Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA TURKEY

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah

Politik Islam Modern Pada Program Studi Hukum Tata Negara

Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone

Oleh :

IMELDA MARSHELYNA
NIM. 742352022107
AYU PARAMITA ARDIANTI
NIM. 742352022118
MUH. HEDRIANSYAH
NIM. 742352022125
M. REZA FAHREZY
NIM. 742352022126

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah swt kepada Rasulullah

saw atas berbagai nikmat, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penyusun

mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah

Politik Islam Modern. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami cara kerja

dari apa yang telah kami buat. Dengan ini kami berharap agar materi kami buat dapat

memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Untuk itu, kepada dosen, kami meminta masukan demi perbaikan

pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik

dan saran dari para pembaca. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak. Semoga hal yang

telah kami sampaikan bisa bermanfaat bagi pembaca serta memberikan inspirasi baru

dan memperoleh ibrah pada makalah yang kami susun.

Watampone, 11 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Korelasi Islam dan Turki dari Historis .........................................................4

B. Perubahan Ideologi Keislaman Turki...........................................................7

C. Politik Turki Era Erdogan ..........................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................................................15

B. Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Turki merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang terletak

antara Eropa dan Asia. Secara geografis berbatasan langsung dengan 900 km bagian

Tenggara Suriah dan Yunani sebagai batas wilayah Barat sehingga memiliki akses

yang strategis antara gerbang Timur dan Barat. Turki merupakan salah satu Negara dari

sekian banyak Negara Islam di dunia. Turki memiliki banyak peninggalkan sejarah

kejayaan peradaban Islam dimasa lalu, ketika negara tersebut masih berbentuk

Kesultanan atau sering disebut dengan kesultanan Turki Usmani. Pada 1923, Mustafa

Kemal Ataturk berhasil merubah sistem pemerintahan Turki menjadi Republik dan

menjauhkan faktor agama dari sistem pemerintahan. Dibawah pemerintahan Mustafa

Kemal Ataturk, Turki memiliki ideologi yang biasa disebut dengan Kemalis. Kemalis

sendiri terdiri dari enam bagian dalam ideologi ini, yaitu Republicanism, Nationalism,

Populism, Revolusionism,dan Secularism.1

Ideologi-ideologi tersebut menjadi prinsip dasar atas Republik Turki yang

baru. Dari keenam ideologi tersebut, Sekularisme melandasi sebagian besar


karakteristik pemerintahan Turki. Sekularisme dikenal dengan adanya pemisahan

antara negara dan agama.2 Dalam sejarah perjalanan Islam, kondisi politik

pemerintahan Islam mengalami pasang surut. Kadang maju kadang pula mundur,

terutama pada masa pertengahan (1250-1800). Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada


periode klasik telah dihancurkan oleh tentara Mongol dan mengakibatkan runtuhnya

1
Hashem N, Islam, Sekularisme, dan Demokasi Liberal (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h. 67.
2
Ali Mukti, Islam dan Sekulerisme di Turki Modern (Jakarta: Djambatan, 2010), h. 36.

1
2

Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Runtuhnya kekhalifahan ini mengakibatkan

kekuasaan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaan

Islam terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang satu dengan lainnya

saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam dihancurkan

oleh tentara-tentara Mongol. Kondisi politik tersebut terusberlangsung hingga muncul

dan berkembangnya tiga kerajaan besaryang di antaranya adalah kerajaan Turki

Usmani (Ottoman). Kerajaanini berhasil memajukan dan telah membangkitkan

kembali semangat politik Islam, meskipun kemajuan-kemajuan tersebut tidaklah

secemerlang dengan apa yang telah dicapai pada masa klasik.3

Sejarah kerajaan Turki Usmani yang ditulis di dalam buku-buku tarikh Islam

sering tidak mendapat porsi sebanyak yang diperoleh Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.

