Anda di halaman 1dari 19

Perbedaan 4 mazhab dalam perkara shalat

1. Niat

Apakah perlu melafaskan niat (nawaitu) saat


hendak melaksanakan shalat?
Penjelasannya adalah 4 Mazhab sesuai
keinginan bahwa niat itu adalah wajib
sedangkan mengungkapkannya dengan kata-
kata adalah hal yang tidak diminta (lafas niat
tidak perlu).Ibnu Qayim berpendapat bahwa,
Nabi Muhammad SAW saat hendak shalat,
beliau langsung mengucapkan “Allahu Akbar”,
tanpa mengucapkan kalimat apa pun
sebelumnya, dan tidak melaksanakan niat sama
sekali.

2. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram yang akan dibahas adalah
perbedaan mengucapkan “Allahu Akbar” posisi
mengangkat tangan dan juga dimana tangan
diletakkan setelah takbiratul ihram dilakukan.
2.1 Pengucapan Takbiratul ihramMazhab Syafi'i
berpendapat BOLEH mengganti “Allahu Akbar”
dengan “Allahu Al-Akbar” ditambah dengan alif
dan lam sebelum kata “Akbar”

Mazhab Maliki dan Hambali berpendapat


bahwa TIDAK BOLEH menggunakan bahasa lain
selain Allahu Akbar
Lantas bagaimana dengan Mazhab Hanafi
berpendapat bahwa BOLEH dengan kata-kata
lain yang sesuai atau sama artinya dengan kata-
kata tersebut, seperti “Allah Al-A'dzam” dan
“Allahu Al-Ajall” (Allah Yang Maha Agung dan
Allah Yang Maha Mulia ).

Mazhab Syafi'i, Maliki dan Hambali memaksa


bahwa mengucapkannya dalam bahasa Arab
adalah wajib, walaupun orang yang shalat itu
adalah orang ajam (bukan orang Arab).

Hanafi : Sah mengucapkannya dengan bahasa


apa saja, meski yang bersangkutan bisa bahasa
Arab.
Di antara perbedaan di atas persamaan yang
dapat diambil bahwa semua Mazhab
berpendapat bahwa Takbiratul Ihram adalah
WAJIB hukumnya dan dengan mengucapkan
kata “Allahu Akbar” yang didengarkan olehnya
sendiri ataupun orang lain.2.2 Posisi Tangan
Saat Takbiratul Ihram

Ada beberapa posisi tangan saat mengucapkan


“Allahu Akbar” ada yang mengangkat sejajar
dengan bahu, sejajar dengan telinga dan ada
juga yang mengangkat tangan berada di depan
dada, di antara posisi tangan yang sesuai
dengan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Madzhab Maliki dan Syafi'i berpendapat bahwa


cara mengangkat tangan saat takbiratul ihram
dan saat hendak ruku serta bangkit dari ruku
adalah mengangkat kedua tangan sampai ke
bahu, yaitu berdasarkan hadits berikut:

Dari Salim bin 'Abdullah dari Bapaknya,

“bahwa Rasulullah melihat mengangkat sejajar


dengan tanggung jawabnya ketika memulai
shalat, ketika takbir untuk rukuk dan ketika
bangkit dari rukuk” (HR Bukhari No. 693)

Bagi pria kedua tangan membentang ke


samping dengan lebar. Hal ini berdasarkan
hadits berikut ini :

Telah menceritakan kepada kami Muhammad


bin Abdullah bin Az Zubair, dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari
Muhammad bin 'Amru bin Atho` dari
Muhammad bin Tsuuban dari Abu Hurairah, dia
berkata;

“Bahwasanya Rasulullah saw jika berdiri untuk


shalat beliau mengangkat dengan
membentangkan.” (HR Ahmad No. 10086)

