Anda di halaman 1dari 16

MEMAHAMI SEJARAH AKHIR KEKUASAAN DAN WARISAN

PERADABAN ISLAM DINASTI UMAYYAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah


Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Afif Muammar, M.H.I

Disusun oleh Kelompok 5 (HES B / Semester 2):

1. Fadli Daud Abdullah (1808202065)


2. Herti (1808202072)
3. Karnila (1808202071)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2019

0
MEMAHAMI SEJARAH AKHIR KEKUASAAN DAN WARISAN
PERADABAN ISLAM DINASTI UMAYYAH
Fadli Daud Abdullah, Herti dan Karnila

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah


Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: fadli.daud31@gmail.com, hertipk87@gmail.com dan
dkarnilax1@gmail.com

ABSTRAK
Dinasti Umayyah sempat mengalami kejayaan dan menguasai hampir seluruh
wilayah dunia, tentu memiliki banyak warisan yang bernilai sejarah, dan dapat
menjadi pelajaran bagi peradaban selanjutnya. Maka, melalui metode penulisan
kepustakaan, makalah ini menyimpulkan bahwa yang pertama kekuasaan pasca
kejayaan Dinasti Umayyah mengalami kemunduran atau kemerosotan yang terus
berkelanjutan. Kedua, faktor penyebab runtuhnya dinasti ini salah satunya
adalah konflik politik Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib r.a, yang muncul dari
awal terbentuknya Dinasti Umayyah yang terus meruncing, menimbulkan
pecahnya konsentrasi khalifah dalam mengatur sebuah pemerintahan. Ketiga,
beberapa warisan peradaban Dinasti Umayyah diantaranya dalam bidang
arsitektur, militer, perdagangan, reformasi fiskal, dan budaya.

Kata Kunci: Dinasti Umayyah, Kemunduran, dan Warisan Peradaban.

LATAR BELAKANG
Islam adalah satu-satunya agama yang begitu kokoh eksistensinya dari
waktu ke waktu. Bukan tanpa sebab, hal tersebut sudah menjadi lumrah adanya,
karena Islam adalah agama yang telah di-ridhoi Allah SWT. Islam sebagai agama
tidak dapat dipisahkan dari sejarah peradaban penganutnya, atau asal diturunkan
agama Islam itu sendiri. Tercatat dalam sejarah, begitu gemilangnya peradababan

1
Islam pada masa lampau, walaupun sejarah lainnya terus menggempur untuk
mengukir kebohongan akan buruknya Islam.
Kejayaan Islam begitu mengemuka di penjuru dunia, namun menjadi
pertanyaan besar bagaimana mungkin sebuah peradaban keemasan dapat surut
hingga pada masa sekarang seolah kejayaan tersebut hanya sebuah cerita. Lebih
tepatnya adalah pada masa kejayaan Dinasti Umayyah. Dinasti yang pada
masanya sempat mengalami kejayaan dan menguasai hampir seluruh wilayah
dunia, tentu memiliki banyak warisan yang bernilai sejarah, dan dapat menjadi
pelajaran bagi peradaban selanjutnya.
Dari paparan di atas, maka kami tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai masa Dinasti Umayyah, dimana terdapat beberapa pertanyaan yang
menjadi pokok bahasan nantinya, yaitu pertama, bagaimana peradaban pasca
kejayaan masa Dinasti Umayyah? Kedua, bagaimana penyebab berakhirnya
pemerintahan Dinasti Umayyah? Ketiga, bagaimana warisan peradaban Islam
Dinasti Umayyah dari segi arsitektur, militer, reformasi fiskal, kebudayaan dan
perdagangan?

