Anda di halaman 1dari 15

Bagaimana tata cara mengusap kepala ketika wudhu menurut 4 madzhab

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas : perbandingan madzhab fiqh

Dosen pengampu : H. MUZAKKA, M.Hum

Di susun oleh :

1. Lilik khoiriyah (19106021065)


2. Luluk nila munana (19106021054)
3. Ahmad kholil (19106021073)

Prodi muamalat 6
Fakultas agama islam

Universitas wahid hasyim semarang

tahun ajaran 2022


A. PENDAHULUAN

Setiap hari kita sebagai umat Islam tentunya sudah sangat akrab dengan aktifitas
berwudhu. Setidaknya umat Islam berwudhu lima kali dalam sehari ketika mereka hendak
melaksanakan shalat fardhu lima waktu. Sebagai salah satu syarat sah shalat, maka
seseorang yang hendak melaksanakan rukun Islam yang kedua tersebut harus wudhu
terlebih dahulu. Jika tidak, maka shalatnya dianggap tidak sah. Kecuali kalau tidak ada air
atau terkena penyakit, maka ia bisa mengganti wudhu dengan tayamum.
Wudhu tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan diri atau bersuci dari
hadats kecil. Wudhu juga memiliki fungsi atau manfaat lainnya.

Wudhu adalah syari’at (tatanan) agama yang mempunyai makna bersih, baik
bersih dari kotoran, najis, dosa atau lainya. Dengan melakukan wudhu seseorang
diperbolehkan melakukan ibadah yang asalnya dilarang sebab hadats kecil. Dengan
melakukan wudhu sesuai dengan kriteria yang ada di salah satu madzhab empat
(Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali) maka diperbolehkan melaksanakan sholat,
thawaf, atau yang lainya Penghalang ma’nawi dapat kembali sebab melakukan hal-
hal yang membatalkan wudhu. Hanya saja mereka berbeda pendapat dalam
kadarnya. Apakah sebagian saja sudah cukup, ataukah wajib seluruh bagian kepala.
Pernah pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membasuh dengan cara
kepala bagian depan, lalu ke belakang, ke depan lagi, lalu langsung ke telinga, semua
dalam satu Gerakan tanpa mengambil air lagi ke tangan. Dari Abdullah bin ‘Amr
Radhiallahu ‘Anhuma, bercerita tentang cara wudhunya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam:

Ibnu Sayyidin Naas mengatakan: ini juga pendapat Imam Ath Thabari. Imam Abu
Hanifah mengatakan wajib seperempat bagiannya. Sementara Al Auza’i, Ats Tsauri,
dan Al Laits, mengatakan: sudah sah sebagian saja ditambah dengan bagian
depannya. Ini juga pendapat Ahmad, Naashir, Al Baaqir, dan Ash Shaadiq. At Tsauri
dan Asy Syafi’i mengatakan sudah sah mengusap kepala walau dengan satu jari.
Sementara kalangan Zhahiriyah terjadi perbedaan pendapat: ada yang mewajibkan
seluruh bagiannya, ada pula yang mengatakan sudah sah sebagiannya. Selesai dari
Imam Asy Syaukani.

