Anda di halaman 1dari 21

PEMBAHARUAN DI TURKI (PEMBAHARUAN SULTAN MAHMUD II,

TANZIMAT, USMANI MUDA DAN TURKI MUDA)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Mohammad Anang Firdaus, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Nadia Rahmatus Sholihah (21201058)


2. Hulatul Lutfiyah Romadhoni (21201059)
3. Belinda Nabila Putri (21201060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan


rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Makalah ini berjudul Pembaharuan di Turki (Pembaharuan Sultan Mahmud II,
Tanzimat, Usmani Muda dan Turki Muda).

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemikiran Modern Dalam Islam . Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. Mohammad Anang Firdaus, M. Pd. I sebagai dosen mata kuliah
Pemikiran Modern Dalam Islam yang telah banyak memberikan bantuan dengan
arahan dan petunjuk yang jelas. Sehingga mempermudah kami menyelesaikan
tugas ini. Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung selesainya makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun, sehingga makalah ini
bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang Pemikiran Modern Dalam Islam.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Pembaharuan Sultan Mahmud II ............................................................... 2


B. Pembaharuan Tanzimat ............................................................................. 6
C. Pembaharuan Usmani Muda dan Turki Muda .......................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan dalam islam merupakan suatu keharusan yang terjadi
dalam siklus kehidupan tujuan memperbaiki segala persoalan social
keagamaan yang sangat dibutuhkan masyarakat pada saat itu sebagai
akumulasi dari sebab akibat yang terjadi di masyarakat, sehingga
melahirkan tokoh-tokoh pembaharuan yang mengadakan perubahan
terhadap keadaan yang sedang berlangsung walaupun harus berlawanan
dengan faham pemikiran yang ada. Latar belakang kehidupan dan
pengalaman seorang tokoh pembaharu akan mewarnai gerakan
pembaharuan yang dilakukannya seperti adanya perbedaan gerakan
pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani dengan Muhammad Abduh.
Sedangkan pembaharuan di Turki lebih menyokong kekuasaan dengan
melihat Barat sebagai acuannya.
Kelompok Islam militan menghendaki agar semua aspek berjalan
secara Islami, baik menyangkut bidang sosial kemasyarakatan, pendidikan,
maupun kenegaraan. Mereka tetap memperhatikan keterpaduan antara
unsur keagamaan dan kenegaraan. Sebaliknya, kelompok Islam sekuler
menentang pemikiran tersebut dengan merujuk pada historis Turki yang
mengalami kemunduran karena berpegang pada ajaran-ajaran agama yang
membelenggu. Masa kejayaan politik Muslim (khususnya Turki Usmani)
menyebabkan rasa kememadaian (suffiency) kaum muslimin terhadap
Islam begitu tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembaharuan Sultan Mahmud II?
2. Bagaimana pembaharuan Tanzimat?
3. Bagaimana pembaharuan USmani Muda dan Turki Muda?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembaharuan Sultan Mahmud II
2. Untuk mengetahui pembaharuan Tanzimat
3. Untuk mengetahui pembaharuan Usmani Muda dan Turki Muda

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembaharuan Sultan Mahmud II
1. Biografi Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II lahir di Istanbul tanggal 13 Ramadhan 1199 H/
20 Juli 1785 M. ayahnya bernama Sultan Salim III (sultan ke-31).
Mahmud II diangkat menjadi sultan ke-33 dari sultan kerajaan Ottoman
di Turki pada usia 23 tahun, tepatnya pada tanggal 28 Juli 1808
menggantikan kakaknya bernama Sultan Mustafa IV. Sultan Mahmud
II dipandang sebagai pelopor pembaruan di Kerajaan Ottoman
sebanding dengan Muhammad Ali Pasya (1805-1849) yang
mempelopori pembaruan di Mesir. Semasa kecilnya, ia memperoleh
pendidikan tradisional dalam bidang agama, termasuk bidang
pemerintahan, sejarah, dan sastra Arab, Turki, dan Persia. Selain itu ia
juga sangat berpengalaman dalam ilmu geografi, seni, dan ilmu
pengetahuan kemiliteran.
Pada awal pemerintahannya, ia disibukkan dengan peperangan
terutama dalam perang melawan Rusia untuk menentukan daerah-
daerah yang mempunyai wilayah yang luas dan dijadikan sebagai
otonomi besar. Selain itu, ia juga mendapat tantangan dari berbagai
kelompok, baik dari dalam mamupun luar. Adapun tantangan tersebut
datatngnya dari kelompok Janissari yang mempunyai hubungan dengan
Tarekat Bektasyi. Kelompok tersebut mempunyai pengaruh dalam
masyarakat dan kalangan ulama yang memegang kuat tradisi-tradisi
umat islam. Dan akhirnya Sultan Mahmud II berhasil melakukan
pembaruan, dan hal pertama yang menarik perhatiannya yakni
pembaruan di bidang militer.
Sultan Mahmud II wafat di Istanbul tanggal 1 Juli 1839 dalam usia
54 tahun. Tokoh pembaru seperti ia merupakan personifikasi dari ide-
ide dan langkah-langkah pembaruannya. Pembaruan Sultan Mahmud II
selanjutnya melahirkan suatu gagasan dan era baru di kerajaan Ottoman
yang disebut “Tanzimat”.

