Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AGAMA

Nama : Salsabillah Adam


NIM : 841422034
Jurusan : S1-Keperawatan
Mata kuliah : Agama Islam
Dosen Pengampu : Agil Bahsoan, S.Ag, M.Ag

Tata cara solat dari niat sampai salam menurut 4 mazhab

1. NIAT
Menurut mazhab syafi'i dan hanbali : Sesungguhnya yang dianggap dalam niat itu adalah hati,
ucapan lidah bukanlah niat, akan tetapi membantu untuk mengingatkan hati, kekeliruan pada
lidah tidak memudharatkan selama niat hati itu benar.
Sedangkan menurut Mazhab Maliki dan Hanafi: Melafazkan niat tidak disyariatkan dalam
shalat, kecuali jika orang yang
shalat itu was-was.
Mazhab Maliki: Melafazkan niat itu bertentangan dengan yang lebih utama bagi orang yang
tidak was-was, dianjurkan melafazkan niat bagi orang yang was-was.
Mazhab Hanafi: Melafazkan niat itu bid’ah, dianggap baik untuk menolak was-was.

Waktu melafazkan niat menurut 4 mazhab:


Tiga mazhab sepakat, yaitu Mazhab Maliki, Hanafi dan Hanbali bahwa sah hukumnya jika niat
mendahului Takbiratul-Ihram dalam waktu yang singkat. Berbeda dengan Mazhab Syafi’I,
mereka berpendapat: Niat mesti beriringan dengan takbiratul ihram.

2. TAKBIRATUL IHRAM

• Maliki dan Hambali : kalimat takbiratul ihram adalah “Allah Akbar” (Allah Maha Besar)
tidak boleh menggunakan kata-kata lainnya.
• Syafi’i : boleh mengganti “Allahu Akbar” dengan ”Allahu Al-Akbar”, ditambah dengan alif
dan lam pada kata “Akbar”.
• Hanafi : boleh dengan kata-kata lain yang sesuai atau sama artinya dengan kata-kata
tersebut, seperti “Allah Al-A’dzam” dan “Allahu AlAjall” (Allah Yang Maha Agung dan
Allah Yang Maha Mulia).
Semua ulama mazhab sepakat : syarat takbiratul ihram adalah semua yang disyaratkan
dalam shalat. Kalau bisa melakukannya dengan berdiri; dan dalam mengucapkan kata
“Allahu Akbar” itu harus didengar sendiri, baik terdengar secara keras oleh dirinya, atau
dengan perkiraan jika ia tuli.
➢ BERDIRI

✓ Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?


Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri berdasarkan hadits yang
diriwayatkan Sahl bin Sa’ad:

» ‫اليمن عىل ذراعو اليس ى يف الصالة‬


ِ ‫«اف الناس م وف أف ضع ال جل ده‬
“Manusia diperintahkan agar laki-laki meletakkan tangan kanan di atas lengan kiri ketika
shalat”. (HR. al Bukhari).
Adapun posisi jari-jemari, berikut pendapat beberapa mazhab:

‫اليمن عىل وع اليس ى أو ما اربو‬


ِ ‫أف ضع ده‬: ‫عند اضتنابلة وال افعية‬

• Mazhab Hanbali dan Syafi’i: Meletakkan tangan kanan di atas lengan tangan kiri atau
mendekatinya.

‫أما اظت أة فتضع د ا‬. ‫ال جل باطتنص واإل اـ عىل ال سغ‬

‫ ػتل ا‬،‫اليمن عىل ظاى ف اليس ى‬


ِ ‫ف و أف َيعل باطن ف‬: ‫عند اضتنفية‬

‫عىل صدرىا من اري حتىل أل و أرست عتا‬.

• Mazhab Hanafi: Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, bagi
laki-laki melingkarkan jari kelingking dan jempol pada pergelangan tangan. Sedangkan
bagi perempuan cukup meletakkan kedua tangan tersebut di atas dada (telapak tangan
kanan di atas punggung tangan kiri) tanpa melingkarkan (jari kelingking dan jempol),
karena cara ini lebih menutupi bagi perempuan.