Ada pun dalam madzhab Hanafi mewajibkan seperempat bagian kepala


dengan cara mengira-ngira apa yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dalam hadits ini. Menurut Imam an Nawawi, hadits yang menunjukkan
membalikkan kembali ke bagian depan bukanlah menunjukkan sebuah kewajiban
tapi sunnah menurut kesepakatan ulama. Hadits-hadits yang menceritakan tentang
tata cara mengusap kepala berbeda-beda ukurannya, ada yang ubun-ubun saja, ada
yang sampai belakang, dan ada yang ke depan lagi. Tidak mungkin dikatakan
mengembalikan ke depan itu wajib, sebab itu sama juga menyalahkan hadits lain
yang tidak seperti itu. Keragaman ini menunjukkan semua cara itu sah dan benar,
berdasarkan hadits-hadits yang shahih.
Maka, jika membasuh kepala hanya bagian tertentu dari kepala, maka itu
sudah sah menurut Syafi’iyah dan Hanafiyah, berdasarkan hadits Shahih Muslim,
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membasuh bagian ubun-ubunnya
saja, tidak semua sisi kepala.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengusap kepala yang benar ketika berwudhu?
2. Berapa banyak mengusap kepala saat wudhu?
3. Apakah membasuh kepala wajib saat wudhu?
4. Bagaimana hukumnya mengusap sebagaian kepala dalam wudhu?
C. TUJUAN PENULISAN
1.  Untuk mengetahui tata Cara Mengusap Kepala Dalam Berwudu
2.   untuk mengetahui Wudhu Dianggap Sah Apakah Mengusap Kepala Seluruh atau
Seperempat Saja?
3.  manfaat mengusap kepala saat berwudhu
4. untuk mengetahui Hukum Mengusap Kepala Ketika Wudhu Menurut 4 Mazhab
BAB II
PEMBAHASAN

A. Untuk mengetahui tata Cara Mengusap Kepala Dalam Berwudu

Tata cara membasuh  atau mengusap dalam wudu, bukan merupakan suatu kewajiban. Yang
wajib adalah terbasahi anggota yang dibasuh dan terusapnya anggota tubuh yang diusap, dengan
cara apapun. Akan tetapi tidak diragukan lagi bahwa mengikuti tata cara yang telah ditetapkan
dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam itu lebih utama dan lebih sempurna.  (Silahkan lihat Al-
Mughni, 1/171).

Terdapat riwayat tata cara mengusap kepala dalam berwudu dengan dua cara,Pertama: Kedua
tangan setelah dibasahi dengan air, diletakkan di depan kepala kemudian diusapkan ke kepalanya
sampai di tengkuk. Kemudian kembali lagi ke depan kepalanya. An-Nawawi rahimahullah
menyebutkan dalam Syarh Muslim, para ulama sepakat tentang disunahkannya cara seperti ini.
Terdapat riwayat ketetapan hal itu dalam banyak hadits dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam

Diriwayatkan oleh Bukhari, (185) dan Muslim, (235) dari Abdullah bin Zaid radhiallahu anhu,
beliau menjelaskan tata cara wudu Nabi sallallahu alaihi wa sallam, “…. Kemudian mengusap
kepalanya dengan kedua tangannya. Maju mundur dengan keduanya. Dimulai dari depan kepalanya lalu
diusapkan dengan keduanya sampai ke tengkuknya. Kemudian dikembalikan ke tempat semula.”

Diriwayatkan oleh Abu Daud, (124) bahwa Muawiyah radhiallahu anhu berwudu di hadapan
orang-orang sebagaimana beliau melihat Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berwudu. Ketika
tiba mengusap kepalanya, beliau menciduk satu cidukan air lalu diterima tangan kirinya
kemudian diletakkan di tengah kepalanya sampai airnya menetes atau hampir menetes.
Kemudian diusap dari depan sampai ke belakang dan dari belakang ke depan. Dinyatakan shahih
oleh Al-Bany dalam shahih Abu Daud.

َ ‫) ع َْن ْال ِم ْقد َِام ْب ِن َم ْع ِدي َك ِر‬122( ‫ وروى أبو داود‬:


َ َ‫ب رضي هللا عنه ق‬
‫ال‬

Diriwayatkan oleh Abu awud (122) dari Miqdam bin Makdikarb radhialllahu anhu berkata,
‫ ثُ َّم َر َّدهُ َما‬، ‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى ُمقَ َّد ِم َرْأ ِس ِه فََأ َم َّرهُ َما َحتَّى بَلَ َغ ْالقَفَا‬
َ ‫ فَلَ َّما بَلَ َغ َم ْس َح َرْأ ِس ِه َو‬، ‫ضَأ‬
َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ت ََو‬ ُ ‫َرَأي‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
‫ صححه األلباني في صحيح أبي داود‬. ُ‫ِإلَى ْال َم َكا ِن الَّ ِذي بَ َدَأ ِم ْنه‬

“Saya melihat Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berwudu. Ketika sampai mengusap
kepalanya, beliau meletakkan kedua tangannya di depan kepala dan diusap dengan keduanya
sampai ke tengkuk. Kemudian dikembalikan keduanya ke tempat yang dimulainya.” (Dinyatakan
shahih oleh Al Albany di Shahih Abi Daud)

Tata cara ini sesuai kalau rambutnya pendek. Tidak berceceran dengan kembalinya kedua tangan
ke depan kepalanya.