METODOLOGI PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini
adalah penulisan kepustakaan (penelitian perpustakaan) dengan meninjau
beberapa referensi sebagai data sumbernya yaitu buku-buku dan jurnal yang
berjudul diantaranya; Sejarah Peradaban Islam, Sejarah Islam, Sejarah
Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam,
Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, Pemerintahan Islam Pada
Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan dan Kemunduran), Bani
Umyyah dilihat dari Tiga fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan Kemunduran),
Kemunduran dan Keruntuhan Daulah Bani Umawiyah di Damaskus dan
Andalusia, Perkembangan Ekonomi Dan Administrasi Pada Masa Bani Umayyah
Dan Bani Abbasiyah.
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini yaitu metode
kulitatif. Dimana, pemikiran terpenting dalam pembahasannya ialah memberikan
pemahaman dan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai peradaban pasca

2
kejayaan, berakhirnya pemerintahan dan warisan peradaban Dinasti Umayyah dari
segi arsitektur, militer, reformasi fiskal, kebudayaan dan perdagangan.

LITERATURE REVIEW
Mengkaji mengenai sejarah akhir kekuasaan dan warisan peradaban Islam
Dinasti Umayyah, pada penulisan ini terdapat beberapa buku dan jurnal yang
membahas mengenai pemerintahan Dinasti Umayyah diantaranya pertama, Taufik
Rachman dengan jurnalnya yang berjudul “Bani Umayyah dilihat dari Tiga fase
(Fase Terbentuk, Kejayaan dan Kemunduran)”. Dalam jurnal tersebut
menjelaskan sejarah pertama dalam sistem pemerintahan umat Islam yang
dicetus oleh Muawiyah yang merupakan tokoh utama dari terbentuknya Dinasti
Bani Umayyah yang memerintah selama 90 tahun dengan 14 orang pemimpin
selama masa itu. Dengan demikian, kami dapat mengambil beberapa penjelasan
mengenai pemimpin pada fase kemundurannya.1
Kedua, Badri Yatim yang berjudul Sejarah Peradaban Islam: Dirasah
Islamiyah II. Buku tersebut menjelaskan karakteristik khalifah khususnya Hisyam
bin Abdul Malik yang memiliki sikap yang terampil dan kuat, walaupun tetap
masuk dalam kategori fase kemunduran karena beberapa hal. Demikian
kekhususan yang tidak ditemukan pada sumber lainnya.2
Ketiga, Muhammad Nur dalam jurnal yang berjudul “Pemerintahan Islam
Pada Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan dan Kemunduran)”.
Dalam jurnal tersebut secara rinci membahas mengenai Bani Umayyah yang
merupakan penguasa Islam yang telah merubah sistem pemerintahan yang
demokratis menjadi monarki (sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan).
Sehingga memberikan gambaran yang masuk akal akan adanya konflik yang
terjadi selama masa pemerintahan dengan menggunakan sistem tersebut.3
Keempat, Naila Farah yang berjudul “Perkembangan Ekonomi dan
Administrasi Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah”. Dalam jurnal
tersebut, perkembangan perekonomian pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah
1
Taufik Rachman, “Bani Umayyah dilihat dari Tiga fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan
Kemunduran)”, Sejarah Peradaban Islam, Vol. 2, No. 1 (2018); 92-93.
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), 47.
3
Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Pada Masa Daulat Bani Umayyah
(Pembentukan, Kemajuan dan Kemunduran)”, Pusaka, Vol. 3, No. 1 (April, 2015); 116-117.

3
secara umum sudah mulai meningkat dibanding dengan masa sebelumnya.
Meningkatnya perekonomian yang membawa kepada kemakmuran rakyat pada
Dinasti ini, sebenarnya tidak terlepas dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dilakukan khalifah, di samping dukungan masyarakat terhadap kebijaksanaan
tersebut.4
Dari keempat literatur yang telah kami paparkan, ternyata belum mampu
memberikan pembahasan yang komprehensif mengenai sejarah akhir kekuasaan
dan warisan peradaban Islam Dinasti Umayyah. Oleh karena itu, makalah ini hadir
untuk meramu pembahasan dari berbagai sumber hingga hadir sebuah pemahaman
mengenai sejarah akhir kekuasaan dan warisan peradaban Islam Dinasti
Umayyah. Hal ini yang membedakan pembahasan makalah kali ini dengan
keempat sumber literatur di atas.