‫ ظتا روي عن عىل أ و‬،‫من السنة وضع اليم عىل ال ماؿ حتت الس ة « س ة‬: » ‫و ضع ما عند اضتنفية واضتنابلة حتت ال‬
‫قاؿ‬

• Mazhab Hanafi dan Hanbali: Meletakkan tangan di bawah pusar, berdasarkan hadits
dari Ali, ia berkata: “Berdasarkan Sunnah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, di
bawah pusar”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

3.RUKU'
• Hanafi : yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukkan badan dengan lurus, dan
tidak wajib thuma’ninah, membaca tasbih pada waktu rukuk hanya sunnah saja.
• Syafi’i dan Maliki : tidak wajib berdzikir ketika shalat, hanya disunnahkan saja
mengucapkan tasbih
• Hambali : membaca tasbih ketika ruku’ adalah wajib , wajib membungkuk sampai dua
telapak tangan orang yang shalat itu berada pada dua lututnya dan juga diwajibkan ber-
thuma’ninah dan diam (tidak bergerak) ketika ruku’.

Apakah bacaan pada Ruku’?

“Ketika turun ayat “fasabbih bismirobbikal ‘azhim”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallamberkata, “Jadikanlah bacaan tersebut pada rukuk kalian.” Lalu ketika turun ayat
“SABBIHISMA ROBBIKAL A’LAA”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “Jadikanlah
pada sujud kalian.” (HR. Abu Daud, no. 869 dan Ibnu Majah, no. 887. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

4. i'tidal
Hanafi : tidak wajib mengangkat kepala dari ruku’ yakni i’tidal (dalam keadaan berdiri).
Dibolehkan untuk langsung sujud, namun hal itu makruh.
Syafi'i, hambali, maliki : wajib mengangkat kepalanya dan ber-i’tidal, serta disunnahkan
membaca tasmi’, yaitu mengucapkan : Sami’allahuliman hamidah (”Allah mendengar orang
yang memuji-Nya”)

5. Sujud

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa ketika hendak sujud disunnahkan mendahulukan kedua
lutut, baru kemudian kedua tangannya. Dalam hal ini, Mazhab Hanafi menggunakan dalil yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi & An-Nasai:

‫النب صىل هلال عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه " رواه أبو داود‬
‫رض هلال عنه قال " رأيت ي‬
‫ن وائل بن حجر ي‬
‫والتمذي والنسائ وغتهم قال ر‬
.‫التمذي هو حديث حسن‬ ‫ر‬
‫ر‬ ‫ي‬

Dari Wail Bin Hujr RA berkata: Saya melihat Nabi SAW ketika sujud meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai, At-Tirmidzi mengatakan ini
Hadis Hasan)

Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa ketika hendak sujud disunnahkan mendahulukan kedua
tangannya, baru kemudian kedua lututnya. Dalam hal ini, Mazhab Maliki menggunakan dalil
yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud & An-Nasai:

‫ قال رسول هلال صىل هلال عليه وسلم " إذا سجد أحدكم فل يتك كما يتك ر‬:‫أئ هريرة قال‬
‫البعت وليضع يديه قبل ركبتيه‬ ‫عن ي‬
.‫والنسائ بإسناد جيد‬
‫ي‬ ‫" ر واه أبو داود‬
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabila kalian sujud maka jangan
seperti unta. Hendaklah dia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya. (HR. Abu
Dawud dan Nasai dengan sanad Jayyid/Hasan).

Madzhab Syafi'i berpendapat bahwa ketika hendak sujud disunnahkan


mendahulukan kedua lutut, baru kemudian kedua tangannya. Pendapat Madzhab Syafi'i ini
sama seperti pendapat Mazhab Hanafi. Dalam hal ini, Mazhab Syafi’i menggunakan dalil yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi & An Nasai:
‫عن وائل بن حجر رض هلل عنه قال "رأيت النب صىل هلل عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه "رواه أبو داود‬
‫التمذي هو حديث حسن‬ ‫والتمذي والنسائ وغتهم قال ر‬
‫ ر‬.
‫ر‬

Dari Wail Bin Hujr RA berkata: Saya melihat Nabi SAW ketika sujud meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai, At Timidzi mengatakan ini
Hadits Hasan).

