Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

Keterampilan Matematis Dr. Kartini, M.Si.


Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS

Disusun oleh:
Kelompok 5
Anisa Triandari (2105135871)
Cantika Khoiruroh (2105111983)
Fernanda Arbiansyah (2105111985)
Junjung Anugrah (2105124280)
Khairunisah (2105111991)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami ucapkan kepada Allah SWT karena dengan segala rahmat dan
petunjuknya yang tiada tara sebagai akibatnya kami sanggup merampungkan tugas makalah yang
berjudul "Kemampuan Berpikir Kritis Matematis" dengan penuh rasa bangga dan bersyukur.
Makalah ini kiranya tidak akan terselesaikan bila tidak diselesaikan secara bersama-sama untuk
menyelesaikannya. Shalawat beserta salam, kami junjungan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu atas dasar melengkapi tugas mata kuliah
Keterampilan Matematis. Besar rasa harapan kami dikemudian hari, makalah ini sanggup
menjadi patokan atau tolak ukur pada materi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. Kami
mengucapkan terima kasih pada Ibu Dr. Kartini,M.Si. dan Bapak Dr. Nahor Murani Hutapea,
M.Pd. selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Keterampilan Matematis karena sudah memberikan
tugas ini sebagai akibatnya dapat membuka dan menambah pemikiran kami.
Kami sadar bahwasannya makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Bila mana
terdapat kesalahan yang masih ada pada makalah ini, mohon dimaafkan. Maka, kami sangat
mengharapkan kritikan ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Pekanbaru, 16 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan masalah ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ..................................................... 3
2.2 Pentingnya Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .................................................... 4
2.3 Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ..................................................... 4
2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ....................................................... 7
2.5 Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ........................................................... 9
2.6 Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11


3.1 Simpulan………………………………………………………………………………....11
3.2 Saran ............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Hidayat (2017) kemampuan berpikir yang dimiliki manusia juga
merupakan aset yang sangat penting dalam menempatkan diri, menyelesaikan masalah,
maupun sekedar untuk menjalani kegiatan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari hari kita
selalu berpikir baik saat belajar, bermain, mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah. kemampuan berpikir juga apat diartikan sebagai proses untuk memahami dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan mencari jalan keluar terbaik. Jalan keluar
itu didapatkan dengan menelaah hal hal apa saja yang telah diketahui dalam masalah
tersebut. Sebagaimana Kuswana (dalam Hidayat, 2017) mengungkapkan bahwa proses
berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar,
dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.
Dengan demikian kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang sangat penting
dikembangkan oleh setiap individu
Menghadapi tantangan di abad-21, setiap individu dihadapkan pada suatu kondisi
yang memaksa mereka mengeluarkan kemampuan berpikirnya untuk menyelesaikan
setiap masalah yang muncul(Hidayat, 2017). Tantangan abad 21 ini dimana teknologi
dan informasi sangat berkembang dengan pesat, siswa diharapkan mampu menyeleksi
hal hal yang harus diambil. Karna teknologi berkembang sangat pesat siswa juga
dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang biasa disebut
dengan High Order Thinking (HOT). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini sangat
membantu dalam menyelesaikan masalah baik masalah yang biasa hingga ke masalah
yang rumit untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Kemampuan berpikir yang
dibutuhkan tersebut pada saat ini dikenal dengan Higher Order Thinking
(HOT)(Hidayat, 2017).
Sebagaimana juga King (dalam Hidayat, 2017) mengemukakan bahwa HOT
memuat beberapa kemampuan yaitu kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kritis memiliki hubungan yang
erat dengan kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kritis diperlukan oleh
seseorang untuk dapat membuat keputusan tentang apa yang diyakini dan apa yang

1
dilakukan, sedangkan kemampuan berpikir kreatif diperlukan seseorang untuk dapat
membangun ide-ide baru berdasarkan hal-hal yang mereka yakini sebelumnya guna
mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Dua kemampuan berpikir tersebut
dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika di sekolah berupa kemampuan
berpikir matematis.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk membahas topik di dalam makalah ini, penulis merasa bahwa rumusan
masalah merupakan salah satu hal yang penting untuk memperjelas topik bahasan dan
agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Penulis memiliki beberapa rumusan masalah
yang didasarkan pada latar belakang. Berikut adalah rumusan masalah dari makalah ini.
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis?
b. Pentingnya Kemampuan Berpikir Kritis Matematis?
c. Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis?
d. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis?
e. Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis Matematis?
f. Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis?