KONSEP DASAR
Definisi Kekuasaan
Kekuasaan biasanya dipahami dengan kepemilikan sesuatu, sehingga
dapat menguasai dan memiliki hak kuasa atas sesuatu tersebut. Dalam sebuah
pemerintahan, kekuasaan identik dengan seberapa berpengaruhnya pemerintahan
tersebut, seperti luas wilayah pemerintahannya, kemajuan keilmuannya dan
aturan-aturan yang diterapkannya.
Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kesempatan yang ada pada
seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya sendiri.5
Sedangkan menurut Amitai Etzioni, kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengatasi sebagian atau semua perlawanan untuk mengadakan perubahan-
perubahan pada pihak-pihak yang memberikan oposisi.6
Sedangkan Ramlan Surbakti berpendapat, bahwa kekuasaan merupakan
kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berfikir dan berperilaku sesuai
dengan kehendak yang mempengaruhi.7
4
Naila Farah, “Perkembangan Ekonomi Dan Administrasi Pada Masa Bani Umayyah
Dan Bani Abbasiyah”, Al-Amwal, Vol. 6, No. 2 (2014); 32.
5
Thomas Santoso, “Kekuasaan dan Kekerasan”, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,
No. 4 (Oktober, 2001); 89.
6
Thomas Santoso, “Kekuasaan dan Kekerasan”, 89.
7
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65143/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y, diakses pada Kamis, 11 April 2019, pukul 13.17 WIB.

4
Dapat disimpulkan, kekuasaan adalah hak atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk dapat mengatur orang lain atau apapun yang ada dalam
kepemilikannya agar mengikuti kehendaknya.

Warisan Peradaban Islam


Warisan merupakan peninggalan yang diberikan oleh seseorang atau
kelompok di masa lalu kepada generasi selanjutnya. Warisan peradaban Islam
dapat diartikan sebagai peninggalan kebudayaan atau masa pemerintahan Islam.
Dalam hal ini, warisan peradaban Islam tertuju pada Dinasti Umayyah. Selain itu,
warisan, identik pula dengan sesuatu yang berharga, khususnya pada masa
pemerintahan Islam yang dapat ditularkan, ditinggalkan dan diberikan kepada
generasi selanjutnya.
Seperti apa yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa
warisan adalah sesuatu yang diwariskan, seperti harta, nama baik dan harta
pusaka. Begitu pun dengan arti peradaban, yaitu kemajuan (kecerdasaan,
kebudayaan) lahir batin.8 Sehingga, pemaknaan di atas menjadi relevan untuk
mengartikan mengenai warisan peradaban Islam.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Pasca Kejayaan
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti Umayyah menjadi dua, yaitu
pertama, Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi
Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Dan yang kedua, Dinasti Umayyah di
Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di
bawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid Ibn Abd al-Malik.9
Perkembangan pemerintahaan Dinasti Umayyah terus mengalami
kemajuan dari berbagai sisi. Hal tersebut dimulai dengan dipindahnya ibu kota
pemerintahan Islam dari Madinah ke Damaskus yang melambangkan zaman
imperium baru yaitu bergesernya sebuah pusat agama dan politik kepada sebuah

8
https://googleweblight.com/i?u=https://kbbi.web.id/waris&hl=id-ID, diakses pada
Selasa, 16 April 2019, pukul 12.42 WIB.
9
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2008),
103.

