Anda di halaman 1dari 14

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah terpilih
Akar Penyebab
No. yang akan Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
masalah
diselesaikan
1 Guru masih Guru masih Hasil Kajian Literatur membiasakan diri agar bisa
kurang maksimal kurang terampil optimal dan lebih terampil
menerapkan dalam Ernawati (2016) menyatakan bahwa lagi untuk menerapkan
menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pembelajaran berbasis HOTS
pembelajaran
pembelajaran adalah keterampilan berpikir yang
berbasis HOTS berbasis HOTS melibatkan proses berpikir kompleks menerapkan pembelajaran
seperti kritis, analitis, evaluatif, yang mendorong siswa untuk
kreatif, dan reflektif dalam berpikir kritis, analitis,
menyelesaikan masalah. evaluatif, kreatif dan reflektif

Menurut Haryati (2020) penggunaan Menggunakan kata kerja


stimulus merupakan rujukan dalam operasional yang setara atau
menyusun soal baik dalam lebih tinggi dari kompetensi
pelaksanaan penilaian harian, dasar dalam membuat tujuan
penilaian tengah semester, penilaian pembelajaran
akhir semester maupun penilaian
akhir tahun. Sebuah soal dikatakan Menggunakan stimulus
termasuk HOTS apabila memenuhi 4 dalam pembuatan soal belum
kriteria yang dipersyaratkan yaitu yang memenuhi kriteria yang
menggunakan stimulus yang menarik, dipersyaratkan dalam
stimulus yang kontekstual, mengukur menyusun soal HOTS
Level kognitif penalaran
(menganalisis, mengevaluasi, dan Menggali kemampuan awal
mencipta), serta jawaban tersirat pada siswa melalui pemberian
stimulus. stimulus diawal
pembelajaran
Menurut Pangesti (2018) sebelum Menerapkan pembelajaran
memberikan soal HOTS guru perlu yang berbasis HOTS melalui
mengetahui dan menggali kemampuan perangkat pembelajaran
awal melalui pemberian stimulus yang disusun, yaitu dalam
diawal pertemuan dalam RPP, tujuan pembelajaran,
pembelajaran. Teknik pertama yang proses pembelajaran, dan
dilakukan untuk menumbuh evaluasi pembelajaran .
kembangkan literasi yaitu
memperkenalkan siswa dengan soal
HOTS secara berjenjang, dari soal
mudah menuju soal sukar, sebagai
wahana menumbuhkan kepercayaan
diri bahwa siswa mampu berpikir
tingkat tinggi

Menurut Nursari, dkk (2021)


pembelajaran berbasis HOTS
tidak akan terlaksana jika dalam
perangkat pembelajarannya, guru
tidak memfasilitasi HOTS siswa.
Pembelajaran yang berbasis HOTS
dapat diterapkan oleh guru melalui
perangkat pembelajaran yang
disusunnya, yaitu dalam RPP,
proses pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Dalam penyusunan
tujuan pembelajaran, guru harus
memperhatikan tingkatan kata kerja
operasional. Kata kerja operasional
dalam tujuan pembelajaran harus
lebih tinggi dari kompetensi dasar
atau minimal setara dengan
kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran yang berbasis HOTS
harus melatih siswa untuk
memecahkan permasalahan,
menemukan solusi, dan
menciptakan suatu hal yang
berkaitan dengan pemecahan
masalah

Menurut Nursari (2021) kategori


HOTS pada pembelajaran berbasis
HOTS dapat dilihat dari
penggunaan Kata Kerja
Operasional dan kegiatan saintific
5M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi,
Mengasosiasi, dan
Mengkomunikasikan) keterampilan
berpikir tingkat tinggi pada RPP,
pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran.

Menurut Sofyan (2019) pembelajaran


berbasis HOTS tak sekedar model
soal saja, tetapi juga mencangkup
model pengajaran. Model
pengajaran harus mencangkup
kemampuan berpikir, contoh,
pengaplikasian pemikiran dan
diadaptasikan dengan kebutuhan
siswa yang berbeda-beda.
Penilaian berbasis HOTS dengan
pertanyaan motivasi pada siswa yang
memiliki cukup pengetahuan awal
untuk menggunakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.

