Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui


Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi
merupakan salah satuupaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini
dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kemendikbud yang
menekankan pada pembelajaran berorientasi
padaketerampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order
Thinking Skitls {HOTS). Keterampilan berfikir Untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu
pendidikan, maka pelaksanaanProgram PKP
mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal
dengan istilah zonasi.Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat
Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD
dan musyawarah guru matapelajaran (MGMP) SMP yang
selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon dalam
zonasinya, dapat terintegras imelalui zonasi pengembangan
dan pemberdayaan guru.Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di
lingkungan terdekat,seperti status akreditasi sekolah, nilai
kompetensi guru, capaian nilai rata-rata USBN sekolah,atau
pertimbangan mutu lainnya.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS
dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah
Model Discovery/Inquiry Learning.Model pembelajaran
penyingkapan dan penemuan (Discovery/inquiry Learning)
adalah memahami konsep, arti, dan hubunga nmelalui proses
intuitif untuk akhirnya sampa ikepada suatu kesimpulan.
Discovery learning terjadi bila individu terlibat terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalu
iobservasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan
daninferensi. Proses tersebutdisebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendir iadalah the mental process of
assimilating concepts and principles in the mind (RobertB.
Sunddalam Malik, 2001:219). Setelah melaksanakan
pembelajaran terpadu dengan Model Discovery/Inquiry
Learning, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar
siswa meningkat.Lebih bagus dibandingkan pembelajaran
sebelumnya. Ketika ModelDiscovery/Inquiry Learning ini
diterapkan pada kelas IX yang lain,ternyata proses dan hasil
belajar siswa sama baiknya. Oleh karena itu penulis
melaporkan perbaikan pembelajaran tersebut sebagai
kegiatan best practice berjudul Pembelajaran Teks Prosedur
melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Discovery
Learning pada siswa Kelas VIII B SMP PROKLAMASI
BALONGBENDO.

B. JENIS KEGIATAN
Kegiatan yang dilakukandalam best practice ini
adalahmenerapkan model pembelajaran penyingkapan dan
penemuan (Discovery/inquiry Learning) dengan memahami
konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan pada kelas VIIIB
di SMP PROKLAMASI.
C. MANFAAT KEGIATAN
Best practice ini diharapkan dapat menginspirasi guru untuk
mengembangkan materidan melaksanakan pembelajaran
dengan berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
dengan menggunakan model pembelajaran penyingkapan dan
penemuan (Discovery/inquiry Learning).
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. TUJUAN DAN SASARAN

TUJUAN
Untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa tentang
teks Recount sehingga melatih siswa untuk menerapkan pola
berpikir HOTS.
Menginspirasi guru untuk mengembangka nmateri dan
melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi

SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah guru dan siswa yang
mendapatkan manfaat langsung dari best practice ini.

B. BAHAN DAN MATERI


Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini
adalah materi kelas VIII untuk tema Recount Text berikut ini

Bahasa Inggris

3.11 Membandingkan fungsi sosial, struktur teks, dan


unsur kebahasaan beberapa teks personal recount
lisan dan tulis dengan memberi dan meminta
informasi terkait pengalaman pribadi di waktu
lampau, pendek dan sederhana, sesuai dengan
konteks penggunaannya
.
4.11 Teks recount
Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi
4.11. sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks
1 recount lisan dan tulis, sangat pendek dan sederhana,
terkait pengalaman pribadi di waktu lampau
4.11. (personal recount)
2 Menyusun teks recount lisan dan tulis, sangat pendek
dan sederhana, terkait pengalaman pribadi di waktu
lampau (personal recount), dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan,
secara benar dan sesuai konteks

C. METODE/CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Metode
Penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan
KecapakanAbad 2l di dalam proses pembelajaran.
Karena K-13 mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik
(5M) yang meliputi mengamati, menanya,mengumpulkan
informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan
mengomunikasikan. Lalu optimalisasi peran guru dalam
melaksanakan pembelajaranabad 21dan HOTS (Higher Order
Thinking Skills). Selanjutnya ada integrasiliterasi dan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar
mengajar (PBM).Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara
kontekstual dengan menggunakan model, strategi,metode,
dan teknik sesuai dengan karakteristikKompetensi Dasar
{KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.Maka model
pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning
dengan pendekatan saintifik.