5
kota kosmopolitan. Dari sinilah dimulai ekspansi kekuasaan Islam dan perluasan
pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab yang baru.10
Beberapa masa pemerintahan Dinasti Umayyah dari mulai masa kejayaan
hingga masa kemunduran:
1. Al-Walid bin Abdul Malik
Kejayaan pemerintahan Dinasti Umayyah berlangsung pada tahun 705-715 M
di bawah pemerintahan al-Walid. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu
peristiwa besar, yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju
wilayah Barat Daya, benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah
kekuasaan Islam juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah pimpinan
panglima Thariq bin Ziat. Diantara kota-kota yang dapat dikuasai yaitu Kordova,
Granada dan Toledo. Selain itu, al-Walid juga melakukan pembangunan besar-
besaran pada masanya.11
2. Sulaiman bin Abdul Malik
Pada pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik pada tahun 715-717 M, ia
dinilai tidak memiliki kepribadian yang kuat hingga mudah dipengaruhi
penasehat-penasehat disekitarnya. Menjelang saat terakhir kepemimpinnya ia
memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul Aziz yang kemudian
diangkat menjadi penasehatnya. Keinginan terbesarnya untuk menaklukan ibu
kota Constatinopel gagal. Jasa terbesar ia adalah menyelesaikan dan menyiapkan
pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan agung di Damaskus.
3. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz memimpin pada tahun 717-719 M. Dia dikenal sebagai
pemimpin yang adil dan sederhana, ia ingin mengembalikan corak pemerintahan
seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Umar meninggalkan semua kemegahan
dunia yag selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah. Ketika dinobatkan
sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri
yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasaannya,
prioritas utamanya adalah pembangunan dalam negeri. Meski pemerintahannya
sangat singkat, ia berhasil menjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga
10
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam (Yogyakarta: Noktah,
2017), 157-158.
11
Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Pada Masa Daulat Bani Umayyah
(Pembentukan, Kemajuan dan Kemunduran)”, 116-117.

6
memberikan kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaan, pajak diringankan, kedudukan mawali (orang
Islam yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan Muslim Arab.
Berikut kebijakan yang terkenal selama pemerintahannya:
a. Secara resmi ia memerintahkan untuk mengumpulkan Hadits.
b. Ia mengadakan perdamaian antara Amamiyah, Syi’ah dan Khawarij.
c. Menaikan gaji para Gubernur.
d. Memeratakan kemakmuran dengan memberikan santunan kepada fakir
miskin.12
Sementara itu terdapat pendapat lain mengenai pemerintahan Umar bin Abdul
Aziz, yaitu ketika Umar bin Abdul Aziz menaiki tahta keadaan negara sedang
kritis. Terjadi kerugian besar dalam bentuk prajurit dan perlengkapan serangan ke
Istambul, dimana saat ekspansi terdahulu usaha untuk menyerang Istambul tidak
mendapatkan hasil. Tetapi yang jauh lebih gawat adalah merosotnya pemasukan
pajak. Umar menciptakan beberapa kebijakan untuk menangani krisis yang
terjadi, namun kebijakan tersebut bersifat terlalu keras bagi masyarakat minoritas
(non-Muslim), sehingga kebijakan tersebut tidak menyelesaikan masalah.13
Setelah ia meninggal, kepemimpinan selanjutnya dikategorikan masa
kemunduran, dikarenakan pemimpin-pemimpin setelahnya memiliki perilaku
yang buruk seperti suka berfoya-foya, tidak adil dan lebih mementingkan dirinya
sendiri dibandingkan rakyatnya.
4. Yazid bin Abdul Malik
Pada masa kekuasaan Yazid bin Abdul Malik pada tahun 719-723 M,
bangkit kembali konflik antara Mudhariyah dengan Yamaniyah. Kaum
Khawarij kembali menentang pemerintahan karena mereka menganggap Yazid
kurang adil dalam memimpin. Sikap kepemimpinannya sangat bertolak belakang
dengan pola kepemimpinan Umar bin Adul Aziz, ia lebih menyukai berfoya-foya
sehingga ia dianggap tidak serius dalam kepemimpinannya. Hal tersebut membuat
rakyat merasa tidak diperhatikan, sehingga memunculkan kofrontasi dan
demonstrasi rakyat.
Taufik Rachman, “Bani Umayyah dilihat dari Tiga fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan
12

Kemunduran)”, 92.
13
W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, terj.
Hartono Hadikusumo (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1990), 26.