Tatacara kedua: mengusap semua kepalanya akan tetapi searah dengan rambut. Dimana tidak
merubah posisi rambutnya. Tatacara ini sesuai bagi yang mempunyai rambut panjang –baik
lelaki maupun perempuan, karena dikhawatirkan rambutnya berantakan, jika kedua tangannya
dikembalikan, .

Diriwayatkan oleh Ahmad (26484) dan Abu Daud (128) dari Robi’ binti Muawid bin ‘Afra’
radhiallahu anha

‫ك ال َّشع َْر‬ ِ ‫صبِّ ال َّشع‬


ُ ِّ‫ ال ي َُحر‬، ‫ْر‬ َ ‫ ُك َّل نَا ِحيَ ٍة لِ ُم ْن‬، ‫ْر‬ َ ‫ فَ َم َس َح ال َّرْأ‬، ‫ضَأ ِع ْن َدهَا‬
ِ ‫س ُكلَّهُ ِم ْن قَرْ ِن ال َّشع‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تَ َو‬ َ ‫َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
‫ حسنه األلباني في صحيح أبي داود‬. ‫ع َْن هَيَْئتِ ِه‬

“Sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berwudu di sisinya. Kemudian mengusap


seluruh kepalanya dari  atas kepala, terus ke arah rambutnya menjuntai.  Tidak menggeser
rambut dari posisinya semula.” (Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Abi Daud)

Kata ‘‫ ’ ِم ْن قَرْ ن ال َّشعْر‬maksudnya qorni sya’ri disini adalah di atas kepala. Memulai mengusap dari
atas ke bawah.

Kata ‘‫ ’ ُك ّل نَا ِحيَة‬maksudnya setiap sisi, yaitu usapan menyeluruh, melebar dan memanjang.

Kata ‘‫صبِّ ال َّشعْر‬


َ ‫ ’لِ ُم ْن‬adalah tempat menjuntainya rambut, yaitu ke arab bawah.
Al-Iroqi mengatakan, “Maknanya bahwa memulai mengusap dari atas kepala terus sampai ke
bawah. Hal itu dilakukan untuk setiap sisinya.”

Tidak merubah posisi rambut, maksudnya tetap dengan kondisi semula.

Ibnu Ruslan mengatakan, “Tata cara ini khusus bagi orang yang mempunyai rambut panjang.
Karena jika tangannya dikembalikan agar air sampai di akar rambut, maka rambut akan
berantakan dan pemiliknya akan kesulitan kondisi rambut yang berantakan.”

Diriwayatkan dari Imam Ahmad beliau ditanya bagaimana seorang wanita yang mempunyai
rambut panjang mengusap rambutnya? Beliau menjawab, “Kalau dia mau, dapat mengusap
seperti yang diriwayatkan oleh Robi. Lau dia menyebut hadits tersebut seraya berkata: “Begini,
lalu dia meletakkan tangannya di tengah kepalanya kemudian diusap sampai ke depannya.
Kemudian tangannya diangkat kemudian di letakkan lagi di tempat semula mengusap
(maksudnya diletakkan lagi di tengah kepala), kemudian diusapkan ke belakang.”

Ada kemungkinan maksud dari ‘qorn’ disini adalah depan kepala. Maksudnya mulai mengusap
dari depan kepala mencakup semua sisinya sampai ke bawah rambut, yaitu ke belakang
kepalanya. Yakni mengusap kepalanya satu kali dari depan ke belakang dan tidak
mengembalikan lagi kedua tangannya. Karena hal itu tidak menggerakkan rambut dari posisinya.
Robi’ radhiallahu anha mengatakan, “Tidak mengerakkan rambut dari posisinya.”

