Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TURKI MENUJU SISTEM PENDIDIKAN MODERN DALAM

SEBUAH MASYARKAT DEMOKRASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dr. H. Herman M.Pd.I

Oleh:

SABDAH /2023040201017

PROGRAM MAGISTER

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI

2023
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayahnya sehingga

makalah ini dapat diselesaikan dengan tema “Turki Menuju Sistem Pendidikan Modern Dalam

Sebuah Masyarakat Demokrasi”.

Salawat serta salam tak lupa disampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

saw, yang telah membawa umat manuju jalan kebahagiaan didunia dan akhirat melalui

serangkaian dakwah dan Pendidikan yang dilakukannya tanpa mengenal Lelah.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan

dan kekeliruan, sehingga kami mengharapakan kritik dan masukan agar penulisan berikutnya

dapat sempurna.

Kendari, 2 desember 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah mencatat, bahwa setelah terjadinya penyerangan tentara mongol yang dipimpin

Hulagu Khan pada tahun 1258, kekuasaan islam yang berpusat di Baghdad mengalami

kehancuran yang amat signifikan. Kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara drastis.

Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa Kerajaan yang satu sama lain bahkan

saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur

akibat serangan bangsa mongol itu. Keadaan ini semakin diperparah oleh serangan dari timur

Lenk yang datang menghancurkan pusat-pusat kekuasaan islam yang lain.

Namun demikian, kehancuran dunia islam tidak merata. Diseluruh dunia islam, masih

terdapat pilar-pilar penyangga yang melanjutkan kejayaan dunia islam. Pilar tersebut adalah

kekhalifaan turki Usmani di Turki, kekhalifaan Mughal di India, dan kekhalifaan Safawi di

Persia. Di antara tiga kekhalifaan islam yang muncul pada abad pertengahan ini, kekhalifaan

turki Usmani termasuk yang pertama berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama disbanding

dua Kerajaan lainnya.

Sistem pendidikan adalah totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan

yang bekerja sama secara terpadu, dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya

tujuan pendidikan yang telah mencapai cita-cita bersama para pelakunya. Terlihat dengan jelas

sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara

keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil. Umat Islam

mengalami puncak keemasan pada masa pemerintahan Abbasiyah. Pada masa itu bermunculan

para pemikir Islam ternama yang sampai sekarang pemikirannya masih diperbincangkan dan
dijadikan sebagai dasar pijakan. Melihat kilas balik dari sejarah Turki Usmani, keadaan

pendidikan di Turki pada masa itu sangat berperan dalam perkembangan suatu bangsa.

Kebanyakan penguasa Usmani cenderung bersikap taqlid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan

menentang mazhab yang lain. Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki Usmani adalah

menghafal matan-matan meskipun murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal Matan

al-Jurumiyah, Matan Taqrib, Matan Alfiah, Matan Sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah

menghafal matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Karenanya pelajaran itu bertambah

berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih

bersifat studi tekstual dari pada upaya memahami dan lebih mendorong hafalan daripada

pemahaman yang sebenarnya.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah singkat Turki

Secara historis bangsa Turki Usmani berasal dari keluarga Qabey, salah satu Kabilah

al-Ghaz al Turky, yang mendiami daerah Turkistan. Mereka masuk islam sekitar abad ke

Sembilan atau kesepuluh, Ketika mereka menetap di Asia Tengah. Akibat ada tekanan

tantara mongol yang terus merangsek dan memburu suku tersebut, akhirnya mereka pindah

ke arah barat hingga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang Turki

Saljuq, di dataran tinggi Asia kecil.

Kekhalifaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang

menguasai daerah mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga

abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar

abad kesembilan atau kesepuluh, yaitu Ketika mereka menetap di Asia Tengah. Dibawah

tekanan serangan mongol pada abad ke 13, mereka melarikan diri kedaerah barat dan

mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara mereka, orang-orang turki Seljuk,

didataran tinggi Asia Kecil. Dibawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada

Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium.

Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin

menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan langsung dengan Bizantium.

Ertoghul meninggal dunia pada tahun 1289, dan kepemimpinan selanjutnya dipegang

oleh putranya, Bernama Usman. Putra Ertoghul inilah yang selanjutnya dianggap sebagai

pendiri kekhalifaan Usmani yang memerintah antara tahun 1290 M s.d 1326 M.

sebagaimana ayahnya, Usmani banyak berjasa kepada sultan Alauddin II dengan


keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota

Broessa. Pada tahun1330 M, bangsa mongol menyerang Kerajaan Seljuk dan Sultan

Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam bebrapa

Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang

didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri dengan Pimpinan pertamanya

Usman, yang selanjutnya sering disebut Usman I (1330-1362). Pimpinan kekhalifaan Turki

ini selanjutnya dipegang oleh Orkhan (1326-1359 M), Murad I (1359-1389 M), Bayazid I

(1389-1403 M), Sultan Muhammad I (1403-1421 M), Murad II (1421-1451 M), Muhammad

Al-Fatih (1451-1484 M), Sultan Salim I (1512-1520 M), Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-

1566 M).

Secara umum, para khalifah Usmani, banyak memamfaatkan masa kekuasaannya

untuk memperluas wilayah kekuasaan, membangun militer dan pemerintahan yang kuat.

Keadaan ini sebuah program utama, mengingat secara geografis dan politis, kekhalifaan ini

berhadapan dengan kekuasaan eropa yang setiap saat dapat menghancurkan kekhalifaan

Usmani. Ketika Usmani I berkuasa misalnya, kekuasaan khalifahan Usmani dapat diperluas

hingga ke daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa.

2. System Pendidikan Turki

Turki adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, sekuler, bersatu dan

wilayahnya terbentang dari semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di

Eropa tenggara. Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terbesar berada di Istanbul.

Sistem pendidikannya terpusat, dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Mustafa Kemal Ataturk setelah berdirinya Republik Turki Modern pada tahun 1923. Ataturk

menjabat sebagai presiden pertama dan menciptakan sistem kenegaraan yang sekuler,
dimana pendidikan dirancang untuk menghasilkan kelas pekerja terampil, produktif dan

menjadi individu yang kreatif di era yang serba informatif. Sampai saat ini, pendidikan telah

menjadi medan pertempuran politik dan filosofis antara sekularis, yang didukung oleh aparat

militer, dan konservatif agama, yang membentuk fondasi lewat Partai Keadilan dan

Pembangunan (AKP) yang pada akhirnya bisa merebut kekuasaan tertinggi. Pada tahun

2012, AKP mendorong perubahan melalui reformasi undang-undang, yang kemudian

beberapa kalangan mengkritisinya. Meski demikian, salah satu langkah yang dicanangkan,

yaitu memperpanjang wajib belajar selama empat tahun dinilai cukup baik.

Perdebatan para penentu kebijakan di bidang pendidikan setidaknya dalam 20 tahun

terakhir tetap terjadi. Langkah AKP yang mencoba melakukan perubahan melalui reformasi

pendidikan, salah satunya yang paling menonjol adalah dengan menambahkan empat tahun

untuk pendidikan wajib sekolah, meningkatkan periode wajib belajar yang semula delapan

tahun menjadi 12 tahun. Di permukaan, ini tampak seperti perubahan positif, namun,

undang-undang baru telah banyak dikritik karena bermotif politik dan berlawanan dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Dari pada mendorong siswa untuk tetap bersekolah lagi,

kritikus mengatakan bahwa struktur 4 + 4 + 4 tahun dapat mengakibatkan siswa memilih

jalur pendidikan kejuruan. Di bawah undang-undang baru pemerintah, 12 tahun wajib

belajar telah dibagi menjadi tiga tingkatan empat tahun: dasar, menengah pertama dan

menengah atas.Di Turki, Departemen Pendidikan Nasional bertanggung jawab untuk

melakukan kontrol terhadap administrasi semua tahapan dan jenis pendidikan pra-sekolah.

