Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SISTEM KENEGARAAN DAN PEMERINTAHAN DALAM SILAM LINTASAN


SEJARAH (MASA BANI UMAYYAH, ABBASIYAH, DAN TURKI UTSMANI)

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Indvidu Mata Kuliah Fiqh Siyasah II)

Dosen: Prof. Dr. H. Zakaria Syafe’i, M.Pd

Disusun Oleh Kel. 9:

Siti Asiah Agustina (181120114)

Arya Abdul Hadi (181120108)

Hayatun Nufus (191120087)

Muizz Hakiim Nugraha (191120091)

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

TAHUN 2020 M / 1442


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan
Dalam Silam Lintasan Sejarah (Masa Bani Umayyah, Abbasiyah, Dan Turki Utsmani)”.

Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari segi
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami selaku penyusun meminta agar kiranya para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang mendukung agar terciptanya makalah yang
lebih sempurna dikemudian hari.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk kami selaku penyusun dan umumnya
untuk para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peradapan Islam yang berkembang tidak luput dari pengaturan agama, dengan
kata lain bahwa ajaran agama menjadi sumber rujukan dalam perkembangan sebuah
peradaban supaya tidak melenceng dari jalan kebenaran. Bilamana berbicara tentang
peradaban Islam maka tidak luput dari pembahasan mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam yang secara logis dan sistematis telah terbahas dalam kajian sejarah Islam.
Misalnya: Pemerintahan Islam pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin, masa
Daulah Umayyah, Daulah Abbasiyah, Daulah Fatimiyah, Turki Ustmani dan lain
sebagainya. Kesemuanya ini merupakan konfigurasi dari pemerintahan Islam dari masa
ke masa. Oleh karenanya dalam artikel ini akan dibahas secara konperehensif mengenai
sistem pemerintahan Islam dalam bingkai historis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan Dalam Silam Lintasan Sejarah
Masa Bani Umayyah?
2. Bagaimana Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan Dalam Silam Lintasan Sejarah
Abbasiyah?
3. Bagaimana Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan Dalam Silam Lintasan Sejarah
Turki Utsmani?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk Mengetahui Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan Dalam Silam Lintasan
Sejarah Masa Bani Umayyah.
2. Untuk Mengetahui Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan Dalam Silam Lintasan
Sejarah Abbasiyah.
3. Untuk Mengetahui Sistem Kenegaraan Dan Pemerintahan Dalam Silam Lintasan
Sejarah Turki Utsmani.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Dinasti Umayyah

Selama kurang lebih satu abad berkuasa, pemerintahan dinasti Bani Umayyah
terus berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Karena orientasi
pemerintahan ini memfokuskan pada usaha pengembangan dan perluasan wilyah
kekuasaan Islam, maka pada pertama yang dikembangkan dinasti ini adalah ilmu yang
dibutuhkan dalam pengembangan pemerintahan, Diantaranya adalah ilmu administarsi
pemerintahan. Dalam bidang ini, pemerintah Dinasti Umayyah telah berhasil
menciptakan sistem ketatanegaraan berupa organisasi politik (an-Nizham as-Siyasi),
seperti jabatan khilafah, wizarah, kitabah, dan hijabah. Kelembagaan ini memiliki tugas
dan wewenang masing-masing, sehingga sistem pemerintahan berjalan dengan baik.

Kemajuan lain yang terdapat pada masa Bani Umayyah adalah kemajuan dalam
bidang tata usaha negara (al-Nizham al-Idary), berupa dewan atau pembentukan
departemen, seperti departemen pajak (Diwan al-Kharraj), departemen pos dan
perhubungan (Diwan ar-Rosail), dan departemen kearsipan negara (Diwan al-Khatam).
Dalam hal keuangan, baitul mal menjadi salah satu alternatif untuk menyimpan
keuangan negara yang diperoleh dari hasil pajak tanah (Kharraj) dan pajak individu
(jizyah).

Selain itu, terdapat juga kemajuan dalam bidang lain, seperti dalam bidang
militer. Pada masa ini telah dibentuk departemen pertahanan (an-Nizham al-Harby).
Departemen ini telah membagi pasukan menjadi beberapa divisi, seperti pasukan inti
(Qalbul Jaisyi), pasukan sayap kanan (al-Maemanah), pasukan sayap kiri (al-Maesarah),
pasukan barisan terdepan (al-Muttaqaddimah), pasukan belakang (Saqah al-Jaisy),
pasukan logistik, pasukan pengintai atau intelejen (talaiyah), pasukan berkuda atau
kavelery (Farsan), pasukan pejalan kaki atau invanteri (Rijalah), dan pasukan pemanah
(Ramayat). Perkembangan dan kemajuan dalam bidang ini sangat membantu pemerintah
dinasti Bani Umayah dalam pengembangan dan perluasan wilayah kekuasaan, selain
untuk mempertahankan diri dari berbagai kemungkinan serangan musuh.
Perkembangan dan kemajuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemajuan
dalam bidang hukum dengan dibentuknya organisasi kehakiman (an-Nizham al-Qadha).
Dalam organisasi ini terdapat bagian berupa al-Qadha,yang bertugas menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan negara, al-Hisbah, tempat menyelesaikan perkara umum,
dan an-Nazhar al-Mazhalim, seperti Mahkamah Agung.