B. untuk mengetahui Wudhu Dianggap Sah Apakah Mengusap Kepala Seluruh atau
Seperempat Saja?

Saat melaksanakan ibadah haji, tidak jarang kita melihat sebagian umat Islam dari
belahan bumi bagian lain yang berwudhu dengan cara yang tidak biasa dilihat di
Indonesia.
Ada yang mengusap sebagian besar kepalanya, ada yang mengusap seluruh kepalanya,
bahkan ada yang membasahi seluruh kepalanya dengan air mengalir.
Fenomena ini tidak jarang membuat seseorang bertanya-tanya: Mereka mengikuti
mazhab siapa? Ada dalilnya apa tidak?
Dikutip Wartakotalvie.com dari nu.or.id, Syekh Muhammad Ali Al-Shabuni dalam kitab
Rawaiul Bayan Tafsiru Ayatil Ahkam juz I halaman 538-539 menjelaskan, para ulama
mazhab empat sepakat bahwa mengusap kepala merupakan kewajiban atau rukun
dalam wudhu.
Artinya, wudhu seseorang dianggap tidak sah manakala ia tidak mengusap kepala.
Mereka berpedoman pada firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Maidah ayat
6:
‫س ُحوا ِب ُر ُءوسِ ُك ْم َوَأ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى‬
َ ‫اغسِ لُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإلَى ا ْل َم َراف ِِق َوا ْم‬ َّ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ َآ َم ُنوا ِإ َذا قُ ْم ُت ْم ِإلَى‬
ْ ‫الصاَل ِة َف‬
‫ا ْل َك ْع َب ْي ِن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.
Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat tentang kadar bagian kepala yang harus
diusap saat wudhu.
Ulama mazhab Maliki dan Hanbali mewajibkan mengusap seluruh kepala, demi kehati-
hatian dalam beribadah.
Ulama mazhab Hanafi mewajibkan mengusap seperempat kepala.
Sedangkan ulama mazhab Syafi’i mewajibkan mengusap sebagian kepala, walaupun
hanya beberapa helai rambut. P
erbedaan ini muncul karena perbedaan dalam memahami makna dan faedah huruf “ba”
pada lafad ‫بِ ُر ُءوسِ ُك ْم‬/ biru’ûsikum dalam ayat di atas.
Ulama yang menganggap huruf “ba” tersebut berfaedah “zaidah/tambahan”
mewajibkan mengusap seluruh kepala.
Artinya, keberadaan huruf “ba” tidak mempengaruhi makna, karena hanya bersifat
tambahan.
Sedangkan ulama yang menganggap huruf “ba” dimaksud berfaedah “tab’idh/sebagian”
mewajibkan mengusap sebagian kepala Urutan berwudhu yang benar (net)
Ulama mazhab Maliki dan Hanbali yang mewajibkan mengusap seluruh kepala beralasan
bahwa ayat tentang wudhu (ayat di atas) menyerupai ayat tentang tayammum, yaitu
firman Allah subhanahu wata’ala:
‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوَأ ْيدِي ُك ْم ِم ْن ُه‬ ْ ‫صعِيدً ا َط ِّي ًبا َف‬
َ ‫ام‬ َ ‫َف َت َي َّم ُموا‬
Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); usaplah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. (Al-Maidah: 6).
Pada ayat tayammum, Allah memerintahkan mengusap seluruh wajah. Itu artinya,
dalam wudhu pun Allah memerintahkan mengusap seluruh kepala, bukan sebagiannya.
Di samping itu, mereka juga berargumentasi bahwa huruf ‘ba’ pada lafad biru’ûsikum
berfaedah zaidah (tambahan), sehingga makna ayat tersebut: “Dan usaplah seluruh
kepalamu”.