Perencanaan dan koordinasi pendidikan berada di bawah lingkup dari Yükseköðretim

Kurulu (Dewan Pendidikan Tinggi, yang biasa disingkat dengan YOK). Dewan bertanggung

jawab untuk negosiasi anggaran universitas, secara keseluruhan dan kelembagaan, dan
pedoman kurikulum inti di tingkat sarjana. Setelah dilarang pada awal 1970-an, lembaga

pendidikan tinggi swasta kembali diizinkan beroperasi di Turki pada tahun akademik 1981-

1982, tetapi hanya atas dasar non-profit. Kurikulum lembaga-lembaga ini harus disetujui

oleh YOK. Di beberapa provinsi, urusan pendidikan diselenggarakan oleh Direktorat

Pendidikan Nasional yang ditunjuk oleh Menteri, tetapi bekerja di bawah arahan gubernur

provinsi.

Secara kualitatif, sekolah di Turki berkinerja kurang baik jika dibandingkan dengan

rekan-rekan mereka di negara-negara OECD lainnya. Menurut hasil dari Program OECD for

International Student Assessment (PISA), rata-rata siswa di Turki sangat rendah dalam

Literasi, Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam dari rata-rata OECD. Maka, karena

bermacam kendala kualitas sistem pendidikan di Turki, siswa dari Turki memiliki sejarah

panjang dalam memilih belajar ke luar negeri di jenjang pendidikan tinggi. Menurut angka

terbaru dari OECD, lebih dari 65.000 mahasiswa Turki yang belajar di luar negeri pada

tahun 2010 dan lima negara tujuan adalah: Jerman (37,8 persen dari seluruh mahasiswa

internasional), Amerika Serikat (15,6 persen), Britania Raya dan Irlandia Utara (UK) (5,6

persen), Austria (3.7 persen) dan Perancis (2,9 persen). Pendaftaran mahasiswa dari Turki di

institusi pendidikan tinggi Amerika Serikat berada dalam jumlah yang stabil yaitu berkisar

10.000 dan 12.500, hal ini menjadikan mahasiswa internasional dari Turki menduduki

peringat sepuluh tertinggi menurut data dari Institut Pendidikan Internasional. Pada 2010-

2011, ada 12.184 mahasiswa Turki di pendidikan tinggi AS, dengan 6.435 mahasiswa

pascasarjana (52 persen), 3.532 mahasiswa (29 persen), 1.193 program lain (10 persen), dan

1.024 non-gelar (8 persen). Selain itu, Turki membuat etnis minoritas terbesar di Jerman,

setelah migrasi besar-besaran dari Turki ke Jerman pada tahun 1960 karena kekurangan
tenaga kerja di Jerman. Mayoritas orang Turki di Jerman tetap memiliki kewarganegaraan

Turki karena aturan kewarganegaraan Jerman yang ketat, yang berarti bahwa banyak

penduduk asing dari Turki di Jerman yang lahir di sana atau telah melalui sistem sekolah di

Jerman, tapi masih menjadi warga negara Turki. Ada 1.629.000 warga Turki yang tinggal di

Jerman pada tahun 2010; diperkirakan 30,000-70,000 mengambil kewarganegaraan Jerman

setiap tahun. Di tahun yang sama, ada sejumlah 26.089 orang Turki belajar pada perguruan

tinggi di Jerman.

Negara Turki, sebagai salah satu tujuan untuk mahasiswa internasional, pada 2010-

2011, ada 31.170 mahasiswa asing yang belajar di sana. Hal tersebut, merupakan

peningkatan lebih dari 100 persen sejak 2005-2006 ketika hanya ada 15.481 mahasiswa

asing di perguruan tinggi Turki. Jumlah mahasiswa di Turki dari negara-negara mayoritas

Muslim pada tahun 2010-2011 berjumlah lebih dari 18.000. Mahasiswa dari negara

Azerbaijan menduduki peringkat teratas dengan lebih dari 4.200 siswa, diikuti oleh