Melihat dari hasil budaya yang dipersembah- kannya dipermukaan, Turki Usmani ini

tidaklah bisa disamakan dengan kedua Dinasti sebelumnya di atas, tetapi melihat

peranannya sebagaibenteng kekuatan Islam dalam menangkal ekspansi bangsa Eropa

ketimur, maka dengan ini ia tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kajiansejarah

Islam. Sebab, Turki Usmani telah menunjukkan kehebatannyadalam menangkis

serangan musuh. Serangan-serangan perluasan yangdilakukannya langsung menusuk


ke wilayah penting, termasuk penak-lukan Konstantinopel. Demikianlah Turki Usmani

tentang kerajaan Islam yang sampaikini pemerintahannya masih terwariskan, dan telah

berubah menjadinegara Republik Turki atau Republic of Turkey, sebuah negeri tua

yang menyimpan aneka ragam kemegahan karya budaya Islam masa silam, dan di masa

itu perkembangan Islam cukup signifikan, dan terus ber-lanjut sampai sekarang, era

3
Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam Di Turki”, Tasamuh, Vol. 10, No. 2 (2018),
h. 290.
3

kontermporer, yakni ketika bangsa Turki memasuki masa reformasi. Republik Turki

yang dewasa ini ibu kotanya Angkara, tercatat sebagai negara muslim yang tetap

bertahan dijalur demokrasi dalam upaya menegakkan sebuah tatanan masyarakat

Islami yang beradab. Negara Turki ini terletak di antara dua benua, yaitu EropaI Utara

dan Asia di Selatan. Wilayahya berbatasan dengan Yunani dan Bulgaria di Barat dan

Utara, Azerbaijan di Timur Laut, Suriah dan Irakdi Selatan serta Iran di Tenggara.

Sebagai negara bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar Islam, maka

keterikatan Turki terhadap Islam berlangsung sangat kuat sebab mereka adalah bangsa

terkemuka di dunia Islam selama beratus-ratus tahun lamanya. Ini berarti bahwa

perkembangan Islam di Turki dalam perspektif sejarah sangat menarik untuk diuraikan

dan dikaji lebih lanjut.4

4
Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam…, h. 191.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Korelasi Islam dan Turki Dari Historis

Negara Turki yang kita kenal dewasa ini, Republik Turki, keberadaannya telah

mengalami babakan sejarah yang cukup panjang, bermula dari berdirinya Kerajaan

Turki Usmani pada periode pertengahan. Masa kemajuannya dihitung dari mulai

digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang belum ditundukkan oleh pendahulu

bangsa Turki. Keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah kekuasaan serta

terjadinya peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan

ukuran untuk menentukan kemajuan Turki dan sejarah perkembangan Islam di Turki.5

Pendiri Turki adalah bangsa Turki sendiri dari kabilah Qayigh Oghus salah satu

anak suku Turki yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan

daerah utara negeri Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Dia mengajak anggota

sukunya untuk menghindari ser- buan bangsa Mongol yang menyerang dunia Islam

yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220. Sulaiman

dan anggota sukunya kemudian pindah ke arah barat dan meminta perlindungan

Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana. Jalaluddin


menyuruh Sulaiman agar pergi kearah barat (Asia Kecil). Kemudian mereka menetap

di sana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan mongol.6

Dalam usahanya pindah ke Syam itu, pemimpin orang-orang Turki mendapat

kecelakaan. Mereka hanyut di sungai Efrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar

pada tahun 1228. Akhirnya mereka terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin

5
Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam…, h. 292.
6
Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam…, h. 292.

4
5

pulang ke negeri asalnya dan yang kedua meneruskan perjalanannya ke Asia Kecil.

Kelompok kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril

(Erthogrol) ibn Sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya dirinya kepada Sultan

Alauddin II dari Dinasti Saljuk Rum yang pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia

Asia Kecil. Pada saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan

dari bangsa Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium).

Dengan bantuan dari bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat

mencapai kemenangan. Atas jasa baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah

yang perbatasan dengan Bizantium. Sejak itu Erthogrol terus membina wilayah

barunya dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Byzantium.