Berbeda dengan Mazhab Maliki dan Syafi'i

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa bagi lelaki


mengangkat tangan dan ibu jariih saat
takbiratul dan saat hendak ruku serta bangkit
dari ruku adalah mengangkat kedua tangan dan
ibu jari sampai setinggi itu berdasarkan hadits
berikut :
dari Nashr bin 'Ashim dari Malik bin Al
Huwairits katanya; Nabi mengangkat tangan
ketika memulai shalat, ruku' dan saat
mengangkat kepala dari ruku', hingga kedua
telinganya.” (HR Ahmad No. 19626)

Hadis lain,

Telah menceritakan kepada kami Waki' Telah


menceritakan kepada kami Fithr dari Abdul
Jabbar bin Wa`il dari bapaknya ia berkata :
"Saya melihat Rasulullah saw mengangkat
kedua untuk memulai shalat hingga kedua ibu
jarinya menyentuh kedua daun telinganya." (HR
Ahmad No. 18094)
Madzhab Hambali (Imam Ahmad bin Hambal)
berpendapat bagi laki-laki boleh memilih
mengangkat tangan setinggi bahu /pundak atau
sampai ke telinga karena Imam Ahmad
meriwayatkan hadits baik yang menyebutkan
setinggi telinga maupun bahu (Nailul Authar
Jilid 2 Hal. 179-183)

Kesimpulan dari perbedaan mengangkat tangan


saat takbiratul ihram adalah dapat dilakukan
sejajar atau lebih tinggi dari daun telinga
dengan ibu jari rapat dengan jari lainnya juga
dapat diregangkan sedangkan wanita hanya
dapat mengangkat bahu saja. Tapi tak menutup
diri dari sahnya shalat ketika laki laki
mengangkat tangan hanya setinggi bahu karena
dari semua cara tersebut terdapat hadis yang
menyertainya.
2.2 Posisi Tangan Saat Takbiratul Ihram

Ada beberapa posisi tangan saat mengucapkan


“Allahu Akbar” ada yang mengangkat sejajar
dengan bahu, sejajar dengan telinga dan ada
juga yang mengangkat tangan berada di depan
dada, di antara posisi tangan yang sesuai
dengan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Madzhab Maliki dan Syafi'i berpendapat bahwa


cara mengangkat tangan saat takbiratul ihram
dan saat hendak ruku serta bangkit dari ruku
adalah mengangkat kedua tangan sampai ke
bahu, yaitu berdasarkan hadits berikut:

Dari Salim bin 'Abdullah dari Bapaknya,


3. Berdiri bagi yang mampu
Semua Mazhab berpendapat bahwa berdiri
adalah hal yang wajib, bila tidak mampu berdiri,
maka ia duduk, dan jika ia tidak mampu duduk
maka dia dapat melakukannya dengan cara
menghadapi tantangan dengan menghadapkan
badan ke arah kiblat.

Semua ulama Mazhab selain Hanafi


berpendapat bahwa jika tidak dapat duduk,
maka shalat dilaksanakan dengan tidur
terlentang dengan kaki menghadap kiblat..
4.Bacaan Al Fatihah
Bacaan Al-Fatihah terdapat perbedaan yang
cukup signifikan di antara 4 Mazhab
Mazhab Hanafih berpendapat bahwa membaca
Al Fatihah dalam shalat Fardhu itu tidak
diharuskan, dan membaca bacaan apa saja dari
Al-Quran itu boleh. Hal ini didasarkan pada Al-
Quran surat Muzammil ayat 20 :

“Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-


Quran,”

Mazhab Hanafih juga berpendapat bahwa tidak


harus membaca “Basmalah”, karena ia tidak
termasuk bagian dari surat. Dan boleh
dimainkan secara keras atau pelan. Boleh untuk
didengarkan sendiri maupun dikunjungi oleh
orang lain.
Mazhab Syafi'i sendiri berbeda pendapat
dengan Mazhab Hanafih Mazhab Syafi'i
mewajibkan bacaan Al-Fatihah setiap rakaat
baik dalam shalat wajib maupun shalat sunnah
dan basmalah merupakan bagian dari surat.

Al-Fatihah dijaharkan pada 2 rakaat pertama


pada shalat Shubuh, Maghrib dan juga Isya,
rakaat selebihnya dengan suara pelan.

