Anda di halaman 1dari 12

KERAJAAN ISLAM CIREBON

KERAJAAN ISLAM CIREBON


a.      Sejarah
Letak Kerajaan Cirebon Semula Cirebon termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda
Pajajaran, bahkan menjadi salah satu kota pelabuhan kerajaan tersebut.
Awal Mula Berdirinya Kerajaan Cirebon Pada tahun 1302 cirebon mempunyai 3 daerah
otonom di bawah kekuasaan kerajaan Pajajaran yang masing-masing di kuasai oleh seorang
Mangkubumi . 3 daerah otonom itu adalah Singapura atau Mertasinga yang dikepalai oleh
Mangkubumi Singapura. Daerah Pesambangan yang dikepalai oleh Ki Ageng Jumajan Jati.
Dan Daerah Japura yang dikepalai oleh Ki Ageng Japura. Ketiga daerah otonom tersebut
masing-masing mengirimkan upeti setiap tahunnya kepada kerajaan Pajajaran (. Semula
Cirebon termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah
satu kota pelabuhan kerajaan tersebut. Sekitar tahun 1513 cirebon ini tidak lagi dibawah
kekuasaan Kerajaan Pajajaran, namun sudah di beritakan masuk ke dalam daerah jawa di
bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Saat itu Cirebon di kuasai oleh Lebe Usa Syarif
Hidayatullah atau yang sering di kenal dengan Sunan Gunung Jati telah datang di Cirebon
pada tahun 1470. Syarif Hidayatullah datang untuk mengajarka agama Islam. Syarif
Hidayatullah mengajarkan agama Islam di Gunung Sembung. Syarif Hidayatullah adalah
putra dari wanita asal Galuh, Caruban. Wanita tersebut adalah NhayLara Santang yaitu adik
dari Pangeran Cakrabuana pemimpin Cirebon. Syarih Hidayatullah Mengajarkan agama
islam ditemanni dengan uaknya Haji Abdullah Iman dan pangeran Cakrabumi atau pangeran
Cakrabuana. Haji Abdullah Iman dan Pangeran Cakrabuana sudah lebih dahulu berada atau
tinggal di Cirebon. Syarif Hidayatullah menikah dengan Pakung Wati. Pakung Wati adalah
putri dari Uaknya. Syarif Hidayatullah menggantikan mertuanya sebagai penguasa Cirebon
pada tahun 1479. Setelah menikah dan menjadi penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah
membangun atau mendirikan sebuah kraton. Karaton itu diberi nama Kraton Pakung Wati.
Kraton Pakung Wati terletak disebalah timur Kraton Sultan Kesepuluhan sekarang ini. Syarif
Hidayatullah ini terkenak dengan Gelar Gusuhunan Jati atau sering dikenal dengan Sunan
Gunungjati. Syarif Hidayatullah menjadi saleh seorang dari Wali Sanga. Syarif Hidayatullah
mendapat Julukan Pandita Ratu sejak ia berfungsi sebagai penyebar Agama Islam di tanah
Sunda dan Sebagai Kepala Pemerintahan. Semenjak Syarif Hidayatullah menjadi penguasa di
Cirebon, Cirebon menghentikan upeti ke pusat Kerajaan Pajajaran di pangkuan. Sejak saat
itulah Cirebon menjadi Kerajaan yang dikepalai oleh Syarif Hidayatullah.

b.      Nama-nama raja/silsilah raja


SILSILAH PARA SULTAN KANOMAN

1. Sunan Gunung Jati Syech Hidayahtullah


2. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin
3. Panembahan Sedang Kemuning
4. Panembahan Ratu Cirebon
5. Panembahan Mande Gayem
6. Panembahan Girilaya
7. Para Sultan :
1. Sultan Kanoman I (Sultan Badridin)
2. Sultan Kanoman II ( Sultan Muhamamad Chadirudin)
3. Sultan Kanoman III (Sultan Muhamamad Alimudin)
4. Sultan Kanoman IV (Sultan Muhamamad Chadirudin)
5. Sultan Kanoman V (Sultan Muhamamad Imammudin)
6. Sultan Kanoman VI (Sultan Muhamamad Kamaroedin I)
7. Sultan Kanoman VII (Sultan Muhamamad Kamaroedin )
8. Sultan Kanoman VIII (Sultan Muhamamad Dulkarnaen)
9. Sultan Kanoman IX (Sultan Muhamamad Nurbuat)
10. Sultan Kanoman X (Sultan Muhamamad Nurus)
11. Sultan Kanoman XI (Sultan Muhamamad Jalalludin)

SILSILAH SULTAN KASEPUHAN CIREBON


1. Pangeran Pasarean
2. Pangeran Dipati Carbon
3. Panembahan Ratu
4. Pangeran Dipati Carbon
5. Panembahan Girilaya
6. Sultan Raja Syamsudin
7. Sultan Raja Tajularipin Jamaludin
8. Sultan Sepuh Raja Jaenudin
9. Sultan Sepuh Raja Suna Moh Jaenudin
10. Sultan Sepuh Safidin Matangaji
11. Sultan Sepuh Hasanudin
12. Sultan Sepuh I
13. Sultan Sepuh Raja Samsudin I
14. Sultan Sepuh Raja Samsudin II
15. Sultan Sepuh Raja Ningrat
16. Sultan Sepuh Jamaludin Aluda
17. Sultan Sepuh Raja Rajaningrat
18. Sultan Pangeran Raja Adipati H. Maulana Pakuningrat, SH19. Sultan Pangeran Raja
Adipati Arif Natadiningrat

