Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah didominasi oleh
kegiatan belajar mengajar ( 92,6 % ) dari seluruh waktu yang ada di sekolah
ada pada proses belajar mengajar ) dengan bimbingan guru. Oleh karena itu
92,6 % pula keberhasilan pendidikan di sekolah secara logika akan ditentukan
oleh kualitas kegiatan proses belajar mengajar, sekalipun masih banyak faktor
lain yang berpengaruh dalam hal ini adalah guru sebagai peran utamanya
( Ibnu Darmawan : 4 – 8 ).
Pendekatan yang perlu diterapkan agar mencapai sasaran, maka kelas
PKn dan sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium masyarakat , bangsa,
dan Negara. Tentu dalam proses pembelajaran memerlukan Media, fungsinya
adal;ah untuk memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami materi
yang diajarkan. Kosasih Djahiri (1999) mengatakan media adalah sesuatu
yang bersifat materiil-materiil atau behavavioral atau personal yang dijadikan
wahana kemudahan, kelancaran, serta keberhasilan proses hasil belajar.
Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu model VCT
(Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai). Menurut A.
Kosasih Djahiri (1985), model pembelajaran VCT meliputi : (1) metode
percontohan; (2) Analisis Nilai;(3) VCT Daftar/matrik yang meliputi (a) daftar
baik-buruk; (b) Daftar tingkat urutan; (c) daftar skala prioritas; (d) daftar
gejala kontinum; (e) daftar penilaian diri; (f) daftar membaca pikiran orang
lain tentang diri kita; (g) perisai kepribadian diri; (4)VCT dengan kartu
keyakinan; (5) VCT melalui teknik wawancara; (6) teknik yurisprudensi; dan
(7) teknik inkuiri nilai.
Mengapa perlu VCT? Pola pembelajaran VCT menurut A. Kosasih
Djahiri (1992) dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena : pertama,
mampu membina dan mempribadikan(personalisasi) nilai moral. Kedua,
mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai moral yang

1
disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral
diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu
mengundang, melibatkan, membina, dan mengembangkan potensi diri siswa
terutama potensi afektualnya. Kelima, mampu memberikan pengalaman
belajar berbagai kehidupan. Keenam, mampu menangkal, meniadakan,
mengintervensi, dan menyubversi berbagai nilai-nilai naïf yang ada dalam
system nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan
memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi.
Sementara ini proses belajar mengajar di sekolah termasuk di
Madrasah lebih banyak mengungkap aspek kemampuan pengetahuan
( kognitif ). Sehingga banyak asumsi bahwa sekolah yang berprestasi adalah
sekolah yang berhasil dalam memperoleh nilai rata – rata hasil ujian dan
ulangan umum, sedangkan unsur prestasi lain kurang mendapat perhatian
dalam penilaian di sekolah demikian juga di Madrasah. Oleh karena itu guru
dalam menyampaikan pembelajarannya cenderung dengan metode ceramah
saja yang akhirnya siswa hanya hafal dengan dengan teori – teori, terampil
mengerjakan soal tetapi kurang mampu memahami konsep.
Pada umumnya kondisi kelas pada saat pembelajaran biasanya
diciptakan suasana yang tenang, tertib tak ada kewenangan apapun dari siswa
kecuali guru, siswa diupayakan menjadi pendengar yang setia, sedangkan guru
disiapkan untuk menjadi pembicara yang hebat, sedangkan buku, peraga dan
media pembelajaran lain tidak banyak diperankan. Meskipun pada
kenyataannya tidak semua suasana kelas tersebut tercipta oleh setiap guru
yang mengajar, bahkan kadang – kadang suasana menjadi sebaliknya yaitu
suasana yang gaduh, banyak siswa berbicara sendiri – sendiri, banyak yang
tidak membawa bukudan sebagainya, dan tidak sedikit guru yang menyerah
pada kondisi seperti ini dengan cara meninggalkan kelas dan memberikan
catatan atau tugas kepada siswanya.
Selama ini pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai objek
pembelajaran, sehingga siswa tidak terlibat aktif secara fisik dan mentalnya,
mereka relatif sebagai pendengar dan penerima informasi saja tanpa