2
2. Pembaharuan Sultan Mahmud II

Sultan Mahmud II banyak melakukan pembaharuan, berbeda


dengan sultan sebelumnya yang merasa lebih bermartabat sehingga
tidak pantas untuk bergaul dengan rakyat biasa. Oleh karena itu,
sehingga ia hanya mengurung diri di istana segala hal mengenai
pemerintahan ia serahkan kepada bawahannya. Dalam hal ini, Sultan
Mahmud II melakukan dobrakan terhadap tradisi kuno tersebut. Dia
justru mengambil sikap merakyat, egaliter, dan selalu muncul di
hadapan publik. Dalam hal berpakain kerajaan pun ia sederhanakan
dengan menghilangkan tanda kebesaran. Sebaliknya, masyarakat
dianjurkan untuk meninggalkan pakaian tradisional dan beralih ke
pakaian Barat. Menurut Mahmud II cara ini dianggap dapat
menghilangkan perbedaan status yang tampak pada pakaian tradisional.
Beberapa pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II, antara
lain :
a) Di Bidang Pemerintahan
Mahmud II menerapkan beberapa peraturan baru yang
mengenai wewenang dan kekuasaan gubernur (pasya). Pada masa
sultan sebelumnya,gubernur memiliki kekuasaan penuh atas
daerahnya banhkan untuk urusan hukuman mati ia dapat melakukan
dengan isyarat tangan. Dengan adanya peraturan baru, hukuman
mati hanya dapat dijatuhkan oleh hakim. Penyitaan harta milik orang
yang terkena hukuman mati oleh negara juga dihapuskan. Di
samping itu, Mahmud II juga mereformasi sistem kekuasaan lama,
di mana sultan dibantu oleh dua pejabat tinggi dalam mengelola
pemerintahan, yaitu Sadr al-A’zam untuk urusan pemerintahan dan
Sadr al-Islam untuk urusan keagamaan. Tugas Sadr al-A’zam adalah
sebagai wakil sultan apabila sultan berhalangan atau bepergian.
Mahmud II merasa kekuasaan dua pembantunya itu terlalu
berlebih sehingga memutuskan untuk menghapus jabatan tersebut
yang diganti dengan jabatan perdana menteri dan dibawahnya
terdapat beberapa menteri-menteri lainnya. Setiap menteri

3
mengepalai departemen yang sifatnya otonom. Jadi, tugas perdana
menteri adalah sebagai penghubung antara sultan dan para menteri
sehingga kekuasaannya jauh berkurang dibanding Sadr al-A’zam.
b) Di Bidang Pendidikan
Sebelum pemerintahannya corak pendidikan di turki adalah
tradisional. Hanya terdapat lembaga pendidikan berupa madrasah.
Di dalam madrasah juga hanya memberikan pengetahuan mengenai
keagaaman dan tafsir Qur’an. Sementara itu, ilmu pengetahuan
umum tidak banyak diajarkan. Melihat kondisi yang demikian,
Mahmud II mulai menyadari madrasah tradisional perlu dirombak
hingga sesuai dengan perkembangan zaman.
Mahmud II juga merombak kurikulum madrasah dengan
memberikan mata pelajaran pengetahuan umum, namun banyak
lembaga madrasah yang menolak hal tersebut. Maka dari itu,
alternatif yang diambil Mahmud II adalah mulai membangaun
sekolah umum namun madrasah juga tetap berjalan berdampingan.
Sekolah umum yang didirikan Mahmud II di antaranya adalah
Maktab-i Ma’arif dan Maktab-i Ulum-i Adabiyat-i. Kedua sekolah
ini menerima lulusan madrasah yang bermutu tinggi. Adapun
pelajaran yang diberikan di sekolah tersebut meliputi bahasa
Perancis, ilmu ukur, sejarah, ilmu politik, dan bahasa Arab. Sekolah
tersebut mendidik siswa untuk menjadi pegawai administrasi dan
menyediakan penerjemah-penerjemah bagi pemerintah.
Sultan Mahmud II, di samping mengadakan lembaga-
lembaga pendidikan dalam rangka mencerdaskan masyarakatnya
dan memajukan daulah Turki Usmani, juga memberikan beasiswa
untuk masyarakat bisa belajar ke eropa.1 Hal ini dilakukan agar
mereka bisa mengambil ilmu di sana dan kemudian dikembangkan
jika sudah kembali. Disamping itu Sultan Mahmud II mendirikan
pula sekolah militer,sekolah teknik, sekolah kedokteran yang

1
Vivi Levia Polyta K and Lutfiah Ayundasari, “Pembaharuan Pendidikan Islam Di Turki Usmani
Pada Masa Pemerintahan Sultan Mahmud Tahun 1784-1839 M,” Jurnal Integrasi Dan Harmoni
Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 1, no. 1 (2021), 57–59.