Sedangkan ulama mazhab Hanafi dan Syafi’i yang mewajibkan mengusap sebagian
kepala beralasan bahwa huruf “ba” tersebut bermakna tab’idh (sebagian), sehingga
makna ayat itu: “Dan usaplah sebagian kepalamu”.
Hanya saja, ulama mazhab Hanafi mengartikan sebagian kepala dengan seperempat
kepala berdasarkan hadis: ‫س َف ٍر َف َب َر َز‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم فِي‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ُ ‫ ُك َّنا َم َع َر‬:َ ‫ش ْع َب َة َقال‬ َ ‫َع ِن ا ْل ُمغ‬
ُ ‫ِير ِة ْب ِن‬
َ ‫ضَأ َو َم‬
‫س َح بِ َناصِ َيتِ ِه‬ َّ ‫اء َف َت َو‬
َ ‫اجتِ ِه ُث َّم َج‬
َ ‫ل َِح‬
Dari Mughirah bin Syu’bah, ia berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu a’laihi wa
sallam dalam sebuah perjalanan, lalu beliau keluar untuk menunaikan hajatnya,
kemudian hadir, berwudhu, dan mengusap jambulnya. (HR. Nasa’i, hadis nomor 109).
Sementara ulama mazhab Syafi’i tidak memberi batasan tertentu.
Artinya, wudhu seseorang dikatakan sah jika ia mengusap sebagian kepala, baik
seperempatnya atau kurang dari seperempat.
Mereka berpedoman pada hadis: ‫س َّل َم‬ َ ‫ش ْع َب َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َأنَّ ال َن ِب َّي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َع ِن ْب ِن ا ْل ُمغ‬
ُ ‫ِير ِة ْب ِن‬
َ ‫ضَأ َف َم‬
‫س َح ِب َناصِ َيتِ ِه َو َع َلى ال ٍع َمام ِة‬ َّ ‫َت َو‬
Dari Ibnu Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu a’laihi wa
sallam berwudhu, lalu mengusap jambulnya, dan atas surbannya. (HR.Muslim, hadis
nomor 247).
Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab jilid 1 hal 431-
432 menyebutkan:
‫س َح ِب َناصِ َيتِ ِه‬َ ‫سلَّ َم َم‬ َ ‫ص ِح ْي ِح َأنَّ ال َّن ِب َّي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫ا ْل َم ْس َح َي َق ُع َع َلى ا ْل َقلِ ْي ِل َوا ْل َكثِ ْي ِر َو َث َبتَ فِي ال‬ َّ‫ص َحا ُب َنا ِبَأن‬
ْ ‫اح َت َّج َأ‬
ْ ‫َو‬
‫الر ْب ِع َف َت َع َّينَ َأنَّ ا ْل َوا ِج َب َما َي َق ُع‬
ُّ َ‫ف َفِإنَّ ال َّناصِ َي َة د ُْون‬ِ ‫ص‬ ِ ُ‫الر ْب ِع َوال ُّثل‬
ْ ‫ث َوال ِّن‬ ُّ ِ‫ب َو َي ْم َن ُع ال َّت ْق ِد ْي َر ب‬
ِ ‫ِ ْستِ ْي َعا‬ ‫َف َه َذا َي ْم َن ُع ُو ُج ْو َب ااْل‬
‫َعلَ ْي ِه ااْل ِ ْس ُم‬
Sahabat-sahabat kita berhujjah (beralasan) bahwa istilah “mengusap” bisa untuk hal
sedikit atau banyak.
Disebutkan dalam hadis shahih bahwa Nabi shallallahu a’laihi wa sallam mengusap
jambulnya.
Hadis ini menyanggah kewajiban mengusap seluruh kepala, sebagaimana menyanggah
penafsiran seperempat, sepertiga, atau setengah, sebab jambul itu kurang dari
seperempat (kepala).
Dengan demikian, maka yang diwajibkan adalah mengusap sebagian kepala, yang
menurut adat sudah disebut mengusap.
Dari paparan di atas dapat difahami, pendapat ulama tentang kadar bagian kepala yang
wajib diusap ketika wudhu sangatlah beragam, dan ternyata masing-masing pendapat
memiliki dalil.
Oleh karena itu, ketika kita melihat umat Islam lain yang tata cara wudhunya berbeda
dengan cara yang biasa kita lakukan, bisa jadi sebab mereka mengikuti mazhab berbeda.
Karenanya, kebesaran jiwa kita untuk menghargai perbedaan pendapat sangatlah
diperlukan.

