Anda di halaman 1dari 5

KONSEP EKONOMI ISLAM PADA MASA BANI UMMAYAH,

ABBASIYAH, DAN TURKI UTSMANI

Nur Ahmad Ihsan (90100119070)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maju mundurnya peradaban Islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat
islam itu sendiri. Dalam sejarah islam tercatat, bahawa salah satu dinamika umat islam
itu dicirikan oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Umayah dan
Abbasiyah, Umayah dan Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya
memunculkan ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir muslim (Meriyati, 2018).
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat strategis dalam perkembangan
kebudayaan Islam. Peran strategis tersebut terlihat dalam bidang politik ketika mereka
masuk dalam tentara profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja
untuk khalifah-khalifah Bani Abbas. Selama lima abad pemerintahan Turki Usmani,
telah memainkan peranan yang pertama dan satu-satunya dalam menjaga dan
melindungi kaum muslimin. Turki Usmani merupakan pusat Khilafah Islam, karena
merupakan pemerintahan Islam yang terkuat pada masa itu, bahkan merupakan Negara
paling besar di dunia (Suar, 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Ekonomi Pada Masa Dinasti Bani Ummayah?
2. Bagaimana Konsep Ekonomi Pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah?
3. Bagaimana Konsep Ekonomi Pada Masa Dinasti Turki Utsmani?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Konsep Ekonomi Pada Masa Dinasti Bani Ummayah!
2. Untuk Mengetahui Konsep Ekonomi Pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah!
3. Untuk Mengetahui Konsep Ekonomi Pada Masa Dinasti Turki Utsmani!
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Ekonomi Pada Masa Bani Ummayah


Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani
Umayyah, yang dimana sistem pemerintahan Islam yang dulunya bersifat demokrasi
berubah menjadi sistem monarki (Indasari, 2017). Khalifah pertama yang diangkat
setelah masa pemerintahan Khalifah Ali Bin Abi Thalib yaitu Muawiyah Ibn Abi
Sufyan. Muawiyah memulai jabatan khalifahnya pada tahun 661 M./41 H. Sosok
Mualiyah dikenal sebagai seorang yang pandai dalam politikus dan administrator.
Umar bin khattab sendiri pernah menilainya sebagai seorang yang cakap dalam urusan
politik pemerintahan, cerdas dan jujur (Farah, 2014).
Kemudian dari sektor ekonomi, salah satu khalifah yaitu Khalifah Abdul
Malik pada tahun 639 M. Beliau menetapkan peraturaan untuk mencetak uang sendiri
yang dimana kebijakan ini sangat memberikan dampak positif pada masa pemerintahan
Bani Umayyah tersebut. Jika melihat situasi sebelum diberlakukannya, masyarakat
tidak memiliki persatuan dalam hal penggunaan mata uang. Maka setelah
diberlakukannya kebijakan ini pemerintah yang pada saat itu akhirnya memiliki mata
uang sendiri. Adapun khalifah terakhir pada masa Bani Umayyah yaitu Khalifah Umar
bin Abdul Aziz (Huda, 2020).Khalifah Umar bin Abdul Aziz berhasil menerapkan
konsep Welfare State, yaitu negara yang sejahtera, yang dimana dalam konsep ini
memiliki kebijakan untuk merubah taraf hidup masyarakat melalui zakat (Ghozali,
2019).

B. Konsep Ekonomi Pada Masa Bani Abbasiyah


Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah didirikan karena untuk melanjutkan dinasti
Bani Umayyah. Dinamakan Bani Abbasiyah karena pendiri dan penguasa dinasti
tersebut merupakan keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Al-Abbas. Yang berkuasa pada tahun 750-1258 M. Dengan berdirinya dinasti
Abbasiyah, pusat pemerintahan yang awalnya berada di Damaskus dipindahkan ke
Baghdad (Daulay, Haidar Putra, 2020).
Adapun penyebab keberhasilan kaum yang mengharapkan berdirinya khilafah
Bani Abbasiyah ialah karena mereka berhasil menyadarkan kaum muslimin bahwa
Bani Abbasiyah merupakan keluarga yang dekat dengan Nabi Muhammad saw. Dan
sesungguhnya mereka akan mengaplikasikan al – Qur’an dan sunnah rasul dan
menanamkan syari’at Allah. Dasar pemerintahan Bani Abbasiyah dibangun dan
diletakkan pada Abu Al Abbas Dan Abu Ja’far Al manshur, dan pada puncak keemasan
dari dinasti berada pada tujuh khalifah yaitu, Al Mahdi (775–785 M), Al–Hadi (775–
786M), Harun Al-Rasyid (786-809M), Al–Ma’mum (813–833M), Al–Mu’tashim
(833-842M), Al–Wasiq (842-847M) Dan Mutawakkil (847-861M) (Meriyati, 2018).

