Anda di halaman 1dari 24

KONSEP PENILAIAN

PEMBELAJARAN BERBASIS HOTS

TIM BDK Denpasar

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN DENPASAR


Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS
2022 1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan tuntunan sehingga Bahan Ajar ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Bahan Ajar ini diharapkan dapat memberikan tuntunan kepada
peserta Pelatihan Jarak Jauh khususnya mata diklat Konsep Penilaian
Pembelajaran Berbasis HOTS sehingga diharapkan kedepan guru dapat
menindak lanjuti pengetahuan yang didapatkan selama kegiatan pelatihan.
Diharapkan adanya perubahan paradigma pada pelaksanaan pembelajaran
dalam rangka merancang dan menyelenggarakan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien serta dapat menilai hasil pembelajaran sesuai dengan prinsip
- prinsip penilaian memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada
siswa.

Kami sangat menyadari bahwa bahan ajar ini memerlukan


penyempurnaan sehingga saran dan masukan sangat diperlukan untuk
perbaikan proses sistem pembelajaran pelatihan. Kami berharap bahan ajar ini
dapat bermanfaat bagi peserta pelatihan sebagai salah satu referensi dalam
mewujudkan proses pembelajaran efektif dalam membentuk generasi emas
bangsa yang kreatif dan berpikir kritis.

Denpasar, Maret 2021

Penyusun

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan implementasi kurikulum 2013, diharapkan adanya perubahan
paradigma pada pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai ujung tombak perubahan dapat
mengubah pola pikir dan strategi pembelajaran yang pada awalnya berpusat pada
guru (teacher centered) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centered). Guru
diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran. Terciptanya
manusia Indonesia yang produktif, kreatif dan inovatif dapat terwujud melalui pelaksanaan
pembelajaran yang dapat dilaksanakan di berbagai lingkup dengan menggunakan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran dengan
memberdayakan untuk berfikir tingkat tinggi (high order thinking). Kurikulum 2013 telah
mengadopsi taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dimulai dari level mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Karena tuntutan
Kurikulum 2013 harus sampai pada taraf mencipta, maka siswa harus terus menerus dilatih
untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Implementasi Kurikulum 2013 yang menjadi rujukan proses pembelajaran pada
satuan pendidikan, sesuai kebijakan, perlu mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK). Integrasi tersebut bukan sebagai program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai
satu kesatuan mendidik dan belajar bagi seluruh pelaku pendidikan di satuan pendidikan.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
menjadikan pendidikan karakter sebagai “Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab
satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,
olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM)” (Pasal 1, ayat 1). Perpres ini menjadi landasan awal untuk kembali
meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia, diperkuat dengan dikeluarkannya Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan Formal. Penguatan Pendidikan
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

3
Karakter menjadi kebijakan nasional yang harus diimplementasikan pada setiap pelatihan
dalam rangka peningkatan kompetensi guru.

Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi


atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan program yang dikembangkan
sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan.
Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan
pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order
Thinking Skills (HOTS). Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan
melalui peningkatan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Kualitas pembelajaran juga perlu diukur dengan penilaian yang berorientasi
pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Intinya, peserta didik bukan lagi dijejali oleh ceramah guru dari awal sampai
dengan akhir pembelajaran, tetapi memberi ruang kepada pesera didik untuk berpikir,
meneliti, menelaah, menganalisis, hingga mampu menemukan dan mengontruksi sendiri
pesan utama sebuah materi pembelajaran yang dipelajarinya. Siswa bukan hanya sekedar
menyelesaikan sejumlah materi pelajaran, tetapi memiliki bekal yang akan
diimplementasikan dalam kehidupannya. Itulah yang disebut sebagai pembelajaran
kontekstual (CTL), pembelajaran bermakna (meaningful learning) dan pembelajaran
tuntas (mastery learning). Kekeliruan memahami konsep HOTS akan berdampak pada
kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.

B. Deskripsi Singkat

Mata Pelatihan ini membahas Konsep berfikir Tingkat Tinggi dan kompetensi
Keterampilan 4C (Creativity, Critical Thinking, Collaboration, Communication) serta
pendekatan saintifik pembelajaran berbasis HOTS sehingga nantinya diharapkan
pendidik dapat merubah paradigma pola perencanaan, proses pembelajaran dan
penilaian pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk berpikir kritis dan dapat

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

4
menyelesaikan masalah serta memiliki kecakapan yang bermakna sebagai hasil dari
penilaian pembelajaran berbasis HOTS.