Selain itu, perkembangan dan kemajuan juga terjadi dalam bidang ilmu
pengetahuan, bahasa dan sastra arab, serta seni arsitektur bangunan yang banyak
berkembang pada masa pemerintahan Bani Umayah. Dan perkembangan sistem
pertahanan serta militer, sehingga umat islam mampu menyebrangi lautan dan menguasai
Eropa selama lebih kurang 8 (delapan) abad.1

Wilayah kekuasaan Bani Umayyah dibagi menjadi 5 prrovinsi besar, yaitu


sebagai berikut:

1. Hijaz, Yaman dan Arabia

2. Mesir bagian Utara dan Selatan

3. Irak dan Persia

4. Mesopotamia, Armenia dan Azarbaijan

5. Afrika Utara, Spanyol, Prancis bagian selatan, Sisilia dan SaSrdinia.

Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu Kota negara

dipindahkan pleh Muaawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai

gubernur sebelumnya. Setelah itu, Dinasti bani umayyah digulingkan oleh dinasti baru,

yaitu dinasti bani Abbas. Adapun faktor yang melemahkan pemerintahan bani umayyah

pada waktu itu adalah sebagai berikut:

1
Murodi, Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Tsanawiyah. Semarang:
PT. Karya Toha Putra, 2016.
1. Sistem pemerintahan khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi

tradisi Arab yang lebih menekankan pada aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas

sehingga menyebabkan terjadi persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota

istana.

2. Timbulnya konflik yang terjadi sejak pada masa kepemerintahan Ali membuat

pemerintahan bani Umayyah banyak melakukan penumpasan terhadap gerakan

bawah tanah terhadap gerakan pemberontakan.

3. Timbulnya pertentangan etnis.

4. Munculnya gerakan oposisi dari keturunan bani Abbas.

B. Masa Dinasti Abbasiyyah

Pada masa Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik.

Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada

pemerintahan (khalifah) adalah berasal dari Allah., bukan dari rakyat sebagaimana

diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khulafaurrasyidin. Hal ini dapat

dilihat dengan perkataan khalifah Al-Mansur “Saya adalah Sultan Tuhan diatas

bumiNya”.

Pada zaman Dinasti Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda

sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Sistem politik yang

dijalankan oleh daulah Bani Abbasiyah I diantara lain:

1. Para khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, gubernur,

dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan Mawali.

2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang jadi pusat kegiatan politik,

ekonomi sosial, dan kebudayaan.


3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.

4. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.

5. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya

dalam pemerintahan.

Selanjutnya periode II, III, IV, Kekuasaan politik Abbasiyah sudah mengalami

penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara – negara di

bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali

pengakuan politik saja.2

C. Masa Turki Utsmani

Stanford J. Shaw membagi sejarah Usmani pada lima perode, yaitu:

1. Periode awal (1280-1413);


2. Periode restorasi (1413-1451);
3. Periode puncak (12451-1566);
4. Periode desentralisasi dan reformasi trasdisional (1566-1808);
5. Periode reformasi modern hingga kehancuran dinasti (1808-1924);

Periode awal Usmani ditandai dengan penyusunan basis kekuasaan, perluasan


wilayah, dan kehancuran sementara akibat seranagn Mongol. Memasuki abad-19, Turki
Usmani semakin kehilangan kekuatan. Wilayah-wilayah Eropa satu per satu lepas dari
kekuasaannya.

Dalam pelaksanaan sisitem pemerintahan, penguasa imperium Usmani bergelar


sultan dan khalifah sekaligus. Sultan adalah gelar untuk masalah-masalah duniawi,
sedangkan khalifah merupakan gelar untuk urusan keagamaan. Dengan demikian, pada
masa ini pun sistem politiknya memisahkan urusan agama, negara, dan politik.