Pada tahun 1288 Erthogrol meninggal dunia, dan meninggalkan putranya yang

bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Usman inilah yang ditunjuk

oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh

Sultan Saljuk pada saat itu. Nama 'Usman' inilah yang nanti diambil sebagai nama

untuk Kerajaan Turki Usmani. Usman ini pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti

Usmani. Sebagaimana ayahnya, Usman banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II.

Kemenangan-kemenangan dalam setiap pertempuran dan peperangan diraih oleh


Usman dan berkat keberhasilannya maka benteng-benteng Bizantium yang berdekatan

dengan Broessa dapat ditaklukkan. Keberhasilan Usman ini membuat Sultan Alauddin

II semakin simpati dan banyak memberi hak istimewa pada Usman. Bahkan Usman

diangkat menjadi gubernur dengan gelar Bey, dan namanya selalu disebut dalam doa

setiap khutbah Jumat. Penyerangan bangsa Mongol pada tahun 1300 ke wilayah
kekuasaan Saljuk Rum mengakibatkan terbunuhnya Sultan Saljuk tanpa meninggalkan

putra sebagai pewaris kesultanan. Dalam keadaan kosong itulah, Usman


6

memerdekakan wilayahnya dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Usman

memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama Kesultanan Usmani.7

Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium Turki Usmani mem- punyai

wilayah yang luas sekali, terbentang dari Budapest di pinggir sungai Thauna, sampai

ke Aswan dekat hulu sungai Nil, dan dari sungai Efrat serta pedalaman Iran, sampai

Babel-Mandeb di selatan jazirah Arab.7 Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-

1942 M) sekitar 625 tahun berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan. Dalam hal ini, Mughni

membagi sejarah perkembangan Turki Usmani menjadi lima periode, yaitu:8

1. Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi

pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari

pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.

2. Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya

pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I

sampai Sulaiman I.

3. Periode ketiga (1566-1699), Periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani

untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun,

kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
4. Periode keempat (1699-1838), Periode ini ditandai degan berangsur-angsur

surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para

penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.

7
Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam…, h. 293.
8
Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam…, h. 295.
7

5. Periode kelima (1839-1922), Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural

dan administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide Barat, dari masa

pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.

Pada periode yang terakhir ini, disebut sebagai periode era kon- temporer di

mana Turki menjadi negara republik, dan tidak lagi sistem pemerintahannya berdasar

pada kerajaan, dinasti, atau kekhalifahan sebagaimana yang telah berlangsung berabad-

abad lamanya.

B. Perubahan Ideologi Keislaman Turki

Sistem politik negara Turki adalah salah satu contoh proses perubahan sebuah

ideologi. Awalnya, peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan

yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di

masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia

sebagai makhluk dengan Allah sebagai Khalik, Sang Pencipta dan juga suatu sistem

sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.9

Posisi geografi Turki yang terletak dia antara dua benua berbeda yaituAsia dan

Eropa, merupakan sebuah keunikan sekaligus posisi yang strategis. Inimenjadikan

Turki sebagai jembatan antara Timur dan Barat. Peradaban Islamyang dianut Turki
sebelum tersentuh dunia Barat menjadikan Sultan sebagaikhalifah. Artinya sebagai

pemimpin negara, sekaligus juga memegang jabatansebagai pemimpin agama.