C. Kompetensi Pelatihan
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta diklat mampu : Mengaplikasikan
konsep pembelajaran berbasis HOTS

D. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan Konsep berfikir Tingkat Tinggi


2. Menjelaskan kompetensi Keterampilan 4C (Creativity, Critical Thinking, Collaboration,
Communication
3. Menentukan pendekatan saintifik pembelajaran berbasis HOTS

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konseptual Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Berpikir


Tingkat Tinggi (HOTS)

Kegiatan berpikir sudah dilakukan sejak manusia ada, tetapi pengertian tentang
berpikir masih terus diperdebatkan berbagai kalangan, terutama kalangan pemikir pendidikan.
Menurut Dewey (1859 – 1952) berpikir merupakan aktivitas psikologis ketika terjadi situasi
keraguan, sedangkan Vygotsky (1896 – 1934) lebih mengaitkan berpikir dengan proses mental.
Secara umum para tokoh pemikir bersepakat bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan mental
yang dialami seseorang ketika orang tersebut dihadapkan pada situasi atau suatu permasalahan
yang harus dipecahkan. Berpikir selalu berkaitan dengan proses mengeksplorasi gagasan,
membentuk berbagai kemungkinan atau alternatif-alternatif yang bervariasi, dan dapat
menemukan solusi.

Konsep Benjamin S. Bloom dkk. dalam buku Taxonomy of Educational Objectives,


sejatinya merupakan tujuan-tujuan pembelajaran yang terbagi dalam tiga ranah yaitu ranah
Kognitif adalah keterampilan mental (seputar pengetahuan); ranah Afektif adalah keterampilan
pada sisi emosi yaitu seputar sikap dan perasaan, serta ranah Psikomotorik yaitu yang
berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan fisik. Dengan taksonomi bloom ini
diharapkan setelah menjalani proses pembelajaran tertentu, siswa dapat mengadopsi
keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang baru. Tingkatan kemampuan berpikir yang dibagi
menjadi tingkat rendah dan tinggi, merupakan bagian dari salah satu ranah yang dikemukakan
Bloom, yaitu ranah kognitif. Dua ranah lainnya, afektif dan psikomotorik, punya tingkatannya
tersendiri. Ranah kognitif ini kemudian direvisi oleh Lorin Anderson, David Krathwohl, dkk.
pada 2001. Urutannya diubah menjadi (1) mengingat (remember);

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

6
memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5)
mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).
Pembelajaran yang menerapkan HOTS bercirikan transfer pengetahuan (transfer of
knowledge), berpikir kritis dan kreatif (critical thinking dan creativity) serta penyelesaian
masalah (problem solving). Hal-hal yang dipelajari oleh peserta didik dalam pembelajaran
meliputi fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif.

Gambar 1 : Level proses berpikir taksonomi Bloom yang direvisi oleh Lorin Anderson dan
David Krathwol,2002
Pembelajaran HOTS juga menerapkan kecakapan abad 21 atau 4C yang meliputi (1)
komunikasi (communication), (2) kolaborasi (collaboration), (3) berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), (4) kreatif dan inovatif (creative
and innovative). Berdasarkan kepada hal tersebut, maka pembelajaran HOTS dapat dapat
diterapkan pada beberapa model pembelajaran, seperti pembelajaran menyingkap/ menemukan
(inquiry/ discovery), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL), dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning/ PjBL).
Dalam pembelajaran HOTS, tingkat kemampuan yang diberikan kepada peserta didik
bukan lagi kemampuan tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS) seperti mengetahui
(C-1), memahami (C-2), dan mengaplikasikan (C-3), tetapi kemampuan tingkat tinggi seperti
menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mengkreasi (C-6). Mengingat (remembering)
merupakan level proses berpikir paling rendah. Mengapa? Karena mengingat hanyalah
memanggil kembali kognisi yang sudah ada dalam memori. Memahami (understanding) satu
level lebih tinggi dibandingkan dengan mengingat. Seseorang yang memahami sesuatu akan
mampu menggunakan ingatannya untuk membuat deskripsi, menjelaskan, atau memberikan
contoh terkait sesuatu tersebut. Jika seseorang yang telah memahami sesuatu mampu melakukan