7
5. Hisyam bin Abdul Malik
Setelah kematian Yazid, saudaranya Hisyam bin Abdul Malik naik tahta pada
tahun 723-742 M. Pada masa kepemimpinannya terjadi perselisihan antara Bani
Umayyah dengan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Pada
perkembangan berikutnya, gerakan tersebut adalah cikal bakal munculnya Dinasti
Abbasiyah yang menggulingkan Dinasti Umayyah. Pemerintahan Hisyam bin
Abdul Malik sebenarnya terampil, kuat dan jujur, banyak jasanya dalam
pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua kebijakannya tidak
dapat membayar kesalahan-kesalahan para pendahulunya, terlebih lagi
dihadapkan pada gerakan oposisi yang terlalu kuat. Inilah yang semakin
memperlicin kemerosotan dinasti Umayyah.14
6. Al-Walid bin Yazid
Al-Walid memerintah pada tahun 125-126 H/ 742- 743M. Walid oleh para
penulis Arab dilukiskan sebagai orang yang tidak bermoral, pemabuk, dan
pelanggar. Pada awal mualanya ia menunjukkan kebaikan-kebaikan kepada
fakir miskin dan orang-orang lemah. Namun semua itu digugurkan dengan
sifatnya yang pendendam, serta jahat kepada sanak saudaranya. Sikapnya ini
semakin mempertajam kemerosotan Bani Umayyah.15 Oleh karena itu, secara
diam-diam masyarakat membaiat sepupunya yang bernama Yazid bin Walid yang
dikenal sebagai sosok yang saleh. Maka, Yazid menyerukan agar Walid dicopot
saat dia tidak berada di tempat. Kemudian Yazid mengirimkan pasukan untuk
membunuh Walid bin Yazid pada tahun 743 M.16
7. Yazid bin Walid bin Abdul Malik
Yazid bin Walid bin Abdul Malik memerintah hanya selama enam bulan pada
tahun 126H/743 M. Pemerintahannya yang singkat penuh dengan gejolak dan
pemberontakan. Pemberontakan muncul diantaranya pada orang-orang Hismh,
kemudian disusul penduduk Palestina, walaupun demikian pemberontakan
tersebut dapat ditaklukan. Setelah itu muncul konflik antara orang-orang
Qaisiyyah dan Yamaniyah terutama di Khurasan. Masa kepemimpinannya

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, 47.


14

Taufik Rachman, “Bani Umayyah dilihat dari Tiga fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan
15

Kemunduran)”, 92-93
16
Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam, terj. Samson Rahman (Jakarta: Akbar Media, 2016),
209.

8
berakhir akibat sakit tha’un yang dideritanya, hingga mengantarkannya pada
wafatnya.17
8. Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik
Pada tahun 127 H/ 744 M diangkatlah Ibrahim menjadi Khalifah, dia tidak
memperoleh suara bulat di dalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan
rakyatnya. Karena itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya
beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang
dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka rela mengundurkan dirinya dari
jabatan khalifah dan mengangkat baiat terhadap Marwan bin Muhammad. Dia
memerintah selama 3 bulan dan wafat pada tahun 132 H.18
9. Marwan bin Muhammad
Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam menjadi khalifah pada
tahun 127-132 H/ 744-749 M. Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan
seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak mampu
mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat pendukungnya. Marwan
bin Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah
bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu
mengejarnya. Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al
Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima
penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah
132 H/5 Agustus 750 M.
Dengan demikian tamatlah kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak
lanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.19

Penyebab Berakhirnya Dinasti Umayyah


Meskipun keberhasilan banyak dicapai oleh Dinasti Umayyah, namun
tidak berarti bahwa politik dalam pemerintahannya dapat terus stabil. Banyak
persoalan dan pemberontakan yang muncul akibat ketidakpuasan terhadap
kepemimpinan saat itu. Berikut ini beberapa faktor runtuhnya Dinasti Umayyah:

17
Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam, terj. Samson Rahman, 210.
18
Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan dan Kemunduran)”, 118.
19
Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan dan Kemunduran)”, 119.