Kekhalifahan Turki Usmani didukung oleh kekuatanulama (Syeikhul Islam) sebagai

pemegang hukum syariah dan kekuatan tentara,yang dikenal dengan sebutan tentara

Janisssari.10

9
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman Turki : Analisis Geo-Kultur Islam dan Politik
Pada Kerajaan Turki Usmani, Jurnal Edukasi, Vol. 2, No. 2 (2016), h. 131.
10
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 131.
8

Selanjutnya arah modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerapunsur-

unsur budaya Barat yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan

Barat, inilah yang telah mewarnai identitas masyarakat Turki. Yang membawa

perubahan adalah ketika terjadi revolusi Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal pada

tahun 1919-1923. Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal dalam peperangan,

yang dikenal sebagai perang kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin

dan juru bicara gerakan nasionalisme Turki.11

1. Ideologi Kemalisme Turki

Setelah masa perkembangan kerajaan Utsmani dari tahun 1830-an

saatpertama kali berhubungan dengan Eropa, dari masa Sultan Salim III, Mustafa

IV, Mahmud II, Abdul Madjid hingga Abdul Hamid tahun 1908. Pada masa inilah

muncul fase baru dalam perkembangan Turki. Periode dari pertengahan 1870-an

sampai revolusi konstitusional 1908, di mana terjadi ekspansi perekonomian yang

lebih lamban, paling tidak sampai akhir abad itu, namun juga merupakan periode

dimana pengaruh asing terlibat secara langsung dan serius untuk pertama kalinya

dalam kerajaan itu. Saat itu berlangsung reformasi di bidang administrasi dan

teknik, juga merupakan periode penumpasan ideologi-ideologi kaum nasionalis


dan liberal serta merupakan periode reorientasi pada warisan Islami kerajaan itu.

Istana diganti lagi menjadi pusat kekuasaan oleh birokrasi. Menjelang akhir abad

ini, inkorporasi perekonomian internasional dan oposisi politik internal mulai

bergejolak lagi.12

11
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 132.
12
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 133.
9

Abdul Hamid menggunakan daya pikat solidaritas Muslim, gelar dan

simbol-simbol khalifah. Pilihannya tidak hanya didorong oleh keinginan untuk

menemukan cara menandingi ideologi-ideologi disruptif tetapi juga secara akurat

mencerminkan situasi baru dalam kerajaan, yang lebih menjadi lebih asiatis dari

segi teritorial dan lebih Muslim dari segi populasinya sebagai akibat dari kekalahan

perang khususnya tahun 1878. Islam yang didukung oleh Sultan adalah Islam yang

dianut oleh para ulama dan para syeikh sufi yang lebih konservatif yang selalu

berada di sekitar Sultan. Kaum modernis Islam tampaknya tidak memiliki banyak

dukungan. Monumen terbesar bagi kebijakan Islami Abdul Hamid adalah jalan

kereta api Hizaj dari Damaskus ke Madinah, yang sebagian besar dibangun dari

dana sumbangan sukarela tahun 1901-1908 untuk mempermudah perjalanan

jamaah haji ke Mekah.13

Ideologi negara bukanlah satu-satunya bidang di mana era Abdul Hamid

berbeda dari era Tanzimat. Pada era sebelumnya, di bawah para Sultan yang lemah,

dan para pasha yang kuat, pusat kekuasaan berada di Porte dan istana tak pernah

dijelaskan secara memadai, dengan Sultan yang tegas di puncak, pusat kekuasaan

secara empatik dikembalikan ke istana, seperti sebelumnya di masa Mahmud II.


Dalam suatu sistem yang seotokratis ini, kepribadian sultan sungguh sangat

penting. Untuk menilai karakter dan pencapaian era Hamid, terlebih dulu perlu

untuk menyadari bahwa era itu dalam kurun waktu yang lama merupakan satu

periode pemulihan dari krisis yang nyaris mengakhiri Kerajaan Usmani. Peristiwa-

peristiwa tahun 1877-1878 merupakan malapetaka bagi kerajaan itu. Imigrasi umat
Muslim ke kerajaan itu telah merupakan ciri khas kehidupan Usmani sejak akhir

` 13
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 134.
10

abad ke-18. Dengan adanya ekspansi kolonial Kerajaan Rusia di pantai Laut Hitam

dan Kaukasia, banyak orang Muslim, terkadang meliputi seluruh suku lebih suka

bermigrasi ke daerah-daerah Usmani ketimbang hidup di bawah penguasa Kristen.