SILSILAH SULTAN KERATON KECERIBONAN


1.      Pangeran Pasarean
2. Pangeran Dipati Carbon
3. Panembahan Ratu Pangeran Dipati Anom Carbon
4. Pangeran Dipati Anom Carbon
5. Panembahan Girilaya
6. Sultan Moh Badridini Kanoman
7. Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman
8. Sultan Anom Alimudin
9. Sultan Anom Moh Kaerudin
10. Sultan Carbon Kaeribonan
11. Pangeran Raja Madenda
12. Pangeran Raja Denda Wijaya
13. Pangeran Raharja Madenda
14. Pangeran Raja Madenda
15. Pangeran Sidek Arjaningrat
16. Pangeran Harkat Nata Diningrat
17. Pangeran Moh Mulyono Ami Natadiningrat
18. KGPH Abdulgani Nata Diningrat Dekarangga

SILSILAH PANEMBAHAN CIREBON


1. Sunan Gunung Jati Syech Hidayatullah
2. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin
3. Panembahan Sedang Kemuning
4. Panembahan Ratu Cirebon
5. Panembahan Mande Gayem
6. Panembahan Girilaya
7. Pangeran Wangsakerta (Panembahan Cirebon I)
8. Panembahan Cirebon II (Syech Moch. Abdullah)
9. Panembahan Cirebon III (Syech Moch. Abdullah II)
10. Panembahan Syech Kalibata
11. Panembahan Syech Moch. Abdurrohman
12. Panembahan Syech Moch. Yusuf
13. Panembahan Moch. Abdullah
14. Panembahan Jaga Raksa
15. K.H Moch. Syafe’i
16. K.H Moch. Muskawi
17. H. Moch. Parma
18. H. Salimmudin
19. Hj. Siti Ruqoyah

