

4. Jelaskan analisis saudara tentang permasalahan wudhu sebagai berikut


a. mengusap sebagian / seluruh bagian kepala
Jawab :
َ ‫بِ ُرؤُ ْو ِس ُك ْم َو ْام‬
Ulama Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa kalimat ‫س ُح ْوا‬
adalah menyapu seluruh kepala, sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah cukup
menyapu sebagian kepala.
Alasan ulama yang berpendapat bahwa harus menyapu seluruh kepala ,
adalahberdasarkan hadits:
‫اصم ب ِْن زَ ْي ِد ب ِْن للاِ َع ْب ِد َع ْن‬ ِ ‫قَا َل ْال ُوض ُْو ِء‬: ‫س َح‬
ِ ‫صفَ ِة فِى َع‬ ُ ‫صلَّى للاِ َر‬
َ ‫س ْو ُل َو َم‬ َ ‫علَ ْي ِه للا‬ َ ‫فَأ َ ْقبَ َل بِ َرأْ ِس ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم‬
‫)عليه متفق( َوأَدْبَ َر ِبيَدَ ْي ِه‬
Artinya:
“Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim, tentang sifat wudu : ia berkata :….dan
Rasulullah SAW mengusap kepalanya, yaitu ia jalankan dua tangannya ke belakang
dan ia kembalikannya. (Muttafaq ‘alaih).
Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil pengertian bahwa cara Rasulullah
Saw. mengusap kepala ialah dengan meletakkan kedua telapak tangannya yang
basah di depan kepala dekat dahi, lalu memundurkan (menarik ke belakang)
keduanya sampai ke tengkuk lantas menarik keduanya kembali ke tempat permulaan,
kemudian menurunkan kedua tangan itu pada dua telinga, dan mengusap bagian
dalam dua telinga itu dengan dua jari telunjuknya serta mengusap sebelah luarnya
dengan kedua ibu jari.
Adapun alasan ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah, dengan mengusap sebagian
kepala adalah lafadz masaha diikuti dengan huruf jar ba, sebagaimana dalam firman
َ ‫بِ ُرؤ ُْو ِس ُك ْم َوا ْم‬, sehingga mengusap kepala pada ayat di atas berkonotasi
Allah ‫س ُح ْوا‬
“sebagian kepala”.
b. membasuh anggota wudhu yang terluka
Jawab :
Jika pada anggota wudhu yang diperintahkan untuk dibasuh terdapat luka dan dia
khawatir akan berbahaya jika dibasuh atau terlambat sembuhnya, maka cukup diusap
dengan air jika luka tersebut terbuka. Jika dia terbuka dan tidak dapat dibasuh, maka
cukup dibasuh yang dapat dibasuh dari anggota wudhunya, lalu dia bertayammum
sebagai pengganti anggota wudhu yang tidak dapat dibasuh dan diusap.
Jika telah dibalut dengan perban atau obat yang menghalanginya dari air, maka
cukup diusap perbannya atau sesuatu yang menutupinya.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, Ahmad berkata, "Jika dia berwudhu dan
khawatir lukanya terkena air, maka hendaknya dia mengusap kain (yang menutupi
lukanya).Demikian pula jika dia meletakkan obat pada bagian lukanya, dan khawatir
jika obat tersebut dia copot, maka dia dapat mengusapnya."
Al-Atsram meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Umar, bahwa ibu jarinya
mengalami luka, lalu beliau meletakkan sejenih ramuan, kemudian dia berwudhu
(dengan mengusap) atasnya.

5. Jelaskan hadis berikut ini terkait dengan shalat berjamaah !

‫ﻣﻦ كﺎن ﻟه إﻣﺎم فقرﺍءة ﺍإلﻣﺎم ﻟه قرﺍءة‬

Jawab :
Hadis tersebut artinya “Barangsiapa yang memiliki imam, maka bacaan imam adalah
bacaannya.” Hadits tersebut merupakan dasar dari pendapat Hanafiyah yang mengatakan
bahwa membaca alfatihah adalah makruh tahrim bagi makmum, baik pada shalat sirriyah
maupun jahriyah.