Daerah-daerah yang lepas dari Kerajaan Turki Usmani di belahan Eropa hingga

lazimnya tidak memiliki penduduk Muslim dalam jumlah besar.14

2. Tampilnya Mustafa Kemal dan Misi Kemalis

Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing

reruntuhan kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip sekularisme, modernisme

dan nasionalisme. Begitu dominasi panggung politik sudah kuat, Mustafa Kemal

dan pemerintahannya melancarkan sebuah program pembaruan yang ekstensif.

Seiring dengan penghapusan kesultanan dan kekhalifahan serta proklamasi

republik, langkah Kemalis yang penting adalah sekularisasi tuntas undang-undang

keluarga, sesuatu yang melalui penghapusan pernikahan dan poligami religius,

menyangkut kehidupan penduduk sehari-hari. Seperangkat ide atau cita-cita yang

menyertai Kemalise atau Ataturkculuk (Ataturkisme), berkembang secara bertahap.

Ia tidak pernah menjadi sebuah ideologi yang koheren, mencakup segala hal, tetapi

paling-paling dapat digambarkan sebagai perangkat sikap dan opini, yang tidak
pernah didefinisikan secara jelas. Prinsip-prinsip dasar Kemalisme dicantumkan

dalam program partai tahun 1931. Prinsip-prinsip itu adalah republikanisme,

sekularisme, nasionalisme, populisme, negaraisme (statism) dan revolusionisme.15

Sekularisme dan nasionalisme tentu saja merupakan ciri khas ideologi Turki

Muda paling tidak sejak tahun 1913. Pada tahun 1930-an sekularisme dan

14
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 135.
15
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 136.
11

nasionalisme ini bermakna ekstrem. Sekularisme diinterpretasikan bukan saja

sebagai pemisahan antara agama dan negara, tetapi juga sebagai penyingkiran

agama dari kehidupan publik dan tegaknya pengawasan negara atas institusi-

institusi keagamaan masih ada. Satu bentuk ekstrem nasionalisme, dengan mitos-

mitos historis yang menyertainya dimanfaatkan sebagai alat utama dalam

pembinaan identitas nasional baru, dan hal demikian ini dimaksudkan untuk

mengambil alih kedudukan agama dalam banyak hal.16

Republikanisme merupakan sebuah prinsip dasar sejak 1923 (ketika, kelak

akan dikenang, aktivitas politik yang mendukung kembalinya monarki dilarang).

Populisme, berarti gagasan, yang ditekankan selama Perang Dunia I, tentang

solidaritas nasional dan mengutamakan kepentingan-kepentingan seluruh bangsa

di atas kepentingan-kepentingan kelompok atau kelas apapun. Dalam pengertian

negatifnya, ini berarti pengingkaran atas kepentingan- kepentingan kelas (menurut

Kemalisme, Turki tidak memiliki kelas-kelas sebagaimana dipahami di Eropa) dan

satu larangan adanya aktivitas politik yang berlandaskan kelas (dan dengan

demikian pelarangan segala aktivitas sosialis atau komunis). Revolusionisme atau

reformisme, karena para pengikut Ataturk yang lebih konservatif lebih menyukai
menafsirkan istilah Turki Inkilapcilik, berarti suatu komitmen terhadap perubahan

yang berjalan terus dan dukungan terhadap program reformasi Kemalis.

Negaraisme (statism) merupakan sebuah konsep baru, pengakuan atas kemajuan

negara di bidang ekonomi, dan barangkali merupakan perkara yang paling banyak

dibicarakan di Turki.17

16
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 137.
17
Tabrani ZA, “Perubahan Ideologi Keislaman…, h. 137.
12

C. Politik Turki Era Erdogan

Politik dan agama tidak dapat dipisahkan, politik sebagai bagian dari negara,

sebaliknya agama juga dijadikan sebagai alat politik. Politisasi agama dalam lingkup

negara menjadi sebuah fenomena dan dialektika yang terus bergerak. Binnaz Toprak

berpandangan bahwa politik dan agama adalah dua halyang saling melengkapi antara

satu sama lain. Bila dalam perdebatan politik, agama sering kali menjadi hal yang

