Anda di halaman 1dari 3

Kurikulum mengalami perubahan berulang kali.

hal ini dimaksudkan agar terjadi penyempurnaan


dari kurikulum yang sudah berlaku sebelumnya. Pemerintah mengevaluasi pelaksanaan yang sudah
berlaku dan semaksimal mungkin mengatasi kendala. Selain itu, perubahan kurikulum juga
menyesuaikan perkembangan zaman dan karakteristik objek didik
Masalah 1
Kendala yang dihadapi dalam pengaplikasian kurikulum sekarang
1. Peserta didik mengalami kesulitan dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih mandiri,
kreatif, dan inovatif. 
2. Siswa juga dituntut untuk lebih aktif dalam mencari informasi sendiri, menemukan,
menyampaikan pendapat di depan kelas, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan di akhir
pembelajaran. 
3. Minimnya buku panduan untuk guru dan peserta didik. 
4. Sulitnya untuk  menyesuaikan metode pembelajaran, kurangnya penguasaan model
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013, serta minimnya waktu dalam proses belajar
mengajar, kurangnya pembinaan dari dinas pendidikan dalam kurikulum 2013, sehingga guru
hanya mampu mengikuti jadwal yang di berikan oleh pihak sekolah.
5. Guru kesusahan pada sistem penilaian yang memiliki banyak aspek. 
6. Guru juga terlalu sulit untuk memadukan muatan dan pengajaran dalam pembelajaran tematik.
7. Peserta didik juga kesulitan dalam memahami pembelajaran yang ada di K13 ini seperti
pembelajaran Tematik. 
(Opini ini Ditulis Kurnia Pebriniati, Lestari Febrianti, Lili Ramadhanti, Rafina Dinda
Ramadani Mahasiswa PGSD Universitas Islam Riau dengan Dosen pengampu : Dea Mustika, M.Pd)
Sepaham dengan opini di atas, meskipun kurikulum sekarang sesuai dengan perkembangan zaman
dan karakteristik objek didik, tetapi masih banyak kendala bagi guru dan peserta didik. Dengan
demikian adanya kendala-kendala itu bisa menjadi masukan kepada pemerintah dari kita yang
langsung terjun ke lapangan untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum selanjutnya.
Masalah 2
Kelebihan kurikulum yang sekarang diterapkan menurut Liputan6.com (2020) yang merangkum dari
berbagai sumber:

1. Menuntut Siswa Lebih Mandiri, Kreatif dan Inovatif


Kurikulum 2013 mendidik siswa untuk lebih mandiri, kreatif, dan inovatif. Siswa tak hanya
mendapatkan informasi dan materi dari guru, melainkan juga melatih siswa untuk mencari informasi
di luar kelas secara aktif.
Melalui konsep 5 M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengasosiasi atau menalar, dan
mengkomunikasikan), siswa dididik untuk dapat mencari sendiri informasi, menemukan,
menyampaikan pendapat di depan kelas, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan secara aktif dan
mandiri. Dengan begitu, kurikulum ini juga kembali mengajak anak-anak untuk membudayakan
membaca, salah satu kebiasaan yang mulai menurun pada generasi saat ini.

2. Proses Penilaian Dilakukan Dari Semua Aspek


Pada kurikulum 2013, sikap siswa di dalam kelas juga termasuk salah satu aspek yang dinilai. Karena
itu, penerapan kurikulum 2013 juga memiliki tujuan yang baik yaitu mendorong anak untuk memiliki
sikap yang lebih baik di sekolah, pada teman sejawat, dan terhadap lingkungannya.
Jika pada kurikulum sebelumnya penilaian hanya dilakukan dari sisi intelektual siswa, maka kurikulum
2013 ini juga membuat suatu indikator penilaian dari aspek yang lainnya. Di antaranya adalah dari sisi
kecerdasan, sikap dan karakter, sosial bahkan aspek religius.

3. Menekankan Kepada Pendidikan Karakter


Kelebihan kurikulum 2013 lainnya adalah menekankan pada pendidikan karakter. Hal ini memberikan
kesempatan bagi lembaga pendidikan untuk lebih maksimal dalam membentuk karakter peserta
didik. Upaya pembangunan karakter dan juga budi pekerti luhur ini ditekankan pada semua program
studi yang ada. Sehingga, memungkinkan karakter anak bangsa semakin terbentuk.

