Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN CARA SHOLAT MENURUT 4

MAZHAB

Anggota Kelompok :
 Dias
 Akbar Maulana
 Hisham
 Kausar
 Faith
 Aqli
1. Niat

- Mazhab Hanafi: Niat adalah syarat sah sholat, tetapi tidak perlu dilafalkan dengan lisan. Cukup
dengan hati saja. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung
niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Niat adalah syarat sah sholat, tetapi tidak perlu dilafalkan dengan lisan. Cukup
dengan hati saja. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Syafi’i: Niat adalah syarat sah sholat, dan harus dilafalkan dengan lisan. Hadis yang menjadi
dalilnya adalah: “Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Hambali: Niat adalah syarat sah sholat, tetapi tidak perlu dilafalkan dengan lisan. Cukup
dengan hati saja. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

2. Takbiratul Ihram

- Mazhab Hanafi: Takbiratul ihram adalah rukun sholat, dan harus diucapkan dengan lafal “Allahu
Akbar”. Tidak boleh mengganti atau menambahkan huruf lain. Hadis yang menjadi dalilnya adalah:
“Kemudian beliau (Nabi) mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya, lalu
mengucapkan takbir.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Takbiratul ihram adalah rukun sholat, dan harus diucapkan dengan lafal “Allahu
Akbar”. Tidak boleh mengganti atau menambahkan huruf lain. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama
dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Syafi’i: Takbiratul ihram adalah rukun sholat, dan harus diucapkan dengan lafal “Allahu
Akbar” atau “Allahu Al-Akbar”. Boleh menambahkan alif dan lam sebelum kata “Akbar”. Hadis yang
menjadi dalilnya adalah: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila kalian mendengar muadzin berkata: Allahu Akbar Allahu
Akbar, maka hendaklah kalian mengucapkan seperti ucapan muadzin.’” (HR. Muslim)

- Mazhab Hambali: Takbiratul ihram adalah rukun sholat, dan harus diucapkan dengan lafal “Allahu
Akbar”. Tidak boleh mengganti atau menambahkan huruf lain. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama
dengan mazhab Hanafi.

3. Posisi tangan setelah takbiratul ihram

- Mazhab Hanafi: Posisi tangan setelah takbiratul ihram adalah meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri di bawah pusar. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Wail bin Hujr radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdiri untuk sholat, beliau
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

- Mazhab Maliki: Posisi tangan setelah takbiratul ihram adalah meletakkan tangan kanan dan kiri di
samping badan. Tidak boleh menyilang atau merapatkan tangan ke dada atau pusar. Hadis yang menjadi
dalilnya adalah: “Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku berdiri bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sholat dua kali atau tiga kali, beliau tidak menyilangkan tangannya.”
(HR. Muslim)

- Mazhab Syafi’i: Posisi tangan setelah takbiratul ihram adalah meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri di atas dada. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Wa’il bin Hujr radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdiri untuk sholat, beliau
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, kemudian beliau menariknya ke dada.” (HR. Ahmad
dan Abu Dawud)

- Mazhab Hambali: Posisi tangan setelah takbiratul ihram adalah meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri di atas dada atau di bawah pusar. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab
Hanafi dan Syafi’i.

4. Bacaan fatihah

- Mazhab Hanafi: Bacaan fatihah adalah rukun sholat, dan harus dibaca oleh imam dan makmum
dalam sholat jahriyah (keras) maupun sirriyah (pelan). Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Tidak ada
sholat bagi orang yang tidak membaca fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Bacaan fatihah adalah rukun sholat, tetapi tidak harus dibaca oleh makmum dalam
sholat jahriyah. Cukup dengan mendengarkan bacaan imam saja. Hadis yang menjadi dalilnya adalah:
“Apabila imam membaca Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, maka dengarkanlah. Karena sesungguhnya Allah
mendengar orang yang memuji-Nya.” (HR. Muslim)

- Mazhab Syafi’i: Bacaan fatihah adalah rukun sholat, dan harus dibaca oleh imam dan makmum
dalam sholat jahriyah maupun sirriyah. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Hambali: Bacaan fatihah adalah rukun sholat, tetapi tidak harus dibaca oleh makmum dalam
sholat jahriyah. Cukup dengan mendengarkan bacaan imam saja. Hadis yang menjadi dalilnya adalah
sama dengan mazhab Maliki.