Turkmenistan dengan 4.110, dan Siprus Utara dengan 3.800. Iran dan Bulgaria yang

keempat dan kelima. Sebanyak 1.552 siswa dari 44 negara-negara Afrika belajar di Turki di

2011-2012, lebih meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan 2005-2006. Universitas

Anadolu di Eskişehir menjadi tempat mahasiswa internasional paling banyak, diikuti oleh

Universitas Istanbul, Orta Doðu Teknik Üniversitesi (ODTÜ), Universitas Ankara, dan

Universitas Marmara. Penggunaan bahasa Inggris di banyak universitas Turki juga telah

menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa asing dikombinasikan dengan biaya kuliah

yang relatif murah. Belakangan sistem pendidikan tinggi di Turki mengalami perkembangan

yang pesat, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir. Departemen Pendidikan Nasional di

Turki selain menetapkan kurikulum sekolah dasar, menyiapkan dan menyetujui buku
pelajaran dan alat peraga. Sebelum reformasi, mata pelajaran antara lain; seni dan kerajinan,

kewarganegaraan dan hak asasi manusia, bimbingan karir, bahasa asing (Inggris, Perancis

atau Jerman dari kelas empat), Matematika, Musik, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Agama

dan Etika, IPA, IPS, Sejarah Turki, Bahasa dan Sastra Turki, dan keselamatan lalu lintas dan

pertolongan pertama. Sebelum reformasi pendidikan tahun 1997, siswa melakukan lima

tahun pendidikan dasar dan tiga tahun menengah (mirip dengan yang struktur baru 4 + 4).

Siswa lulus dari pendidikan menengah dianugerahi Ortaokui Bitirme Diplomasi

(Penyelesaian Diploma SMP). Dalam sistem pendidikan sebelum tahun 2012, siswa bisa

memulai studi lanjutan setelah lulus dari delapan tahun sekolah dasar pada usia 14. Di

bawah struktur baru, siswa masuk sekolah menengah lanjutan setelah empat tahun sekolah

dasar dan empat tahun sekolah menengah. Di bawah kedua struktur, sekolah menengah atas

berlangsung empat tahun (kelas 9 sampai 12). Dalam era setelah tahun 2012, sekolah

menengah atas adalah wajib. Sebelum tahun akademik 2005-2006, sekolah menengah atas

berjalan selama tiga tahun (kelas 9 sampai 11). Setelah menyelesaikan sekolah menengah

atas, siswa dapat belajar di sebuah sekolah tinggi umum, teknik atau kejuruan. Beberapa

sekolah tinggi memiliki satu tahun tambahan kelas persiapan dalam bahasa asing.

3. Birokrasi Pemerintahan Turki dalam Penyelenggaraan Ketatanegaraan

Pada periode awal, sebagian besar kendali pemerintahan berada di tangan para

komandan militer, para anggota kelompok penguasa negara yang tergabung ke dalam

kerajaan dan penduduk perkotaan yang terdidik. Menjelang abad ke-16, para petinggi

pemerintahan-para wazir, komandan militer, dan gubernur provinsi- sebagian besar diambil

dari keluarga penguasa. Anggota rumah tangga istana berasal dari kalangan militer yang
direkrut melalui devsirme, para budak yang dibawa dari Kaukasus, atau anggota keluarga

penguasa sebelumnya. Semua lapisan memiliki peluang untuk masuk ke dalam rumah

tangga istana yang selanjutnya mereka dilatih secara baik untuk melayani segala

kepentingan istana. Jadi, pemerintahan Turki berusaha melanggengkan kekuasaannya

melalui penguatan birokrasi istana dengan cara menampung berbagai kalangan komunitas

masyarakat, yang juga menimbulkan kesan positif karena tidak membeda-bedakan latar

belakang etnis dan agama.

Pemerintahan Turki adalah pemerintahan yang menentang rasisme dan tidak

membeda-bedakan rakyatnya berdasarkan suku bangsa, melainkan berdasarkan agamanya.