Menurut Fanani (2013) stimulus


merupakan dasar untuk membuat
pertanyaan. Dalam konteks HOTS,
stimulus yang disajikan hendaknya
bersifat kontekstual dan menarik.
Stimulus ini menuntut guru untuk
mengaitkan materi yang diajarkan
dengan permasalahan yang terjadi
dilingkungan sekitar satuan
pendidikan seperti budaya, adat,
kasus-kasus di daerah, atau berbagai
keunggulan yang terdapat di daerah
tertentu. Kreativitas guru membuat
stimulus sangat mempengaruhi
kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal
HOTS
Menurut Nur’aeni (2021) guru belum
terlatih untuk mengembangkan atau
menyusun soal-soal guna mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Soal yang disusun untuk keperluan
ulangan formatif atau ulangan sumatif
masih berupa soal yang mengukur
kemampuan berpikir tingkat rendah
dan sedang. Soal-soal tersebut dapat
dilihat pada rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun
oleh guru. Dengan demikian, peserta
didik menjadi terbiasa belajar untuk
menghafal materi pelajaran daripada
mengasah kemampuan berpikir
tingkat tinggi.

Suratno, dkk (2020) menyatakan


bahwa penerapan model
pembelajaran PBL lebih baik dari
pada menggunakan model
konvensional dan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (HOTS) pada siswa.
Peserta didik cenderung terlihat lebih
aktif pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model PBL.

Menurut Noprinda, dkk (2019) faktor


penyebab rendahnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi peserta didik
adalah kurang tersedianya soal-soal
tes yang didesain khusus untuk
melatih penggunaan berpikir tingkat
tinggi. Sehingga perlu adanya soal
HOTS atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi peserta didik untuk
mengatasi hal tersebut.

Ananda, dkk (2020) menyatakan


bahwa dalam menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS guru
dituntut untuk mampu merancang
RPP dengan baik dan benar yang
mengacu pada silabus serta
kurikulum yang berlaku dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran
yang digambarkan melalui KD yang
ingin dicapai. Sedangkan pemilihan
metode dan strategi pembelajaran
harus memperhatikan pada
kebutuhan siswa serta situasi dan
kondisi kelas agar penggunaan metode
dan strategi dapat memaksimalkan
pembelajaran yang berlangsung
Menurut Hasnah (2020) Kegiatan
workshop dapat meningkatkan
ketrampilan guru dalam menyusun
RPP berbasis HOTS dan bisa
menerapkannya dalam kegiatan
belajar mengajar
Menurut Setyaningsih (2022) model
pembelajaran somatic, Audiotory,
Visual, Intellectual (SAVI) memberikan
pengaruh terhadap Self Regulation
yang dimiliki oleh siswa. model
pembelajaran tersebut siswa dapat
menggunakan seluruh indra yang
dimiliki mulai dari gerak tubuh,
pengelihatan, pendengaran,
pengetahuan serta cara berpikir.
Peserta didik lebih leluasa untuk
berfikir secara ilmiah (Sains) dan
kecenderungan untuk lebih berfikir
secara konkret, sehingga peserta didik
dapat mengatur proses pembelajaran

Wawancara dengan Guru


Perlu ada pelatihan cara membuat
perangkat pembelajaran HOTS.

Perlu ada pemahaman kepada guru


bahwa pembelajaran HOTS itu bukan
pembelajaran yang sulit.

Perlu ada pelatihan membuat


instrumen penilaian HOTS.

Wawancara dengan Kepala Sekolah


Meningkatkan kemampuan guru
melalui kegiatan MGMP

Mengikuti diklat atau pelatihan baik


daring maupun luring

Guru harus menggunakan metode


pembelajaran yang berbasis HOTS
Guru menggunakan media
pembelajaran terutama sarana dan
prasarana disekolah untuk menunjang
pembelajaran berbasis HOTS

Wawancara dengan Pengawas

guru harus membiasakan diri


menerapkan pembelajaran berbasis
HOTS

Guru harus membuat stimulus yang


bisa menarik minat siswa dan
mendorong siswa menganalisis
masalah

Wawancara dengan Pakar


Pendidikan

Pembelajaran berbasis HOTS harus


mencakup tiga komponen proses
kognitif teratas yaitu menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta
Guru harus berupaya menyusun
instrumen pengukuran dan evaluasi
yang berbasis HOTS.

