Anda di halaman 1dari 4

1.

PETA KONSEP
(Tugas halaman 8)

2. Tokoh-tokoh pemberontakan DI TII:


(Tugas halaman 15)

1. Sekarmaji Marijan Karto Suwiryo di Jawa Barat

2. Amir Fatah di Jawa Tengah


3. Daud Beureueh di Aceh
4. Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan
5. Kahaz Muzakar di Sulawesi
Pembahasan:
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah pemberontakan yang
hendak mendirikan negara dengan dasar syariat Islam di Indonesia, yang disebut dengan
Negara Islam Indonesia. Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
pada tahun 1948 dan berusaha mendirikan negara berpaham Islam di Jawa Barat.
Pemberontakan ini kemudian diikuti oleh pemberontakan serupa di Aceh, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Pemberontakan dikalahkan dengan kombinasi diplomasi di
Aceh dan penumpasan oleh TNI.  Persamaan dari setiap pemberontakan daerah DI/TII adalah
sama-sama mendukung pemberontakan Kartosuwiryo dan memproklamirkan gerakannya
sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia. Setiap pemberontakan daerah juga mendukung
syariat Islam sebagai dasar negara.
Namun, perbedannya, setiap pemberontakan daerah memiliki pemimpin sendiri-sendiri dan
alasan pemicu pemberontakan.

1. Pemberontakan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, di Jawa Barat


Pemberontakan ini dilancarkan mulai tahun 1948. Penyebab pemicu pemberontakan
Kartosuwiryo adalah penolakan Perjanjian Renville, yang menempatkan daerah Jawa Barat di
wilayah kekuasaan Belanda.  Namun demikian, sekembalinya pemerintahan Indonesia ke Jawa
Barat, terutama Divisi Siliwangi, Kartosuwiryo terus melakukan perlawanan dan serangan yang
memakan banyak
korban.  Kartosuwiryo bahkan memerintahkan percobaan pembunuhan atas Presiden Soekarno
pada 30 November 1957 di Peristiwa Cikini.
Pemberontakan ini baru berakhir setelah Kartosuwiryo tertangkap pada Juni 1962

    

2. Pemberontakan Daud Beureueh, di Aceh


Pemicu pemberontakan ini adalah dihapusnya provinsi Aceh dan digabungkanya wilayah Aceh
dengan Sumatera Utara.
Pemberontakan ini berhasil diselesaikan dengan cara damai setelah dilakukannya “Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962, dan dibentuknya kembali Aceh, sebagai
provinsi berstatus daerah istrimewa.
 
3. Pemberontakan Amir Fatah, di Jawa Tengah          
Pemicu pemberontakan ini adalah kekecewaan Amir Fatah akan dominasi “kaum kiri” (sosialis
dan komunis) di Tegal dan sekitarnya, wilayah basis kekuatan Amir Fatah. Akibatnya, Amir
Fatah memberontak pada tahun 1950.
Pemberontakan dipatahkan setelah operasi militer di wilayah Banyumas mengalahkan pasukan
Amir Fatah

4. Pemberontakan Ibnu Hadjar, di Kalimantan Selatan  


Pemicu pemberontakan ini adalah kegagalan para mantan pejuang kemerdekaan asal
Kalimantan Selatan untuk diterima di tentara Indonesia saat itu, APRIS (Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat). Kebanyakan bekas pejuang ini tidak bisa masuk tentara karena
tidak bisa baca tulis, termasuk Ibnu Hadjar sendiri. Mereka juga kecewa dengan adanya bekas
tentara KNIL (Tentara Hindia Belanda) di APRIS.  
Ibnu Hadjar membentuk “Kesatuan Rakjat Jang Tertindas” (KRJT), dan menyerbu pos tentara di
Kalimantan Selatan pada bulan Oktober 1950. Pemerintah Indonesia awalnya berupaya
menyelesaikan dengan cara damai, namun Ibnu Hadjar yang sempat tertangkap dan dilepaskan
untuk membujuk pemberontak lain menyerah malah kabur dan meneruskan
pemberontakannya.  
Pemberontakan ini berhasil dikalahkan dan Ibnu Hadjar menyerah pada Maret 1965.

5. Pemberontakan Kahar Muzakar, di Sulawesi Selatan


Pemicu pemberontakan ini adalah tuntutan agar para milisi Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS) yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar bisa diterima sebagai tentara. Namun mereka tidak
lolos syarat dinas militer, dan hanya ditempatkan sebagai Corps Tjadangan Nasional (CTN).
Akibatnya, Kahar Muzakkar memberontak dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII
Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
Pemberontakan ini berakhir setelah pada 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati
oleh pasukan ABRI.
Akibat pemberontakan DI/TII ini, rakyat banyak yang mengalami penderitaan akibat teror.
Pasukan DI/TII tidak segan mengancam, menyiksa dan merampas harta benda rakyat yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan gerakan mereka. Mereka juga merusak dan membakar
rumah rakyat serta membongkar jalan dan jalur kereta api hingga menghambat mobilisasi
sehari-hari masyarakat.  
3. Rencana PKI tentang dipersenjatainya petani dan buruh

Rencana PKI di balik usul dipersenjatainya petani dan buruh adalah untuk membentuk kekuatan
baru sebagai tandingan dari kekuatan militer yang ada, yaitu ABRI  
Akibat yang ditimbulkan dengan adanya usulan PKI tentang dipersenjatainya petani dan buruh
bagi masyarakat Indonesia pada masa itu adalah meningkatnya pertentangan TNI dan PKI

Pembahasan:
Pertentangan antara Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI, sekarang TNI) dan PKI yang
berfaham komunis sangat kuat. Pertentangan ini memuncak pada tahu 1960an menjelang akhir
Demokrasi Terpimpin.Untuk melemahkan pengaruh ABRI dan membentuk kekuatan tandingan,
PKI mengusulkan dibentuknya “angkatan kelima” dari petani dan buruh yang dipersenjatai,
sebagai tandingan ABRI. Usulan ini ditentang kuat oleh ABRI terutama Angkatan Darat.
Pertentangan ABRI dan PKI juga ditandai dengan beberapa “aksi sepihak”, yang dilakukan oleh
PKI dan organisasi sayapnya yang menyerang beberapa perkebunan yang dijaga ABRI, untuk
merebut tanahnya.  
Misalnya terjadi pada Peristiwa Bandar Betsi. Peristiwa ini adalah penyerangan yang dilakukan
oleh organisasi sayap PKI, BTI (Barisan Tani Indonesia) ke perkebunan PTPN Bandar Betsi di
kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Peristiwa ini terjadi pada 14 Mei 1965 dan
menewaskan prajurit Angkatan Darat Letda Sudjono. Karena penentangan dari Angkatan Darat
ini maka PKI menyebarkan isu adanya "Dewan Jenderal" yang disebut ingin merebut kekuasaan
dari Presiden Sukarno. Isu Dewan Jenderal dan pertentangan dengan ABRI ini kemudian
menjadi salah satu pemicu terjadinya Peristiwa 30 September, dimana para jenderal pimpinan
Angkatan Darat diculik dan dibunuh oleh pasukan yang diduga digerakkan oleh PKI.
Rencana PKI di balik usul dipersenjatainya petani dan buruh adalah untuk membentuk kekuatan
baru sebagai tandingan dari kekuatan militer yang ada, yaitu ABRI  Akibat yang ditimbulkan
dengan adanya usulan PKI tentang dipersenjatainya petani dan buruh bagi masyarakat
Indonesia pada masa itu adalah meningkatnya pertentangan TNI dan PKI

Anda mungkin juga menyukai