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

7
kembali hal-hal yang dipahaminya pada situasi yang baru atau situasi yang berbeda, orang
tersebut telah mencapai level berpikir aplikasi (applying).
Orang yang memiliki kemampuan menerapkan belum tentu mampu menyelesaikan
masalah (problem solving). Kemampuan menerapkan masih cenderung hanya mengulangi proses
yang sudah pernah dilakukan (rutin), sementara permasalahan bisa jadi selalu berbeda dan
umumnya tidak dapat diselesaikan dengan cara yang sama (non rutin). Penyelesaian masalah
sesungguhnya berkaitan dengan hal-hal yang non rutin. Oleh karena itu, penyelesaian masalah
memerlukan level berpikir yang lebih tinggi dari mengingat, memahami, dan menerapkan. Level
berpikir ini disebut higher order thinking atau tingkat berpikir lebih tinggi.

Anderson dan Krathwohl mengategorikan kemampuan proses menganalisis


(analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) termasuk berpikir tingkat tinggi.
Menganalisis adalah kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil
sehingga diperoleh makna yang lebih dalam. Menganalisis dalam taksonomi Bloom yang direvisi
ini juga termasuk kemampuan mengorganisir dan menghubungkan antar bagian sehingga
diperoleh makna yang lebih komprehensif. Apabila kemampuan menganalisis tersebut berujung
pada proses berpikir kritis sehingga seseorang mampu mengambil keputusan dengan tepat, orang
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

8
tersebut telah mencapai level berpikir mengevaluasi. Dari kegiatan evaluasi, seseorang mampu
menemukan kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan tersebut
akhirnya dihasilkan ide atau gagasan-gagasan baru atau berbeda dari yang sudah ada. Ketika
seseorang mampu menghasilkan ide atau gagasan baru atau berbeda itulah level berpikirnya
disebut level berpikir mencipta. Seseorang yang tajam analisisnya, mampu mengevaluasi dan
mengambil keputusan dengan tepat, serta selalu melahirkan ide atau gagasan-gagasan baru. Oleh
karena itu, orang tersebut berpeluang besar mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya.

Brookhart (2010) sependapat dengan konsep berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi
Bloom yang direvisi Anderson dan Krathwohl di atas. Secara praktis Brookhart menggunakan
tiga istilah dalam mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), yaitu:

1. HOTS adalah proses transfer.


2. HOTS adalah berpikir kritis.
3. HOTS adalah penyelesaian masalah.
HOTS sebagai proses transfer dalam konteks pembelajaran adalah melahirkan belajar bermakna
(meaningfull learning), yakni kemampuan peserta didik dalam menerapkan apa yang telah
dipelajari ke dalam situasi baru tanpa arahan atau petunjuk pendidik atau orang lain. HOTS
sebagai proses berpikir kritis dalam konteks pembelajaran adalah membentuk peserta didik yang
mampu untuk berpikir logis (masuk akal), reflektif, dan mengambil keputusan secara mandiri.
HOTS sebagai proses penyelesaian masalah adalah menjadikan peserta didik mampu
menyelesaikan permasalahan riil dalam kehidupan nyata, yang umumnya bersifat unik sehingga
prosedur penyelesaiannya juga bersifat khas dan tidak rutin.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi


metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi
metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,
menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan
masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil
keputusan yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
keterampilan berpikir logis, kritis, kreatif, dan problem solving secara mandiri. Berpikir logis
adalah kemampuan bernalar, yaitu berpikir yang dapat diterima oleh akal sehat karena memenuhi
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

9
kaidah berpikir ilmiah. Berpikir kritis adalah berpikir reflektif-evaluatif. Orang yang kritis selalu
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk menganalisis hal-hal baru,
misalnya dengan cara membandingkan atau mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya
sehingga mampu menjustifikasi atau mengambil keputusan. Sementara itu, berpikir kreatif
adalah kemampuan menemukan ide/gagasan yang baru atau berbeda. Dengan gagasan yang baru
atau berbeda, seseorang akan mampu melakukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan nyata yang dihadapinya.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi.
- Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan
tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.
- Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah,
melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari
lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar.
- Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral
menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.
- Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuan
analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya dari Resnick
(1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan,
membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas
mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai
proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi
menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses
pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan
(applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi
berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta
(creating).

