Anda di halaman 1dari 2

Shalat Mencegah dari Perbuatan Fahsya’ dan Mungkar

 “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.
Al ‘Ankabut: 45).
Fahsya dalam bahasa Arab diartikan dengan perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran
wahyu. Sedangkan mungkar adalah perbuatan yang bertentangan dengan akal. Manusia tidak
menyukai hal-hal yang buruk yang bertentangan dengan wahyu dan akal sehat. Manusia
menyukai hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Hanya saja hari ini banyak perilaku manusia yang kontra produktif. Di satu sisi terlihat rajin
beribadah ke masjid, tapi di sisi lain ia tetap melakukan perbuatan keji dan mungkar. Ada
kepribadian ganda yang menimpa beberapa orang umat Islam hari ini.
Shalat mampu mencegah perbuatan fahsya dan mungkar jika dikerjakan dengan benar.
Pelaksanaan shalat yang benar adalah orang yang melaksanakan hal tersebut harus memahami
makna shalat yang ia lakukan. Ketika ia mengucapkan doa iftatah misalnya, walau ada
beberapa versi.
ُ َ‫ب اَأل ْبي‬
َ‫ض ِمن‬ ُ ‫ا يُنَقَّى الثَّ ْو‬,,‫ا َك َم‬,,َ‫الخطَاي‬
َ َ‫ اللَّ ُه َّم نَقِّنِي ِمن‬،‫ب‬
ِ ‫ ِر‬,‫ق َوال َم ْغ‬ َ ‫اع ْد بَ ْينِي َوبَيْنَ َخطَايَا‬
ْ ‫ دْتَ بَيْنَ ال َم‬,‫ا بَا َع‬,,‫ َك َم‬،‫ي‬
ِ ‫ ِر‬,‫ش‬ ِ َ‫اللَّ ُه َّم ب‬
ِ ‫ي بِا ْل َما ِء َوالثَّ ْل‬
‫ج َوالبَ َر ِد‬ ِ ‫ اللَّ ُه َّم ا ْغ‬،‫س‬
َ ‫س ْل َخطَايَا‬ ِ َ‫ال َّدن‬
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan
antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih
disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”
(HR.Bukhari dan Muslim)
‫ َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر ِّب‬،‫اي‬
َ َ‫ َو َم ْحي‬،‫س ِكي‬ ُ ُ‫ َون‬،‫صاَل تِي‬ َ َّ‫ ِإن‬، َ‫ش ِر ِكين‬ ْ ‫ َو َما َأنَا ِمنَ ا ْل ُم‬،‫ض َحنِيفًا‬ َ ‫ت َواَأْل ْر‬ِ ‫س َما َوا‬َّ ‫َو َّجهْتُ َو ْج ِه َي لِلَّ ِذي فَطَ َر ال‬
،‫سي‬ ِ ‫ظلَ ْمتُ نَ ْف‬ ْ ‫ َوبِ َذلِكَ ُأ ِم ْرتُ َوَأنَا ِمنَ ا ْل ُم‬،ُ‫ش ِري َك لَه‬
َ ،َ‫ َوَأنَا َع ْب ُدك‬،‫ الل ُه َّم َأ ْنتَ ا ْل َملِ ُك اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأ ْنتَ َأ ْنتَ َربِّي‬، َ‫سلِ ِمين‬ َ ‫ اَل‬، َ‫ا ْل َعالَ ِمين‬
، َ‫نِ َها ِإاَّل َأ ْنت‬, ‫س‬
َ ‫ ِدي َأِل ْح‬,‫ق اَل يَ ْه‬
ِ ‫س ِن اَأْل ْخاَل‬َ ‫ َوا ْه ِدنِي َأِل ْح‬، َ‫وب ِإاَّل َأ ْنت‬ ُّ ‫ ِإنَّهُ اَل يَ ْغفِ ُر‬،‫ فَا ْغفِ ْر لِي ُذنُوبِي َج ِمي ًعا‬،‫َوا ْعتَ َر ْفتُ ِب َذ ْنبِي‬
َ ُ‫الذن‬
،َ‫ك‬,‫كَ َوِإلَ ْي‬,,ِ‫ا ب‬,,َ‫ َأن‬،َ‫س ِإلَ ْيك‬ َ ‫ لَبَّيْكَ َو‬، َ‫سيَِّئ َها ِإاَّل َأ ْنت‬
َ ‫ َوالش َُّّر لَ ْي‬،َ‫س ْع َد ْي َك َوا ْل َخ ْي ُر ُكلُّهُ فِي َي َد ْيك‬ َ ‫ص ِرفُ َعنِّي‬ َ ‫اص ِرفْ َعنِّي‬
ْ َ‫سيَِّئ َها اَل ي‬ ْ ‫َو‬
ُ ‫ستَ ْغفِ ُركَ َوَأت‬
َ‫ُوب ِإلَيْك‬ ْ ‫ َأ‬، َ‫تَبَا َر ْكتَ َوتَ َعالَيْت‬
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim
yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam.
Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk
orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang
berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku
dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku.
Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa
mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik.
Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang
buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan
hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala
kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang
tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu
dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci
Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR.
Muslim)
Jika ia memahami bagaimana makna penyerahan diri pada bacaan doa iftitah di atas, maka
perilaku itu akan menjadi karakter yang mendarah daging pada dirinya. Hidup dan mati hanya
untuk Allah.
Begitu juga ketika kita membaca al-Fatihah. 7 ayat yang diulang-ulang. Di dalamnya
terkandung makna bahwa kita meminta petunjuk kepada jalan yang benar. Bukan jalan orang-
orang yang dimurkai dan sesat.
Ketika membaca salam kita juga diajarkan untuk menghormati manusia lain. Bukankah kita
mengucapkan keselamatan atas kamu. Doa tersebut juga kembali kepada kita. Bacaan salam
yang paling sempurnalah sejatinya yang harus kita ucapkan.
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa).” (QS. An Nisa’: 86).

Anda mungkin juga menyukai