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa ketika hendak sujud disunnahkan mendahulukan kedua
lutut, baru kemudian kedua tangannya. Pendapat Mazhab Hanbali ini sama seperti pendapat
Mazhab Hanafi dan Syafi'i. Dalam hal ini, Mazhab Hanbali menggunakan dalil yang diriwayatkan
oleh Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi & An-Nasai:

‫عن وائل بن حجر رض هلل عنه قال "رأيت النب صىل هلل عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه "رواه أبو داود‬
‫التمذي هو حديث حسن‬ ‫والتمذي والنسائ وغتهم قال ر‬
‫ ر‬.
‫ر‬

Dari Wail Bin Hujr RA berkata: Saya melihat Nabi SAW ketika sujud meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai, At-Timidzi mengatakan ini
Hadis Hasan).

6. Tasyahud
Madzhab Syafii
Menggenggam jari jemari tangan kanan kecuali telunjuk menunjuk pada lafadz (Illa Allah),
kemudian terus mengangkat telunjuk tanpa menggerakkannya hingga salam. Pandangan ke
arah jari telunjuk.

Madzhab Maliki
Menekuk jari jemari kecuali telunjuk dan jempol. Menggerakkan jari telunjuk secara terus
menerus ke kanan dan ke kiri dengan gerakan sedang.

Madzhab Hanafi
Menunjuk dengan jari telunjuk sebelah kanan saja. Jari telunjuk diangkat ketika lafadz (laa
Ilaha) kemudian menurunkannya kembali ketika lafadz (Illa Allah).

Madzhab Hanbali
Menekuk jari kelingking dan jari manis, melingkarkan jempol dan jari tengah, menunjuk dengan
jari telunjuk pada tasyahud dan doa ketika menyebut lafadz Allah tanpa menggerakkannya.

✓ Bagaimanakah posisi jari jemari ketika Tasyahhud?

Mazhab Maliki: Dianjurkan ketika duduk Tasyahhud agar menekuk jari jemari kecuali
telunjuk dan jempol tangan sebelah kanan, meluruskan telunjuk dan jempol, telunjuk ke arah
bawah jempol, menggerakkan jari telunjuk secara terus menerus ke kanan dan kiri dengan
gerakan sedang.

➢ Mazhab Hanafi: Menunjuk dengan jari telunjuk sebelah kanan saja, andai terputus atau cacat
tidak dapat digantikan jari yang lain dari jari jemari tangan kanan dan kiri ketika berakhir
Tasyahhud. Jari telunjuk diangkat ketika menafikan tuhan selain Allah pada ucapan: ‫ال‬
‫إلو‬menurunkannya kembali ketika menetapkan ketuhanan Allah pada lafaz: ‫ إال اهلل‬Dengan
demikian maka mengangkat telunjuk sebagai tanda menafikan (tuhan selain Allah) dan
menurunkan telunjuk sebagai tanda menetapkan (Allah sebagai Rabb yang disembah).

➢ Mazhab Hanbali: Menekuk jari kelingking dan jari manis, melingkarkan jempol dan jari
tengah,menunjuk dengan jari telunjuk pada Tasyahhud dan doa ketika menyebut lafaz Allah
tanpa menggerakkannya.

Rawi-rawi hadits ini adalah rawi yang dapat dipakai berhujjah akan tetapi hal tersebut
belumlah cukup menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang shahih atau hasan sebelum
dipastikan bahwa hadits ini bebas dari ‘Illat (cacat) dan tidak syadz. Dan setelah pemeriksaan
ternyata lafadz laa yuharrikuha (tidak digerak-gerakkan) ini adalah lafadz yang syadz.