c. manfaat mengusap kepala saat berwudhu

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Nujaih Amr bin Abasah al-Sulami,
Rasulullah bersabda bahwa wudhu dapat menggugurkan atau menghapuskan dosa-dosa
seseorang. Lebih dari itu, Salem menyebutkan kalau berwudhu yang baik dan benar
juga bisa mencegah kanker kulit. Setiap hari orang pasti bersentuhan dengan banyak
elemen, termasuk bahan-bahan kimia. Dengan berwudhu, maka bahan kimia yang
menempel dikulit tersebut akan larut dan hilang.
Para peneliti luar negeri juga banyak yang meneliti tentang manfaat wudhu. Salah
satunya adalah psikiater dan neurolog berkebangsaan Austria, Leopold Werner von
Ehrenfels. Berdasarkan hasil penelitiannya, Von Ehrenfels mengatakan bahwa berwudhu
menjadikan tubuh selalu sehat. Air wudhu merangsang saraf-saraf tubuh manusia.
Hasilnya, tubuh orang yang sering berwudhu selalu sehat.
Sama seperti Salem, Von Ehrenfels juga mengemukakan kalau berwudhu dapat
mencegah penyakit kulit. Salah satu penyebab penyakit kulit adalah kurangnya menjaga
kebersihan kulit. Dengan wudhu lima kali sehari –bahkan lebih, maka orang yang
berwudhu tersebut secara tidak langsung juga menjaga kebersihan kulitnya.
 
Berikut mari kita lihat lebih banyak dan detil lagi manfaat air wudhu bagi kesehatan,
cekidot :

1. Membersihkan Tangan Kita


Kuman yang berada di sekeliling kita tanpa kita sadari sering menempel pada tangan
kita. Karena banyak sekali aktifitas yang kita lakukan sehari-hari menggunakan fungsi
tangan kita. Oleh karenanya dengan sering berwudhu berarti otomatis kita selalu
mencuci tangan kita dan menjaga kita dari serangan kuman yang berbahaya bagi tubuh
kita dan kesehatan kita.

2. Mengurangi Sakit Kepala


Pada umumnya sakit kepala bisa disebabkan oleh stress atau tekanan psikologi dan
panas matahari yang menerpa kepala kita. Oleh karenanya membasuh sebagian kepala
saat berwudhu merupakan terapi untuk memberikan rasa segar pada otak kita sekaligus
memberikan efek pemijatan pada kulit kepala. Maka dengan melakukan proses
pembasuhan kepala ketika berwudhu dapat mengurangi rasa sakit kepala yang timbul.
3. Mencegah sakit gigi dan gusi
Mulut yang selalu bersih dan bebas kuman akan mencegah kita dari serangan penyakit
gigi dan gusi. Berkumur ketika berwudhu memberikan manfaat untuk membuang semua
kotoran dan kuman penyebab penyakit gigi dan gusi dalam mulut. Dengan berkumur
proses pembersihan sisa-sisa kuman dalam mulut akan lebih sempurna karena air dapat
menembus sela-sela gigi dan gusi yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi.
4. Menjaga kesehatan hidung
Hidung rentan sekali terdapat kotoran, karena di dalam hidung terdapat bulu untuk
menyaring kotoran ketika kita bernapas, agar kotoran itu tidak ikut masuk ke dalam
paru paru. Dengan mencuci hidung ketika berwudhu berati membuang semua kotoran
yang menempel di dalam hidung anda, sehingga hidung anda akan tetap sehat dan
bebas dari kotoran.
5. Mencerahkan mata kita
Saat kita mencuci wajah dalam berwudhu, sudah pasti mata kita juga akan terkena air
wudhu, ini sangat baik bagi kesehatan mata anda. air yang menerpa mata akan
membuat mata anda rileks dan segar, sehingga mata anda akan kembali cerah setelah
lelah bekerja.