D. Alat/lnstrumen
Model-model pembelajaran yang sudah banyak dikenal oleh
guru, guru pun diharapkan untuk menggunakan atau
mengembangkan mode-model pembelajaran yang
lebihvariatif agar pembelajaran lebih menyenangkan dan
menantang.Pembelajaran yang HOTS ditindak lanjutidengan
penilaian HOTS. Soal-soal yang diberikan harus mengukur
ketercapaian siswa pada ranah C-4, C-5, dan C-6,
disesuaikandengan KKO yang telah ditetapkan pada RPP.
Instrumen test yang digunakan bisa dalam bentuk soal Pilihan
Ganda (PG) atau uraian.Soal PG dan HOTS yang berorientasi
pada HOTS tentunya bukan sekedar menanyakan sekedar
menanyakan"apa?","siapa?", "kapan?" dan "dimana?", tetapi
menanyakan "mengapa?" dan "bagaimana?". Berdasarkan
kepada hal tersebut, maka guru harus banyak membiasakan
soal-soal HOTS kepada siswa, agar siswa terbiasa mengasah
nalar,meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
solutif.
Media pembelajaranyang digunakan dalam praktik terbaik ini
adalah (a) contohRecountText pendek dan sederhana dari
beberap asumber, dengan menggunakan ejaan dan tanda baca
dengan benar.Instrumen yang digunakan dalam praktik baik
ini ada 2 macamyaitu (a) instrumen untuk mengamati proses
pembelajaran berupa lemba robservasi dan (b) instrumen
untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan
uraian singkat.
E. Waktu dan TempatKegiatan
Waktu kegiatan
Best practice inidilaksanakan pada tanggal 25 sampai 29
November tahun 2019 bertempat di SMP
Proklamasi Balongbendo.
BAB III
HASIL KEGIATAN

Di implementasikannya model discovery learning


meningkatkan pemahaman dan motivasi siswa dalam
mempelajari teksRecount dengandikombinasikan
pembelajaran abad 21 dan HOTS (Higher Order Thinking
Skills). Selanjutnya ada integrasiliterasi danPenguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar mengajar
(PBM). Pembelajaran pun perludilaksanakan secara
kontekstual dengan menggunakan model, strategi, metode,
dan teknik sesuai dengan karakteristikKompetensi Dasar
(KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai


pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 2l kepada
peserta didik,yaiu 4C yang meliputi: (l) Communication (2)
Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving,dan
(4) Creative and Innovative. BerdasarkanTaksonomi Bloom
yang telah direvisi oleh Krathwoll danAnderson, kemampuan
yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order
Thinking Skills) yaituC1 (mengetahui) dan C-2 (memahami),
MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu
C3(mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus
ada peningkatan sampai HOTS (Higher OrderThinking
Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6
(mengkreasi).Penerapan pendekatan saintifik,pembelajaran
abad,2l (4C), HOTS, dan integrasiliterasi dan PPK dalam
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik
tantangan internal dalamr rangka mencapai 8 (delapan) SNP
dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.
Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya
siswa belajar degan model discovery learning. Dengan tujuan
untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu
mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih
percaya diri menghadap rulangan(penilaian) setelah
mendapat penjelasan guru melalui ceramah.Agar siswa yakini
bahwa pembelajarandengan Discovery Learnng dapat
membuat mereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru
memberi penjelasan sekilas tentang apa,bagaimana, mengapa,
dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi(higher order thinking skills HOTS).
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkanuraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut.
Pembelajarandengan model pembelajaran Discovery learning
layak dijadikan praktik baik pembelajaran berorientasi HOTS
karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan
transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
Dengan penelusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
secara sistematis dancermat, pembelajaran dengan model
pembelajaran Discovery learning yang dilaksanakan tidak sekada
rberorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK,literasi,
dan kecakapan abad 21.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran dengan model
pembelajaran Discovery
learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada
buku siswa dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah
disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran yang
kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan
kondisisekolahnya.hal ini akan membuat pembelajaran
lebihbermakna.
Siswa diharapkan untuk menterapkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dalam belajar,tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan
belajar degan cara ini akan membantu siswa menguasai materi
secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa)
Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain
untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS.
Dukungan positif sekolah, seperti penyediaansarana dan
prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penuli untuk
mendesiminasikan praktik baik ini akan menambaha wawasan
guru lain tentang pembelajaran HOTS.

Anda mungkin juga menyukai