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

10
Transfer of
Knowledge

Keterampilan
Berpikir Tingkat
TInggi

Critical and
Problem Creative
Solving Thinking

Gambar 2. Aspek Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi


Afandi & Sajidan (2017)
a. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of Knowledge
Keterampilan berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan keterampilan berpikir
sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan
dalam proses belajar dan mengajar.
Ranah kognitif meliputi kemampuan dari peserta didik dalam mengulang atau
menyatakan kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari dalam proses
pembelajaran yang telah didapatnya. Proses ini berkenaan dengan kemampuan
dalam berpikir, kompetensi dalam mengembangkan pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran pada
ranah kognitif menurut Bloom merupakan segala aktivitas pembelajaran menjadi 6
tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi
Tabel 1. Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom.

PROSES KOGNITIF DEFINI


SI
Mengambil pengetahuan yang relevan
C Mengingat
L dari ingatan
1
Membangun arti dari proses pembelajaran,
C O Memahami termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
2
T Menerapkan/ Melakukan atau menggunakan prosedur di
C
Mengaplikasikan dalam situasi yang tidak biasa
3
S
Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya
C Menganalisis dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu
4 terhubungkan antarbagian dan ke struktur atau
H tujuan keseluruhan
Menilai/ Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

11
Mengevaluasi atau standar
C O
5
T Menempatkan unsur-unsur secara bersama-
C Mengkreasi/ sama untuk membentuk keseluruhan secara
6 S Mencipta koheren atau fungsional; menyusun kembali
unsur-unsur kedalam pola atau struktur baru

Anderson dan Krathwoll melalui taksonomi yang direvisi memiliki rangkaian


proses- proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif dengan menambahkan
dimensi pengetahuan, seperti:
1) Pengetahuan faktual, Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang
harus diketahui para peserta didik jika mereka akan dikenalkan dengan suatu
disiplin atau untuk memecahkan masalah apapun di dalamnya. Elemen-elemen
biasanya merupakan simbol - simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi
konkret, atau "benang-benang simbol" yang menyampaikan informasi penting.
Sebagian
terbesar, pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang relatif rendah.
Dua bagian jenis pengetahuan faktual adalah
 Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal
dan non-verbal tertentu (contohnya kata-kata, angka-angka, tanda-tanda,
dan gambar-gambar).
 Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu pada
pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat-tempat, orang-orang, tanggal,
sumber informasi, dan semacamnya.
2) Pengetahuan konseptual, Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema,
model- model mental, atau teori-teori eksplisit dan implisit dalam model -
model psikologi kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual meliputi tiga
jenis:
 Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian,
dan penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang
berbeda.
 Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu
akademis dan digunakan untuk mempelajari fenomena atau memecahkan
masalah- masalah dalam disiplin ilmu.
 Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi bersama dengan hubungan-
hubungan diantara mereka yang menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan
bulat mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang
kompleks.
3) Pengetahuan prosedural, "pengetahuan mengenai bagaimana" melakukan