2
mengetahui dan mengalami suatu yang akan dipahaminya. Kondisi yang
demikian berlangsung begitu lama, sehingga menjadi sebuah fenomena
pembelajaran dalam seperti itu selamanya. Seharusnya proses pembelajaran
yang berlangsung mengefektifkan siswa. Proses pembelajaran dapat efektif
jika suasana kelas selama proses pembelajaran kondusif dan menyenangkan,
yaitu terciptanya interaksi dua arah antara siswa dan guru, suasana kelas yang
tidak tegang dan mencekam, namun ramai dengan aktifitas siswa yang sedang
berdiskusi, memperagakan sesuatu, bermain peran atau yang lain, yang
semuanya berfokus pada topik yang dibahas, sehingga terkesan bahwa kelas
adalah milik bersama antara guru dan siswa, meskipun pengendali utama
dalam proses belajar ada pada guru, untuk tercapainya ini sangat tergantung
pada kemampuan guru dalam melakukan manajemen pengelola kelas.
Proses pembelajaran dengan cara konvensional pada mata pelajaran
PKn dengan materi Pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia, hasil
pembelajaran yang didapat melalui tes formatif sangat jauh dari harapan guru.
Dari 18 siswa yang mengikuti pembelajaran hanya 4 siswa yang nilainya
memenuhi standar KKM, artinya ketuntasan mencapai prosentase 22,22 %.
Masih jauh dari dengan ketuntasan belajar yang diharapkan yakni minimal 75
%. Siswa yang belum tuntas sesuai KKM sebanyak 77,78 %atau 14 siswa,
artinya pembelajaran yang dilakukan guru masih jauh dari keberhasilan.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Penulis melakukan
identifikasi masalah dengan melakukan refleksi/perenungan diri saat
pembelajaran berlangsung maka terbayang lagi apa yang dilakukan oleh
guru, mendominasi pembelajaran, siswa mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh guru dan terlihat begitu antusias mendengarkan.
Sehingga guru mempunyai pandangan bahwa siswa dapat menerima
materi dengan baik. Tetapi setelah siswa selesai mengerjakan lembar tes
formatif dan setelah dianalisis oleh guru, ternyata hasilnya sangat
mengecewakan. Untuk itu penulis memperoleh beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi diantaranya :

3
a. Siswa kurang fokus pada materi yang disampaikan
b. Saat berdiskusi siswa aktif dengan kegiatannya sendiri
c. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang berlangsung
d. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru tidak ada
interaksi dua arah.

2. Analisis Masalah
Dari hasil identifikasi masalah tersebut diatas penulis melakukan
analisis pemecahan masalah dan diperoleh penyebab permasalahan
tersebut antara lain :
a. Guru dalam memperhatikan siswa kurang menyeluruh
b. Siswa kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru
c. Alat peraga yang digunakan kurang menarik
d. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk membikan umpan balik
e. Guru kurang member latihan
f. Metode yang digunakan oleh guru hanya ceramah

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasil analisis masalah yang ditemukan maka agar
dapat mengatasi masalah yang ada di MI Miftahul Huda Sukobubuk
Margorejo Pati, peneliti berusaha untuk mencari solusi yang dapat
dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran, dalam hal ini alternatifnya
antara lain :
a. Menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik anak
madrasah maupun materi pembelajaran yang ada.
b. Menggunakan media dan alat pelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan.
c. Menggunakan strategi/pendekatan pembelajaran yang
sesuai.
d. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa agar lebih
bermakna dalam pembelajaran.

4
Dari beberapa alternatif pembelajaran masalah diatas
peneliti memilih menggunakan metode yang sesuai dengan
karakteristik anak maupun materi pembelajaran yang ada
sebagai prioritas pemecahan masalah. Adapun yang dimaksud
dengan metode yang sesuai dengan karakter anak dan materi
pembelajaran yaitu metode Value Clarification Technique
(VCT).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang ada, penulis
memfokuskan permasalahan dan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah metode Value Clarification Technique ( VCT ) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Miftahul Huda Sukobubuk
dalam pembelajaran PKn tentang NKRI?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP ) pada program S1
PGSD Universitas Terbuka.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan penerapan metode Value Clarification Technique
(VCT ) dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan khususnya pada
materi menjelaskan pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
2. Menganalisis efektivitas penerapan metode Value Clarification Technique
(VCT ) dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan khususnya pada
materi menjelaskan pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti, pembaca, maupun siswa serta dunia pendidikan pada umumnya.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dan hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
a. Dapat menemukan kelemahan/permasalahan dalam pembelajaran.
b. Dapat menemukan alternative solusi untuk memperbaiki kelemahan.
c. Mempertanggungjawabkan keputusan atau tindak perbaikan
pembelajaran yang dilakukan secara ilmiah, yang disampaikan secara
tertulis/tulisan.

6
2. Bagi Guru
a. Memudahkan guru dalam pembelajaran
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran
c. Memudahkan pemusatan perhatian siswa dalam pembelajaran
d. Memberikan umpan balik untuk penyusunan rancangan pembelajaran
PKn yang lebih baik.

3. Bagi Dunia Pendidikan


a. Digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian sejenis di
lembaga lain
b. Digunakan untuk acuan untuk melaksanakan penelitian lain dengan
kasus sama.

Anda mungkin juga menyukai