1.3 Tujuan Masalah


Penulis menghubungkan tujuan dari permasalahan yang dibahas pada makalah ini
dengan penjabaran rumusan masalah yang sudah disampaikan. Tujuan dimaksudkan
untuk memudahkan apa yang harus dilakukan pada masalah yang diangkat. Berikut
adalah tujuan dari makalah ini
1. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
2. Menjelaskan Pentingnya Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
3. Menjelaskan Jenis-jenis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
4. Menjelaskan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
5. Menjelaskan Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
6. Menjelaskan Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Berpikir kritis dapat juga dikatakan sebagai atau merupakan berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah suatu proses berpikir seseorang
dalam menganalisi, mengidentifikasi, mengaitkan, mengevaluasi semua aspek yang terdapat
dalam suatu permasalahan dengan penuh pertimbangan dan hati-hati sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Contoh kemampuan berpikir
kritis, diantaranya:
1) membanding dan membedakan,
2) membuat kategori,
3) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan,
4) menerangkan sebab,
5) membuat sekuen/urutan,
6) menentukan sumber yang dipercayai,
7) membuat ramalan.
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh
karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa
sebagai berikut:
1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan;
2) Mencari alasan;
3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik;
4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya;
5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan;
6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama;
7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar;
8) Mencari alternative;
9) Bersikap dan berpikir terbuka;

3
10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu;
11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan;
12) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Berpikir krits dapat dikembangkan melalui porses Pendidikan di sekolah baik itu sekolah
formal atau nonformal. Sekolah mampu membangun konsep berpikir seseorang/ dengan secara
terstruktuk dari pola sederhana sampai pola terstruktur rapi. Setiap orang yang tidak merasakan
Pendidikan atau tidak ada campur tangan seorang pendidik tentang berpikir kritis, orang tersebut
tidak akan mampuh utuk menyelesaikan atau menyimpulkan masalah yang dia pikirkan.

2.2 Pentingnya Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Keterampilan berpikir kritis dipahami sebagai kemampuan yang ada dalam diri (innerability)
yang mengacu pada kemampuan khusus yang diperoleh melalui pengalaman atau latihan untuk
melakukan tugas tertentu. Keterampilan berpikir kritis sangat perlu dikembangkan dalam
pembelajaran matematika karena dengan berpikir kritis memungkinkan siswa menganalisis
pemikirannya sendiri untuk memutuskan suatu pilihan dan menarik kesimpulan dalam persoalan
matematika. Secara umum, berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat melatih siswa
untuk berpartisipasi secara aktif untuk memperoleh dan merasakan pengalaman-pengalaman
yang bermakna dalam proses pembelajaran.

2.3 Jenis-Jenis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Berikut ini diuraikan enam jenis berfikir matematis beserta indikatornya: sebagaimana yang
dikemukakan Sumarmo (2008: 3 – 5).
1. Pemahaman Konsep (conceptual understanding)
Secara umum indikator pemahaman matematika meliputi: mengenal, memahami dan
menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika. Pemahaman memiliki tingkat
kedalaman yang berbeda, sebagaimana dikemukakan oleh Polya, Polatsek, Skemp dan
Copeland: Menurut Polya, terdapat empat tingkat pemahaman dengan indikatornya yaitu:
2.4 Pemahaman mekanikal: mengingat dan menerapkan rumus secara rutin, dan menghitung
secara sederhana.
2.5 Pemahaman induktif: menerapkan konsep tersebut dalam kasus sederhana dan untuk kasus
serupa.