D. untuk mengetahui Hukum Mengusap Kepala Ketika Wudhu Menurut 4 Mazhab

Dua orang muslim berwudhu dengan mengusap kepalanya dengan rata atau memakai
mazhab Maliki dan Hanbali. Sedangkan muslim Indonesia dan Malaysia sekitarnya mengusap
sebagian kepala saja karena mayoritas bermazhab Syafi'i. Bagaimana hukum mengusap kepala
ketika berwudhu ? Berikut penjelasan Ustaz Muhammad Ajib , pengajar di Rumah Fiqih
Indonesia (RFI) dalam bukunya berjudul "Masalah Khilafiyah 4 Mazhab Terpopuler". Berikut
penjelasannya:

1. Mazhab Hanafi.

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu cukup dengan seperempat
dari bagian kepala saja. Yaitu dengan cara mengusap bagian ubun-ubun kepala misalnya.

Dalam masalah ini, Mazhab Hanafi menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan Imam Muslim
dengan sanad yang shahih:

ِ ‫ َو َعلَى ْال ِع َما َم ِة َو َعلَى ْال ُخ َّفي‬،ِ‫ضَأ َف َم َس َح ِب َناصِ َي ِته‬


‫ رواه مسلم‬.‫ْن‬ َ َّ‫َأ َن ال َّن ِبي‬.
َّ ‫ « َت َو‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
Dari Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu 'anhu: Sesungguhnya Nabi SAW Berwudhu kemudian
mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya serta khuf. (HR. Muslim)

2. Mazhab Maliki.

Mazhab Maliki berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu wajib diratakan ke seluruh
kepala. Dalam masalah ini, Madzhab Maliki menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan Imam
Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:

‫ فأقبل بيديه‬,‫ برأسه‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ ومسح‬:‫ قال‬- ‫ في صفة الوضوء‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫وعن عبد هللا بن يزيد بن عاصم‬
‫ متفق عليه‬.‫وأدبر‬.

Dari Abdullah bin Yazid: Nabi SAW mengusap kepalanya mulai dari depan dengan kedua
tangannya sampai ke belakang kepala. (Muttafaqun Alaih)

3. Mazhab Syafi'i

Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu cukup dengan sebagian dari
kepala saja, walaupun hanya beberapa rambut saja. Dalam masalah ini, Mazhab Syafi'i
menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanad yang shahih:

ِ ‫ َو َعلَى ْال ِع َما َم ِة َو َعلَى ْال ُخ َّفي‬،ِ‫ضَأ َف َم َس َح ِب َناصِ َي ِته‬


‫ رواه مسلم‬.‫ْن‬ َ َّ‫َأ َن ال َّن ِبي‬.
َّ ‫ « َت َو‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬

Dari Mughiroh bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu: Sesungguhnya Nabi SAW berwudhu kemudian
mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya serta khuf. (HR. Muslim)

4. Mazhab Hanbali.

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa mengusap kepala ketika wudhu wajib diratakan ke
seluruh kepala. Pendapat Mazhab Hanbali ini sama seperti pendapat Mazhab Maliki.

Dalam masalah ini, Mazhab Hanbali menggunakan dalil shahih yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim dengan sanad yang shahih:

‫ فأقبل بيديه‬,‫ برأسه‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ ومسح‬:‫ قال‬- ‫ في صفة الوضوء‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫وعن عبد هللا بن يزيد بن عاصم‬
‫ متفق عليه‬.‫وأدبر‬.
Dari Abdullah bin Yazid: Nabi SAW mengusap kepalanya mulai dari depan dengan kedua
tangannya sampai ke belakang kepala.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wudhu adalah syari’at (tatanan) agama yang mempunyai makna bersih, baik bersih dari
kotoran, najis, dosa atau lainya. Dengan melakukan wudhu seseorang diperbolehkan
melakukan ibadah yang asalnya dilarang sebab hadats kecil. Dengan melakukan wudhu sesuai
dengan kriteria yang ada di salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali)
maka diperbolehkan melaksanakan sholat, thawaf, atau yang lainya Penghalang ma’nawi dapat
kembali sebab melakukan hal-hal yang membatalkan wudhu. Hanya saja mereka berbeda
pendapat dalam kadarnya. Apakah sebagian saja sudah cukup, ataukah wajib seluruh bagian
kepala. Pernah pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membasuh dengan cara kepala
bagian depan, lalu ke belakang, ke depan lagi, lalu langsung ke telinga, semua dalam satu
Gerakan tanpa mengambil air lagi ke tangan.
Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat tentang kadar bagian kepala yang harus diusap saat
wudhu.