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

12
sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin
hingga memecahkan masalah-masalah baru. Pengetahuan prosedural sering
mengambil bentuk dari suatu rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti. Hal
ini meliputi pengetahuan keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik,
dan metode-metode secara kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur.
 Pengetahuan keahlian dan algoritma spesifik suatu subjek
Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian
langkah - langkah, yang secara kolektif dikenal sebagai prosedur.
Kadangkala langkah - langkah tersebut diikuti perintah yang pasti; di waktu
yang lain keputusan- keputusan harus dibuat mengenai langkah mana yang
dilakukan selanjutnya. Dengan cara yang sama, kadang- kadang hasil
akhirnya pasti; dalam kasus lain hasilnya tidak pasti. Meskipun proses
tersebut bisa pasti atau lebih terbuka, hasil akhir tersebut secara umum
dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.
 Pengetahuan tehnik dan metode spesifik suatu subjek
Pengetahuan tehnik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan
yang secara luas merupakan hasil dari konsesus, persetujuan, atau norma-
norma disipliner daripada pengetahuan yang lebih langsung merupakan
suatu
hasil observasi, eksperimen, atau penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini
secara umum menggambarkan bagaimana para ahli dalam bidang atau
disiplin ilmu tersebut berpikir dan menyelesai kan masalah-masalah
daripada hasil- hasil dari pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.
 Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur-
prosedur yang tepat sebelum terlibat dalam suau penyelidikan, para peserta
didik dapat diharapkan mengetahui metode-metode dan tehnik-tehnik yang
telah digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan yang sama. Pada suatu
tingkatan nanti dalam penyelidikan tersebut, mereka dapat diharapkan
untuk menunjukkan hubungan-hubungan antara metode-meode dan teknik-
teknik yang mereka benar-benar lakukan dan metode-metode yang
dilakukan oleh peserta didik lain.
4) Pengetahuan metakognitif, Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan
mengenai kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan
pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada peserta
didik untuk lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan dan
pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para peserta didik akan menjadi lebih
sadar dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak
mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan ketika mereka bertindak
dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar lebih baik.
 Pengetahuan strategi
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan mengenai strategi-strategi umum
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

13
untuk pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah.
 Pengetahuan mengenai tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual
dan kondisional
Para peserta didik mengembangkan pengetahuan mengenai strategi-trategi
pembelajaran dan berpikir, pengetahuan ini mencerminkan baik strategi-
strategi umum apa yang digunakan dan bagaimana menggunakan mereka.
 Pengetahuan diri
Kewaspadaan-diri mengenai kaluasan dan kelebaran dari dasar pengetahuan
dirinya merupakan aspek penting pengetahuan-diri. Para peserta didik perlu
memperhatikan terhadap jenis strategi yang berbeda. Kesadaran seseorang
cenderung terlalu bergantung pada strategi tertentu, dimana terdapat
strategi-strategi yang lain yang lebih tepat untuk tugas tersebut, dapat
mendorong ke arah suatu perubahan dalam penggunaan strategi.

b. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking

John Dewey mengemukakan bahwa berpikir kritis secara esensial sebagai


sebuah proses aktif, dimana seseorang berpikir segala hal secara mendalam,
mengajukan berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan daripada
menunggu informasi secara pasif (Fisher, 2009). Berpikir kritis merupakan proses
dimana segala pengetahuan dan keterampilan dikerahkan dalam memecahkan
permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis semua asumsi yang
muncul dan melakukan investigasi atau penelitian berdasarkan data dan informasi yang
telah didapat sehingga menghasilkan informasi atau simpulan yang diinginkan.
Berfikir kreatif merapakan kemampuan yang sebagian besar dari kita yang
terlahir bukan pemikir kreatif alami. Perlu teknik khusus yang diperlukan untuk
membantu menggunakan otak kita dengan cara yang berbeda. Masalah pada pemikiran
kreatif adalah bahwa hampir secara definisi dari setiap ide yang belum diperiksa akan
terdengar aneh dan mengada-ngada bahkan terdengar gila. Tetapi solusi yang baik
mungkin akan terdengar aneh pada awalnya. Sayangnya, itu sebabnya sering tidak akan
diungkapkan dan mencoba untuk mengajukannya. Berpikir kreatif dapat berupa
pemikiran imajinatif, menghasilkan banyak kemungkinan solusi, berbeda, dan bersifat
lateral. Keterampilan berpikir kritis dan kreatif berperan penting dalam mempersiapkan
peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan
maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