c.       Masa kejayaan

Kerajaan Cirebon berada pada puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Syarif
Hidayatullah. Syarif Hidayatullah putra wanita asal Galuh-Caruban yaitu Nhay Lara Santang
adik dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban yang menikah dengan Mauana Sultan
Muhammad. Ketika Syarif Hidayat berusia duapuluh tahun, ia pergi ke Makkah berguru
kepada Syeh Tajamudin Al ubri, di sini ia tinggal selama dua tahun, setelah tamat dari Syeh
Tajamudin kemudian Syarif Hidayat, meneruskan pelajaran kepada Syeh Ataillah Syazalli,
masih di Mekkah juga selama dua tahun. Ketika Cirebon mengalami kejayaan pada masa
Syarif Hidayatullah sudah tidak diragukan lagi, karena pengalaman ilmu yang didapat sangat
luar biasa. Itu dapat kita lihat dari beliau mempunyai dua guru besar yang ada di Mekkah.
Syarif hidayatullah juga pernah belajar Tasawuf di Bagdad. Beliau di Bagdad beliau belajar
tasawuf selam dua tahun. Kemudian beliau kembali ke negerinya yaitu Oqnah Yutra.
Kemudain beliau memutuskan untuk pergi ke Jawa karena beliau ingin menjadi mubaligh di
Jawa. Dalam perjalanannya ke pulau Jawa Syarif Hidayatullah sempat singgah di Gujarat.
Setelah dari Gujarat, Srarif Hidayat singgal dan tinngal pula di Samudera Pasai, sebuah
tempat di Aceh yang pada masa itu sudah merupakan Kerajaan Islam yang cukup besar
karena sudah berdiri sejak 1296. Kemudian Syarif Hidayatullah melanjutkan perjalannanya
ke Banten, kemudian ke Ampel.. Setelah dari Ampel, kemudian beliau menuju Cirebon untuk
menyiarkan agama Islam atas perintah dari para wali. Disisi lain Syarif Hidayatullah
merupakan keponakan dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban. mendirikan
pesantren di Cirebon menjadi hal yang mudah bagi Syarif Hidayatullah. Diperkirakan pada
suatu waktu ada beberapa orang dari Banten yang sengaja datang ke Pasambangan menemui
Syeh Jati (yang sudah dikenal di Banten karena pernah tinggal di sini beberapa waktu
lamanya setibanya dari Samudera Pasai), dan mengajukan permohonan kepada Syeh jati
untuk memberikan pelajaran Agama Islam di Banten . Ketika berada di Banten, Syarif
Hidayatullah diminta untuk segera kembali ke Cirebon oleh Pangeran Cakrabuwana. Karena
kehadiran dan tenaganya sangat dibutuhkan di Cirebon. Ternyata Pangeran Cakranuwana
sudah lama mempunyai rencana dan ingin cepat merealisasikan rencananya itu untuk
menobatkan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa di nagari Caruban menggantikan dirinya .
Penobatan Syarif Hidayatullah menjadi Tumenggung di Cirebon merupakan era baru bagi
Cirebon. Beliaulah yang mengganti nama Cirebon yang dulunya adalah Caruban, dan diganti
dengan Cerbon dan terus berkembang menjadi Cirebon. Masa kejayaan kerajaan Cirebon di
awali dari perkembangan Islam. Pada masa Syarif hidayatullah Islam berkembang dengan
pesat. Sudah tidak kaget lagi ketika Islam mengalami perkembangan yang pesat. Memang
tujuan utama Syarif Hidayatullah ke pulau Jawa adalah menjadi mubaligh untuk menyiarkan
Islam. Disisi lain gaya komunikasi yang digunakan sehingga dapat membius pribumi Cirebon
untuk masuk Islam. Silsilah dari Syarif Hidayatullah juga yang dapat dengan mudah menjadi
keyakinan pribumi beliau, yaitu cucu dari Prabu Siliwangi. Kejayaan kerajaan Cirebon tidak
lepas dari campur tangan Pangeran Cakrabuwana. Menurut perkiraan beberapa waktu
sebelum penobatan, syarif Hidayatullah dengan Pangeran Cakrabuwana telah membicarakan
tentang berbagai konsep pembangunan negara serta beberapa rencana operasional. Pada masa
itu terjadi penyebaran Islam ke Banten (sekitar 1525-1526) dengan penempatan putra Syarif
Hidayatullah , yaitu Maulana Hasanuddin, setelah meruntuhkan pemerintahan Pucuk Unum,
penguasa kadipaten dari kerajaan Sunda Pajajaran yang berkedudukan di Banten Girang.
Setelah Islam, pusat pemerintahan Maulana Hasanuddin terletak di Surowan dekat muara
Cibanten .Sudah jelas bahwa Syarif Hidayatullah memperluas wilayah dengan penyerangan
daerah-daerah kecil untuk menyabarkan Islam. Ini penting untuk dilakukan supaya Islam
dapat tersebar dengan cepat. Upaya ini juga untuk mendapatkan pengaruh yang kuat dari
wilayah-wilayah lain di Jawa bagian barat. Pada suatu ketika Syarif Hidayatullah pergi ke
Demak untuk membantu membangun masjid Demak. Syarif Hidayatullah menyumbang tiang
masjid yang sekarang dikenal dengan Saka Guru. Ketika merujuk dari sumbangsi Syarif
Hidayatullah dalam pembangunan masjid Demak, ini merupakan salah satu strategi dari
Syarif Hidayatullah dalam melakukan hubungan abatar kerajaan. Karena pada waktu itu di
Demak juga berdiri kerajaan yang besar dibawah pimpinan Raaden Patah. Hubungan ini
dilakukan supaya eksistensi dari Cirebon dapat terjaga. Ketika berada di Demak dan juga
para wali berkumpul, mungkin Syarif Hidayatullah menyempatkan untuk membahas maslah-
masalah kerajaan-kerajaan yang masih belum terdapat agama Islam. Setibanya di Cirebon,
Syarif Hidayatullah mengadakan rapat yang menghasilkan kebijakan politik, sikap politik
kerajaan Cirebon terhadap kerajaan Pajajaran yaitu tidak bersedia lagi mengirim upeti
(bulubhekti) kepada Pajajaran yang disalurkan melalui Adipati Galuh. Tindakan ini awalnya
mendapat respon keras dari Prabu Siliwangi, akan tetapi kemudian Prabu Siliwangi seakan-
akan membiarkan keputusan yang diambil oleh Syarif Hidayatullah. Karena Prabu Siliwangi
menghindari perang saudara. Mungkin juga dikarenakan hubungan antara Cirebon dengan
Demak yang semakin erat. Sehingga Prabu Siliwangi tidak dapat mengambil sikap keras.
Sejak Syarif Hidayatullah bandar Cirebon makin ramai baik untuk berhubungan laut antar
Persi-Mesir dan Arab, Cina, Campa dan lainnya . kepemimpina Syrif Hidayatullah yang juga
seorang wali berhasil mempercepat perkembangan Cirebon sebagai syiar Islam dan juga
perdagangan. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568 dan dimakamkan di Bukit Sembung
yang juga dikenal dengan makam Gunung Jati. Kemudian digantikan oleh Panembahan Ratu
putra Pangeran Suwarga.

d.      Peristiwa penting


Perpecahan Kesultanan Cirebon
Dengan kematian Panembahan Girilaya, maka terjadi kekosongan penguasa. Pangeran
Wangsakerta yg bertanggung jawab atas pemerintahan di Cirebon selama ayahnya tak berada
di tempat,khawatir atas nasib kedua kakaknya. Kemudian ia pergi ke Banten untuk meminta
bantuan Sultan Ageng Tirtayasa [anak dari Pangeran Abu Maali yg tewas dlm Perang
Pagarage], beliau mengiyakan permohonan tersebut karena melihat peluang untuk
memperbaiki hubungan diplomatic Banten-Cirebon. Dengan bantuan Pemberontak
Trunojoyo yg disupport oleh Sultan Ageng Tirtayasa,kedua Pangeran tersebut berhasil
diselamatkan. Namun rupanya, Sultan Ageng Tirtayasa melihat ada keuntungan lain dari
bantuannya pada kerabatnya di Cirebon itu, maka ia mengangkat kedua Pangeran yg ia
selamatkan sebagai Sultan,Pangeran Mertawijaya sebagai Sultan Kasepuhan & Pangeran
Kertawijaya sebagai Sultan Kanoman,sedangkan Pangeran Wangsakerta yg telah bekerja
keras selama 10 tahun lebih hanya diberi jabatan kecil, taktik pecah belah ini dilakukan untuk
mencegah agar Cirebon tak beraliansi lagi dengan Mataram.
Perpecahan I Kesultanan Cirebon [1677]
Pembagian pertama terhadap Kesultanan Cirebon, dengan demikian terjadi pada masa
penobatan tiga orang putra Panembahan Girilaya, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, &
Panembahan Cirebon pada tahun 1677. Ini merupaken babak baru bagi keraton Cirebon,
dimana kesultanan terpecah menjadi tiga & masing-masing berkuasa & menurunkan para
sultan berikutnya.
Dengan demikian, para penguasa Kesultanan Cirebon berikutnya adalah:
1.       Sultan Keraton Kasepuhan, Pangeran Martawijaya, dengan gelar Sultan Sepuh Abil
Makarimi Muhammad Samsudin [1677-1703]
2.      Sultan Kanoman, Pangeran Kartawijaya, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi
Muhammad Badrudin [1677-1723]
3.      Pangeran Wangsakerta, sebagai Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil
Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati [1677-1713].
Perubahan gelar dari Panembahan menjadi Sultan bagi dua putra tertua Pangeran Girilaya ini
dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, karena keduanya dilantik menjadi Sultan Cirebon di
ibukota Banten. Sebagai sultan, mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh, rakyat, &
keraton masing-masing. Pangeran Wangsakerta tak diangkat menjadi sultan melainkan hanya
Panembahan. Ia tak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri, akan tetapi berdiri
sebagai kaprabonan [paguron], yaitu tempat belajar para intelektual keraton. Dalam tradisi
kesultanan di Cirebon, suksesi kekuasaan sejak tahun 1677 berlangsung sesuai dengan tradisi
keraton, di mana seorang sultan akan menurunkan takhtanya kepada anak laki-laki tertua dari
permaisurinya. Jika tak ada, akan dicari cucu atau cicitnya. Jika terpaksa, maka orang lain yg
bisa memangku jabatan itu sebagai pejabat sementara.