"sensitif" untuk diperbincangkan. Hal inilah yang membuat politik dan agama

semacam kurang begitu akur ketika dijalankan secara bersama. Agama dianggap tidak

dapat kompatibel dengan politik, sehingga keduanya bukan saling mengisi satu sama

lain. Politik di Turki menunjukkan fenomena pos-Islamisme, dimana keterlibatan

partai yang diwarnai oleh hal-hal yang berbau agama dan perangkat pemerintah serta

masyarakat sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengelolaan yang ada di

negara.18

Kondisi Turki melibatkan kedua hal tersebut yakni Islam dan demokrasi,

bahkan proses sekulerisasi juga tumbuh subur di Turki. Ketiga variabel, yakni Islam,

demokrasi dan sekulerisasi adalah harga mutlak bagi Negara Turki dalam menjalankan

pemerintahan. Dialektika yang terjadi seperti ini mengartikan bahwa sesungguhnya


Turki menerapkan sistem demokrasi sekuler tanpa menafikan ajaran-ajaran Islam

didalamnya. Pemerintahan mempunyai kuasa besar dalam mengakomodir dan

mengatur berbagai permasalahan negara, baik sisi agama, politik, ekonomi dan aspek

lain. Sehingga negara adalah otoritas tertinggi dalam mengambil setiap kebijakan.

Dalam pandangan pos-Islamisme hal ini menjadi sebuah realita dan fenomena bahwa

18
Lutfi Rosyad Alfikri dan Ahmad Sahide, “Post Islamisme : Telaah Politik Turki Modern Era
Erdogan, JIPSI , Vol. 12, No. 1 (2022), h. 56.
13

sisi agama juga menjadi pertimbangan bagi pemerintah terkait pengambilan keputusan

dalam beberapa kebijakan. Islam, Demokrasi dan sekurelasi berjalan berdampingan

dalam kehidupan maupun ketika pembuatan kebijakan.19

Turki mengalami perubahan dalamperjalanan politik yang dinilai sangat

signifikan jika dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Kondisi tersebut

menandakan apa yang dikenal dengan pos-Islamisme, yakni ketika Islam tidak lagi

menjadi sebuah agama semata, tetapi mampu masuk ke berbagai ranah publik dan

negara. Intinya praktek keagamaan Islam tidak stagnan perihal peribadatan, hanya

berada pada sisiteologis dan ideologi semata. Tetapi juga dapat dilakukan sebuah

dialektika dengan aspek nilai politik, nilai ekonomi, nilai agama dan kegiatan sosial

yang ada di masyarakat. Kesuksesan ini tidak bisa lepas dari salah satu pendiri partai

AKP yakni Erdogan. Recep Tayyib Erdoğan memimpin Turki dinilai mengalami

kemajuan yang begitu besar. Hal ini dapat diketahui ketika kebijakan yang dikeluarkan

oleh Erdoğan setelah ia menjadi walikota Istanbul, hingga menjabat Perdana Menteri

Turki, dan kemudian menjadi presiden Turki dalam kurun waktu tersebut. Keadaan

Turki mengalami siginifikansi yang terus membaik, baik dari segi politik, ekonomi,

budaya hingga aspek lain. Hal ini tentu mengejutkan kalangan barat, karena beberapa
kali partai AKP memenangkan Pemilu.20

AKP yang digawangi oleh Recep Tayyib Erdoğan dapat dikatakan sebagai

aktor "krusial" yang memberikan warna baru dalam politik Turki. Dalam pandangan

Ernest Geller, Erdoğan adalah gerakan ketiga Islamis atau yang dikenal dengan pos-