4
didirikan pada tahun 1827, dan sekolah pembedahan, dan pada 1834
didirikian sekolah akademi militer.2
c) Di Bidang Militer
Militer adalah salah satu kekuatan yang menopang eksisnya
Turki Usmani, terutama setelah terbentuknya Yenissari. Sultan
Mahmud II yang menyadari kekuatan Yenissari merasa bahwa
Yenissari adalah ancaman bagi pemerintahannya. Hal ini
ditunjukkan oleh fakta sejarah bahwa Yenissari pernah melakukan
pemberontakan-pemberontakan kepada Sultan, yakni pada tahun
1525 di masa Sultan Sulaiman; tahun 1632 di masa Sultan Murad
IV; tahun 1727 di masa Sultan Ahmad IV, dan terakhir pada masa
Sultan Mahmud II sendiri. Mereka tak segan-segan membunuh
sultan yang mereka jatuhkan seperti Sultan Salim III.
Bentroknya Yenissari dengan para sultan biasanya
disebabkan karena sultan ingin melakukan pembaruan di bidang
militer. Hal ini dikarenakan dalam beberapa kali pertempuran
Yenissari mengalami kekalahan dan tidak setangguh pada masa
sebelumnya. Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran dan tidak
disetujui oleh Yenissari. Menurut penulis mereka (Yenissari) tidak
menghendaki adanya perubahan dikarenakan mereka takut
kehilangan posisi dan status istimewa yang selama ini mereka
peroleh. Namun, pemberontakan terakhir yang mereka lakukan
terhadap Sultan Mahmud II justru menjadi sumber petaka dengan
dibubarkannya Yenissari oleh Sultan Mahmud II.
Mulanya Mahmud II bermaksud untuk menciptakan
angkatan bersenjata dan birokrasi yang kuat, sebagaimana Mahmud
II melihat Eropa.17 Pada tahun 1826 Mahmud II membentuk korp
tentara baru yang diasuh oleh pelatih-pelatih yang dikirim oleh
Muhammad Ali Pasya dari Mesir. Usaha ini awalnya disetujui oleh
perwira tinggi Yenissari, tetapi ditolak oleh para perwira rendah.

2
Nia Wardhani, “Pola Pembaharuan Pendidikan Islam Di Turki,” JURNAL AZKIA : Jurnal Aktualisasi
Pendidikan Islam 19, no. 1 (2022), 84.

5
Beberapa hari sebelum korp militer baru ini diresmikan, Yenissari
melakukan pemberontakan. Menghadapi situasi demikian Mahmud
II mengambil langkah memerintahkan pengepungan dan
penghancuran tentara Yenissari yang memberontak.
Pertumpahan darah tidak dapat dielakkan. Kurang lebih
seribu anggota Yenissari terbunuh. Markasmarkas mereka
dihancurkan, penyokong-penyokong mereka dari golongan sipil
ditangkap, termasuk tarekat Bektasyi yang banyak memiliki anggota
dari kalangan Yenissari dibubarkan. Dengan hilangnya Yenissari
dan dihapusnya tarekat Bektasyi menyebabkan lemahnya golongan
ulama. Ulama yang termasuk dalam ulama anti pembaruan
pengaruhnya nyaris hilang. Hal ini membawa dampak mulusnya
usaha-usaha pembaruan yang dilancarkan golongan properubahan,
termasuk di antaranya di bidang pendidikan.
B. Pembaharuan Tanzimat
`Tanzimat secara harfiah berarti reorganisasi Kesultanan
Utsmaniyah (KekaisaranOttoman), merupakan suatu periode reformasi
yang diawali pada tahun 1839 dan berakhir dengan dimulainya Era
Konstitusional Pertama pada tahun 1876. Era reformasi Tanzimat ditandai
dengan adanya berbagai upaya untuk memodernisasi Kesultanan
Utsmaniyah dan mengamankan integritas teritorialnya terhadap gerakan-
gerakan nasionalis dari dalam dankekuatan agresif dari luar negara tersebut.
Reformasi ini mendorong paham Ottomanisme diantara berbagai kelompok
etnis yang beragam di Kesultanan Utsmaniyah dan berupaya untuk
membendung gelombang gerakan-gerakan nasionalis di dalam Kesultanan
Utsmaniyah.
Usaha-usaha pembaharuan berikutnya dilakukan oleh kelompok
intelektual yang dikenal dengan gerakan Tanzimat (1834-1871). Tujuan
utama gerakan ini ialah mengatur,menyusun serta memperbaiki struktur
organisasi pemerintahan, termasuk bidang ekonomi,pendidikan dan
kebudayaan. Selanjutnya, usaha pembaharuan juga dilakukan oleh gerakan
Usmani Muda dan Turki Muda. Tujuan utama dua gerakan ini adalah

