Anda di halaman 1dari 11

TATA CARA SHALAT SESUAI SUNNAH

RASULULLAH SAW
 NAMA KELOMPOK

 ARSI DWI FITRIANA (1800874201200)


 M. ZILQI GIFARI (1800874201171)
 SANDI DIAS (1800874201126)
 JORDAN TARIQH A. (1800874201207)
 RENDI SUPRIYANTO (1800874201166)
TATA CARA BERWUDHU

1. Berniat –dalam hati- untuk menghilangkan hadats.


2. Membaca basmalah: ‘bismillah’.
3. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan, lalu dimasukkan dalam mulut
(berkumur-kumur atau madmadho) dan dimasukkan dalam hidung (istinsyaq) sekaligus –melalui satu cidukan-.
Kemudian air tersebut dikeluarkan (istintsar) dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
5. Membasuh seluruh wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot.
6. Membasuh tangan –kanan kemudian kiri- hingga siku dan sambil menyela-nyela jari-jemari.
7. Membasuh kepala 1 kali dan termasuk di dalamnya telinga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kedua telinga termasuk bagian dari kepala” (HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani).
Tatacara membasuh kepala ini adalah sebagai berikut, kedua telapak tangan dibasahi dengan air.
Kemudian kepala bagian depan dibasahi lalu menarik tangan hingga kepala bagian belakang,
kemudian menarik tangan kembali hingga kepala bagian depan. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan memasukkan
jari telunjuk ke lubang telinga, sedangkan ibu jari menggosok telinga bagian luar.
8. Membasuh kaki 3 kali hingga ke mata kaki dengan mendahulukan kaki kanan sambil membersihkan sela-sela jemari
kaki.
NIAT SHALAT

Abu Abdillah Muhammad bin Al Qasim At Tunisi Al Maliki, ia berkata:


‫ مع ما في ذلك من التشويش على الناس‬،‫ فالجهر بها بدعة‬،‫النيّة من أعمال القلوب‬
“Niat itu termasuk amalan hati. Mengeraskannya bid’ah. Lebih lagi jika perbuatan itu membuat berisik orang
lain.”
Yang dimaksud Bid’ah itu, perkataan yang dibuat-buat dalam ibadah tanpa ada dalilnya

TAKBIRATUL IHRAM

Adapun hadits dari Wa’il bin Hujr radhiallahu’anhu:


‫ألنظرن الى صالة رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال فلما افتتح الصالة كبر ورفع يديه فرأيت إبهاميه قريبا من أذنيه‬
“Sungguh aku menyaksikan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam shalat, ketika beliau memulai shalat
beliau bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya sampai aku melihat kedua jempolnya dekat
dengan kedua telinganya” (HR. An Nasa-i 1101, dishahihkan Al Albani dalam Sunan An Nasa-i).
SEDEKAB

Adapun Syafi’iyyah dan Malikiyyah berpendapat di bawah dada dan di atas pusar. Dalilnya hadits Wail bin Hujr:
َ‫ص ََلةه‬ َ ‫علَى‬
ّ ‫ص ْد هر هَه َو ُه ََو فهي ال‬ َ ‫شدَ بَ ْينَ ُه َما‬ َْ ُ‫علَى يَ هد هَه ْالي‬
ُ َ‫س َرى ث ُ َّم ي‬ َ ‫ض َُع يَدََهُ ْاليُ ْمنَى‬
َ َ‫سلّ ََم ي‬
َ ‫علَ ْي هَه َو‬ َّ ‫صلّى‬
َ ُ‫َللا‬ َّ ‫ل‬
َ ‫َللاه‬ ُ ‫َكانََ َر‬
َُ ‫سو‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya kemudian
mengencangkan keduanya di atas dadanya ketika beliau shalat” (HR,. Abu Daud 759, Al Baihaqi 4/38, Ath
Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 3322)

MEMBACA DOA ISTIFTAH

Doa Istiftah adalah doa yang dibaca ketika shalat, antara takbiratul ihram dan ta’awudz sebelum
membaca surat Al Fatihah. Hukum membacanya adalah sunnah. Diantaranya dalilnya adalah hadist
dari Abu Hurairah:
‫سكت ههنَيَّة قبل أن يقرأ‬
َُ ‫سلَّ َُم إذا كبَّر في الصالة؛‬
َ ‫علَيْهُ َو‬ َُّ ‫صلَّى‬
َ ‫َللاه‬ َ ‫كان رسول هللا‬. ‫فقلت‬: ‫بأبي أنت وأمي؛ أرأيت !يا رسول هللا‬
‫سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال‬: ” ‫أقول‬: … ” ‫فذكره‬
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika shalat, ia diam sejenak
sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau
dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau
baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa istiftah)” (Muttafaqun ‘alaih)
MEMBACA DOA ISTIADZAH