Perpecahan II Kesultanan Cirebon [1807]


Suksesi para sultan selanjutnya pada umumnya berjalan lancar, sampai pada masa
pemerintahan Sultan Anom IV [1798-1803], dimana terjadi perpecahan karena salah seorang
putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman, ingin memisahkan diri membangun kesultanan
sendiri dengan nama Kesultanan Kacirebonan. Kehendak Pangeran Raja Kanoman didukung
oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan keluarnya besluit [Bahasa Belanda: surat
keputusan] Gubernur-Jendral Hindia Belanda yg mengangkat Pangeran Raja Kanoman
menjadi Sultan Carbon Kacirebonan tahun 1807 dengan pembatasan bahwa putra & para
penggantinya tak berhak atas gelar sultan, cukup dengan gelar pangeran.
Sejak itu di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu Kesultanan
Kacirebonan, pecahan dari Kesultanan Kanoman. Sementara tahta Sultan Kanoman V jatuh
pada putra Sultan Anom IV yg lain bernama Sultan Anom Abusoleh Imamuddin [1803-
1811].
Masa Kolonial Belanda di Cirebon
Sesudah kejadian tersebut, pemerintah Kolonial Belanda pun semakin dlm ikut campur dlm
mengatur Cirebon, sehingga semakin surutlah peranan dari keraton-keraton Kesultanan
Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya. Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 &
1926, dimana kekuasaan pemerintahan Kesultanan Cirebon secara resmi dihapuskan dengan
disahkannya Gemeente Cheirebon [Kota Cirebon], yg mencakup luas 1. 100 Hektar, dengan
penduduk sekitar 20. 000 jiwa. Tahun 1942, Kota Cirebon kembali diperluas menjadi 2. 450
hektar. Pada masa kemerdekaan, wilayah Kesultanan Cirebon menjadi bagian yg tak
terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum, wilayah Kesultanan
Cirebon tercakup dlm Kota Cirebon & Kabupaten Cirebon, yg secara administratif masing-
masing dipimpin oleh pejabat pemerintah Indonesia yaitu walikota & bupati

PENINGGALAN MASA KEJAYAAN ISLAM DI CIREBON YANG TERLUPAKAN

Posisi geografis kawasan nusantara di antara dua benua dan dua samudra menjadikan
kawasan strategis untuk berinteraksi khususnya melalui perdagangan. Perdagangan
interinsuler berkembang pesat di kawasan ini. Dampak lain dari komunikasi internasional ini
adalah masuknya pengaruh tradisi besar ke kawasan nusantara. Pada sekitar abad ke-1 – 5 M
Hindu-Buddha (India) memasuki kawasan ini yang kemudian disusul Islam pada abad ke-7 –
13 M. Tradisi Hindu-Buddha membawa perubahan pada aspek religi. Masyarakat yang
semula merupakan pendukung tradisi megalitik menjadi penganut agama Hindu-Buddha.
Pada awal abad ke-1 H atau sekitar abad ke-7 M, kawasan nusantara mulai mendapat
sentuhan tradisi Islam melalui saluran perdagangan.

Di Jawa, sosialisasi Islam secara intensif baru berlangsung ketika pusat kekuatan politik
Hindu-Buddha seperti Majapahit di Jawa Timur dan Kerajaan Sunda di Jawa Barat berakhir
yang kemudian digantikan Kesultanan Demak di Jawa Tengah serta Kesultanan Banten dan
Kesultanan Cirebon di Jawa Barat. Beberapa sumber sejarah menyatakan bahwa antara
Kesultanan Demak, Cirebon, dan Banten terdapat keterkaitan baik secara historis maupun
genealogis.