5. Bacaan basmalah

- Mazhab Hanafi: Bacaan basmalah (bismillahirrahmanirrahim) adalah sunnah, dan harus dibaca pelan
dalam sholat jahriyah maupun sirriyah. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku berdiri di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sholat subuh, beliau membaca bismillahirrahmanirrahim pelan-pelan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Bacaan basmalah adalah sunnah, tetapi tidak harus dibaca dalam sholat. Cukup
dengan membaca hamdalah (alhamdulillahi rabbil ‘alamin) saja. Hadis yang menjadi dalilnya adalah:
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Setiap perkara yang tidak dimulai dengan hamdalah maka ia terputus.’” (HR. Tirmidzi dan Hakim)

- Mazhab Syafi’i: Bacaan basmalah adalah rukun sholat, dan harus dibaca keras dalam sholat jahriyah
dan pelan dalam sholat sirriyah. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Aku berdiri di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sholat subuh,
beliau membaca bismillahirrahmanirrahim keras-keras.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

- Mazhab Hambali: Bacaan basmalah adalah sunnah, dan harus dibaca pelan dalam sholat jahriyah
maupun sirriyah. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

6. Ruku’

- Mazhab Hanafi: Ruku’ adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan membungkuk hingga telapak
tangan menyentuh lutut, punggung sejajar dengan kepala, dan pandangan tertuju ke antara kedua kaki.
Jumlah bacaan tasbih dalam ruku’ adalah minimal tiga kali dan maksimal tujuh kali. Hadis yang menjadi
dalilnya adalah: “Dari Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ruku’, beliau membungkuk hingga punggungnya sejajar dengan
kepalanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)¹

- Mazhab Maliki: Ruku’ adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan membungkuk hingga jari-jari
tangan menyentuh lutut, punggung condong ke depan, dan pandangan tertuju ke tempat sujud. Jumlah
bacaan tasbih dalam ruku’ adalah minimal satu kali dan maksimal tiga kali. Hadis yang menjadi dalilnya
adalah: “Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika ruku’, beliau membungkuk hingga jari-jarinya menyentuh lututnya.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi)

- Mazhab Syafi’i: Ruku’ adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan membungkuk hingga telapak
tangan menyentuh lutut, punggung sejajar dengan kepala, dan pandangan tertuju ke tempat sujud.
Jumlah bacaan tasbih dalam ruku’ adalah minimal tiga kali dan tidak ada batas maksimalnya. Hadis yang
menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Hambali: Ruku’ adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan membungkuk hingga telapak
tangan menyentuh lutut, punggung sejajar dengan kepala, dan pandangan tertuju ke tempat sujud.
Jumlah bacaan tasbih dalam ruku’ adalah minimal tiga kali dan maksimal tujuh kali. Hadis yang menjadi
dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

7. I’tidal

- Mazhab Hanafi: I’tidal adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan meletakkan tangan kanan
dan kiri di samping badan. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dari ruku’, beliau
meletakkan tangan kanannya dan kirinya di samping badannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

- Mazhab Maliki: I’tidal adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan meletakkan tangan kanan
dan kiri di samping badan. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Syafi’i: I’tidal adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan meletakkan tangan kanan di
atas tangan kiri di atas dada. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dari ruku’, beliau
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas dadanya.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
- Mazhab Hambali: I’tidal adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan meletakkan tangan kanan
di atas tangan kiri di atas dada atau di bawah pusar. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan
mazhab Syafi’i.

8. Sujud

- Mazhab Hanafi: Sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan menyentuh tujuh anggota
badan ke tanah, yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung hidung, dan kedua ujung kaki.
Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya aku diperintahkan untuk bersujud
dengan tujuh anggota badan.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan menyentuh enam anggota
badan ke tanah, yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung hidung. Kedua ujung kaki tidak
wajib disentuhkan ke tanah. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila salah seorang dari kalian bersujud,
maka janganlah ia mengangkat salah satu kakinya dari tanah.’” (HR. Muslim)