2
Nahidloh Shofiun. Pengantar Studi Islam. Madura: Duta Media Publishing, 2019.
Sistem pemerintahan Usmani banyak mengadopsi praktik kenegaraan yang
berlaku di Bizantium dan Persia. Untuk menjalankan kedua fungsi ini, penguasa Usmani
dibantu oleh tiga kekuasaan, yaitu:

1. Administrasi birokrasi;
2. Militer;
3. Kekuasaan agama;

Dalam masalh agama, penguasa Usmani dibantu oleh para mufti dan kadi (ghadi).
Mufti berperan sebagai penafsir hukum, sedangkan kadi berperan sebagai pelaksannya.
Sejak periode awal, Sultan Usmani dibantu oleh dua pejabat penting didaerah, yaitu bey
dan kadi. Bey adalah gubernur daerah yang berasal dari kelas militer dan menjadi wakil
sultan dalam pelaksaan kekuasaan eksekutif, sedangkan kadi mewakili sultan dalam
kekuasaan hukum. Dengan demikian, Turki Usmani pun masih menggunakan sistem
monarki yang sangat kental berdasarkan kerajaannya yang turun-menurun.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem ketatanegraan islam setiap


masa yang dimulai pada sistem ketatanegaraan islam setiap masa yang dimulai pada
sistem ketatanegaraan pada masa Nabi Muhammad SAW. Sampai masa Turki Usmani
memiliki perbedaan sekalipun masih menggunkan sistem hukum, yaitu berdasarkan
syariat islam. Perbedaan tersebut sangat jelas terlihat dari segi pemilihan pemimpin dari
masa ke masa.

Pada masa Nabi Muhammad Saw, sebagi pemimpin negara, Nabi secara tidak
langsung menjalankan kekuasaan politik yang bisa dikatakan modern, yaitu mengangkan
duta-duta negar alain, kemudian melakukan hubungan diplomatik dalam dan luar negeri,
serta melakukan kekuasaan politik yang terpisah antara legislatif, yudikatif, dan
eksekutif.

Pada masa Al-Khulafa’ Al-Rasyidun sepeninggal Nabi Muahmmad SAW. Wafat,


negara islam yang berdasarkan Al-Quran dan sunnah masih ditegakan. Akan tetapi, pada
ini terlalu banyak masalah yang timbul dalam masyarakat islam sehingga sring terjadi
pepecahan dan peperangan antar kelompok islam. Banyaknya masalah yang terjadi dalam
negeri dan wilayah islam membuat masyarakat islam kacau balau dan akhir pemerintahan
setiap khalifah yang berkuasa adalah mati terbunuh dengan adanya konflik tersebut.

Pada masa bani Umayyah, pemerintahan islam juga mengalami kemajuan yang
pesat. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya perluasaan wilayah islam. Selain itu,
terjadi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Pendapatan utama bani Umayyah,
yaitu zakat umat islam, rampasan perang, pajak tanah non-Muslim, pajak perdagangan,
dan pajak kepada negara non-Muslim. Akan tetapi, ketatanegaraan pada masa ini berbeda
dengan sistem khalifah karena masa bani Umayyah menganut sistem monarki yang
absolut.

Pada masa bani Abbas pun kembali mengembangkan empat sistem


ketatanegaraan, yaitu aspek Khalifah, wizarah, Kitabah, dan Hijabah. Selain sistem
tersebut, untuk urusan daerah, Khalifah Bani Abbas mengangkat kepala daerah sebagai
pembantu mereka.

Selanjutnya, negara islam yang dikuasai oleh Turki Usmani, bisa dikatakan
sebagai peradaban Islam yang terkuat dan terbesae yang pernah ada. Daerah
kekuasaannya tidak hanya Asia, tetapi hingga Eropa dan Afrika. Turki Usmani berkuasa
hingga 600 tahun. Hancurnya Turki Usmani disebabkan masuknya pengaruh-pengaruh
Eropa yang pada akhirnya menyebekan pengahpusanlembaga Khilafah dan penghancuran
imperium Usmani oleh Kemal Atartuk. Dari sinilah sisitem kenengaraan islam berubah
total. Selanjutnya kemal menggantikan negara islam Usmani menjadi Republik Turki
yang sangat sekuler dengan sistem ketatanegaraan yang memisalhkan urusan agama
dengan negara , bahkan sampai sekarang.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pertama, sistem pemerintahan Islam sangat variatif dan memiliki karakteristik


unik yang tidak terdapat pada sistem pemerintahan kenegaraan lainnya yang tidak
bercirikan Islam.

Kedua, hukum Allah menjadi sandaran paten yang tidak bisa ditolak, karena pada
prinsipnya Negara tidak hanya mengatur masalah keduniaan saja akan tetapi terkait
dengan penegakan hukum Allah.

Ketiga, pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin terjadi sistem pemerintahan


terpusat (sentral) karena kesemuanya dibawah komando pemimpin, baik Rasulullah
maupun pada masa sahabat. Pada masa ini masih menggunakan prinsip musyawarah
(syuro), artinya rakyat diberikan kesempatan untuk memberikan sumbangsih pemikiran
dalam masalah kenegaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Murodi, Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah


Tsanawiyah. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2016.

Nahidloh Shofiun. Pengantar Studi Islam. Madura: Duta Media Publishing, 2019.

Anda mungkin juga menyukai