Sejarah Singkat Cirebon

Sejarah Cirebon dimulai dari kampung Kebon Pesisir, pada tahun 1445 dipimpin oleh Ki
Danusela. Perkampungan itu mengalami perkembangan, selanjutnya muncul perkampungan
baru yaitu Caruban Larang dengan pemimpinnya bernama H. Abdullah Iman atau Pangeran
Cakrabuwana. Caruban Larang terus berkembang dan pada tahun 1479 sudah disebut sebagai
Nagari Cerbon yang dipimpin oleh Tumenggung Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan
Jati. Susuhunan Jati meninggal pada tahun 1568 dan digantikan oleh Pangeran Emas yang
bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1649 Pangeran Karim yang bergelar Panembahan
Girilaya, menggantikan Panembahan Ratu. Panembahan Girilaya wafat pada tahun 1666,
untuk sementara Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai Susuhunan Cirebon dengan gelar
Panembahan Toh Pati. Tahun 1677 Cirebon terbagi, Pangeran Martawijaya dinobatkan
sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan
Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin. Sultan Sepuh menempati Kraton Pakungwati
dan Sultan Anom membangun kraton di bekas rumah Pangeran Cakrabuwana. Sedangkan
Sultan Cerbon berkedudukan sebagai wakil Sultan Sepuh. Hingga sekarang ini di Cirebon
dikenal terdapat tiga sultan yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Sultan Cirebon.
Keberadaan ketiga sultan juga ditandai dengan adanya keraton yaitu Keraton Kasepuhan,
Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Di luar ketiga kesultanan tersebut terdapat satu
keraton yang terlepas dari perhatian. Keraton tersebut adalah Keraton Gebang.

Gapura Keraton Kasepuhan, Cirebon

Menelusuri Cirebon dan kawasan pantai utara Jawa Barat memang akan banyak menjumpai
tinggalan yang berkaitan dengan sejarah Cirebon dan islamisasi Jawa Barat. Beberapa
bangunan sudah banyak dikenal masyarakat seperti Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan
Kacirebonan, Taman Sunyaragi, serta kompleks makam Gunung Sembung dan Gunung Jati.
Di luar peninggalan itu masih banyak objek lain yang selama ini kurang diperhatikan
masyarakat.

Keraton Gebang
Keraton Gebang terdapat di Dusun Krapyak, Desa Babakan Kulon, Kecamatan Babakan.
Pada tahun 1689, wilayah Gebang ditetapkan sebagai daerah protektorat kompeni yang
meliputi daerah pantai Cirebon di utara hingga Cijulang di selatan serta sebelah barat
berbatasan dengan Kesultanan Cirebon dan sebelah timur dengan Kesultanan Mataram.
Pangeran Sutajaya diberi hak untuk memerintah wilayah-wilayah atau suku-suku di daerah
Kepangeranan Gebang.
Pangeran Sutajaya adalah putra Aria Wirasuta, cucu Pangeran Paserean, cicit Susuhunan
Gunung Jati. Keraton Gebang didirikan oleh Pangeran Sutajaya sebagai pusat pemerintahan
Gebang dan juga difungsikan untuk gudang logistik Kesultanan Mataram dalam rangka
penyerbuan ke Batavia. Jan Pieterzoon Coen mengetahui hal ini kemudian mengirim pasukan
untuk menghancurkannya.

Setelah peristiwa ini, Pangeran Sutajaya menikahkan putrinya yang bernama Ratu Agung
dengan Pangeran Sujatmaningrat atau Pangeran Pengantin dari Kesultanan Kanoman. Pada
tahun 1860 Pangeran Sujatmaningrat mendirikan keraton baru sebagai pengganti keraton
yang dihancurkan oleh Belanda yang hingga sekarang masih berdiri dan disebut dengan
Keraton Gebang.

Kompleks Keraton Gebang berada pada lahan di sebelah utara jalan kampung. Jalan masuk
utama berada di bagian tengah sisi selatan dilengkapi bangunan gerbang beratap genting.
Jalan masuk lainnya berada di sebelah timur jalan masuk utama. Bagian halaman depan
terbagi dua, bagian timur merupakan bagian memanjang dari depan ke belakang. Halaman
depan bagian barat terbagi lagi dalam dua bagian yaitu depan dan belakang. Halaman depan
barat bagian depan cenderung terbuka tanpa ada bangunan. Pada pembatas halaman barat
depan dan belakang terdapat bangunan panggung yang dihias dengan gunungan dan wadasan
di kanan dan kirinya. Di depan (selatan) bangunan panggung ini terdapat patung gajah
berwarna putih. Di samping kanan dan kiri bangunan panggung terdapat jalan memasuki
halaman bagian dalam. Di kanan dan kiri masing-masing jalan masuk terdapat taman dengan
motif wadasan.
Taman dengan hiasan motif wadasan

Di sebelah barat bagian halaman ini terdapat halaman yang merupakan bagian dari halaman
depan sisi barat. Pada bagian ini, terdapat bangunan mushala kecil. Di sebelah barat sedikit
ke utara bangunan mushala terdapat bangunan dengan atap berbentuk pelana. Bangunan ini
terdiri tiga ruangan. Ruangan paling selatan merupakan kamar mandi dengan bak mandi dari
bahan keramik berbentuk bundar. Ruang tengah difungsikan untuk menyimpan becak dan
pedati kuna serta beberapa tiang untuk panji dan bendera. Ruangan paling utara merupakan
tempat makam dua anggota keluarga. Makam tersebut berjirat persegi, agak tinggi dari bahan
batu. Nisan berbentuk pipih bergaya “Demak – Troloyo”.