6. Jelaskan ikhtilaf ulama tentang permasalahan wudhu sebagai berikut :


a. Khutbah dengan bahasa arab
Jawab :
Para ulama madzhab berbeda pendapat dalam masalah harus atau tidak khotbah
dengan bahasa arab.
Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa khotbah dengan selain bahasa Arab adalah
dibolehkan. Baik ia mampu berbahasa arab atapun tidak, jamaahnya orang Arab
ataupun bukan orang Arab.
Ulama Hanabilah mengatakan bahwa khotbah dengan selain bahasa Arab bgai orang
yang mampu berbahasa Arab, baik jamaahnya orang Arab ataupun bukan orang
Arab.Tetapi jika seorang khatib tidak bisa berbahasa Arab maka dibolehkan.
Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa rukun-rukun khotbah harus disampaikan
dengan bahasa Arab.Adapun tambahan dari rukun-rukun tersebut boleh
menggunakan selain bahasa Arab.
Ulama Malikiyah mengatakan bahwa khotbah harus disampaikan dengan bahasa
Arab meskipun jamaahnya bukan orang Arab yang tidakmengerti bahasa Arab. Jika
tidak ada yang bisa bahasa Arab maka gugurlah kewajiban shalat Jum’at dari mereka
b. Adzan jum’at
Jawab :
Dalam Fiqih Islam, Sulaiman Rasyid (1995;128) mengungkapkan bahwa
berdasarkan pendapat yangmu’tamad, adzan Jum’at hanya satu kali, yaitu sewaktu
khatib sudah duduk di atas mimbar. Berdasarkan keterangan dari Imam Syafi’I,
bahwa ia berkata “Seseorang yang saya percaya mengabarkan kepada saya bahwa
adzan Jum’at di masa Nabi SAW dan masa khalifah Abu Bakar dan Umar adalah
satu kali. Maka setelah khalifah ketiga (Usman), ketika itu orang sudah bertambah
banyak dan, maka disuruh adzan sebelum imam duduk di mimbar. Sejak waktu itu,
terjadilah keadaan adzan seperti sekarang”. Menurut Atha, guru Imam Syafi’I,
menambahkan adzan adalah pada masa Muawiyah. Lalu Imam syafi’I bertanya:
“Manakah yang lebih benar?” Atha menjawab: “yang lebih baik ialah yang
dilakukan di masa Rosulullah SAW”
c. Seorang imam berbeda dengan khatib
Jawab :
Dalam masalah ini Malikiyah berpendapat bahwa seorang imam shalat Jum’at harus
orang yang menjadi khatib Jum’at. Jika yang mengimami merekaitu bukan yang
menjadi khatib Jum’at, maka shalat tersebut batal, kecuali apabila ada suatu
halangan bagi khatib yang membolehkannya mundur (tidak menjadi imam), seperti
hidungnya berdarah atau wudhunya batal, maka yang demikian itu sah, atau ada
orang lain yang menggantikannya bila udzurnya itu tidak dapatditunggu dalam
waktu dekat.Jika dapat ditunggu, maka wajib ditunggu. Batas waktu menunggu
adalah selama kurang lebih dua rakaat shalat isya.
d. Hari raya pada hari jum’at
Jawab :
Apabila hari raya bertepatan pada hari Jum’at maka kewajiban shalat Jum’at
menjadi gugur bagi mereka yang telah melaksanakan shalat ‘ied, akan tetapi