6
mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan
konstitutional. Dan inilahsebenarnya yang menjadi obyek setiap gerakan
pembaharuan di kerajaan Usmani. Sedangkan bidang lainnya hanyalah
merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem pemerintahan.3
1. Faktor Yang Menyebabkan Tanzimat
Dengan demikian Tanzimat merupakan periode atau gerakan
pembaharuan pada Kerajaan Usmani. Periode atau gerakan tersebut
dimulai sejak tahun 1839, ketika Sultan Abdul Majid naik tahta
menggantikan ayahnya Sultan Mahmud II dan berakhir pada tahun
1871 dengan wafatnya Ali Pasya. Munculnya Tanzimat disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya:
1) Hukum kerajaan usmani tidak disenangi oleh orang-orang Eropa,
di berlakukannya hukum fiqhi yang menetapkan hukuman mati
bagi orang-orang Eropa yang murtad setelah masuk Islam yang
berada di wilayah Kerajaan .
2) Para tokoh Tanzimat ingin membatasi kekuasaan Sultan Turki
yang absolut.
3) Desakan Eropa terhadap Kerajaan Usmani untuk melindungi orang-
orang Eropa yang berada dalam wilayah Kerajaan Usmani.
Absolutisme Sultan dianggap sebagai sebab kemunduran Kerajaan
Usmani. Tujuan eradan gerakan Tanzimat adalah memajukan
Kerajaan Usmani membuat sistem hokum resmi yang menjamin
kebebasan dan kesamaan hak rakyat, menciptakan Turki Modern,
memberikan fasilitas terhadap perkembangan ekonomi, dan
mendorong perkembangan lembaga-lembaga kebudayaan modern.4
Tanzimat melahirkan 2 (dua) piagam, yaitu Piagam Gulhane
(Hatt-i Syerif Gulhane) dan Piagam Humayun (Hatt-i Humayun). Piagam
Gulhane dikeluarkan oleh Sultan Abdul Majid pada tahun 1839, atas
pengaruh Mehmed Sadik Rifat Pasya, Piagam Humayun diumumkan pada
tahun 1856 yang pada dasarnya memperkuat Piagam Gulhane.5
2. Tokoh-Tokoh Pencetus Tanzimat
a. Mustafa Rasyid Pasya (1800-1858)
Pendidikan di zaman Tanzimat adalah Mustafa Rasyid Pasya,
ia lahir di Istanbul padatahun 1800. Ia memperoleh pendidikan di
Madrasah kemudian menjadi pegawai pemerintah.Mustafa Rasyid
Pasya pada tahun 1834 diangkat menjadi Duta Besar untuk daerah
Perancis.Selain itu, ia juga pernah diangkat menjadi Duta Besar

3
Asni, Suhartini Syukri, and Imelda Wahyuni, “Vol. 6, No. 1, Juli 2020 : Jurnal Pemikiran Islam,”
Jurnal Pemikiran Islam 6, no. 1 (2020), 20–37.
4
Wahyudin Mursidin, “Tokoh-Tokoh Usmani Muda Dan Ide-Ide Modern Dalam Islam,” (2022).
5
Luqman Al Hakim, Muhammad Munzir Azyumardi, and Muhammad Lutfi, ‘Upaya Sultan Abdul
Hamid Ii Dalam Meminimalisir Sekularisme Turki Utsmani’.

7
Kerajaan Utsmani di beberapa negara lain. Oleh karena itu, ia
merekam faktor-faktor kemajuan di negara-negara Barat. Setelah itu
di panggil pulang untuk menjadi Menteri Luar Negeri dan akhirnya
diangkat menjadi perdana Menteri. Usaha mencarinya yang
terpenting adalah pemusatan pemerintahan dan modernisasi
angkatan bersenjata pada tahun 1839.6
b. Mehmed Sadik Rifat Pasya (1807-1856)
Ide-ide pembaharuan Sadik Rif’at Pasya banyak
dipengaruhi oleh ide persamaan (egalite’), persaudaraan
(fraternite’) dan kebebasan (Li berte’) yang ditimbulkan oleh
revolusi Prancis, dan ia ingin memasukkan ide-ide itu didalam
masyarakat Usmani. Ia berpendapat bahwa kerajaan Usmani
dapat maju kembali apabila negara mementingkan pengembangan
ilmu pengetahuan dan pembangunan dalam lapangan ekonomi
dan industri. Akan tetapi sebelumnya, perlu diwujudkan
perdamaian dengan negara-negara lain dan memantapkan keamanan
serta ketertiban dalam negeri. Untuk mencapai hal tersebut,
pemerintah haruslah didasarkan pada kepentingan rakyat dan
kekuasaan absolut Sultan perlu dibatasi. Oleh karena itu, perlu
diadakan Undang-undang dan peraturan yang harus dipatuhi
Sultan dan para pembesar negara. Negara haruslah merupakan
negara hukum. Pemerintah haruslah memikirkan kesejahteraan
rakyat. Untuk itu pertanian dan perdagangan perlu ditingkatkan.
Kepentingan rakyat perlu diperhatikan, dan oleh karena itu rakyat
harus dijamin dan keadilan didirikan.
c. Mustafa Sami (wafat 1855)
Mustafa Sami Pasya memiliki banyak pengalaman di luar
negeri antara lain di Roma, Wina, Berlin, Brussel, London, Paris dan
negara lainnya sebagai pegawai dan duta. Hal ini juga memiliki
kontribusi yang sangat besar atas pemikiran-pemikirannya. Menurut
pendapat Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa terletak pada
keunggulan mereka lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu juga Mustafa Sami Pasya menciptakan bahwa di Barat
maju mereka melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama, mereka juga
tidak membuang begitu saja peradaban yang sudah ada di alam, ia
melihat adanya ketersambungan antara masa sekarang dan masa
lalu, disamping pendidikan. universal bagi pria dan wanita sehingga
umumnya orang Eropa pandai membaca dan menulis. Selanjutnya ia
mengatakan bahwa apabila ingin maju, Turki harus melakukan hal-
hal yang sama.7
d. Ali Pasya (1815-1871) dan Fuad Pasya (1815-1869)

6
Khaliq Khaliq, Indo Santalia, and Wahyuddin Wahyuddin, ‘Tokoh Utsmani Muda Dan Ide
Pembaharuannya’, Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur’an Dan Tafsir, 7.2 (2022), 1–11.
7
Wahdiah Wahdiah and Syamsan Syukur, ‘Pembaruan Pemikiran Pendidikan Usmani Muda Di
Turki’, Al-Tadabbur, 8.1 (2022), 23–34