Bangunan utama Keraton Gebang bergaya Indisch Empire, berdiri pada batur yang
ditinggikan berada di tengah halaman bagian dalam. Gaya bangunan merupakan perpaduan
antara arsitektur lokal dan Eropa. Bagian keraton paling depan merupakan serambi terbuka,
terdapat pilar bergaya tuscan sebanyak 8 buah. Pilar bagian depan berjajar sebanyak 6 buah.
Pada ujung barat dan timur (sudut barat daya dan tenggara) masing-masing terdiri satu pilar
yang menyatu dengan kolom dinding, sedang pada bagian tengah terdapat dua kelompok
pilar masing-masing terdiri dua pilar. Pada sudut barat laut dan timur laut serambi terdapat
kamar. Pada sudut tenggara kamar di sebelah barat dan sudut barat daya kamar sebelah timur
terdapat pilar bergaya tuscan.
Bangunan utama Keraton Gebang
Pintu masuk ke ruang utama terdapat pada bagian di antara dua kamar serambi, diapit
jendela. Di belakang pintu masuk terdapat rana berukir krawangan motif relung-relungan dan
pinggir awan. Pintu masuk ini menuju ruang tengah. Di kanan dan kiri ruang tengah terdapat
kamar masing-masing terdiri dua ruangan. Ruang serambi belakang, pada ujung kanan dan
kiri terdapat semacam kamar atau gudang. Di sebelah utara kamar bagian barat terdapat
sumur dan kamar mandi.

Keramat Plangon
Cirebon juga dikenal dengan tokoh-tokoh penyebar Islam yang kemudian makamnya
dikeramatkan. Di Desa Babakan, Kecamatan Sumber pada bukit kecil terdapat kompleks
makam Plangon. Di kompleks makam ini tokoh utama yang dimakamkan adalah Pangeran
Panjunan dan Pangeran Kejaksan.

Konon diceritakan pada abad ke-14 Raja Sulaeman bin Hud Al-Baghdad dari Kerajaan
Baghdad, Iraq berputrakan Syech Syarif Abdurachman (Pangeran Panjunan), Syech Syarif
Abdurachim (Pangeran Kejaksan), Syech Sayarif Kahfi, dan Syarifah Baghdad. Mereka
melakukan perjalanan penyebaran Agama Islam hingga sampai di Cirebon. Sesampainya di
suatu bukit yang dinamakan Giri Toba (Plangon) mengadakan rapat di puncak (Puser Giri
Toba). Rapat memutuskan agar melakukan penyebaran agama Islam hingga ke Luar Batang,
Demak, Kuningan, Darmayan, Kerajaan Galuh dan lain-lain tempat.

Syech Syarif Abdurachim menetap di kampung yang sekarang dikenal dengan nama
Kejaksan. Beliau memangku jabatan sebagai Jaksa I atau Lurah sehingga dikenal dengan
Pangeran Kejaksan. Pada tanggal 27 Rajab beliau wafat kemudian di makamkan di Plangon.
Sedangkan Syech Syarif Abdurachman semasa hidupnya tinggal di Panjunan sehingga
disebut Pangeran Panjunan. Beliau wafat pada tanggal 2 Syawal dan dimakamkan di Plangon
berhadapan dengan Pangeran Kejaksan. Sepeninggal Pangeran Kejaksan dan Pangeran
Panjunan maka pada tanggal 27 Rajab dan 2 Syawal makam tersebut banyak dikunjungi oleh
keluarga baik dari Kejaksan maupun Panjunan serta masyarakat luas dengan tujuan berziarah
sebagai tepung tahun.

Untuk memasuki kompleks Keramat Plangon, dari jalan raya melalui gerbang yang berada di
barat laut. Selanjutnya melalui jalan berundak dan berkelok hingga di puncak bukit. Di
sepanjang jalan berundak dapat disaksikan kera liar yang jinak. Konon kera-kera tersebut
adalah peliharaan Pangeran Panjunan. Bagian puncak bukit merupakan tanah datar,
dilengkapi berbagai bangunan fasilitas seperti pendapa dan kamar kecil. Bangunan cungkup
makam berada di bagian utara halaman menghadap ke selatan, merupakan semacam
bangunan berundak ke belakang terdiri tiga bagian.
Gerbang masuk kompleks Keramat Plangon

Jalan masuk menuju halaman pertama terdapat di sisi selatan berupa dua jalan berundak
masing-masing terdiri 7 undakan. Jalan masuk pertama berada di bagian tengah dan jalan
masuk lainnya berada di sebelah timur jalan masuk pertama. Talud pada bagian bawah dari
bata tidak dilepa. Talud di sisi kiri (selatan) jalan masuk pertama terbagi dalam 6 panil yang
masing-masing dipisahkan pilaster bata. Talud di antara jalan masuk pertama dan kedua
terbagi dalam 3 panel dan di sebelah kanan (timur) jalan masuk kedua terbagi 2 panel. Pada
setiap panil terdapat hiasan tempel piring porselain. Puncak talud dibentuk melengkung, pada
setiap ujungnya dihias kemuncak. Pembatas antara halaman pertama dan kedua juga berupa
dinding talud.
Cungkup makam tokoh utama di Keramat Plangon
Memasuki halaman kedua melewati jalan berundak yang juga terdiri dua buah. Kedua jalan
masuk ini posisinya lurus dengan tangga masuk ke halaman pertama. Talud pembatas
halaman pertama dan kedua bentuknya sama dengan talud halaman pertama. Pada bagian
barat dan timur terdapat semacam bangunan gardu jaga. Dari halaman kedua selanjutnya
memasuki cungkup makam keramat. Posisi cungkup agak ke bagian timur. Bangunan
cungkup terdiri bagian teras dan ruang utama. Pintu masuk cungkup terdiri satu pintu terletak
di tengah. Pada kanan kirinya terdapat pilar semu yang dihias tempelan piring keramik Eropa.
Piring-piring tersebut makin ke atas makin kecil. Piring bagian bawah paling besar dengan
warna hijau, bagian tengah berwarna coklat dan bagian atas berwarna kebiruan. Atap ruang
utama cungkup berbentuk tajug sedangkan atap serambi cungkup berbentuk panggang pe. Di
dalam ruang utama cungkup terdapat dua makam. Sebelah barat merupakan makam Pangeran
Panjunan (Syech Abdurachman) dan sebelah timur adalah makam Pangeran Kejaksan (Syech
Abdurachim). Penanda kedua makam ini baik jirat maupun nisan terbuat dari batu andesit
berbagaibentukdanukuran.