C. Konsep Ekonomi Pada Masa Turki Utsmani


Masa dinasti yang terakhir setelah Bani Abbasiyah runtuh, dilanjutkan oleh
Turki Usmani. Pada masa pemerintahan Turki Usmani beberapa kebijakan yang
dikeluarkan negara yaitu desentralisasi pajak, kebijakan dalam sektor pertanian, dan
dan mengeluarkan efesiensi pengeluaran. Dalam hal pajak, pemerintah melakukan
pengurangan pajak bagi masyarakat non muslim saat itu. Karena masyarakat yang
beragama nonmuslim saat itu mengeluh kepada pemerintah lantaran harta mereka habis
untuk dibayarkan pajak sebagai perlindungan kebebasan mereka. Maka dari itu pada
pemerintahan Turki Usmani dikeluarkan kebijakan untuk pajak yang dibebankan
kepada masyarakat nonmuslim. Kemudian dalam sektor pertanian pemerintah
mengeluarkan kebijakan pemungutan kharaj bagi non-muslim sebagai salah satu
pemasukan pemerintah dalam membangun perekonomian. Dan yang terakhir dalam hal
efesiensi pengeluaran. Pemerintah pada masa itu sangat memperhatikan betul mengenai
masalah pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan negara untuk keberlangsungan
pemerintahan. Hal ini dilakukan agar tidak serta merta pejabat mengeluarkan biaya
untuk kegiatan-kegiatan yang ada pada masa itu (Suptratman, 2019).
Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting yang menjadi
pusat perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannya. Daerah-daerah yang di
taklukkan menjadi sumber perekonomian kerajaan Turki Utsmani. Hal ini disebabkan
dalam setiap keberhasilan kerajaan mendapatkan rampasan perang, jizyah, dan pajak
sesudahnya. Setelah beberapa abad kerajaan Turki Utsmani memberikan sumbangsih
sejarah sebagai kerajaan Islam yang cukup bersar, yang pernah menguasai sebagian
belahan dunia setelah Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah, kerajaan ini mengalami
kemunduran dari berbagai bidang. Baik itu dalam hal ekonomi. Kebudayaan, bahkan
militer. Kemunduran kerajaan Turki Utsmani mulai tampak setelah meninggalnya
Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada tahun 974 H/1556 M. (Suar, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra, dkk. (2020). Masa Keemasan Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah. Jurnal Kajian Islam Kontemporer (JURKAM), 1(2), 72–77.
https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jurkam/article/view/612

Farah, N. (2014). Perkembangan Ekonomi dan Administrasi pada Masa Bani Umayyah dan
Bani Abbasiyah. Jurnal Al-Amwal, 6(2), 25–49.

Ghozali, A. S. K. dan M. (2019). Konsep Welfare State Pada Kebijakan Umar Bin Abdul
Aziz Sebagai Khalifah Bani Umayyah. Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi Islam, 6(2), 282–
296.

Huda, M. N. (2020). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah. Estoria: Journal of Social Science and Humanities, 1(1), 135–148.
https://doi.org/10.30998/je.v1i1.466

Indasari, D. (2017). Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah.
Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni, 9(2), 55–60.

Meriyati. (2018). Perkembangan Ekonomi Islam pada masa Daulah Abbasiyah. Islamic
Banking: Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah, 4(1), 45–56.
https://doi.org/10.4337/9781849805957.00031

Suar, A. (2020). Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Awal Turki Utsmani. Al-Dzahab, 1(1),
53–71.

Suptratman, F. R. (2019). Waqf System and Socio-Economic Activities in Istanbul in the


Classical Ottoman Period. Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam, 16(2), 188–198.
https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v16i2.5769

Anda mungkin juga menyukai