14
c. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Problem Solving
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan dalam
proses pembelajaran, karena pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan
pembelajaran berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi tidak dapat dipisahkan dari
kombinasi keterampilan berpikir dan keterampilan kreativitas untuk pemecahan
masalah.
Keterampilan pemecahan masalah merupakan keterampilan para ahli yang memiliki
keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-
hari. Peserta didik secara individu akan memiliki keterampilan pemecahan masalah
yang berbeda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Mourtos, Okamoto dan
Rhee (2004), ada enam aspek yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana
keterampilan pemecahan masalah peserta didik, yaitu:
1) Menentukan masalah, dengan mendefinisikan masalah, menjelaskan
permasalahan, menentukan kebutuhan data dan informasi yang harus diketahui
sebelum digunakan
untuk mendefinisikan masalah sehingga menjadi lebih detail, dan mempersiapkan
kriteria untuk menentukan hasil pembahasan dari masalah yang dihadapi.
2) Mengeksplorasi masalah, dengan menentukan objek yang berhubungan dengan
masalah, memeriksa masalah yang terkait dengan asumsi dan menyatakan
hipotesis yang terkait dengan masalah.
3) Merencanakan solusi dimana peserta didik mengembangkan rencana untuk
memecahkan masalah, memetakan sub-materi yang terkait dengan masalah,
memilih teori prinsip dan pendekatan yang sesuai dengan masalah, dan
menentukan informasi untuk menemukan solusi.
4) Melaksanakan rencana, pada tahap ini peserta didik menerapkan rencana yang
telah ditetapkan.
5) Memeriksa solusi, mengevaluasi solusi yang digunakan untuk memecahkan
masalah.
6) Mengevaluasi, dalam langkah ini, solusi diperiksa, asumsi yang terkait dengan
solusi dibuat, memperkirakan hasil yang diperoleh ketika mengimplementasikan
solusi dan mengkomunikasikan solusi yang telah dibuat.
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

15
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa cakupan berpikir tingkat tinggi cukup
luas dan level proses berpikir dapat dikategorikan sampai 6 level seperti Taxonomy
Bloom. Untuk kepentingan penilaian tingkat nasional, dengan prinsip bermanfaat dan
sederhana, Pusat Penilaian Pendidikan mengkategorikan proses berpikir menjadi 3 level
kognitif, yakni :

1. Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)


Mengukur kemampuan untuk mengingat dan memahami pengetahuan yang telah
dipelajari.
2. Level 2 (Aplikasi)
Mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan dalam konteks atau situasi yang
familier atau rutin.
3. Level 3 (Penalaran)
Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang tidak hanya sekedar mengingat
dan memahami. Proses berpikir yang termasuk dalam level ini seperti menganalisis,
mengevaluasi, mengkreasi, berpikir logis, berpikir kritis, berpikir kreatif,
menyelesaikan masalah pada konteks baru atau non rutin.

B. Kompetensi Keterampilan 4C (Creativity, Critical Thinking, Collaboration,


Communication)
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs
(critical thinking, communication, collaboration, and creativity), adalah empat
keterampilan yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) sebagai
keterampilan sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21.

Tabel 2. Peta kompetensi keterampilan 4C sesuai dengan sesuai Maya Bialik &
Charles Fadel pada tahun 2015 dengan buku yang berjudul Skills for th 21st Century:
What Should Students Learn?

FRAMEWORK
KOMPETENSI BERPIKIR P21
21st
CENTURY
SKILLS

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

16
Peserta didik dapat menghasilkan, mengembangkan,
Creativity Thinking
dan mengimplementasikan ide-ide mereka secara
and innovation
kreatif baik secara mandiri maupun berkelompok.
Peserta didik dapat mengidentifikasi, menganalisis,
Critical Thinking menginterpretasikan, dan mengevaluasi bukti-bukti,
and Problem argumentasi, klaim dan data-data yang tersaji secara luas
Solving melalui pengakajian secara mendalam, serta
merefleksikannya dalam kehidupan sehari- hari.
Peserta didik dapat mengkomunikasikan ide-ide dan
Communication
gagasan secara efektif menggunakan media lisan,
tertulis, maupun teknologi.
Peserta didik dapat bekerja sama dalam sebuah
Collaboration
kelompok dalam memecahkan permsalahan yang
ditemukan

a. Kerangka Kerja enGauge 21st Century Skill

Gambar 3. The enGauge list of 21st century skills

Perkembangan ilmu kognitif menunjukkan bahwa hasil yang diharapkan


dalam pembelajaran akan meningkat secara signifikan ketika peserta didik terlibat
dalam proses pembelajaran melalui pengalaman dunia nyata yang otentik.
Keterampilan enGauge Abad ke-21 dibangun berdasarkan hasil penelitian yang terus-
menerus serta mejawab kebutuhan pembelajaran yang secara jelas mendefinisikan apa
yang diperlukan peserta didik agar dapat berkembang di era digital saat ini.
1) Digital Age Literacy/Era Literasi Digital
 Literasi ilmiah, matematika, dan teknologi dasar
 Literasi visual dan informasi
 Literasi budaya dan kesadaran global
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

