RASULULLAH SAW
NAMA KELOMPOK
TAKBIRATUL IHRAM
Adapun Syafi’iyyah dan Malikiyyah berpendapat di bawah dada dan di atas pusar. Dalilnya hadits Wail bin Hujr:
َص ََلةه َ علَى
ّ ص ْد هر هَه َو ُه ََو فهي ال َ شدَ بَ ْينَ ُه َما َْ ُعلَى يَ هد هَه ْالي
ُ َس َرى ث ُ َّم ي َ ض َُع يَدََهُ ْاليُ ْمنَى
َ َسلّ ََم ي
َ علَ ْي هَه َو َّ صلّى
َ َُللا َّ ل
َ َللاه ُ َكانََ َر
َُ سو
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya kemudian
mengencangkan keduanya di atas dadanya ketika beliau shalat” (HR,. Abu Daud 759, Al Baihaqi 4/38, Ath
Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 3322)
Doa Istiftah adalah doa yang dibaca ketika shalat, antara takbiratul ihram dan ta’awudz sebelum
membaca surat Al Fatihah. Hukum membacanya adalah sunnah. Diantaranya dalilnya adalah hadist
dari Abu Hurairah:
سكت ههنَيَّة قبل أن يقرأ
َُ سلَّ َُم إذا كبَّر في الصالة؛
َ علَيْهُ َو َُّ صلَّى
َ َللاه َ كان رسول هللا. فقلت: بأبي أنت وأمي؛ أرأيت !يا رسول هللا
سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika shalat, ia diam sejenak
sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau
dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau
baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa istiftah)” (Muttafaqun ‘alaih)
MEMBACA DOA ISTIADZAH
Disyari’atkan untuk membaca isti’adzah sebelum membaca Al Qur’an, baik di dalam shalat maupun di luar
shalat. Termasuk juga ketika sebelum membaca Al Fatihah dalam shalat. Aisyah radhiallahu’anha, beliau
berkata:
ُ َيستفت ه, “الحم هُد للُ ربُ العالَمينَُ “والقراءُةَ ب
ُح الصالُةَ بالتكبيرُ _صلى هللا عليه وسلم_كان رسو ه
ُل هللا
“biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memulai shalatnya dengan takbir, lalu membaca
alhamdulillahi rabbil ‘alamin..” (HR. Muslim 498).
MEMBACA AL-FATIHAH
Jumhur ulama menyatakan membaca Al Fatihah adalah termasuk rukun shalat. Tidak sah shalat
tanpa membaca Al Fatihah. Diantara dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ُيقرأْ بفاتحةُ الكتاب
ُ لا صالُةَ لمن لم
“tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al Bukhari 756, Muslim
394)
didukung juga sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ُهي خداج َُ َ ف، ُقرُأ ه فيها بأمُ الكتاب
َُ َ ف، ُهي خداج َ كلُ صالةُ ال يه
“setiap shalat yang di dalamnya tidak dibaca Faatihatul Kitaab, maka ia cacat, maka ia cacat” (HR.
Ibnu Majah 693, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
MEMBACA AYAT AL-QUR’AN
Para sahabat ijma (sepakat) bahwa disunnahkan membaca Al-Qur’an setelah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama
di semua shalat. Diantara dalilnya adalah sabda nabi shallallahu’alaihi wasallam dari sahabat Abu
Qatadah,
“Nabi shallallahu’alaihi wasallam membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat zhuhur dan juga
membaca dua surat yang panjang pada rakaat pertama dan pendek pada rakaat kedua dan terkadang
hanya satu ayat. Beliau membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat ashar dan juga membaca
dua surat dengan surat yang panjang pada rakaat pertama. Beliau juga biasanya memperpanjang
bacaan surat di rakaat pertama shalat subuh dan memperpendeknya di rakaat kedua” (HR Al-Bukhari
759, Muslim 451).