9
1. Pergantian khalifah mengalami penyelewangan dari sistem musyawarah
Islam sebelumnya yang diganti dengan sistem monarki atau kerajaan, yaitu
pergantian kekuasaan melalui garis keturunan yang menyebabkan
persaingan tidak sehat dalam pemerintahan.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak terlepas dari konflik-
konflik politik yang terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib.
3. Adanya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia
Selatan (Bani Kalb).
4. Mu’awiyah mengingkari perjanjian Madain dengan Hasan bin Ali.20
5. Munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap
pemerintahan Bani Umayyah seperti kelompok Khawarij, Syi’ah dan
kelompok muslim non-Arab (Mawali).
6. Terjadinya Implisit dalam sifat pemikiran politik Arab.
7. Meningkatnya perpecahan diantara kabilah-kabilah Arab.
8. Kekecewaan sejumlah besar orang yang prihatin akan keadaan
keagamaan.21
9. Sifat hidup yang bermewah-mewahan dilingkungan keluarga Khalifah.
10. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin
Abdul Muthalib.22

Warisan Peradaban Islam


1. Arsitektur
Seni bangunan pada jaman zaman Umayyah berfokus pada bangunan sipil
berupa kota dan masjid. Perbaikan kota lama telah dibangun dalam zaman
Umayyah yang diiringi pebangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan
Persia, Romawi dan Arab dengan dijiwai semangat Islami. Damaskus yang pada
masa sebelum Islam merupakan ibukota kerajaan Romawi timur di Syam adalah
kota lama yang dibangun kembali pada masa Umayyah dan dijadikan Ibu kota.
Di kota ini didirikan gedung-gedung indah yang bernilai seni dilengkapi jalan-
20
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Peradaban Islam, 169.
21
W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, terj.
Hartono Hadikusumo, 28-30.
22
Taufik Rachman, “Bani Umayyah dilihat dari Tiga fase (Fase Terbentuk, Kejayaan dan
Kemunduran)”, 96.

10
jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Muawiyah membangun Istana
Hijau di Miyata pada tahun 704 M, istana ini diperbaharui oleh al-Walid ibn’Abd
al-Malik.
2. Organisasi Militer
Pada masa Umayyah organisasi militer terdiri dari angkatan darat (al-Jund)
angkatan laut (al-Bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-Syurthah). Berbeda
dengan masa Utsman, bala tentara pada masa ini bukan muncul atas kesadaran
sendiri untuk melakukan perjuangan tetapi secara paksa, sesuai dengan politik
Arabisme yang ditempuhnya, angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang Arab
atau unsur Arab. Setelah wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika utara,
orang luar pun terutama bangsa barbar turut mengambil bagian dalam kemiliteran
ini. Pada masa Abd al-Malik ibn Marwan diberlakukan undang-undang wajib
militer (nidzam al-Tajdid al-Ijban). Pada waktu itu aktivitas bala tentara
diperlengkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah. Angkatan laut yang
sesungguhnya telah dirintis oleh Muwiyah sejak masa Umar, umar akan
melakukan penyerangan ke negeri Romawi melalui jalan laut, kemudian pada
masa Utsman usahanya itu dilanjutkan dengan pembentukan angkatan musim
panas dan musim dingin.23
3. Perdagangan atau Ekonomi
Pada masa Bani Umayyah, ekonomi mengalami kemajuan yang luar biasa,
akibat penaklukan yang begitu luas dalam ekspansinya. Sehingga dapat
mengeksploitasi potensi ekonomi dari negeri-negeri taklukan, diantaranya
mengangkut sejumlah besar budak dari bangsa Arab untuk digunakan sebagai
tenaga kerja, untuk dijadikan kelas pemungut pajak sekaligus usaha untuk
memakmurkan negeri taklukannya seperti Mesir, Irak dan Suriah. Pada masa
gubernur al-Hajj bin Yusuf, berhasil memajukan perdagangan, memperbaiki
sistem ukuran timbang, takaran dan keuangan. Namun, yang paling strategis ialah
adanya sistem penyamaan keuangan pada masa Abdul Malik, dimana dia
mengubah mata uang Bizantium dan Persia menggunakan mata uang yang dicetak
sendiri yang memakai tulisan Arab. Mata uang tersebut terbuat dari emas dan

23
Latifa Annum Dalimunthe, “Kemunduran dan Keruntuhan Daulah BaniUmawiyah di
Damaskus dan Andalusia”, Anterior Jurnal, Vol. 13, No. 2 (Juni, 2014); 232.