8
Kedua tokoh ini merupakan murid Mustafa Rasyid Pasha' dan
mereka mendahului Tanzimat pasca-Piagam Humayun. Mereka
melakukan usaha-usaha antara lain menyempurnakan hukum
pidana, hukum dagang, dan hukum maritim; mengeluarkan undang-
undang yang hak kepada orang asing untuk memiliki tanah di
Keultanan Turki Utsmani (1867), mendirikan Mahkamah Agung,
dan membuka Sekolah Galatasaray yang mengajarkan pendidikan
umum dan bahasa Perancis. Piagam Hatti Humayun juga berisi
tentang aturan-aturan yang sangat merugikan umat Islam.
Diantaranya: Orang-orang Islam yang masuk Kristen tidak boleh
lagi dipaksa masuk Islamlagi, tapi sebaliknya, orang-orang Kristen
yang masuk Islam harus kembali pada agama sebelumnya, yaitu
agama Kristen. Dalam keadaan tertentu, orang-orang asing juga
diizinkan mengakui kepemilikan tanah, tahunan disediakan serta
menghapuskan segala penipuan.Kemudian, orang-orang Islam
memprotes keras adanya undang-undang baru tersebut, karena di
dalamnya keistimewaan-keistimewaan yang semula ditetapkan
Islam dihapuskan. Akan tetapi, dalam hal ini umat Kristen mendapat
keuntungan yang besar. Karena dalam Piagam Hatti Humayun ini
menghapuskan segala referensi tentang Syariat Islam.8
Pembaharuan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh di pandangan
zaman tanzimat itu semua mendapat dukungan bahkan mendapat kritikan
baik dari dalam atau di luar Kerajaan Usmani karena-gerakan tanzimat
untuk mewujudkan gagasan liberalisme Barat dan meninggalkan pola dasar
syariat, hal ini salah satu sebab yang utama sehingga gerakan tanzimat
mengalami kegagalan dalam usahanya.9

C. Pembaharuan Usmani Muda dan Turki Muda


Usmani Muda
Sebagaimana dikatakan bahwa pembaharuan yang diusahakan
dalam tanzimat belumlah mendapat hasil sebagaimana yang diharapkan,
bahkan mendapat kritikan-kritikan dari luar kaum cendekiawan. Kegagalan
oleh tanzimat dalam mengganti konstitusi yang absolut merupakan cambuk
untuk usaha-usaha selanjutnya. Untuk mengubah kekuasaan yang absolut
maka timbullah usaha atau gerakan dari kaum cendikiawan melanjutkan

8
Muhammad Khalis Ibrahim And Mohd Roslan Mohd Nor, ‘Sekularisasi Dalam Perundangan
Turki Dan Kesannya Terhadap Masyarakat: Secularization in Turkish Legislation and Its Impacts
on Society’, MANU Jurnal Pusat Penataran Ilmu Dan Bahasa (PPIB), 28 (2018), 153–70.
9
Khaliq, Santalia, And Wahyuddin, “Tokoh Utsmani Muda Dan Ide Pembaharuannya.”

9
usaha-usaha tanzimat. Gerakan ini dikenal dengan Young Ottoman-Yeni
Usmanilar (Gerakan Usmani Muda) yang didirikan pada tahun 1865.
Usmani muda pada asalnya merupakan perkumpulan manusia yang
didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan
absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. Setelah
rahasia terbuka pemuka-pemukanya lari ke Eropa di tahun 1867 dan
disanalah gerakan mereka memperoleh nama Usmani Muda. Para tokoh
Usmani Muda banyak yang melakukan gerakan rahasia dalam menentang
kekuasaan absolut Sultan. Namun sikap politik mereka itu akhirnya
diketahui oleh Sultan. Akhirnya mereka banyak yang pergi ke Eropa dan
disana mereka menyusun kekuatan. Maka setelah situasi Turki aman
kembali, mereka pun banyak yang pulang ke tanah air dan meneruskan cita-
cita mereka, terutama tentang ide-ide pembaharuan.10
Beberapa tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang
demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi
kekuasaan rakyat bukan kekuasaan absolut. Diantara tokoh itu ialah: Zia
Pasya, Nanik Kemal, dan Midhat Pasya.11
1) Zia Pasya
Zia pasya lahir pada tahun 1825 di Istanbul dan meninggal dunia
pada tahun 1880. Ia anak seorang pegawai kantor beacukai di Istanbul.
Pendidikannya setelah selesai sekolah di Sulaemaniye yang didirikan Sultan
Mahmud II dalam usia muda dia diangkat menjadi pegawai pemerintah,
kemudian atas usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 ia diterima
menjadi salah seorang sekretaris Sultan. Disinilah ia dapat mengetahui
tentang sistem dan cara Sultan memerintah dengan otoriter. Untuk
keperluan tugas barunya, ia mempelajari bahasa Perancis dan dalam waktu
yang singkat ia menguasai dan dapat menerjemahkan buku-buku Perancis
ke dalam bahasa Turki. Karena terjadi kesalahpahaman dengan Ali Pasya

10
Harahap, H. S. Pembaharuan pendidikan Islam di Turki. Hibrul Ulama, 1(1), (2019),18-33.
11
Muvid, Muhamad Basyrul. n.d. “Sejarah Kerajaan Turki Utsmani dan Kemajuannya Bagi Dunia
Islam.

