Anda di halaman 1dari 53

SEJARAH ISLAM DI TURKI USMANI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Studi Islam

Dosen Pengampu: Dr.Nurul Ichsan M.A.

KELOMPOK 2

1. Muhammad Hafizzuddin R (11230860000048)


2. Muhammad Fiqih (11230860000045)
3. Faqih Arkaan (11230860000101)
4. Miftahul Jannah (11230860000105)
5. Nahla Azkia (11230860000017)

KELAS 1C

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


melimpahkan nikmat dan karuniaNya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini telah kami susun dengan baik dan maksimal serta sesuai me
nurut referensi dari beberapa buku maupun jurnal yang telah kami baca, sehingg
a dapat memperlancar serta mendukung proses pembuatan makalah ini. Untuk it
u, kami menyampaikan banyak terima kasih atas bimbingan dosen pengampu m
ata kuliah Studi Islam dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu semua,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi s
usunan kalimat maupun tata bahasa.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kek
urangan, maka dengan sangat terbuka kami menerima kritik dan saran agar ka
mi dapat memperbaiki makalah ini supaya lebih baik dan dapat berguna dengan
sebaik mungkin.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Sejarah Islam di


Turki Utsmani ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembacany
a.

Tangerang Selatan, 17 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Sejarah Awal Berdirinya Turki dan Perkembangannya.............................................3
2.2 Sejarah Perkembangan Islam di Turki Masa Lalu.....................................................5
2.3 Sejarah Perkembangan Islam di Turki Masa Reformarsi..........................................9
2.4 Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Turki Utsmani................................12
2.4.1 Kerajaan Utsmaniyah Masa Sultan Osman I....................................................12
2.4.2 Kerajaan Utsmaniyah Masa Sultan Orhan.......................................................15
2.4.3 Kerajaan Utsmaniyah Masa Murad I...............................................................16
2.4.4 Kerajaan Utsmaniyah Masa Bayazid I..............................................................17
2.4.5 Kerajaan Utsmaniyah Masa Muhammad I......................................................18
2.4.6 Kerajaan Utsmaniyah Masa Murad II..............................................................19
2.4.7 Kerajaan Utsmaniyah Masa Sultan Muhammad Al-Fatih................................20
2.4.8 Kerajaan Utsmaniyah Masa Salim I.................................................................23
2.4.9 Kerajaa Utsmaniyah Masa Sulaiman I..............................................................23
2.5 Sultan-Sultan yang berkuasa..................................................................................24
2.6 Masa Kejayaan Turki Utsmani................................................................................44

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah Islam di Kesultanan Utsmaniyah yang dikenal sebagai Turki
Utsmaniyah, Turki utsmaniyah pun dikenal sangat kaya dan berlangsung selama
berabad-abad. Kesultanan Utsmaniyah didirikan pada awal abad ke-14 oleh
Osman Gazi, seorang pemimpin yang memerintah wilayah kecil di Anatolia, yang
sekarang menjadi bagian dari Turki modern. Kesultanan ini tumbuh dan
berkembang secara pesat, menggantikan Kekaisaran Bizantium sebagai kekuatan
dominan di wilayah tersebut. Ibukota Kesultanan Utsmaniyah adalah kota Bursa,
kemudian dipindahkan ke Istanbul (pada abad ke-14 disebut Konstantinopel) pada
tahun 1453 setelah penaklukan kota oleh Sultan Mehmed II. Istanbul menjadi
pusat penting Islam di Utsmaniyah dan juga rumah bagi Masjid Hagia Sophia
yang terkenal, yang awalnya adalah gereja Kristen Ortodoks.

Islam menjadi agama resmi Kesultanan Utsmaniyah pada masa pemerintahan


awalnya. Para penguasa Utsmaniyah mendukung agama Islam dan memberikan
perlindungan kepada ulama Islam serta mendirikan berbagai institusi Islam,
seperti sekolah agama dan yayasan amal. Kesultanan Utsmaniyah dikenal dengan
kebijakan toleransi agama. Selama berabad-abad, orang-orang dari berbagai
agama seperti Islam, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan di bawah
pemerintahan Utsmaniyah. Beberapa komunitas agama minoritas memiliki hak-
hak dan kebebasan beragama mereka yang dijamin. Kesultanan Utsmaniyah juga
merupakan tempat perkembangan ilmu dan kebudayaan Islam. Di sini, banyak
cendekiawan Islam terkemuka muncul, dan karya-karya penting dalam berbagai
bidang, seperti teologi, sastra, dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1922, Republik
Turki modern diumumkan di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk, yang
mengganti sistem politik dan hukum Turki menjadi yang sekuler, mengakhiri
masa Kesultanan Utsmaniyah.

1
Sejarah Islam di Kesultanan Utsmaniyah mencakup periode yang panjang dan
kompleks. Pada puncak kejayaannya, kesultanan ini adalah salah satu kekuatan
terkuat di dunia Islam dan mewarisi tradisi kekaisaran sebelumnya seperti
Kekhalifahan Abbasi dan Kekaisaran Bizantium. Dalam banyak cara, pengaruh
budaya dan agama Islam masih terasa di Turki modern, meskipun negara tersebut
telah mengalami transformasi besar dalam beberapa dekade terakhir.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah

1. “Bagaimana sejarah awal masuknya islam di turki pada masa abad


pertengahan?”
2. “Bagaimana sejarah awal masuknya islam di turki pada masa reformasi?”
3. “Siapa saja tokoh bersejarah dalam kejayaan islam di turki?”
4. “Bagaimana perkembangan islam di Turki?”
5. “Bagaimana islam runtuh dari kejayaan Turki Utsmani?”