KeramatSyechMagelungSakti
Di Cirebon dikenal tokoh penyebar Islam Syech Magelung Sakti. Beliau dalam mengajarkan
ajaran Islam dengan sistem pendidikan di padepokan. Petilasan padepokan Syech Magelung
Sakti berada di Kampung Karang, Desa Karang Kendal, Kecamatan Kapetakan. Lokasi ini
berada di perkampungan penduduk, agak masuk dari jalan raya yang menghubungkan
Cirebon–Indramayu.

Kompleks Keramat Syech Magelung Sakti berada tepat pada ujung pertigaan jalan kampung,
menghadap ke arah selatan. Tepat di depan jalan masuk menuju kompleks keramat
merupakan jalan kampung yang membentang arah selatan – utara. Bagian depan kompleks
keramat merupakan pemakaman umum. Gerbang masuk ke kompleks keramat dilengkapi
bangunan terbuka beratap susun dua berbentuk limas. Selanjutnya melalui jalan selebar
sekitar 2 m di antara kuburan umum, menuju ke gerbang masuk kedua yang merupakan
gerbang ke kompleks utama keramat. Gerbang masuk kedua berbentuk paduraksa beratap
genting, dilengkapi dua daun pintu. Di belakang gerbang (bagian dalam) terdapat rana
tembok bata. Bagian atas berbentuk melengkung tingginya sekitar 3 m. Pada ujung kanan dan
kiriranaterdapatsemacamkemuncak.

Pada halaman dalam bagian timur terdapat deretan bangunan di sisi timur dan barat. Deretan
bangunan sisi timur, pada ujung selatan merupakan bangunan Depok Karang Kendal. Di
sebelah utara bangunan ini terdapat Balai Keramat. Bentuk bangunan merupakan bangunan
terbuka beratap genteng. Lantai bangunan dari papan merupakan lantai tinggi untuk tempat
duduk. Di sebelah utara sedikit ke arah barat Balai Keramat terdapat bangunan masjid
peninggalan Syech Magelung. Di sebelah selatan masjid, di depan Balai Keramat, terdapat
bangunan menghadap ke arah selatan, berdinding kayu beratap sirap tempat Padasan
Keramat.
Beberapa bangunan depok
Deretan bangunan di sisi barat, pada ujung selatan merupakan bangunan beratap sirap
berbentuk limas dinamakan Depok Jramba. Pintu masuk berada di sisi timur bagian utara. Di
dalam bangunan ini terdapat beberapa padasan dahulu merupakan tempat wudlu para santri.
Di sebelah timur laut Depok Jambra terdapat sumur Sumur Puser Bumi berdenah persegi.
Sumur berada pada bangunan berdinding kayu beratap sirap. Di sebelah barat laut sumur
terdapat jajaran bangunan memanjang utara – selatan, beratap rumbia. Bangunan yang berada
pada ujung selatan dinamakan Depok Kroya. Di sebelah utara bangunan ini terdapat
bangunan berdinding kayu dinamakan Depok Pegagan. Di sebelah utara deretan bangunan,
sebelah barat masjid, terdapat bangunan cungkup makam Ki Gede Tersana Kertasmaya.

Di antara deretan bangunan Depok Kroya, Depok Pegagan, dan makam Ki Gede Tersana
terdapat jalan masuk menuju halaman sebelah barat. Pada halaman ini terdapat cungkup
makam Syech Magelung Sakti. Bangunan cungkup terdiri beberapa bagian yang semuanya
berada pada halaman berpagar tembok. Atap bangunan dari bahan sirap. Jalan masuk ke
dalam cungkup terletak di sisi selatan berupa gerbang paduraksa dilengkapi dua daun pintu
terbuat dari kayu. Ukuran gerbang sangat sempit dan pendek. Ruangan pertama di dalam
cungkup berupa ruangan luas semacam pendapa. Di sebelah timur ruangan terdapat mushala.

KompleksBuyutTrusmi
Buyut Trusmi adalah anak pertama Raja Pajajaran (Prabu Siliwangi) penyebar ajaran Islam di
Cirebon yang wafat pada tahun 1559. Kompleks Buyut Trusmi merupakan tempat peziarahan
yang dibangun pada tahun 1481, terdapat di Kampung Dalem, Kelurahan Trusmi Wetan,
Kecamatan Weru. Jalan masuk ke kompleks melalui Gapura Kulon dan Gapura Wetan
keduanya berbentuk gapura bentar. Daun pintu terbuat dari kayu berukir dengan ragam hias
pola flora dan fauna (ular). Di balik gerbang pada sebelah kanan dan kiri terdapat tempat air
keramik.