11
perak sebagai lambang kesamaan kerajaan ini dengan imperium yang ada
sebelumnya.24
4. Reformasi Fiskal
Di samping perdagangan pada masa Dinasti Umayyah juga terdapat
pendapatan dari sumber lain diantaranya; a. The land-tax, b. The poll-tax on non-
muslim subjects, c. The poor rates, d. Customis and excise duties, e. Tributes paid
under treaties, f. The fifth of the spoils of war, g. Fay, h. Additional imports in
kinds, i. Persents on occasions of festifal etc, j. Child tribute from the barbers.
Seluruh sumber pendapatan negara dikelola oleh sebuah departemen yang disebut
dengan departemen pendapatan negara (diwan al-kharaj) dan hasilnya disimpan
di Baitul Mal.25
Selama masa pemerintahan Umayyah hampir semua pemilik tanah, baik
muslim maupun non muslim, diwajibkan membayar pajak tanah. Sementara itu
pajak kepala tidak berlaku bagi penduduk muslim, sehingga banyaknya penduduk
yang masuk Islam secara ekonomis merupakan latar belakang berkurangnya
penghasilan negara. Namun demikian dengan keberhasilan Umayyah dalam
penaklukan Imperium Sassani (Persia) dan wilayah kepunyaan imperium
Byzantium, sesungguhnya kemakmuran bagi dinasti melimpah-limpah yang
mengalir jelas dalam pembendaharaan.26
5. Budaya
Pada masa Dinasti Umayyah corak budaya terbagi menjadi tiga bidang yaitu
bidang sosial budaya, bahasa dan sastra, musik dan kesenian. Pertama pada
bidang sosial budaya, orang-orang bangsa Arab memandang dirinya lebih mulia
dari segala bangsa bukan Arab, bahkan mereka memberi gelar dengan nama al-
Hamra.27 Kedua, pada bidang seni dan sastra, ketika Walid bin Abdul Malik
berkuasa diberlakukannya bahasa Arab sebagai bahasa resmi di semua wilayah
taklukannya. Seiring dengan kemajuan bahasa tersebut, muncul banyak karya

24
Ahmad Masrul Anwar, “Pertumbuhan Dan Perkembangan Islam Pada Masa
Umayyah”, Jurnal Tarbiya, Vol. 1, No. 1 (2015); 56.
25
Naila Farah, “Perkembangan Ekonomi Dan Administrasi Pada Masa Bani Umayyah
Dan Bani Abbasiyah”, 32.
26
Latifa Annum Dalimunthe, “Kemunduran dan Keruntuhan Daulah Bani Umawiyah di
Damaskus dan Andalusia”, 232-233.
27
Ahmad Masrul Anwar, “Pertumbuhan Dan Perkembangan Islam Pada Masa
Umayyah”.