Pembedaan ini pun hanya secara fungsional, bukan secara parsial, karena orang-orang yang

agamanya berbeda dengan agama negara resmi, mereka juga adalah rakyat yang terikat

dengan hak dan kewajiban. Orang-orang yang berbeda akidah dan agamanya merupakan

bagian dari rakyat pemerintahan Turki, sebagaimana warga negara lainnya dalam hal hak

dan kewajiban. Jadi pemerintahan Turki mengakui fluralitas dan memberikan hak dan

kewajiban yang sama terhadap setiap warganya tanpa memperhatikan perbedan, suku atau

agama.

Setiap warga negara, baik Muslim atau pun non-Muslim memiliki hak dan kewajiban

yang sama di depan hukum dalam hal keterlibatan dalam militer, administrasi, pajak,

penerimaan di lembaga pendidikan serta pekerjaan di sektor publik. Dalam skala yang besar

pada abad ke 15 dan ke-16, rekrutmen apparat pemerintah diambil dari kalangan pemuda

Kristen, yang selanjutnya memeluk Islam. Mereka dilatih dan dididik di sekolah istana raja

yang didirikan oleh Mehmed II dan dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya. Selain itu,

juga di kalangan budak atau tawanan anggota, atau “pemberontak” yang datang ke sultan
mendapatkan perlakuan yang sama. Seluruh anggota kelas pemerintah membentuk

kebangsawanan Turki-Islam, muallaf dari Kristen membentuk devsirme yang terpisah,

sehingga kelompok ini berebut kekuasaan serta gengsi. Pemerintahan Turki pun menempuh

jalan denganmemosisikan setara (seimbang) guna mengendalikan dan memanfaatkan

keduanya. Anggota kelas pemerintahan dibagi menjadi lemabga-lembaga menurut

fungsinya. Lembaga kerajaan (istana) di Istana Topkapi Sarayi terdiri atas dua cabang:

Layanan. Dalam (enderūn), biasa disebut Harem, bertugas menghasilkan, memelihara,

melatih serta menghibur sultan, yang personilnya terdiri atas sultan sendiri, isterinya, selir,

anak-anak, serta budak; Layanan Luar (birūn) dipimpin oleh wazir besar (sadr-i azam) dan

mencakup pejabat lain yang memegang jabatan wazir dan gelar pasha (pasa), yang bertemu

sebgai dewaan (divan) kerajaan dalam bagian kubbealti dari halaman istana kedua bertugas

mengawasi serta memimpin sisa sistem Usmaniyah untuk sultan. Lembaga pencatat

(kalemiye), membentuk perbendaharaan sultan dan mencakup semua “pria berpena” (ehl-I

kalem), melakukan tugas administratif kelas pemerintahan, terutama menilai dan

mengumpulkan pajak, membuat pengeluaran, serta menuliskan perintah kerajaan dan

sebagian besar dokumen administif lain. Lembaga militer (siyfiye) mencakup pria

“berpedang” (ehl-i seyf), bertugas memperluas dan membela kesultanan serta menjaga

ketertiban dan keamanan: pasukan berkuda (sipahi), yang diperintah sebagian besar oleh

anggota bangsawan Turki-Islam; angkatan darat Janissari (yeniseri), senjata militer kaum

devsirme, yang merupakan bagian terpenting pasukan Usmaniyah.36 Dengan demikian,

pembinaan lembaga pemerintah dan unsur-unsurnya memperkuat administrasi dan

pelayanan publik.
Untuk memperkuat militer kerajaan dibentuk pula pasukan garnisun, Angkatan laut

dan polisi kota. Pasuka angkatan laut di bawah komando admiral besar yang dijadikan

gubernur Aljazair serta mengendalikan tugas bea di sebagian besar Pelabuhan Laut Tengah

untuk memperoleh pendapatan yang diperlukan untuk pembiayaan pasukan, seperti pasuka

artileri (topciyan) dan angkatan lainnya.