10
maka ia pergi ke Eropa pada tahun 1867 dan tinggal disana selama lima
tahun.

Usaha-usaha pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani


menurut pendapatnya harus dengan sistem pemerintahan konstitusional,
tidak dengan kekuasaan absolut. Menurutnya negara Eropa maju
disebabkan tidak terdapat lagi pemerintahan yang absolut, semuanya
dengan sistem pemerintahan konstitusional. Dalam sistem pemerintahan
konstitusional harus ada Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian Zia
mengemukakan hadis ”Perbedaan pendapat dikalangan umatku merupakan
rahmat dari Tuhan”, sebagai alasan untuk perlu adanya Dewan Perwakilan
Rakyat, dimana perbedaan pendapat itu ditampung dan kritik terhadap
pemerintah dikemukakan untuk kepentingan umat seluruhnya. Sebagai
orang yang taat menjalankan agama Islam.
Zia sebenarnya tidak sepenuhnya setuju terhadap pembaharuan yang
hanya mencomot ide-ide Barat tanpa sikap kritis. Itulah sebabnya dia lebih
melihat kesesuaian antara kepentingan rakyat dengan ide pembaharuan
yang datangnya dari Barat. Dalam hal demikian, ia juga tidak sependapat
dengan orang yang mengatakan bahwav agama Islam dapat dianggap
sebagai penghalang kemajuan.
2) Midhat Pasya
Nama lengkapnya Hafidh Ahmad Syafik Midhat Pasya, lahir pada
tahu 1822 di Istanbul. Pendidikan agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri.
Dalam usia sepuluh tahun ia telah hafal Al-Quran, oleh karena itu ia digelari
Al-Hafidh. Pendidikannya yang tertinggi adalah pada Universitas Al-Fatih.
Dia termasuk tokoh Usmani Muda yang mempunyai peranan cukup penting
dalam ide pembaharuan. Ia anak seorang hakim agama yang dalam usia
belasan tahun sudah menjadi pegawai di Biro Perdana Menteri. Tahun 1858
ia diberikan kesempatan untuk berkunjung ke Eropa selama enam bulan.
Setelah itu beberapa saat kemudia, ia diangkat menjadi gubernur di berbagai
daerah. Dengan kemampuan dan kecakapan yang luar biasa akhirnya Sultan
mengangkatnya menjadi Perdana Menteri tahun 1872.

11
Ketika Sultan Abdul Hamid berkuasa menggantikan Sultan Murad
V, ia diangkat kembali menjadi Perdana Menteri. Saat itu ada perjanjian
langsungbahwa Sultan akan memberikan sokongan atas gerakan-
gerakannya. Sultan juga nampaknya memberi angin segar atas
pembaharuan kelompok Usmani Muda.
Beberapa langkah pembaharuan itu, seperti memperkecil kekuasaan kaum
eksekutif dan memberikan kekuasaan lebih besar kepada kelompok
legislatif. Golongan ini juga berusaha menggolkan sistem konstitusi yang
sudah ditegakkan dengan memakai istilah terma-terma yang islami, seperti
musyawarah untuk perwakilan rakyat, bai’ah untuk kedaulatan rakyat dan
syariah untuk konstitusi. Dengan usaha ini sistem pemerintahan Barat
lambat laun dapat diterima kelompok ulama dan Syaikh Al-Islami yang
sebenarnya banyak menentang ide pembaharuan pada masa sebelumnya.
Tanggal 23 Desember 1876 konstitusi yang bersifat semi-otokrasi di
tanda tangani oleh Sultan Abdul Hamid. Isi dari konstitusi ini sebagian besar
masih belum mencerminkan langkah nyata dari pembaharuan sistem
pemerintahan, karena kekuasaan Sultan masih demikian besar. Salah satu
contoh adalah pasal 113 dari Undang-Undang yang dibuat, berbunyi bahwa
dalam keadaan darurat Sultan boleh memberikan pengumuman tertentu, dan
boleh menangkap atau mengasih orang-orang yang dianggap
membahayakan kepentingan negara. Jadi, dari bunyi pasal tersebut Sultan
masih diberi wewenang besar untuk menjalankan keputusan yang bersifat
mutlak. Justru pasal ini nanti digunakannya untuk menangkap orang-orang
yang tidak disenangi Sultan, termasuk diantaranya tokoh Usmani Muda
Midhat Pasya ini.
3) Namik Kemal
Beliau termasuk pemikir terkemuka dari Usmani Muda, lahir pada
tahun 1840 di Tekirdag. Dia berasal dari keluarga nigrat. Orangtuanya
menyediakan pendidikan di rumah disamping pelajaran bahasa Arab,
Persia, juga diberikan bahasa Perancis. Oleh karena itu, dalam usia yang
sangat muda ia sudah menguasai berbagai bahasa. Dalam usia belasan tahun