12
sastra diantaranya; al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid karya Al-Fath ibn
Khaqan dan seterusnya. Ketiga, pada bidang musik dan kesenian, di wilayah
Spanyol, Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi
yang dijuluki Zaryab. Dia terkenal sebagai penggubah lagu, dan selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya.28
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai sejarah berakhirnya kekuasaan dan
warisan Dinasti Umayyah dapat ditarik tiga kesimpulan diantaranya; Pertama,
kekuasaan pasca kejayaan Dinasti Umayyah mengalami kemunduran atau
kemerosotan yang terus berkelanjutan, walaupun ada beberapa masa pemerintahan
seperti pada masa kepemimpinan Hisyam bin Abdul Malik dimana pola
pemerintahannya cukup baik, namun pemberontakan oposisi yang begitu kuat
mampu membuat pemerintahannya dikategorikan fase kemunduran. Hingga pada
masa pemerintahan terakhir, Dinasti Umayyah tidak dapat dipertahankan.
Kedua, berakhirnya pemerintahan Dinasti Umayyah bukanlah tanpa sebab,
beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Umayyah tidak lain karena
khalifah-khalifah sepeninggal Umar bin Abdul Aziz memiliki sifat gemar
berfoya-foya dan bermegah-megahan, sehingga tidak mampu memikul tanggung
jawab yang besar sebagai khalifah sebuah pemerintahan yang cakupan wilayahnya
begitu luas. Selain itu, konflik politik Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib r.a, yang
muncul dari awal terbentuknya Dinasti tersebut yang terus meruncing,
menimbulkan pecahnya konsentrasi dalam mengatur sebuah pemerintahan, karena
memunculkan banyak pemberontakan.
Ketiga, sebuah kekuasaan tidak ada yang kekal, namun berakhirnya
kekuasaan juga bukan berarti kekuasaan tersebut tidak memiliki sesuatu yang
dibanggakan. Begitupun pada Dinasti Umayyah, beberapa warisan peradaban
Dinasti Umayyah diantaranya; di bidang arsitektur yaitu didirikannya masjid
Cordova di Spanyol, Umayyah di Damaskus dan Jami Halab, selain itu dibangun
pula Istana Hijau di Miyata pada tahun 704 M. Di bidang militer yaitu
dibentuknya organisasi militer yang terdiri dari angkatan darat (al-Jund) angkatan

28
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, 103.

13
laut (al-Bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-Syurthah) dan diberlakukan
undang-undang wajib militer (nidzam al-Tajdid al-Ijban). Pada bidang
perdagangan atau ekonomi yaitu sebagai Dinasti yang memiliki banyak taklukan,
membuka peluang sebagai jalur perdagangan terbesar dan pada masa Abdul
Malik, diubahnya mata uang Bizantium dan Persia dengan mata uang yang
dicetak sendiri yang memakai tulisan Arab. Pada bidang reformasi fiskal yaitu
melakukan pembenahan keuangan dan memanfaatkan Baitul Mal. Serta pada
bidang budaya yaitu munculnya berbagai kesenian dan karya sastra diantaranya
al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih.

DAFTAR PUSTAKA

14
Al-‘Usairy, Ahmad. Sejarah Islam. terj. Samson Rahman. Jakarta: Akbar Media,
2016.
Al-Azizi, Abdul Syukur. Sejarah Terlengkap Peradaban Islam. Yogyakarta:
Noktah, 2017.
Anwar, Ahmad Masrul. “Pertumbuhan Dan Perkembangan Islam Pada Masa
Umayyah”. Jurnal Tarbiya, Vol. 1, No. 1 (2015).
Dalimunthe, Latifa Annum. “Kemunduran dan Keruntuhan Daulah Bani
Umawiyah di Damaskus dan Andalusia”. Anterior Jurnal, Vol. 13, No. 2
(Juni, 2014).
Farah, Naila. “Perkembangan Ekonomi Dan Administrasi Pada Masa Bani
Umayyah Dan Bani Abbasiyah”. Al-Amwal, Vol. 6, No. 2 (2014).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65143/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y.
https://googleweblight.com/i?u=https://kbbi.web.id/waris&hl=id-ID.
Nur, Muhammad. “Pemerintahan Islam Pada Masa Daulat Bani Umayyah
(Pembentukan, Kemajuan dan Kemunduran)”. Pusaka, Vol. 3, No. 1 (April,
2015).
Rachman, Taufik. “Bani Umyyah dilihat dari Tiga fase (Fase Terbentuk, Kejayaan
dan Kemunduran)”. Sejarah Peradaban Islam, Vol. 2, No. 1 (2018).
Santoso, Thomas. “Kekuasaan dan Kekerasan”. Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik, No. 4 (Oktober, 2001).
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV PUSTAKA SETIA,
2008.
Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. terj.
Hartono Hadikusumo. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1990.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali
Pers, 2014.

15

Anda mungkin juga menyukai