Untuk memunculkan taraf keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa atau High Order Thinking
Skills, guru perlu menggunakan kata kerja operasional yang mulai tahap analisis untuk pemecahan
masalah atau  problem solving. Ketika saudara memberikan suatu kasus dalam pembelajaran dan
siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan cara yang tidak biasa.
Masalah 1
Saat ini sudah banyak digunakan soal belajar berbasis HOTS atau keterampilan berpikir tingkat
tinggi, bagaimana tanggapan Anda dengan penggunaan soal berbasis HOTS tersebut?
HOTS (Higher Order Thinking Skills) merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif
yang lebih tinggi dari dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran yang
sudah ada, seperti Problem Solving, Bloom Original (1956), dan Bloom revisi Ander & Krathwohl
(2001). Menurut Dinni, (2018) HOTS adalah hasil dari pengembangan konsep dan metode sebelumnya
yang meliputi kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis,
kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan.
Tujuan utama dari HOTS adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada
level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis
dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah
menggunakan pengetahuan yang dimiliki, berargumen dengan baik dan mampu mengkonstruksi
penjelasan, serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
Berdasarkan penjelasan di atas penggunaan soal berbasis HOTS tersebut sangat penting, dan banyak
manfaatnya, antara lain:
1. Higher Order Thinking Skills ; Mempelajari Sesuatu dan Mengaplikasikannya Pada Situasi Baru
Melalui HOTS, siswa diharapkan mampu untuk mempelajari hal yang ia tidak tahu lalu kemudian
berhasil mengaplikasikannya pada situasi baru. Kemampuan-kemampuan tersebut tentu sangat
dibutuhkan bagi generasi muda guna menghadapi era Industri 4.0 yang memiliki dinamika kerja
tak menentu. Lingkungan dengan berbagai jenis permasalahan dan beragam asal manusia
menuntut kita untuk mudah beradaptasi sehingga kemampuan HOTS ini sangat mendukung.
2. Merdeka Belajar dan HOTS Membentuk Siswa Yang Adaptif
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kurikulum Merdeka Belajar menekankan kemampuan
observasi siswa terhadap lingkungan sekitar dalam proses pembelajarannya. Konsep ini sangat
cocok dengan pola HOTS yang mengharapkan peserta didik untuk terbiasa memecahkan masalah
yang ditemui dan membuat solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Penerapan
kedua sistem tersebut dapat membentuk siswa yang adaptif.
Perilaku adaptif tidak dibawa sejak lahir, tetapi ditumbuhkan dengan stimulus yang tepat. Oleh
karena itu, perilaku adaptif menjadi parameter sejauh mana seseorang dapat menangani
permasalahan yang muncul dalam kehidupan.
Keterampilan adaptif memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi sesuatu lebih banyak sehingga
permasalahan yang dihadapi semakin beragam. Ketika siswa sudah terlatih menghadapi berbagai
jenis masalah yang berbeda maka ia akan terbiasa menyusun strategi penyelesaian masalah
secara cepat dan akurat. Hal ini penting dalam proses belajar agar kapasitas diri mereka semakin
meningkat dan dapat menjadi stimulus pengembangan HOTS pada anak.

3. HOTS Adalah Bekal Reformasi Pendidikan Indonesia


Inti dari HOTS sesungguhnya yaitu kemampuan memecahkan persoalan dengan nalar. Pola
pembelajarannya tidak hanya bertanya tentang apa, tetapi bagaimana persoalan bisa dipecahkan
sesuai nalar siswa. Pola HOTS menjadi pendekatan pembelajaran yang ideal karena siswa tidak
hanya berkutat pada bahan ajar dan hafalan.
Sebelum murid-murid diberikan pemahaman HOTS, guru sudah harus dilatih terlebih dahulu
dengan HOTS dan cara membuat soal-soal HOTS. Ketika guru sudah menguasainya, barulah
giliran para siswa yang mempelajarinya.
Urutan tingkatan HOTS sendiri terdiri dari menghafal (remembering), memahami
(understanding), menerapkan (applying), menilai (evaluating), dan tingkatan tertingginya yaitu
mencipta (creating). Guru dapat memberikan materi sesuai tingkatannya satu per satu secara
fokus tanpa dibebani kejar target setor materi seperti yang sebelumnya.

Masalah 2
Menurut Anda apa ciri khusus dalam pembelajaran berbasis masalah? Berilah contohnya!

Anda mungkin juga menyukai