17
2) Inventive Thinking/Berpikir Inventif
 Adaptablility dan kemampuan untuk mengelola kompleksitas
 Keingintahuan, kreativitas, dan pengambilan risiko
 Berpikir tingkat tinggi dan alasan yang masuk akal
3) Effective Communication/Komunikasi yang Efektif
 Keterampilan, kolaborasi, dan interpersonal
 Tanggung jawab pribadi dan sosial
 Komunikasi interaktif
4) High Productivity/Produktivitas Tinggi
 Kemampuan untuk memprioritaskan, merencanakan, dan mengelola hasil
 Penggunaan alat dunia nyata yang efektif
 Produk yang relevan dan berkualitas tinggi

b. Kerangka konsep berpikir abad 21 di Indonesia


Implementasi dalam merumuskan kerangka sesuai pemikiran abad 21 bersifat
mutidisiplin, artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka pemikiran abad
21. Untuk melengkapi kerangka tersebut sesuai dengan tuntutan Pendidikan di
Indoensia, berdasarkan hasil kajian dokumen pada UU Sisdiknas, Nawacita, dan
RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi, diperoleh 2 standar tambahan
sesuai dengan kebijakan Kurikulum dan kebijakan Pemerintah, yaitu sesuai dengan
Penguatan Pendidikan Karakter pada Pengembangan Karakter (Character Building)
dan Nilai Spiritual (Spiritual Value). Secara keseluruhan standar Kecakapan berpikir
abad 21 di Indonesia ini dirumuskan menjadi Indonesian Partnership for 21 Century
Skill Standard (IP-21CSS)

Tabel 3. Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS)

Framework
IP- Aspek
21st
Century 21CSS
Skills
Creativity  Berpikir secara kreatif
Thinking and  Bekerja kreatif dengan lainnya
innovation  Mengimplementasikan inovasi

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

18
 Penalaran efektif
Critical 4Cs  Menggunakan sistem berpikir
Thinking and  Membuat penilaian dan keputusan
Problem  Memecahkan masalah
Solving
Communicatio  Berkomunikasi secara jelas
n and  Berkolaborasi dengan orang lain
Collaboration
 Mengakses dan mengevaluasi informasi
Information,  Menggunakan dan menata informasi
ICTs
Media and  Menganalisis dan menghasilkan media
Technology  Mengaplikasikan teknologi secara efektif
Skills
Menunjukkan perilaku scientific attitude (hasrat
Character ingin tahu, jujur, teliti, terbuka dan penuh kehati-
Building hatian)
Life & Career  Menunjukkan penerimaan terhadap nilai
Skills moral yang berlaku di masyarakat
 Menghayati konsep ke-Tuhanan melalui ilmu
Spiritual pengetahuan
Values  Menginternalisasikan nilai-nilai spiritual dalam
kehidupan sehari-hari

C. Amanat Kurikulum 2013 melalui Pendekatan Saintifik


Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan
saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah,
para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) yang memandang
fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Metode
ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena/gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi, eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Proses pembelajaran saintifik memuat aktivitas:
1. mengamati;
2. menanya;
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

19
3. mengumpulkan informasi/mencoba;
4. mengasosiasikan/mengolah informasi; dan
5. mengomunikasikan.
Kelima aktivitas pembelajaran tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 4 : Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya.
Kompetensi yang
Aktivitas Kegiatan Belajar
Dikembangkan
Mengamati Melihat, mendengar, Melatih kesungguhan,
meraba, membau ketelitian, mencari
informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan
tentang informasi yang tidak kreativitas, rasa ingin
dipahami dari apa yang tahu, kemampuan
diamati atau pertanyaan untuk merumuskan pertanyaan
mendapatkan informasi untuk membentuk pikiran
tambahan tentang apa yang kritis yang perlu untuk
diamati (dimulai dari hidup cerdas dan belajar
pertanyaan faktual sampai ke sepanjang hayat
pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
Mengumpulkan - melakukan eksperimen Mengembangkan sikap
informasi/ - membaca sumber lain teliti, jujur, sopan,
eksperimen selain buku teks menghargai pendapat
- mengamati objek/kejadian/ orang lain, kemampuan
- aktivitas berkomunikasi,
- wawancara menerapkan kemampuan
dengan mengumpulkan informasi
narasumber melalui berbagai cara
yang dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar
sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/ - mengolah informasi yang Mengembangkan sikap
mengolah informasi sudah dikumpulkan baik jujur, teliti, disiplin, taat
aturan,
terbatas dari hasil kerja keras, kemampuan
kegiatan menerapkan prosedur dan
mengumpulkan/eksperim kemampuan berpikir
en mau pun hasil dari induktif serta deduktif
kegiatan mengamati dan dalam menyimpulkan.
kegiatan mengumpulkan
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