Islamisme setelah Ikhwanul Muslimin dan Quthbisme. AKP menjadi salah satu model

19
Lutfi Rosyad Alfikri dan Ahmad Sahide, “Post Islamisme : Telaah Politik Turki…, h. 57.
20
Lutfi Rosyad Alfikri dan Ahmad Sahide, “Post Islamisme : Telaah Politik Turki…, h. 57,
14

demokrasi di Negara yang memiliki konsep penegakan syariat Islam. AKP lebih lanjut

ingin menunjukkan bahwa mereka mampu berkompetisi dalam kancah politik nasional,

khususnya dalam merepresentasikan nilai-nilai keIslaman yang mereka perjuangkan

dan anut ditengah arus sekuler radikal yang sudah tertanam kuat di Negara Turki.21

AKP membuat sebuah konsep sekuralisme baru yaitu dengan agama seseorang

maka dapat dengan leluasa menjalankan ritual keagamaan keyakinan lain. Mereka

mencoba menormalkan dan menginstitusionalisasikan pada satu bentuk pemerintahan

yang selanjutnya termanivestasi dalam pembuatan perundang-undangan. Pos-

Islamisme dinilai dapat mewakili sebuah upaya meleburkan keagamaan dan kebebasan

di era modern sekarang. Memang dinilainilai-nilai Post Islamisme adalah upaya

membalik prinsip dasar Islamisme diatas kepentingan kelompok sendiri dengan

menekankan pluralitas dari suaraotoritatif tunggal. Turki berperan pentingdi kancah

internasional diantaranya beberapa kebijakan berseberangan dengan Negara Amerika,

hal ini semakin menunjukkan secara jelas bahwa negara Turki merupakan negara yang

penting dan strategis secara demografis. Hal ini juga dianggap sebagai upaya dalam

menangani krisis iman pada masyarakat Turki, sebab Turki sedang tahap proses

sekularisasi yang keblabasan. Konsep Nasionalisme yang digaungkan oleh Mustafa


Kemal Attartuk seharusnya menjadi ideal ketika nilai-nilai keIslaman turut berjalan

berdampingan.22

21
Lutfi Rosyad Alfikri dan Ahmad Sahide, “Post Islamisme : Telaah Politik Turki…, h. 58.
22
Lutfi Rosyad Alfikri dan Ahmad Sahide, “Post Islamisme : Telaah Politik Turki…, h. 58.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Turki masa sekarang yang dikenal dengan Republik Turki (Republic of Turkey)

adalah sebuah negara sekuler yang berawal dari warisan Turki Utsmani.

2. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai
identitas masyarakat Turki. Yang membawa perubahan adalah ketika terjadi

revolusi Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal pada tahun 1919-1923.

3. AKP dianggap sebagai partai "kompetitor" baru dalam panggung politik Turki,

lewat gebrakannya mampu menyedot perhatian rakyat Turki dan mempunyai

andil dalam dinamika politik Turki.

B. Saran

1. Dalam hal ini perlu dilakukannya pengembangan kembali terkait pembahasan

korelasi atau hubungan Islam dan negara Turki untuk memperluas khasanah

keilmuan.

2. Demi kelancaran dan kelengkapan materi dari makalah, kami menghimbau

kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk pembaca agar bisa menjadi

referensi bagi kami dalam penyusunan makalah-makalah berikutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Alfikri, Lutfi Rosyad dan Ahmad Sahide. “Post Islamisme : Telaah Politik Turki
Modern Era Erdogan”. JIPSI , Vol. 12, No. 1 (2022).
Hashem N. Islam, Sekularisme, dan Demokasi Liberal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010.
Mukti, Ali. Islam dan Sekulerisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan, 2010.
Rahman, Fathur. “Sejarah Perkembangan Islam Di Turki”. Tasamuh, Vol. 10, No. 2
(2018).
ZA, Tabrani. “Perubahan Ideologi Keislaman Turki : Analisis Geo-Kultur Islam dan
Politik Pada Kerajaan Turki Usmani”. Jurnal Edukasi, Vol. 2, No. 2 (2016).

16

Anda mungkin juga menyukai