4
2.6 Pemahaman rasional : membuktikan suatu rumus atau teorema.
2.7 Pemahaman intuitif : memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum
menganalisis lebih lanjut.
Pemahaman mekanikal termasuk dalam berpikir matematis tingkat rendah (low order
mathematical tinking) sedangkan pemahaman: induktif, rasional, dan intuitif termasuk dalam
berfikir matematis tingkat tinggi (high order mathematical thinking).
Polatsek (1981) mengelompokkan pemahaman ke dalam dua jenis yaitu:
1) Pengetahuan komputasional, menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan
mengerjakan perhitungan secara algoritmik (berpikir matematis tingkat rendah).
2) pengetahuan fungsional: mengkaitkan suatu konsep/prinsip dengan konsep atau prinsip
lainnya (berpikir matematis tingkat tinggi).
2. Pemecahan masalah (problem solving),
Pemecahan masalah sebagai suatu proses/kegiatan mempunyai indikator:
1) Mengidentifikasi informasi dalam masalah
2) Membuat model matematika
3) Memilih strategi dan menerapkannya untuk pemecahan masalah
4) Menjelaskan dan menginterpretasikan hasil serta memeriksa kembali.
5) Menerapkan matematika dengan bermakna.
Mengingat pemecahan masalah tidak termasuk pada kegiatan rutin, maka jenis berpikir
matematis ini termasuk dalam berpikir matematis tingkat tinggi.
3. Penalaran dan pembuktian (reasoning and proof)
Shurter at. al. (dalam Sumarmo, 1987: 31-32) mendefinisikan penalaran (reasoning)
sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Secara umum, terdapat dua jenis penalaran matematika yaitu:
1) Penalaran induktif : proses penalaran dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum.
2) Penalaran deduktif: proses penalaran dari hal-hal umum ke hal-hal yang khusus.
Walaupun terdapat perbedaan dalam proses memperoleh kesimpulan, penalaran deduktif
dan penalaran induktif memiliki persamaan, yaitu kedua-duanya merupakan argumen yang
didefinisikan sebagai serangkaian proposisi yang mempunyai struktur yang terdiri dari
beberapa premis dan satu kesimpulan atau konklusi (Sumarmo, 1987: 31-32).

5
Pembuktian (proof) menurut Educational Development Center (2003) (dalam Fahinu,
2007:16) adalah suatu argumentasi logis yang menetapkan kebenaran suatu pernyataan.
Kesimpulan argumentasi diperoleh dari premis pernyataan, teorema lain dan definisi. Logis
berarti bahwa setiap langkah dalam argumentasi dibenarkan oleh langkah-langkah
sebelumnya.
Metode pembuktian diperlukan untuk meyakinkan kebenaran pernyataan atau teorema
yang pada umumnya berbentuk implikasi dan biimplikasi. Pembuktian pernyataan implikasi
menurut Martono (1999) (dalam Fahinu, 2007:18) terdiri dari metode bukti langsung dan
metode bukti tak langsung (kontraposisi dan kontradiksi).
Terdapat beberapa tipe dalam memproduksi pembuktian sebagaimana dikemukakan oleh
Weber ( 2004: 426-429) yaitu:
a. Produk Pembuktian Prosedural (Prosedural Proof Productions): Bukti dikonstruksi
mengggunakan suatu prosedur, menggambarkan sekumpulan tahap-tahap khusus
yang diyakini akan menghasilkan suatu bukti valid.
b. Produk Pembuktian Sintaksis (Syntactic Proof Productions): Bukti dikonstruksi
dengan memanipulasi secara benar definisi-definisi pernyataan dan bukti relevan lain
dalam cara yang sah secara logika (deduksi formal murni).
c. Produk Pembuktian Semantik (Semantic Proof Production) Menggunakan argumen
secara intuitif sebagai dasar untuk mengkonstruksi suatu pembuktian formal.
Berpikir matematis jenis penalaran dan pembuktian termasuk berpikir matematis
tingkat tinggi.
4. Komunikasi (communication)
Kegiatan yang termasuk ke dalam jenis berfikir komunikasi dalam matematik (Sumarmo,
2008, 5) adalah:
1) Dapat mentransformasi masalah nyata ke dalam bahasa matematika
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
3) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
4) Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
5) Membuat, Konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi
6) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.