12
dia diangkat menjadi pegawai kantor penerjemah dan kemudian
dipindahkan menjadi pegawai di istana Sultan.
Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibrahim Sinasih
(1826-1871) yang berpendidikan Barat dan banyak mempunyai pandangan
modernisme. Nanik mempunyai jiwa Islami yang tinggi, sehingga walaupun
ia berpengarug pemikiran Barat namun masih menjunjung tinggi moral
Islam dalam ide-ide pembaharuannya, menurutnya Turki saat ini mundur
karena lemahnya politik dan ekonomi.
Untuk bisa memajukan ekonomi dan politik Turki harus ada
perubahan dalam sistem pemerintahan. Untuk mewujudkan sistem
pemerintahan yang ideal, penguasa harus menjunjung tinggi kepentingan
rakyat. Karena kepentingan rakyat menjadi asas negara, maka negara mesti
demokratis, yaitu pemerintahan yang didasarkan atas dukungan dan
kepentingan. Yang dikehendaki oleh Nanik Kemal adalah pemerintahan
demokrasi dan pemerintahan serupa ini menurut pendapatnya tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Negara Islam yang dibentuk dan
dipimpin oleh empat khalifah besar, sebenarnya mempunyai corak
demokrasi.
Sistem bai’ah yang terdapat dalam pemerintahan Khilafah pada
hakikatnya merupakan kedaulatan rakyat. Melalui bai’ah rakyat
menyatakan persetujuan mereka tas pengangkatan khalifah yang baru.
Dengan demikian. bai’ah merupakan kontrak sosial dan kontrak yang terjadi
antara rakyat dan khalifah itu dapat dibatalkan jika khalifah mengabaikan
kewajiban-kewajibannya sebagai Kepala Negara.
Di dalam Islam ada ajaran yang disebut al-maslahah al-’ammah dan
ini sebenarnya adalah maslahat umum. Khalifah tidak boleh mengambil
sikap atau tindakan yang bertentangan dengan maslahat umum. Maslahat
umum oleh karena itu merupakan suatu bentuk dari pendapat umum.
Khalifah harus selalu memperhatikan dan menghormati pendapat umum.
Lebih lanjut lagi, musyawarah dasar penting dalam soal pemerintahan
dalam Islam. Sistem musyawarah ini memperkuat corak demokrasi

13
pemerintah Islam. Pembuat hukum dalam Islam ialah kaum ulama yang
melaksanakan hukum adalah pemerintah.
Dengan membawa argumen-argumen seperti diatas, Namik Kemal
berpendapat bahwa sistem pemerintahan konstitusional tidaklah merupakan
bid’ah dalam Islam. Diantara ide-ide lain yang dibawa Namik terdapat cinta
tanah air Turki, tetapi seluruh daerah kerajaan Usmani. Konsep tanah airnya
tidak sempit. Sebagai orang yang dijiwai ajaran Islam, ia melihat perlunya
diadakan persatuan seluruh umat Islam di bawah pimpinan Kerajaan
Usmani, sebagai negara Islam yang terbesar dan terkuat di waktu itu.
Turki Muda

Setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya gerakan


Usmani Muda, maka Sultan Abdul Hamid memerintah dengan kekuasaan
yang lebih absolut. Kebebasan berbicara dan menulis tidak ada. Dalam
suasana yang demikian timbullah gerakan oposisi terhadap pemerintah yang
obsolut Sultan Abdul Hamid sebagaimana halnya di zaman yang lalu
dengan Sultan Abdul Aziz. Gerakan oposisi dikalangan perguruan tinggi,
mengambil bentuk perkumpulan rahasia, dikalangan cendekiawan dan
pemimpin-pemimpinnya lari ke luar negeri dan disana melanjutkan oposisi
mereka dan gerakan di kalangan militer menjelma dalam bentuk komite-
komite rahasia. Oposisi berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenal
dengan nama Turki Muda.

Tokoh-tokoh Turki Muda, antara lain adalah Ahmad Riza (1859-


1930), Mehmed Murad (1853-1912) dan Pangeran Sahabuddin (1887-
1948).

1) Ahmad Riza
Ahmad Riza adalah anak seorang bekas anggota parlemen bernama
Injilis Ali. Dalam pendidikannya ia sekolah di pertanian untuk kelak dapat
bekerja dan berusaha mengubah nasib petani yang malang dan studinya ini
diteruskan di Perancis sekembalinya ia dari perancis ia bekerja di
kementerian pertanian, tapi ternyata hubungan pemerintah dengan petani
yang miskin sedikit sekali, karena kementerian itu lebih disibukkan dengan

14
birokrasi. Kemudia ia pindah ke kementerian pendidikan namun disini juga
disibukkan dengan birokrasi tapi kurang disibukkan dengan pendidikan.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Riza antara lain adalah
ingin mengubah pemerintahan yang absolut kepada pemerintahan
konstitusional. Karena menurutnya akan menyeleamatkan Kerajaan Usmani
dari keruntuhan adalah melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan positif
dan bukan dengan teologi atau metafisika. Adanya dan terlaksananya
program pendidikan yang baik akan berhajat pada pemerintahan yang
konstitusional.
2) Mehmed Murad (1853-1912)
Mehmed Murad berasal dari Kaukasus dan lari ke Istanbul pada
tahun 1873 yakni setelah gagalnya pemberontakan Syekh Syamil di daerah
itu. Ia belajar di Rusia dan disanalahia berjumpa dengan ide-ide barat,
namun pemikiran Islam berpengaruh pada dirinya. Ia berpendapat bahwa
bukanlah Islam yang menjadi penyebab mundurnya Kerajaan Usmani, dan
bukanlah pula rakyatnya, namun sebab kemunduran ituterletak pada Sultan
yang memerintah secara absolut. Oleh karena itu, menurutnya kekuasaan
Sultan harus dibatasi. Dalam hal ini dia berpendapat bahwa musyawarah
dalam Islam sama dengan konstitusional di dunia Barat. Ia mengusulkan
didirikan satu Badan Pengawas yangtugasnya mengawasi jalannya undang-
undang agar tidak dilanggar oleh pemerintah. Disamping itu diadakan pula
Dewan syariat agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil negara
islam di Afrika dan Asia dan ketuanya Syekh Al-Islam Kerajaan Usmani.
3) Pangeran Sahabuddin (1887-1948)
Pangeran Sahabuddin adalah keponakan Sultan Hamid dari pihak
ibunya, sedang dari pihak bapaknya adalah cucu dari Sultan Mahmud II,
oleh karena itu ia keturunan raja. Namun ibu dan bapaknya lari ke Eropa
menjauhkan diri dari kekuasaan Abdul Hamid, maka dengan demikian
kehidupan Sahabuddin lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Barat.
Menurutnya yang pokok adalah perubahan sosial, bukan
penggantian Sultan. Masyarakat Turki sebagaimana masyarakat Timur
lainnya mempunyai corak kolektif, dan masyarakat kolektif tidak mudah