kewajiban shalat dzuhur mereka tidak menjadi gugur. Artinya mereka tetap
diharuskan melaksanakan shalat Dzuhur. Namun ada sebagian pendapat meski tidak
popular dan hanya berdasarkan pendapat seorang sahabat yang menyatakan bahwa
baran siapa telah ikut shalat ‘ied pada hari Jum’at, maka tidak ada lagi kewajiban
shalat Jum’at maupun shalat Dzuhur. Mereka berpegang ada ucapan Ibnu Az-Zubair
yang diriwayatkan oleh Abu Daud :“Dua hari raya berhimpun pada hari ini.
Kemudian ia (Ibnu Az-Zubair) melaksanakan shalat ‘ied dua rakaat di pagi hari,
dan tidak menambahkan apapun selainnya sampai saat ia melaksanakan shalat
Ashar
.
7. Jelaskan ikhtilaf ulama tentang permasalahan shalat sebagai berikut :
a. Talafuz niat
Jawab :
Disunnatkan melafazkan dengan lidah akan niat (yakni niat sembahyang) seperti dia
mengucap dengan lidahnya, sebagai contoh :"Usholli Fardhadzh-Dzhohri", kerana
pada yang sedemikian itu peringatan bagi hati (yakni dengan melafazkan niat boleh
mengingatkan hati akan perbuatannya mendirikan sholat itu). Dan hukum ini
disepakati di sisi mazhab asy-Syafi`iyyah dan al-Hanabilah (yakni melafazkan niat
ini hukumnya sunnat pada mazhab kita, Syafi`i dan mazhab Hanbali).
Bagi mazhab Malikiyyah dan Hanafiyyah, melafazkan niat tidak disyariatkan pada
sembahyang, melainkan apabila adalah musholli itu orang yang bersifat was-was.
Dalam mazhab Malikiyyah hukum melafazkan niat bagi orang yang tidak was-was
hukumnya khilaful awla, tetapi bagi yang was-was disunnatkan.
Dalam mazhab Hanafiyyah, melafazkan niat itu adalah bid`ah dan dipandang baik
untuk menolak was-was (yakni bid`ah hasanah).
b. Do’a iftitah
Jawab :
Menurut Al-Jaziri dalam kitabnya al-Fiqh ‘ala Madzahib Al-Arba’ah, membaca doa
iftitah menurut tiga imam madzhab ( Hanafi, Syafi’I, dan Hanabi) adalah sunah.
Berbeda dengan mereka, ulama golongan Malikiyah berpendapat bahwa hokum
membaca doa iftitah adalah makruh berdasarkan pendapat yang masyhur di kalangan
mereka. Tetapi sebagian golongan dari mereka, menghukumi mandub.
c. Membaca tasmiyah (bismillah)
Jawab :
 Menurut ulama hanafiyah, hukum membaca tasmiyah adalah sunah dengan sirr
pada awal setiap rakaat, baik shalat sirriyah (Dzuhur dan Ashar) maupun shalat
jahriyah (Maghrib, Isya dan Shubuh). Membaca tasmiyah ini khusus bagi imam
dan munfarid. Adapun bagi makmum tidak boleh membaca, karena anggapan
ulama Hanafiyah bahwa bacaan makmum adalah bacaan imam. Membaca
tasmiyah ini dilakukan setelah doa iftitah dan ta’awudz.
 Menurut ulama Malikiyah berpendapat hukum membaca tasmiyah adalah sama
dengan membaca tasmiyah pada shalat sunah.
 Menurut ulama Syafiiyah, tasmiyah adalah bagian dari ayat al-Fatihah, sehingga
membaca tasmiyah adalah wajib, baik pada shalat sirriyah maupun jahriyah,