Disyari’atkan untuk membaca isti’adzah sebelum membaca Al Qur’an, baik di dalam shalat maupun di luar
shalat. Termasuk juga ketika sebelum membaca Al Fatihah dalam shalat. Aisyah radhiallahu’anha, beliau
berkata:
ُ‫ َيستفت ه‬, ‫“الحم هُد للُ ربُ العالَمينَُ “والقراءُةَ ب‬
ُ‫ح الصالُةَ بالتكبيرُ _صلى هللا عليه وسلم_كان رسو ه‬
ُ‫ل هللا‬
“biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memulai shalatnya dengan takbir, lalu membaca
alhamdulillahi rabbil ‘alamin..” (HR. Muslim 498).

MEMBACA AL-FATIHAH

Jumhur ulama menyatakan membaca Al Fatihah adalah termasuk rukun shalat. Tidak sah shalat
tanpa membaca Al Fatihah. Diantara dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ُ‫يقرأْ بفاتحةُ الكتاب‬
ُ ‫لا صالُةَ لمن لم‬
“tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al Bukhari 756, Muslim
394)
didukung juga sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ُ‫هي خداج‬ َُ َ‫ ف‬، ُ‫قرُأ ه فيها بأمُ الكتاب‬
َُ َ‫ ف‬، ُ‫هي خداج‬ َ ‫كلُ صالةُ ال يه‬
“setiap shalat yang di dalamnya tidak dibaca Faatihatul Kitaab, maka ia cacat, maka ia cacat” (HR.
Ibnu Majah 693, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
MEMBACA AYAT AL-QUR’AN

Para sahabat ijma (sepakat) bahwa disunnahkan membaca Al-Qur’an setelah Al-Fatihah pada dua rakaat pertama
di semua shalat. Diantara dalilnya adalah sabda nabi shallallahu’alaihi wasallam dari sahabat Abu
Qatadah,

‫ َُويهقَص هُر في‬،‫ل في األهولَى‬ َ ‫ورتَيْنُ يه‬


ُ‫طو ه‬ َ ‫س‬‫ َو ه‬،ُ‫صالَةُ الظ ْهرُ بفَات َحةُ الكتَاب‬ َ ‫ن‬ َّ ‫سلَّ َُم يَ ْق َرُأ ه في‬
ُْ ‫الر ْك َعتَيْنُ األهولَيَيْنُ م‬ َ ‫علَيْهُ َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللاه‬ َ ُ‫انَُ النَّبي‬
‫الر ْك َعةُ األهولَى‬
َّ ‫ل في‬ ُ‫طو ه‬َ ‫ َو َكانَُ يه‬،‫ل في األهولَى‬ َ ‫ َو َكانَُ يه‬،ُ‫ورُتَيْن‬
ُ‫طو ه‬ َ ‫س‬‫صرُ بفَات َحةُ الكتَابُ َو ه‬ْ ‫ َو َكانَُ يَ ْق َرُأ ه في ال َع‬،‫الثَّانيَةُ َويه ْسم هُع اآليَ ُةَ أَ ْحيَانًا‬
ُ‫ َويهقَص هُر في الثَّانيَة‬،ُ‫صالَةُ الصبْح‬ َ ‫ن‬ ُْ ‫م‬

“Nabi shallallahu’alaihi wasallam membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat zhuhur dan juga
membaca dua surat yang panjang pada rakaat pertama dan pendek pada rakaat kedua dan terkadang
hanya satu ayat. Beliau membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat ashar dan juga membaca
dua surat dengan surat yang panjang pada rakaat pertama. Beliau juga biasanya memperpanjang
bacaan surat di rakaat pertama shalat subuh dan memperpendeknya di rakaat kedua” (HR Al-Bukhari
759, Muslim 451).
RUKUK DALAM SHALAT

Rukuk disyariatkan dalam shalat, yaitu setelah berdiri membaca ayat Al Qur’an, kemudian
bertakbir intiqal, baru setelah itu rukuk. Allah Ta’ala berfirman:
َُ ‫ار َكعهوا َوا ْس هجدهوا َوا ْعبهدهوا َربَّ هك ُْم َوا ْف َعلهوا ْال َخي‬
َُ‫ْر لَ َُعلَّ هك ُْم ت ه ْفل هحون‬ ْ ‫َيا أَي َها الَّذينَُ آ َمنهوا‬
“wahai orang-orang yang beriman, rukuk dan sujudlah, dan sembahlah Rabb kalian, dan
kerjakanlah kebaikan, semoga kalian beruntung” (QS. Al Hajj: 77).