15
berubah dalam menuju kemajuan. Dalam masyarakat kolektif orang tidak
percaya diri sendiri, oleh karena itu ia tergantung pada kelompok atau suku
sedangkan masyarakat yang dapat maju menurutnya adalah masyarakat
yang tidak banyak bergantung kepada orang lain tetapi sanggup berdiri
sendiri dan berusaha sendiri untuk mengubah keadaannya.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sultan Mahmud II lahir di Istanbul tanggal 13 Ramadhan 1199 H/
20 Juli 1785 M. Sultan Mahmud II wafat di Istanbul tanggal 1 Juli 1839
dalam usia 54 tahun. Tokoh pembaru seperti ia merupakan personifikasi dari
ide-ide dan langkah-langkah pembaruannya. Pembaharuannya di bidang
pemerintah, pendidikan, dan militer. Tanzimat secara harfiah berarti reorganisasi
Kesultanan Utsmaniyah (KekaisaranOttoman), merupakan suatu periode reformasi
yang diawali pada tahun 1839 dan berakhir dengan dimulainya Era Konstitusional
Pertama pada tahun 1876. Tokoh-tokoh pencetus tanzimat Mustafa Rasyid Pasya,
Mehmed Sadik Rifat Pasya, Mustafa Sami, Ali Pasya.

Usmani muda pada asalnya merupakan perkumpulan manusia yang


didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan
absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional. Beberapa
tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang demokrasi dan
konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat
bukan kekuasaan absolut. Diantara tokoh itu ialah: Zia Pasya, Nanik Kemal,
dan Midhat Pasya. Setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya
gerakan Usmani Muda, maka Sultan Abdul Hamid memerintah dengan
kekuasaan yang lebih absolut. Oposisi berbagai kelompok inilah yang
kemudian dikenal dengan nama Turki Muda. Tokoh-tokoh Turki Muda,
antara lain adalah Ahmad Riza (1859-1930), Mehmed Murad (1853-1912)
dan Pangeran Sahabuddin (1887-1948).

17
DAFTAR PUSTAKA
Asni, Suhartini Syukri, and Imelda Wahyuni :" Jurnal Pemikiran Islam" 6, no. 1
(2020).
Hakim, Luqman Al, Muhammad Munzir Azyumardi, and Muhammad Lutfi.
“Upaya Sultan Abdul Hamid Ii Dalam Meminimalisir Sekularisme Turki
Utsmani,”
Harahap, H. S. Pembaharuan pendidikan Islam di Turki. Hibrul Ulama, 1(1)
(2019).
Ibrahim, Muhammad Khalis, And Mohd Roslan Mohd Nor. “Sekularisasi Dalam
Perundangan Turki Dan Kesannya Terhadap Masyarakat: Secularization in
Turkish Legislation and Its Impacts on Society.” MANU Jurnal Pusat
Penataran Ilmu Dan Bahasa (PPIB) 28 (2018).
K, Vivi Levia Polyta, and Lutfiah Ayundasari. “Pembaharuan Pendidikan Islam
Di Turki Usmani Pada Masa Pemerintahan Sultan Mahmud Tahun 1784-
1839 M.” Jurnal Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 1, no. 1
(2021).
Khaliq, Khaliq, Indo Santalia, and Wahyuddin Wahyuddin. “Tokoh Utsmani
Muda Dan Ide Pembaharuannya.” Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-
Qur’an Dan Tafsir 7, no. 2 (2022).
Mursidin, Wahyudin. “Tokoh-Tokoh Usmani Muda Dan Ide-Ide Modern Dalam
Islam,” 2022.
Muvid, Muhamad Basyrul. n.d. “Sejarah Kerajaan Turki Utsmani dan
Kemajuannya Bagi Dunia Islam.”
Wahdiah Wahdiah and Syamsan Syukur, ‘Pembaruan Pemikiran Pendidikan
Usmani Muda Di Turki’, Al-Tadabbur, 8.1 (2022).

Wardhani, Nia. “Pola Pembaharuan Pendidikan Islam Di Turki.” Jurnal Azkia :


Jurnal Aktualisasi Pendidikan Islam 19, no. 1 (2022).

18

Anda mungkin juga menyukai