20
informasi.
- Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang
bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan sikap
pengamatan, kesimpulan jujur, teliti, toleransi,
berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir
secara lisan, tertulis, atau sistematis,
media lainnya mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan
kemampuan berbahasa
yang
baik dan benar.

Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan melalui peningkatan


kualitas pembelajaran yang memodifikasi pendekatan saintifik dengan berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kualitas pembelajaran juga perlu diukur
dengan penilaian yang berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau
Higher Order Thinking Skill (HOTS). Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah
kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern,
sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.

BAB III
PENUTUP

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

21
A. Kesimpulan

Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar kehidupan manusia, karena


melibatkan proses berpikir agar dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menegaskan bahwa berpikir kritis bukan hanya sebatas teori,
namun sudah menjadi kebutuhan hidup. Penilaian berbasis Higher Order Thinking Skill adalah
Cara berpikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal, atau menceritakan kembali
sesuatu yang diceritakan orang lain. Dalam pembelajaran HOTS, tingkat kemampuan yang
diberikan kepada peserta didik bukan lagi kemampuan tingkat rendah (Lower Order Thinking
Skills/LOTS) seperti mengetahui (C-1), memahami (C-2), dan mengaplikasikan (C-3), tetapi
kemampuan tingkat tinggi seperti menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mengkreasi (C-
6).
Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh guru yang berfokus pada
peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Desain peningkatan kualitas pembelajaran ini merupakan upaya peningkatan
kulaitas peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia. Oleh
karena itu pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu
berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
dukungan dari berbagai pihak terkait sangatlah diperlukan agar mampu mempersiapkan generasi
penerus bangsa yang mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan era global.

B. Saran
Pemahaman Konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi akan menjadi penting untuk
dikuasai oleh seorang pendidik agar dalam penerapannya dapat direalisasikan pembelajaran
bermakna yang memicu peserta didik berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dan
melahirkan keputusan kreatif dan berkualitas. Pemahaman tersebut diharapkan dapat dicermati
dan dapat dilakukan dengan maksimal agar mampu menciptakan generasi Tangguh, cerdas
berkualitas maka dituntut kualitas kreasi dan kreatifitas seorang guru dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran serta mengukur hasil dari proses pembelajaran tersebut dengan tepat.

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

22
DAFTAR PUSTAKA

Afandi & Sajidan. 2017. Stimulasi Keterampilan Tingkat Tinggi. Solo: UNSPRESS.
Kemendikbud. 2016. Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu SD, Jakarta: Direktorat
Pembinaan Guru Pendidikan Dasar.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi. Jakarta: 2018
Kemendikbud, 2016. Panduan Penilaian Untuk Sekolah Dasar. Jakarta. Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMP. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Kemendikbud, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah
Menengah Atas. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Lewis, A., & Smith, D. 1993. Defining High Order Thinking. Theory into Practice, 32 (3): 131-
137.
Maya Bialik & Charles Fadel. 2015. Skills for the 21st Century: What Should Students Learn?
Center for Curriculum Redesign Boston, Massachusetts
Metiri Group. 2003. enGauge 21st Century Skills: Helping Students Thrive in the Digital Age
Modul Penulisan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Untuk Ujian Sekolah, Direktorat
Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2016.
Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Direktorat Pembinaan SMA,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2017.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian P endidikan Dasar dan Menengah.

Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

23
Pelatihan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS

24

Anda mungkin juga menyukai