Sedangkan Mazhab Maliki hampir sama dengan


mazhab Syafi'i, yang mewajibkan semua bacaan
Al Fatihah disetipa rakaat baik itu shalat wajib
maupun shalat sunnah, perbedaannya adalah
dalam hal membaca basmalah, Maliki
berpendapat bahwa basmalah tidak termasuk
bagian dari surat dan disunnahkan untuk
ditinggalkan.
Lantas bagaimana dengan Mazhab Hambali,
wajib membaca surat Al Fatihah namun
basmalah merupakan bagian dari surat tetapi
harus dibaca dengan pelan.

Perkara “Amin”

Empat mazhab menyatakan bahwa membaca


amin adalah sunnah, berdasarkan hadits Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda,

“jika ingin mengucapkan Ghairil maghdzubi


'alaihim waladzdzaallin, maka kalian harus
mengucapkan amin.
”5. Ruku'
Semua ulama mazhab wajib bahwa ruku'
adalah wajib di dalam shalat. Namun mereka
berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya
ber-thuma'ninah di dalam ruku', yakni ketika
ruku' semua anggota badan harus diam, tidak
bergerak dan juga perbedaan dalam mengucap
Subahaana rabbiyal 'adziim.

Maszhab Hanafih adalah satu-satunya yang


berpendapat bahwa thuma'ninah tidak dibatasi
hanyakan badan dengan lurus. Sementara
mazhab wajib thuma'ninah dengan pujian
sampai ke tangan orang yang shalat itu berada
di dua lututnyaSujud
Semua ulama mazhab wajib bahwa sujud itu
wajib dilakukan dua kali pada setiap rakaat.
Mereka berbeda pendapat tentang batasnya.

Maliki, Syafi'i, dan Hanafi : yang wajib


(menempel) hanya dahi, sedangkan yang lain-
lainnya adalah sunnah.

Hambali : yang mewajibkan semua anggota


yang tujuh (dahi, dua telapak tangan, dua lutut,
dan ibu jari dua kaki) secara sempurna. Bahkan
Hambali menambahi hidung, sehingga menjadi
delapan.

Perbedaan juga terjadi pada tasbih dan


thuma'ninah di dalam sujud, sebagaimana
dalam ruku'. Maka mazhab yang
mewajibkannya di dalam ruku' juga
mewajibkannya di dalam sujud. Hanafi : tidak
diwajibkan duduk di antara dua sujud itu.
Mazhab-mazhab yang lain : wajib duduk di
antara dua sujud.

7. Perkara Tahiyat

Tahiyat itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu


tahiyat awal yang dilakukan pada rakaat kedua
dan tahiyat akhir yang dilakukan di rakaat
ketiga atau ke empat dalam shalat.

Hambali : tahiyyat pertama itu wajib sedangkan


Mazhab-mazhab lain berpendapat hanya
sunnah.
Syafi'i, dan Hambali : tahiyyat terakhir adalah
wajib. Maliki dan Hanafi : hanya sunnah, bukan
wajib.
8. Mengucapkan salam.

Syafi'i, Maliki, dan Hambali : mengucapkan


salam adalah wajib. Hanafi : tidak wajib.

Menurut empat mazhab, kalimatnya sama yaitu


:

Assalamu'alaikum warahmatullaah

“Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah


tercurah kepada kalian”
Hambali : wajib mengucapkan salam dua kali,
sedangakan yang lain hanya mencukupkan satu
kali saja yang wajib.

Demikian perbedaan dalam melaksanakan


shalat menurut 4 mazhab semoga menjadi
pelajaran tambahan dan hikmah sehingga
mendapatkan Ridho an Allah SWT.

note: dalam perkara jangan mencampur


campurkan mazhab, di Indonesia Mazhab yang
umum dilakukan adalah Mazhab Hambali dan
Syafi'i, namun jika kita shalat berjamaah dan
dipimpin oleh imam yang menggunakan
mazhab Hanafi, maka kita harus menyesuaikan.

Anda mungkin juga menyukai