6
Tinggi rendahnya tingkat kemampuan berpikir matematis tergantung pada kedalaman dan
kekompleksan komunikasi yang terlibat.
5. Koneksi (connection)
Kegiatan yang termasuk dalam koneksi matematik (Sumarmo, 2008: 5) adalah:
1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur
2) Memahami hubungan antar topik dalam matematika
3) Mengaplikasikan matematika dalam bidang lain maupun dalam kehidupan nyata
4) Memahami representasi ekuivalensi suatu konsep matematika
5) Mencari hubungan antara satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi
ekuivalen.
6) Menerapkan hubungan antar topik dalam matematika dan antar topik matematika dengan
topik di luar matematika.
Tinggi rendahnya tingkat kemampuan berpikir matematis tergantung pada kedalaman dan
kekompleksan hubungan yang diberikan.
6. Representasi (representation)
Secara umum, representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu benda
dalam suatu cara (Goldin , 2002 : 209). Selanjutnya, Palmer (dalam Kaput dan Goldin, 2004 :
2) mengemukakan bahwa representasi adalah suatu gambar atau diagram yang
berkorespondensi dengan sesuatu, mewakili, melambangkan sesuatu.
Lesh Post dan Behr (dalam Hwang et.al, 2007) menunjukkan lima jenis representasi yang
digunakan dalam pendidikan matematika yang meliputi representasi objek dunia nyata,
representasi ganda, representasi simbol aritmetika, representasi bahasa lisan dan gambar atau
representasi grafik. Representasi objek dunia nyata dan representasi ganda termasuk berfikir
matematis tingkat rendah karena hanyamemerlukan proses berpikir yang sederhana.
Representasi simbol aritmetika, representasi bahasa lisan dan representasi gambar atau
grafik, ketiganya lebih abstrak, sehingga merupakan berfikir matematis yang tinggi dan
sering dipergunakan untuk memecahkan masalah matematika. Indikator yang dapat
digunakan untuk membedakan ketiga jenis representasi ini adalah:
1) Representasi bahasa: ciri dan hubungan yang diobservasi di dalam masalah
matematika diubah ke dalam representasi verbal atau vokal.

7
2) Representasi gambar atau grafik: masalah matematik diubah ke dalam ke dalam
gambar atau grafik.
3) Representasi simbol aritmatika: masalah matematika diubah ke dalam simbol/formula
aritmatika.

2.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (Hassoubah, 2004:14) terdapat dua belas
indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan
berpikir, yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana, meliputi:
a) Memfokuskan pertanyaan, peserta didik fokus terhadap pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti,
b) Menganalisis pertanyaan,
c) Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.
2. Membangun keterampilan dasar, meliputi:
a) Mempertimbangkan kriteria dan keabsahan informasi,
b) Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan observasi,
c) Menyimpulkan,
d) Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, artinya menyimpulkan suatu
permasalahan dari umum ke khusus,
e) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, artinya menyimpulkan suatu
permasalahan dari khusus ke umum.
f) Membuat dan menentukan nilai pertimbangan.
3. Memberikan penjelasan lanjut, meliputi:
a) Mendefiniskan istilah dan definisi pertimbangan dalam tiga dimensi,
b) Mengidentifikasi asumsi, yaitu memeriksa kembali pendapat anggota kelompok
yang telah disimpulkan sebelum dipresentasikan.
4. Mengatur strategi dan taktik, meliputi:
a) Menentukan tindakan,
b) Berinteraksi dengan orang lain.

8
2.5. Rubrik Penilaian Kemampuan Pembuktian Matematis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang dibutuhkan siswa
dalam menghadapi pembelajaran di abad 21. Kemampuan berpikir kritis dari siswa dapat dilihat
dari kecakapan pemahaman dan penggunaan penalaran yang mendalam dan memegang teguh
atas pendapatnya. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang baik mampu dengan baik
menganalisis dan menyelesaikan persoalan dengan langkah terperinci.