Gerbang masuk kompleks Buyut Trusmi

Setelah melewati gerbang terdapat tembok penghalang yang disebut Kuta Hijab berfungsi
sebagai aling-aling atau tirai untuk menghalangi pandangan. Bidang aling-aling dihiasi
dengan pola geografis. Halaman dalam kompleks Buyut Trusmi terbagi dua bagian. Halaman
dalam bagian selatan terdapat bangunan masjid dan beberapa bangunan lainnya sedangkan di
bagianutaramerupakantempatbangunanmakamBuyutTrusmi.

Setelah melewati gerbang baik yang ada di timur maupun barat akan sampai di halaman
sebelah selatan. Apabila masuk melalui Gapura Kulon, di sebelah kiri (utara) terdapat
bangunan pendopo. Bangunan yang menghadap ke timur ini berbentuk persegi panjang
berlantai tegel, beratap rumbia ditunjang tiang kayu berfungsi sebagai ruang rapat. Di sebelah
timur pendopo terdapat bangunan pekemitan menghadap ke barat berfungsi sebagai tempat
tinggal juru kunci (kemit). Seluruh bangunan menggunakan bahan kayu kecuali lantai dari
tegel. Dinding berupa jeruji kayu dan atap dari bahan rumbia.
Ukiran wayang yang terdapat pada bangunan pendopo

Di sisi kanan (selatan) terdapat bangunan keputren atau pawadonan. Di sebelah timur
keputren terdapat masjid. Bangunan masjid berdenah persegi panjang, terdiri dua bagian.
Bangunan di bagian barat merupakan bangunan lama berlantai keramik dan dinding berlapis
batu pualam. Pada dinding utara terdapat dua jendela mengapit pintu. Mihrab dibagi dua
bagian, di selatan sebagai tempat imam memimpin shalat berjamaah dan mihrab utara tempat
mimbar di mana khotib berkhotbah. Bagian atas mimbar terdapat dua lengkungan dihiasi
kaligrafi Arab lafal “astagfirullahalazim allahu la haula wala kuwwata illa alal asim”. Atap
masjid dari sirap berbentuk limas tumpang tiga. Pada bagian puncak dihias kemuncak atau
memolo. Konstruksi atap didukung 4 sokoguru berbentuk persegi dihiasi dengan ukiran motif
ulardanharimau.

Di sebelah timur masjid pada sisi selatan terdapat bangunan witana. Nama itu berasal dari
kata wiwit ana yang berarti permulaan ada. Konon bangunan ini didirikan oleh Pangeran
Walasungsang sebagai tempat mengajarkan agama Islam. Di sebelah timur witana terdapat
pekulahan, yaitu bangunan tempat mandi dan bersuci. Di sebelah timur sedikit ke utara
pekulahan merupakan pintu masuk bagian timur atau Gapura Wetan.
Bangsal witana di kompleks Buyut Trusmi

Di sebelah utara witana terdapat beberapa bangunan yang saling berhubungan. Di bagian
paling timur dekat dengan Gapura Wetan terdapat Jinem Wetan yang di depannya terdapat
bangunan Jinem Kulon. Kedua bangunan berfungsi sebagai tempat istirahat para pengunjung
yang datang berziarah. Kata jinem berarti siji kang nenem, satu dari yang enam.
Maknanya adalah salah satu dari rukun iman yang terdiri dari enam hal.

Di sebelah utara antara Jinem Kulon dan Jinem Wetan terdapat paseban. Bangunan terbuka
tanpa dinding ini menghadap ke utara. Fungsi bangunan adalah sebagai tempat menerima
tamudanuntukbermusyawarah.

Untuk memasuki halaman sebelah utara terdapat dua jalan masuk. Jalan masuk utama
terdapat di sebelah utara masjid sedangkan jalan masuk kedua berada di sebelah utara
pendopo. Di halaman sebelah utara terdapat cungkup makam Buyut Trusmi. Cungkup tidak
setiap hari dibuka sehingga hanya orang tertentu yang dapat melihat makam. Bangunan
cungkup berdinding tembok bata. Pintu berada di selatan berukuran sangat sempit dan
pendek sehingga para penziarah yang masuk akan menundukkan kepala tanda menghormat.
Di depan cungkup terdapat teras penziarahan beratap sirap.
Di kompleks makam ini pada waktu-waktu tertentu dilakukan upacara. Pada setiap tanggal 25
bulan Maulud dilakukan upacara ganti welit (atap yang terbuat dari anyaman daun kelapa).
Pada upacara ini dilakukan tahlilan. Atap yang terbuat dari sirap juga diganti secara berkala.
Setiap 4 tahun sekali upacara penggantian sirap dilakukan. Dalam upacara ini dimeriahkan
dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.

http://kansasunsilk.blogspot.co.id/2014/04/kerajaan-cirebon-islam.html
http://padepokansutajayabantargebang.blogspot.co.id/2013/04/peninggalan-masa-kejayaan-
islam-di.html
https://www.google.com/search?q=wilayah+kekuasaan+di+cirebon&client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-
US:official&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0CDMQsARqFQoTCO321Lzn38g
CFQyXlAodl-cPrA&biw=1366&bih=615#imgrc=FhMk9LIOEWqQgM%3A

Anda mungkin juga menyukai