➢ Mazhab Syafi’i: Menggenggam semua jari jemari tangan kanan, kecuali telunjuk, menunjuk
dengan telunjuk pada lafaz:‫إاالهلل‬terus mengangkat telunjuk tanpa menggerakkannya hingga
berdiri pada Tasyahhud Awal dan hingga salam pada Tasyahhud Akhir, dengan memandang ke
arah jari telunjuk selama waktu tersebut. Afdhal menggenggam jempol di samping telunjuk dan
posisi jempol di tepi telapak tangan.

7.Salam
✓ Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?

➢ Mazhab Hanafi: Minimal ucapan salam yang sah adalah dua kali ucapan [( ] ‫السالـ‬ke kiri dan ke
kanan). Tanpa ucapan [ .] ‫عليكم‬Yang sempurna, itulah menurut Sunnah adalah ucapan: [ ] ‫السالـ‬
‫عليكم ورزتة ا هلل‬dua kali ke kiri dan ke kanan). Dalam kedua salam itu imam berniat mengucapkan
salam untuk yang berada di sebelah kanan dan kirinya dari kalangan malaikat, kaum muslimin,
manusia dan jin.Dianjurkan agar tidak terlalu panjang dan tidak terlalu cepat dalam
pengucapannya, berdasarkan hadits Abu Hurairah dalam Musnad Ahmad dan Sunan Abi Daud:
“Menghapus salam itu adalah Sunnah”. Ibnu al Mubarak berkata: “Maknanya adalah tidak
terlalu panjang (menggunakan madd)”.
➢ Mazhab Syafi’I dan Hanbali: Minimal salam yang sah adalah [‫]السالـ عليكم‬satu kali menurut
Mazhab Syafi’i. Dua kali menurut Mazhab Hanbali. Salam yang sempurna adalah: ] ‫السالـ عليكم‬
‫ ورزتة ا هلل‬dua ke kanan dan ke kiri. Pada salam pertama dengan cara menoleh hingga terlihat
pipi sebelah kanan. Pada salam yang kedua hingga terlihat pipi sebelah kiri. Dengan berniat
mengucapkan salam kepada yangberada di sebelah kanan dan kiri dari kalangan malaikat,
manusia dan jin. Imam juga berniat menambah ucapan salam kepada para ma’mum. Para
ma’mum juga berniat membalas ucapan salam imam dan para ma’mum lain yang mengucapkan
salam. Mazhab Syafi’i: Ma’mum sebelah kanan imam berniat pada salam kedua dan ma’mum di
sebelah kiri imam berniat pada salam pertama. Adapun ma’mum yang berada di belakang dan
selanjutnya berniat sesuai keinginan mereka. Dalilnya adalah hadits Samurah bin Jundub, ia
berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan kami membalas ucapan salam imam, agar kami
berkasih sayang, agar sebagian kami mengucapkan salam kepada yang lain”. (HR. Ahmad dan
Abu Daud).

➢ Mazhab Hanafi: Ma’mum berniat membalas salam imam pada salam pertama jika ia berada
di sebelah kanan imam, pada salam kedua jika ia berada di sebelah kiri imam, jika ma’mum
berada sejajar dengan imam maka ia berniat pada kedua salam tersebut. Orang yang shalat
sendirian sunnat berniat untuk malaikat saja.Tidak dianjurkan menambah kalimat [ ‫وب‬
‫اتو‬demikian menurut pendapat yang mu’tamad menurut Mazhab Syafi’I dan Hanbali. Dalil
mereka sama dengan dalil Mazhab Hanafi, yaitu hadits Ibnu Mas’ud dan lainnya diatas:
“Sesungguhnya Rasulullah Saw mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri dengan lafaz: [ ‫السالـ‬
‫عليكم ورزتة اهلل‬hingga terlihat putih pipinya”.Jika seseorang membalik salam [ ‫عليكم السالـ‬maka
tidak sah menurut Mazhab Syafi’I dan Hanbali. Menurut pendapat al-Ashahh tidak sah ucapan
[] ‫سالـ ع‬

Anda mungkin juga menyukai