yakni membaca tasmiyah dengan jahr pada shalat jahriyah, dan membaca sirr
pada shalat sirriyah.
 Menurut Hanabilah berpendapat bahwa membaca tasmiyah adalah sunah,
karena bukan termasuk ayat dari al-fatihah, dan apabila membaca tasmiyah
sebelum ta’awudz tidak perlu diulang sebagaimana pendapat hanafiyah.
d. Menggerakkan terlunjuk ketika duduk tasyahud
Jawab :
 Malikiyah mengungkapkan bahwa disunahkan dalam keadaan duduk tasyahu
untuk menggenggam seluruh jari-jari selain jari telunjuk tangan kanan, dan
memanjangkan telunjuk serta jempolnya dengan menggerak-gerakkan telunjuk
terus-menerus ke kiri dan ke kanan dengan gerakan yang lembut.
 Hanafiyah memberikan isyarat hanya dengan telunjuk serta jempolnya dengan
telunjuk dari tangan kanannya dan tidak digerak-gerakkan.
 Pendapat Hanabilah sama dengan Hanafiyah, yakni memberikan isyarat dengan
telunjuk dan tidak digerak-gerakkan
 Pendapat Syafi’iyah berpendapat bahwa seluruh jari-jari tangan kanannya
digenggam kecuali jari telunjuk, untuk jari telunjuk di tegakkan dan tidak
digerak-gerakkan.
Sebenarnya, paham menggerak-gerakkan telunjuk ketika duduk tasyahud yang
berkembang di Indonesia adalah megikuti pendapat golongan Malikiyah, namun
seharusnya mengerak-gerakkannya tidak dengan berputar, tetapi menggerak-
gerakkannya ke kanan dan ke kiri dengan cara yang lembut. Bukan menggerakkan jar
telunjuk dengan cara kasar ayau bertenaga, karena dapat menghilangkan kekhusuan
shalat.
e. Posisi tangan ketika bersedekap
Jawab :
 Malikiyah berpendapat bahwa tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri, dan
meetakkannya di atas pusar, dibawah dada.
 Hanafiyah berpendapat bahwa tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri, baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi jika laki-laki diletakkan di bawah pusar, dan
bagi perempuan di atas dadanya.
 Syafi’iyah berpendapat disunnahkannya bagi laki-laki dan perempuan
meletakkan telapak tangan kanannya di atas tangan kirinya, dan diletakkan di
bawah dada dan di atas pusar agak kesamping kiri.
 Hanabilah berpendapat disunnahkannya bagi laki-laki dan perempuan
meletakkan telapak tangan kanannya di atas tangan kirinya, dan meletakkannya
di bawah pusar.
f. Qunut pada saat shalat shubuh
Jawab :
Menurut pendapat Muhammadiyah berdasarkan keputusan Muktamar Tarjih bahwa
Qunut shalat shubuh adalah tidak didasarkan pada tuntunan (ghairu masyru’), karena
hadits tentang qunut adalah dhaif (lemah). Ikhtilaf tentang qunut adalah bahwa kunut
tersebut boleh saja diamalkan dengan tujuan berdiri lama dan berdoa kepada Allah
SWT. Berdiri lama dan berdoa dalam shalat. Barang siapa yang berkeyakinan harus
berkunut, maka boleh dilakukan, sedangkan yang tidak yakin, maka tidak ada dosa
baginya