Ulama mazhab Maliki dan Hanbali mewajibkan mengusap seluruh kepala, demi kehati-


hatian dalam beribadah.

Ulama mazhab Hanafi mewajibkan mengusap seperempat kepala.

Sedangkan ulama mazhab Syafi’i mewajibkan mengusap sebagian kepala, walaupun hanya
beberapa helai rambut. Perbedaan ini muncul karena perbedaan dalam memahami makna dan
faedah huruf “ba” pada lafad ‫ب ُر ُءوسِ ُك ْم‬/
ِ biru’ûsikum dalam ayat di atas.Ulama yang menganggap
huruf “ba” tersebut berfaedah “zaidah/tambahan” mewajibkan mengusap seluruh
kepala.Artinya, keberadaan huruf “ba” tidak mempengaruhi makna, karena hanya bersifat
tambahan.Sedangkan ulama yang menganggap huruf “ba” dimaksud berfaedah
“tab’idh/sebagian” mewajibkan mengusap sebagian kepala Urutan berwudhu yang benar (net)

Ulama mazhab Maliki dan Hanbali yang mewajibkan mengusap seluruh kepala beralasan


bahwa ayat tentang wudhu (ayat di atas) menyerupai ayat tentang tayammum, yaitu firman
Allah subhanahu wata’ala:

‫س ُحوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوَأ ْيدِي ُك ْم ِم ْن ُه‬ ْ ‫صعِيدً ا َط ِّي ًبا َف‬


َ ‫ام‬ َ ‫َف َت َي َّم ُموا‬

Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); usaplah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. (Al-Maidah: 6).

Pada ayat tayammum, Allah memerintahkan mengusap seluruh wajah. Itu artinya, dalam
wudhu pun Allah memerintahkan mengusap seluruh kepala, bukan sebagiannya.

Di samping itu, mereka juga berargumentasi bahwa huruf ‘ba’ pada lafad biru’ûsikum
berfaedah zaidah (tambahan), sehingga makna ayat tersebut: “Dan usaplah seluruh kepalamu”.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Nujaih Amr bin Abasah al-Sulami, Rasulullah
bersabda bahwa wudhu dapat menggugurkan atau menghapuskan dosa-dosa seseorang. Lebih
dari itu, Salem menyebutkan kalau berwudhu yang baik dan benar juga bisa mencegah kanker
kulit. Setiap hari orang pasti bersentuhan dengan banyak elemen, termasuk bahan-bahan kimia.
Dengan berwudhu, maka bahan kimia yang menempel dikulit tersebut akan larut dan hilang.

Dua orang muslim berwudhu dengan mengusap kepalanya dengan rata atau memakai
mazhab Maliki dan Hanbali. Sedangkan muslim Indonesia dan Malaysia sekitarnya mengusap
sebagian kepala saja karena mayoritas bermazhab Syafi'i.
DAFTAR PUSTAKA

https://islamqa.info/id/answers/45867/tata-cara-mengusap-kepala-dalam-berwudu

https://kanalsembilan.net/detailpost/cara-mengusap-kepala-saat-wudhu

https://kalam.sindonews.com/berita/1495912/69/hukum-mengusap-kepala-ketika-wudhu-
menurut-4-mazhab

https://wartakota.tribunnews.com/2020/05/05/wudhu-dianggap-sah-apakah-mengusap-
kepala-seluruh-atau-seperempat-saja-begini-penjelasannya?page=all

Anda mungkin juga menyukai