Kerajaan Turki, juga menaruh perhatian terhadap pembinaan agama yang di bawah

sebuah lembaga agama atau budaya (ilmiye) yang dipimpin oleh Seyhulislam (syaikh al-

Islām), beranggotakan “pria berpengetahuan” (ehl-I ilm, ulema), yang terdiri tidak saja

imam atau orang yang mengabdi di masjid, tetapi juga hakim (qadi) dan mufti, serta orang

lain dalam dunia budaya (orang yang digelari efendi), demikian pula anggota kelas pencatat,

yang juga harus menjalani pelatihan agama. Lembaga agama mengatur pula urusan-urusan

non Muslim di dalam negara, memberikan kepada mereka hak kemerdekaan untuk memilih

pemimpin keagamaaan mereka, hak menjalankan urusan-urusan khusus mereka dalam

pengajaran, hak peradilan (pidana dan sipil) maupun pajak di bawah pimpinan mereka.

Setiap kelompok non Muslim adalah golongan yang merdeka, yang mempunyai aliran

keagamaan yang beragam. Lembaga ini berfungsi sebagai fasilitator antara negara dengan

pengikut golongan-golongan keagamaan. Jadi, peran negara terhadap agama sangat dominan

dalam rangka membina umat beragama, dan antara agama dan negara. Hal ini dapat berjalan

lama, tetapi dalam perkembangan berikutnya, terutama memasuki zaman modern terjadi

perubahan mendasar dengan menghilangkan deteriminasi negara terhadap agama.

Perubahan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal sangat radikal, melakukan pembaruan

Turki modern di atas pijakan westernisasi, sekularisai, dan nasionalisme. Namun demikian,

menurut Harun Nasution sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Iqbal bahwa
sekularisasi yang dilakukannya itu tidak sampai menghilangkan agama dan Kemal tidak

berhasil membuat Turki lepas sama sekali dari ikatan agama karena rakyatnya masih

memegang teguh Islam, karena selain kebergamaan masya-rakat Turki yang mendalam tidak

serta merta dihapuskan, demikian pula negara juga membutuhkan lembaga-lembaga Islam.

Jadi sekularisasi bukan berarti meninggalkan agama, tetapi pemisahan urusan agama dan

politik, meninggalkan simbol-simbol agama atas nama kepentingan politik atau jastifikasi

politik.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Gunawan, Artikulasi Islam Kultural dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah (Cet. I; Jakarta:

PT Raja Grafindo Persasda, 2004), h.134.

Albert Hourani, A History of The Arab Poeples, terj. Irfan Abu Bakar, Sejarah Bangsa-bangsa

Muslim (Cet. I; Bandung: Mizan, 2004 ), h. 412

Albert Hourani, A History of The Arab Poeples, terj. Irfan Abu Bakar, Sejarah Bangsa-bangsa

Muslim, h. 418

Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam

Mulia,1998), hlm.2

Badri yatim, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: raja Grafindo persada, 1994), cet II, hal. 192

Badri yatim, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: raja Grafindo persada, 1994), cet II, hal. 130

Fahrurrozi dkk., Kaum Minoritas dan Politik Negara Islam, h. 347

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet. VIII,

Jakarta: BUlan Bintang, 1991), h. 98.

J. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, h. 180-181.

Kamal Sa’id Habib, al-Akalliyāt wa al-Siyāsah fi al- Khubrati al-Islāmiyah, terj. Ahmad

Fahrurrozi dkk., Kaum Minoritas dan Politik Negara Islam, h. 517,

Asep Gunawan, Artikulasi Islam Kultural dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah (Cet. I;

Jakarta: PT Raja Grafindo Persasda, 2004), h.134.


Komaruddin Hidayat (Editor), Islam Negara dan Civil Society, gerakan dan Pemikiran Islam

Kontemporer (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 2005), h. 80

Nick Clark (eds), “Education in Turkey.” WENR (World Education News and Reviews). 2012.

http://wenr.wes.org, [29 Mei 2015]

Sachi Hatakenaka, Higher Education in Turkey for 21st Century: Size and Composition, (Turkey,

2006), hlm. 10

United Nations Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan International

Bureal of Education, World Data on Education, Turkey, VII Ed. 2010/2011. hlm. 1.

Anda mungkin juga menyukai