8. Jelaskan analisis saudara tentang masalah puasa berikut ini :


a. Puasa hari ulang tahun
Jawab :
Rasulullah SAW sering berpuasa sunnah di hari Senin. Dan salah satu alasannya
adalah karena hari itu adalah hari di mana beliau dilahirkan ke muka bumi.
Rasulullah SAWditanya tentang puasa hari Senin.Beliau menjawab, "Itu hari
kelahiranku dan diturunkan wahyu." (HR Muslim dan Ahmad)
Namun apakah hal yang sama juga berlaku buat umatnya, yakni disunnahkan
berpuasa di hari kelahiran, tentu menjadi perdebatan panjang para ulama.
Mengingat Rasulullah SAW adalah pembawa risalah resmi dari Allah SWT.Ketika
beliau melakukan ritual ibadah, alasan yang beliau kemukakan tentu sangat terkait
dengan diri beliau sendiri.
Artinya, kalau beliau SAW sering berpuasa di hari Senin karena beliau lahir di hari
itu, lantas puasa sunnah disyariat di hari itu, maka kesimpulan hukumnya adalah kita
disyariatkan untuk berpuasa di hari kelahiran beliau, bukan di hari kelahiran kita
sendiri.
Sebab yang lahir di hari Senin itu bukan seorang Muhammad sebagai seorang anak
dari manusia, melainkan yang lahir adalah seorang utusan Allah.Maka kita berpuasa
di hari kelahiran seorang utusan Allah, bukan di hari kelahiran diri kita sendiri.
Apalagi hadits di atas masih diteruskan bahwa di hari Senin itu turun wahyu.Berarti
topik hadits itu adalah keutamaan hari Senin, bukan keutamaan hari kelahiran tiap
manusia.
b. Puasa 40 hari berturut-turut
Jawab :
Dalam Islam, puasa 40 hari tidak dikenal atau tidak disyariatkan sehingga tidak ada
ajarannya dari Rasulullah Saw. Yang ada dan jelas dalilnya, adalah ibadah selama 40
hari (namun tidak secara khusus menyebutkan ibadah puasa), sebagaimana hadits
berikut ini: “Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah)
selama 40 hari maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui
lidahnya”. (HR. Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam Al-Hilyah).
c. Niat uasa 1 kali untuk sebulan
Jawab :
Sebagian besar ulama fikih berpendapat niat harus dilakukan setiap hari dari waktu
malam hingga fajar. Ada satu mazhab, yakni mazhab Maliki yang menyatakan
bahwa diperkenankan niat sekali saja untuk puasa yang bersambung hari-harinya,
seperti puasa di bulan suci Ramadhan.
Karena itu, lebih utama berniat puasa setiap hari di waktu malam hingga fajar. Tapi
jika ia khawatir lupa atau terlewatkan, maka ia diperkenankan berniat akan berpuasa
di bulan Ramadhan sebulan penuh.

9. Hitunglah zakat fitrah dan mal sebagai berikut :


a. Diket : sebuah keluarga terdiri dari 1 kepala keluarga, 1 istri, 3 anak, dan 2
orang tua. Harga beras saat itu Rp. 15.000/kg
Ditanya : berapa zakat fitrah yang dibayar jika semua tanggungan kepala
keluarga ?
Dijawab : zakat 1 orang = 2,5 kg × Rp. 15.000/kg = Rp. 37.500
Zakat 7 orang = 7 × Rp.37.500 = Rp. 262.500
Zakat fitrah yang harus dibayarkan adalah 262.500,-
b. Diket : muzakki memilki emas 378 gram. Harga emas Rp. 390.000/gram
Ditanya : berapa zakat yang dikeluarkan ?
Dijawab : - jika dibayar dengan emas = 378 gram × 2,5% = 9,45 gram

- jika dibayar dengan uang

378 gram × Rp. 390.000/gram = Rp. 147.420.000

Rp. 147.420.000 × 2,5% = Rp. 3.685.500

Jadi zakat mal (emas) yang dikeluarkan adalah 9,45 gram emas atau 3.685.500,- jika
dengan uang.

10. Jelaskan perbedaan antara wajib dan rukun haji!


Jawab :
Wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dilaksanakan dalam ibadah haji. Apila
ditinggalkan, hajinya sah tetapi harus membayar dam dan berdosa kalau sengaja
melanggarnya tanpa udzur syar’i. Sedangkan rukun haji adalah amalan yang harus
dilaksanakan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan yang lain, walaupun
dengan dam. Jika amalan tersebut ditinggalkan, maka hajinya tidak sah.
11. Jelaskan perbedaan antara nafar awal dan nafar tsani !
Jawab :
Nafar awal adalah keberangkatan jamaah haji meninggalkan Mina lebih awal, paling
lambat sebelum terbenam matahari pada tanggal 12 Dzulhijjah setelah melontar jumrah
selama 3 hari. Sedangkan nafar tsani adalah keberangkatan jamaah haji mininggalkan
Mina pada tanggal 13 Dzulhijjah setelah melontar jumrah selam 4 hari yaitu tanggal
10,11,12, dan 13 Dzulhijjah.