- Mazhab Syafi’i: Sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan menyentuh tujuh anggota
badan ke tanah, yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung hidung, dan kedua ujung kaki.
Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Hambali: Sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan menyentuh tujuh anggota
badan ke tanah, yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung hidung, dan kedua ujung kaki.
Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

9. Duduk antara dua sujud

- Mazhab Hanafi: Duduk antara dua sujud adalah rukun sholat tambahan (bukan asli), dan harus
dilakukan dengan cara iftirasy (menyebarkan kaki kanan ke arah kanan dan menegakkan kaki kiri). Hadis
yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Buhainah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk antara dua sujud dengan menyebarkan kaki kanannya dan
menegakkan kaki kirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Duduk antara dua sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan cara
tawarruk (menyebarkan kaki kanan ke arah kanan dan menarik kaki kiri ke bawah pantat). Hadis yang
menjadi dalilnya adalah: “Dari Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk antara dua sujud dengan cara tawarruk.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

- Mazhab Syafi’i: Duduk antara dua sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan cara
iftirasy. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Hambali: Duduk antara dua sujud adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan cara
iftirasy atau tawarruk. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi dan Maliki.
10. Tasyahud

- Mazhab Hanafi: Tasyahud adalah rukun sholat tambahan (bukan asli), dan harus dibaca dalam dua
posisi, yaitu tasyahud awal (setelah dua rakaat pertama) dan tasyahud akhir (sebelum salam). Bacaan
tasyahud awal adalah: “At-tahiyyatu lillahi was-salawatu wat-tayyibatu. Assalamu ‘alaika ayyuhan-
nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuhu. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihin. Ash-hadu an la
ilaha illallah wa ash-hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu.” Bacaan tasyahud akhir adalah
sama dengan tasyahud awal ditambah dengan bacaan shalawat atas Nabi, yaitu: “Allahumma salli ‘ala
Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama sallaita ‘ala Ibrahima wa ‘ala ali Ibrahima innaka hamidum
majid. Allahumma barik ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama barakta ‘ala Ibrahima wa ‘ala
ali Ibrahima innaka hamidum majid.” Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kami tasyahud
sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Maliki: Tasyahud adalah rukun sholat, dan hanya dibaca dalam satu posisi, yaitu tasyahud
akhir (sebelum salam). Bacaan tasyahud akhir adalah: “At-tahiyyatu lillahi az-zakiyyatu lillahi at-
tayyibatu as-salawatu lillahi. Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuhu.
Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihin. Ash-hadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah. Wa
ash-hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu.” Bacaan shalawat atas Nabi adalah: “Allahumma
salli ‘ala Muhammadin al-nabiyyil-ummiyyi wa ‘ala alihi wa sahbihi was-sallim.” Hadis yang menjadi
dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: ‘Jika salah seorang dari kalian duduk dalam sholatnya, maka hendaklah ia memuji
Allah, kemudian bershalawat atas Nabi, kemudian berdoa dengan apa yang diinginkannya.’” (HR.
Bukhari dan Muslim)

- Mazhab Syafi’i: Tasyahud adalah rukun sholat, dan harus dibaca dalam dua posisi, yaitu tasyahud awal
(setelah dua rakaat pertama) dan tasyahud akhir (sebelum salam). Bacaan tasyahud awal adalah: “At-
tahiyyatu lillahi was-salawatu wat-tayyibatu. Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa
barakatuhu. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-shalihin.” Bacaan tasyahud akhir adalah sama dengan
tasyahud awal ditambah dengan bacaan shalawat atas Nabi, yaitu: “Allahumma salli ‘ala Muhammadin
wa ‘ala ali Muhammadin kama sallaita ‘ala Ibrahima wa ‘ala ali Ibrahima innaka hamidum majid.
Allahumma barik ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama barakta ‘ala Ibrahima wa ‘ala ali
Ibrahima innaka hamidum majid.” Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kami tasyahud
sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim)¹