Posisi anggota badan ketika rukuk


1. Membungkukkan badan.
2. Posisi punggung tegak lurus dengan kaki, tidak miring dan tidak terlalu bungkuk.
3. Kepala sejajar dengan punggung, tidak mendongak dan tidak terlalu menunduk.
4. Tangan diletakkan di lutut, bukan di paha atau di bawah lutut.
5. Jari-jari direnggangkan, tidak dirapatkan.
6. Pandangan mata ketika rukuk.
I’TIDAL

I’tidal setelah bangkit dari rukuk adalah salah satu rukun shalat. I’tidal adalah gerakan mengangkat badan setelah dari rukuk
hingga berdiri kembali dengan punggung dalam keadaan lurus. Dalam hadits Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu, beliau
mengatakan:
َّ ‫فإهذا رفَع رأسه استوى قائماَ حتى يعود ك‬
‫ل فقار مكانه‬
“Ketika Nabi shallallahu’ alaihi wasallam mengangkat kepalanya (dari rukuk) untuk berdiri hingga setiap ruas tulang
punggung berada di posisinya semula” (HR. Bukhari no. 828).

SUJUD

Sujud adalah salah satu rukun salat. Allah Ta’ala berfirman:


َُ ‫ار َكعهوا َوا ْس هجدهوا َوا ْعبهدهوا َربَّ هك ُْم َوا ْف َعلهوا ْال َخي‬
َُ‫ْر لَ َعلَّ هك ُْم ت ه ْفل هحون‬ ْ ‫ي ََاأَي َها الَّذينَُ آ َمنهوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77). Caranya : kedua tangan dahulu baru kedua lutut. Ini
adalah pendapat ulama Malikiyyah dan juga salah satu pendapat Imam Ahmad.
DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

Cara duduk di antara dua sujud adalah dengan duduk iftirasy, yaitu dengan membentangkan punggung kaki kiri di lantai, dan
mendudukinya, kemudian kaki kanan ditegakkan dan jari-jarinya menghadap kiblat.
Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau berkata:
‫ وقعد على مقعدته‬،‫ ونصب األخرى‬،‫ قدم رجلٌه اليسرى‬،‫ وإذا جلس في الركعة اآلخرة‬،‫ ونصب اليمنى‬،‫الرك َعتَين َجلَس على رجلٌه اليسرى‬
َ ‫فَإهذَا َجلَس فهي‬
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan
menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya
dan duduk di atas lantai.”(HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)

DUDUK TASYAHUD

Cara duduk tasyahud awal adalah dengan duduk iftirasy, sama seperti duduk di antara dua sujud, yaitu telapak kaki kiri
dibentangkan dan diduduki, kemudian telapak kaki kanan ditegakkan.
hadis Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau berkata:
‫ وإذا جلس في الركعة‬،‫ ونصب اليمنى‬،‫فإذا جلس في الركعتين جلس على رجله اليسرى‬
‫ وقعد على مقعدته‬،‫ ونصب األخرى‬،‫ قدم رجله اليسرى‬،‫اآلخرة‬
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan
kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk di
atas lantai.”(HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)
DUDUK TASYAHUD AKHIR

Cara duduk tasyahud akhir adalah dengan duduk tawarruk, yaitu duduk di lantai, kedua kaki diletakkan di sebelah kanan
pinggang, kaki kiri dibentangkan, sedangkan kaki kanan ditegakkan. Dalam hadis Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau
berkata:
‫ وقعد على مقعدته‬،‫ ونصب األخرى‬،‫ قدم رجله اليسرى‬،‫ وإذا جلس في الركعة اآلخرة‬،‫ ونصب اليمنى‬،‫فإذا جلس في الركعتين جلس على رجله اليسرى‬
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan
menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya
dan duduk di atas lantai.” (HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226).

SALAM DI AKHIR SHALAT

Salam di akhir shalat adalah perbuatan yang disyariatkan. Kita ketahui bersama bahwa shalat diawali dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Salam dilakukan dengan menoleh ke kanan hingga pipi terlihat dari
belakang kemudian menoleh ke kiri hingga pipi terlihat dari belakang, sambil mengucapkan salam. Sebagaimana
hadits dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu:

‫هللاه عليه وسلَّم كان يهسل هُم عن يمينه وعن يساره‬


ُ ‫ي صلَّى‬ َُّ : ‫خده‬
َُّ ‫أن النب‬ ُ‫سال هُم عليكم ورحم ُةه هللاُ حتَّى يه َرى َب ه‬
َُ ‫ياض‬ َّ ‫ ال‬،ُ‫سال هُم عليكم ورحم ُةه هللا‬
َّ ‫ال‬

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya salam ke kanan dan ke kirinya dengan ucapan: as salaamu ‘alaikum
warahmatullah (ke kanan), as salaamu ‘alaikum warahmatullah (ke kiri),hingga terlihat putihnya pipi beliau.” (HR.
Abu Daud no. 996, Ibnu Majah no. 914, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
SELESAI “KHOLAS”

Anda mungkin juga menyukai