12. Jelaskan perbedaan antara tahalul awal dan tahallul tsani !


Jawab :
Tahallul awal adalah melepaskan diri dari keadaan ihram setelah melakukan dua diantara
tiga perbutan, yaitu melontar jumrah aqabah dan mencukur, melontar jumrah aqabah dan
tawaf ifadah beserta sa’i, dan tawaf ifadah beserta sa’i dan mencukur. Sedangkan
Tahallul tsani adalah melepaskan diri dari keadaan ihram dan melakukan ketiga
perbuatan melontar jumrah, tawaf ifadah beserta sa’i dan mencukur.

13. Sebutkan macam-macam tawaf dalam ibadah haji !


Jawab :
a. Tawaf Ifadah
Tawaf ifadaha adalah salah satu dari beberapa rukun haji yang harus dilaksanakan
sendiri jika tidak ingin hajinya batal. Tawaf ini disebut juga tawaf ziarah atau tawaf
rukun
b. Tawaf Qudum
Tawaf qudum atau disebut juga tawaf dukhul adalah tawaf pembukaan atau tawaf
selamat datang yang dilakukan pada waktu jamaah baru tiba di Mekkah
c. Tawaf Wada
Tawaf wada disebut tawaf perpisahan adalah salah satu ibadah wajib dilaksanakan
sebagai pernyataan dan penghormatan kepada Baitullah dan Masjidil Haram.
d. Tawaf Sunat
Tawaf sunat adalah tawaf yang bisa dilakukan kapan saja. Kalau dilakukan saat baru
memasuki Masjidil Haram, tawaf ini berfungsi sebagai pengganti shalat Tahiyatul
Masjid. Tawaf sunat inilah yang dimaksudkan atau disebut tawaf tathawwu
14. Jelaskan perbedaan jual beli dengan riba !
Jawab :
a. Jual beli dihalalkan oleh Allah sedangkan riba diharamkan oleh-Nya
b. Transaksi jual beli pasti akan menghadapi untung rugi, perlu kesungguhan dan
kepiawaian / keahlian, sedangkan riba hanya akan mendapatkan keuntungan dan
tidak perlu adanya keseriusan dan kepiawaian / keahlian.
c. Dalam jual beli ada pertukaran barang, dan keuntungan diperoleh oleh dua pihak
(penjual dan pembeli), namun riba hanya memberi keuntungan kepada satu pihak
saja yaitu penjual.

15. Sebutkan macam-macam riba !


Jawab :
Menurut jumhur ulama, riba terdiri atas dua hal, yaitu riba nasi’ah dan riba fadhl
a. Riba nasi’ah adalah pertambahan bersyarat yang diperoleh orang yang mengutangkan
dari orang yang berutang lantaran penangguhan. Jenis ini, diharamkan berdasarkan
nash Al-Qur’an, Sunnah dan ijma’
b. Riba fadhi adalah jenis jal beli uang dengan uang atau barang pangan dengan barang
pangan dengan barang pangan dengan tambahan. Ulama Hanafiyah mengartikan riba
fadh sebagai tambahan pada harta dalam akad jua beli sesuai ukuran syariat (takaran
atau timbanngan) jika barang yang ditukar sama.

16. Jelaskan Macam-macam khiyar !


Jawab :
a. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah khiyar yang dijadikan syarat pada waktu akad jual beli. Artinya
pembeli atau penjual memilih antara meneruskan atau mengurungkan jual beli
setelah mempertimbangkan dalam satu atau dua hari.
b. Khiyar Majlis
Khiyar Majlis adalah kebebasan memlih bagi pihak penjual dan pembeli untuk
melangsungkan jual beli atau membatalkannya selama masih di tempat jual beli.
Apabila kedua belah pihak telah terpisah dari majlis maka hilanglah hak khiyar
sehigga perubahan dalam jual beli itu tidak bisa dilakukan lagi.
c. Khiyar Aib
Khiyar aib adalah kebebasan memilih untuk melangsungkan akad atau
membatalkannya apabila pada barang yang dibeli terdapat cacat.

Anda mungkin juga menyukai