- Mazhab Hambali: Tasyahud adalah rukun sholat, dan harus dibaca dalam dua posisi, yaitu tasyahud
awal dan tasyahud akhir. Bacaan tasyahud awal adalah: “At-tahiyyatu lillahi was-salawatu wat-tayyibatu.
Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuhu. Assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahis-
shalihin. Ash-hadu an la ilaha illallah wa ash-hadu anna Muhammadan rasulullah.” Bacaan tasyahud
akhir adalah sama dengan tasyahud awal ditambah dengan bacaan shalawat atas Nabi, yaitu:
“Allahumma salli ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama sallaita ‘ala Ibrahima wa ‘ala ali
Ibrahima innaka hamidum majid. Allahumma barik ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama
barakta ‘ala Ibrahima wa ‘ala ali Ibrahima innaka hamidum majid.” Hadis yang menjadi dalilnya adalah
sama dengan mazhab Syafi’i.
Berikut ini adalah lanjutan dari perbedaan cara sholat menurut 4 mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’I,
dan Hambali, beserta hadis-hadis yang menjadi dalilnya:

11. Salam

- Mazhab Hanafi: Salam adalah rukun sholat tambahan (bukan asli), dan harus dilakukan dengan
mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke arah kanan dan kiri. Hadis yang menjadi dalilnya
adalah: “Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam apabila selesai sholat, beliau mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim)¹

- Mazhab Maliki: Salam adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan mengucapkan “Assalamu
‘alaikum” sekali saja ke arah kanan. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila selesai sholat, beliau mengucapkan
salam ke arah kanannya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

- Mazhab Syafi’i: Salam adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan mengucapkan “Assalamu
‘alaikum” atau “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke arah kanan dan kiri. Hadis yang menjadi dalilnya
adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Hambali: Salam adalah rukun sholat, dan harus dilakukan dengan mengucapkan “Assalamu
‘alaikum” atau “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke arah kanan dan kiri. Hadis yang menjadi dalilnya
adalah sama dengan mazhab Hanafi.

12. Doa setelah salam

- Mazhab Hanafi: Doa setelah salam adalah sunnah, dan boleh dibaca dengan berbagai macam doa
yang disyariatkan. Hadis yang menjadi dalilnya adalah: “Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang selesai sholat kemudian
mengucapkan astaghfirullah tiga kali, kemudian mengucapkan Allahumma antas-salam wa minkas-salam
tabarakta ya dzal-jalali wal-ikram, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.’” (HR. Muslim)

- Mazhab Maliki: Doa setelah salam adalah sunnah, dan boleh dibaca dengan berbagai macam doa
yang disyariatkan. Hadis yang menjadi dalilnya adalah sama dengan mazhab Hanafi.

- Mazhab Syafi’i: Doa setelah salam adalah sunnah muakkadah (ditekankan), dan harus dibaca dengan
doa-doa tertentu yang disebutkan dalam hadis-hadis shahih. Misalnya doa istighfar tiga kali, doa tasbih
tiga puluh tiga kali, doa tahmid tiga puluh tiga kali, doa takbir tiga puluh tiga kali, doa kalimat syahadat,
doa ayat kursi, doa al-mu’awwidzatain (surat al-falaq dan an-nas), doa al-ikhlas, doa al-fatihah, doa al-
baqarah ayat 285-286, dan doa-doa lainnya. Hadis yang menjadi dalilnya adalah banyak sekali, di
antaranya adalah: “Dari Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah selesai sholat membaca tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh
tiga kali, takbir tiga puluh tiga kali.” (HR. Muslim)
- Mazhab Hambali: Doa setelah salam adalah sunnah muakkadah (ditekankan), dan harus dibaca
dengan doa-doa tertentu yang disebutkan dalam hadis-hadis shahih. Hadis yang menjadi dalilnya adalah
sama dengan mazhab Syafi’i.

Demikianlah perbedaan cara sholat menurut 4 mazhab, dengan hadisnya. Panjang dan jelas.

Source:

(1) Perbedaan Shalat 4 Mazhab Lengkap – santri.or.id. https://santri.or.id/perbedaan-shalat-4-mazhab-


lengkap/.

(2) Ragam dan Jenis Shalat, Inilah Pendapat dari 4 Mazhab. https://www.islampos.com/ragam-dan-jenis-
shalat-inilah-pendapat-dari-4-mazhab-211363/.

(3) Fiqih Shalat 4 Madzhab Sedikit Perbedaannya, Masyarakat Tak Perlu …. https://nu.or.id/daerah/fiqih-
shalat-4-madzhab-sedikit-perbedaannya-masyarakat-tak-perlu-bingung-pkVEt.

Anda mungkin juga menyukai