2 Kurangnya Guru dalam Hasil Kajian Literatur Menerapkan model yang


motivasi belajar pembelajaran tepat dan bervariasi serta
siswa masih monoton Menurut Ananda, dkk (2020) menjaga lebih banyak melibatkan
atau kurang konsistensi suasana dan kondisi kelas siswa sehingga siswa tidak
bervariasi agar berjalan secara kondusif dengan cepat bosan
melibatkan siswa secara aktif sebagai
partisipan dan turut serta
mengaplikasikan sarana prasarana Menciptakan suasana kelas
yang tersedia sebagai wujud yang kodusif dengan cara
pemanfaatan penunjang pembelajaran melibatkan siswa secara aktif
secara optimal adalah salah satu dalam kegiatan belajar
langkah untuk meningkatkan mengajar sehingga siswa
motivasi belajar siswa tidak merasa jenuh

Menurut Septantia, dkk (2014) Melakukan inovasi belajar


penggunaan media gambar melalui dengan menggunakan sarana
metode discovery mampu dan prasara yang dimiliki
meningkatkan ketrampilan proses oleh sekolah misalnya
sains siswa dan aktivitas belajar siswa chromebook
sehingga siswa termotivasi untuk
memahami materi yang dipelajari

Menurut Hartanti (2016) faktor


internal yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa yaitu keinginan untuk
berprestasi, rasa tertarik atau adanya
minat dalam diri siswa. faktor
eksternal juga mempengaruhi
motivasi belajar siswa diantaranya
adalah keluarga, lingkungan tempat
tinggal dan lingkungan sekolah
seperti lingkungan belajar yang
kondusif dan menyenangkan

Menurut Meilasari, ddk (2020) salah


satu model pembelajaran yang
mampu memotivasi peserta didik
adalah menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) karena model pembelajaran ini
lebih menekankan kepada aktivitas
peserta didik mencari solusinya dan
dapat memecahkan suatu masalah
dalam kehidupan nyata. Sehingga
dapatkan dikatakan bahwa
pemeblajaran berbasis fakta lebih
menarik minat siswa

Menurut Hareva (2020) melalui model


pembelajaran konstruktivisme yang
menciptakan situasi pembelajaran
yang lebih baik, siswa mampu
memberikan ide, gagasan, serta aktif
dan mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa
Menurut Elizabet, dkk (2019) dengan
menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning (PjBL) untuk
siswa dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa.
pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) adalah sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran yang
dapat memenuhi ketuntasan belajar
siswa

Hapsari, dkk (2019) menyatakan


bahwa penerapan model project
based learning dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik dan
sudah memenuhi indikator
keberhasilan. Hal tersebut
berdampak pula pada meningkatnya
hasil tes formatif peserta didik
secara mandiri pada akhir
pembelajaran

Menurut Jayawardana, dkk (2020)


guru dapat melakukan berbagai
macam inovasi pembelajaran biologi
dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi digital dan internet.
Beberapa contoh inovasi
pembelajaran tersebut adalah
pembelajaran biologi menggunakan
Youtube, Inovasi pembelajaran biologi
menggunakan aplikasi berbasis
android; 4) Inovasi pembelajaran
biologi jarak jauh menggunakan e-
learning seperti google class, dan
zoom. Inovasi pembelajaran biologi
dengan memanfaatkan teknologi
digital dan internet tersebut
diharapkan dapat membuat peserta
didik generasi milenial lebih
termotivasi dalam belajarnya sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan
hasil belajar mereka

Menurut Muzakkir, dkk (2018) sarana


dan prasarana merupakan hal yang
sangat vital dan penting dalam
menunjang kelancaran dan
kemudahan dalam proses belajar
mengajar karena dalam kaitannya
dengan pendidikan yang
membutuhkan sarana dan
prasarana dan juga pemanfaatannya
baik oleh guru maupun oleh siswa
dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk mendapatkan hasil belajar
yang baik maka perlu dimiliki
suatu fasilitas yang dapat
membantu mendorong siswa dalam
mencapai prestasi yang maksimal

Hasil Wawancara dengan Guru


Perlu adanya penilaian teman
sejawat.

Perlu adanya MGMP rumpun mata


pelajaran tentang pembejaran yang
bervariasi.

Perlu adanya diklat penggunaan media


pembejaran yang sesuai dengan
kondisi siswa.

Hasil Wawancara dengan Kepala


Sekolah

Guru harus bisa memilih metode


pembelajaran yang sesuai dengan
materi

Guru dituntut harus kreatif dalam


pembelajaran

Guru harus memanfaatkan sarana


dan prasarana disekolah untuk
menunjang kegiatan belajar

Hasil Wawancara dengan Pengawas

Perlu adanya superfisi perangkat


pembelajaran guru
Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan

Hasil Wawancara dengan Pakar


pendidikan

Guru harus bisa menerapkan


pembelajaran yang inovatif

Guru menerapkan pembelajaran yang


mendorong siswa lebih aktif belajar

Anda mungkin juga menyukai