9
2.6. Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kemampuan dalam berpikir berdasarkan tingkat kesulitannya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
Low Order Thinking Skill atau LOTS yang mana merupakan kemmapuan berpikir tingkat rendah
dan juga Higher Order Thinking Skill atau HOTS yang mana merupakan kemampuan berpikir
secara tingkat tinggi.
Instrumen tes dalam kemampuan berpikir kritis terdiri dari pretes dan postes. Pretes
diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal
masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Dalam penyusunan
tes kemampuan berpikir kritis, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal berpikir kritis pada
subpokok bahasan, kompetensi dasar, indikator, aspek kemampuan kritis yang diukur, serta
jumlah butir soal. Setelah membuat kisi-kisi, dilanjutkan dengan menyusun soal disertai kunci
jawaban dan pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Kisi-kisi penulisan soal, perangkat soal,
serta pedoman penskoran untuk setiap butir soal.
Tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan adalah tes berbentuk uraian, dengan tujuan
agar proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dilihat melalui langkah-
langkah penyelesaian soal tes. Disamping itu juga kesalahan dan kesulitan yang dialami
mahasiswa dapat diketahui dan dikaji sehingga memungkinkan dilaksanakannya perbaikan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berpikir kritis dapat juga dikatakan sebagai atau merupakan berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah suatu proses berpikir seseorang
dalam menganalisi, mengidentifikasi, mengaitkan, mengevaluasi semua aspek yang terdapat
dalam suatu permasalahan dengan penuh pertimbangan dan hati-hati sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai
berikut:
1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan;
2) Mencari alasan;
3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik;
4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya;
5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan;
6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama;
7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar;
8) Mencari alternative;
9) Bersikap dan berpikir terbuka;
10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu;
11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan;
12) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.

Berikut ini enam jenis berfikir matematis beserta indikatornya: sebagaimana yang
dikemukakan Sumarmo (2008: 3 – 5).
1. Pemahaman Konsep (conceptual understanding)
2. Pemecahan masalah (problem solving),
3. Penalaran dan pembuktian (reasoning and proof)
4. Komunikasi (communication)
5. Koneksi (connection)
6. Representasi (representation)

11
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (Hassoubah, 2004:14) terdapat dua belas
indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan
berpikir, yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana, meliputi:
2. Membangun keterampilan dasar, meliputi:
3. Memberikan penjelasan lanjut, meliputi:
4. Mengatur strategi dan taktik, meliputi:

3.2 Saran
Mengingat keterbatasan literasi penulis diharapkan pembaca untuk lebih banyak
membaca literasi yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet – yang belum dapat
divalidasi seluruhnya. Dan kami menyadari masih banyak nya terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini , untuk itu kami meminta kritik dan saran kepada dosen pengampu
untuk penyempurnaan makalah kami ini ,dan kami ucapkan terimakasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I. H. (2016). Berpikir kritis matematik. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 2(1).
Darwanto.2019. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Jurnal Eksponen vol 9(2): 20-26.
Fitriarosah, N. (2016). Pengembangan Instrumen Berpikir Kreatif Matematis Untuk Siswa SMP.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, pp. 243-250).
Hidayat, D. (2017). PENERAPAN PENDEKATAN RIGOROUS MATHEMATICAL THINKING
(RMT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, BERPIKIR
KREATIF, DAN HABITS OF MIND MATEMATIS SISWA: Penelitian Kuasi Eksperimen
terhadap Siswa Kelas XI pada Sekolah Menengah Atas Swasta di Kota
Bandung (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Samura, Asri Ode. 2019. Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Journal Of Mathematics Education and Science vol
5(1): 20-25.
Suriyana, S., & Fatmawati, R. A. (2019). Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa PGSD
Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Dasar. Caruban: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Dasar, 2(2), 84-101.
Uloli, R., Prabowo., dan Prastowo, T. (2016). Kajian Konseptual Proses Berpikir Kreatif dan
Pemecahan Masalah. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek, 644-645.

13

Anda mungkin juga menyukai