RUKUK DALAM SHALAT
Rukuk disyariatkan dalam shalat, yaitu setelah berdiri membaca ayat Al Qur’an, kemudian
bertakbir intiqal, baru setelah itu rukuk. Allah Ta’ala berfirman:
َُ ار َكعهوا َوا ْس هجدهوا َوا ْعبهدهوا َربَّ هك ُْم َوا ْف َعلهوا ْال َخي
َُْر لَ َُعلَّ هك ُْم ت ه ْفل هحون ْ َيا أَي َها الَّذينَُ آ َمنهوا
“wahai orang-orang yang beriman, rukuk dan sujudlah, dan sembahlah Rabb kalian, dan
kerjakanlah kebaikan, semoga kalian beruntung” (QS. Al Hajj: 77).
I’tidal setelah bangkit dari rukuk adalah salah satu rukun shalat. I’tidal adalah gerakan mengangkat badan setelah dari rukuk
hingga berdiri kembali dengan punggung dalam keadaan lurus. Dalam hadits Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu, beliau
mengatakan:
َّ فإهذا رفَع رأسه استوى قائماَ حتى يعود ك
ل فقار مكانه
“Ketika Nabi shallallahu’ alaihi wasallam mengangkat kepalanya (dari rukuk) untuk berdiri hingga setiap ruas tulang
punggung berada di posisinya semula” (HR. Bukhari no. 828).
SUJUD
Cara duduk di antara dua sujud adalah dengan duduk iftirasy, yaitu dengan membentangkan punggung kaki kiri di lantai, dan
mendudukinya, kemudian kaki kanan ditegakkan dan jari-jarinya menghadap kiblat.
Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau berkata:
وقعد على مقعدته، ونصب األخرى، قدم رجلٌه اليسرى، وإذا جلس في الركعة اآلخرة، ونصب اليمنى،الرك َعتَين َجلَس على رجلٌه اليسرى
َ فَإهذَا َجلَس فهي
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan
menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya
dan duduk di atas lantai.”(HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)
DUDUK TASYAHUD
Cara duduk tasyahud awal adalah dengan duduk iftirasy, sama seperti duduk di antara dua sujud, yaitu telapak kaki kiri
dibentangkan dan diduduki, kemudian telapak kaki kanan ditegakkan.
hadis Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau berkata:
وإذا جلس في الركعة، ونصب اليمنى،فإذا جلس في الركعتين جلس على رجله اليسرى
وقعد على مقعدته، ونصب األخرى، قدم رجله اليسرى،اآلخرة
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan
kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk di
atas lantai.”(HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)
DUDUK TASYAHUD AKHIR
Cara duduk tasyahud akhir adalah dengan duduk tawarruk, yaitu duduk di lantai, kedua kaki diletakkan di sebelah kanan
pinggang, kaki kiri dibentangkan, sedangkan kaki kanan ditegakkan. Dalam hadis Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau
berkata:
وقعد على مقعدته، ونصب األخرى، قدم رجله اليسرى، وإذا جلس في الركعة اآلخرة، ونصب اليمنى،فإذا جلس في الركعتين جلس على رجله اليسرى
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan
menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya
dan duduk di atas lantai.” (HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226).
Salam di akhir shalat adalah perbuatan yang disyariatkan. Kita ketahui bersama bahwa shalat diawali dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Salam dilakukan dengan menoleh ke kanan hingga pipi terlihat dari
belakang kemudian menoleh ke kiri hingga pipi terlihat dari belakang, sambil mengucapkan salam. Sebagaimana
hadits dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu:
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya salam ke kanan dan ke kirinya dengan ucapan: as salaamu ‘alaikum
warahmatullah (ke kanan), as salaamu ‘alaikum warahmatullah (ke kiri),hingga terlihat putihnya pipi beliau.” (HR.
Abu Daud no. 996, Ibnu Majah no. 914, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
SELESAI “KHOLAS”