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah awal masuknya islam di turki pada masa abad
pertengahan
2. Mengetahui sejarah awal masuknya islam di turki pada masa reformasi
3. Mengetahui tokoh bersejarah dalam kejayaan islam di turki
4. Mengetahui perkembangan islam di Turki pada masa kejayaanya
5. Mengetahui penyebab islam runtuh dari kejayaan Turki Utsmani

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Awal Berdirinya Turki dan Perkembangannya


Negara Turki atau yang kita kenal saat ini ini, Republik Turki,
keberadaannya telah mengalami babakan sejarah yang cukup Panjang, bermula
dari berdirinya kerajaan Turki Usmani pada periode pertengahan. Masa
kemajuannya dihitung dari mulai digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang
belum ditundukkan oleh pendahulu bangsa turki. Keberhasilan mereka dalam
memperluas wilayah kekuasaan serta terjadinya peristiwa-peristiwa penting
merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
kemajuan turki dan sejarah perkembangan islam di Turki.

Pendiri Turki adalah bangsa turki sendiri dari kabilah Qayigh Oghus salah
satu anak turki yang mendiami sebelah barat gunung Gobi, atau daerah mongol
dan daerah utara negeri Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman.

Osman Ghazi atau yang dikenal sebagai Osman I adalah pendiri


Kesultanan Utsmaniyah atau kekaisaran Turki Ottonom. Pada masa

3
kepemerintahanya, Osman I fokus melakukan penaklukan untuk membangun
kerajaanya yang masih sangat kecil. Perjuanganya pun tidak sia-sia. Pasalnya,
Kesultanan Utsmaniyyah terus berkembang hingga menjadi negara adidaya yang
menguasai Timur Tengah, Eropa Timur, dan Afrika Utara.

Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa


Mongol yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti
Khawarizm pada tahun 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya kemudian
pindah ke arah barat dan meminta perlindungan Jalaluddin, pemimpin
terakhir Dinasti Khawarizm diTransoxiana. Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar
pergi kearah barat (Asia Kecil). Kemudian mereka menetap di sana dan pindah ke
Syam dalam rangka menghindari serangan mongol. Dalam usahanya pindah ke
Syam itu, pemimpin orang-orang Turki mendapat kecelakaan. Mereka hanyut
di sungai Efrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar pada tahun 1228.3
Akhirnya mereka ter- bagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang
kenegeri asalnya; dan yang kedua meneruskan perjalanannya ke Asia Kecil.
Kelompok kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril
(Erthogrol) ibn Sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya dirinya kepada Sultan
Alauddin II dari Dinasti Saljuk Rum yang pusat pemerintahannya di Kuniya,
Anatolia Asia Kecil. Pada saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi
bahaya peperangan dari bangsa Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi
Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari bangsa Turki pimpinan Erthogrol,
Sultan Alauddin II dapat mencapai kemenangan. Atas jasa baik tersebut Sultan
menghadiahkan sebidang tanah yang perbatasan dengan Bizantium. Sejak itu
Erthogrol terus membina wilayah barunya dan berusaha memperluas wilayahnya.
membagi sejarah perkembangan Turki Usmani menjadi lima periode, yaitu:

1.Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan,


ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari
pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.

4
2.Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan
cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa
Muhammad I sampai Sulaiman I.

3.Periode ketiga (1566-1699). Periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani


untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun,
kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.

4.Periode keempat (1699-1838). Periode ini ditandai degan berangsur-angsur


surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para
penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.

5.Periode kelima (1839-1922). Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural


dan administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide Barat, dari masa
pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.

2.2 Sejarah Perkembangan Islam di Turki Masa Lalu


perkembangan Islam di Turki masa lalu adalah masa ketika Turki sebagai
kerajaan Islam, atau masa-masa ketika Turki berada dalam periodesasi sejarah
Islam. mulai periode pertama tahun 1299-1942 M sampai periode keempat tahun
1699-1838. sebagaimana yang telah disinggung di atas, perkembangan Islam
dalam masa-masa tersebut dapat dilihat dari segi perkembangan wilayah Islam.

5
Ketika Usman sebagai pemimpin kerajaan Turki, dan sesaat setelah dia
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluargaUsman).
pada tahun 1300 M, dia memulai mengembangkan wilayah Islam. Perluasan
wilayah (ekspansi) para Sultan Usmani menjadi sebuah model. Hal ini
berlangsung sekiranya sampai dengan masa pemerintahan Sulaiman I. Untuk
mendukung hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan
Inkisyariyah.

Pasukan Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari
bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. Pasukan tersebut membuat
seolah-olah Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan
memberikan dorongan yang besar bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim.
Maka, pada masa Orkhan I Kerajaan Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir
(Asia Kecil) pada tahun 1327, Thawasyani (1330), Uskandar (1338), Ankara
(1354), dan Gholipolli (1356). Daerah-derah ini adalah bagian dunia Eropa yang
pertama kali dapat dikuasai Kerajaan Usmani.Ekspansi yang lebih besar terjadi
pada masa Murad I. Pada masa ini berhasil menaklukkan wilayah Balkan,
Adrianopel (sekarang bernama Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (ibukota
Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani.

6
Melihat kemenangan yang diraih oleh Murad I, kerajaan-kerajaan Kristen di
Balkan dan Eropa timur menjadi murka. Mereka lalu menyusun kekuatan
yang terdiri atas Hongaria, Bulgaria, Serbia, dan Walacia (Rumania), untuk
menggempur Dinasti Usmani. Akibat dari penggempuran tersebut adalah
wafatnya Murad I. Meskipun Murad I tewas dalam pertempuran tersebut,
kemenangan tetap di pihak Dinasti Usmani. Ekspansi berikutnya dilanjutkan
oleh putranya, Bayazid I. Sultan Bayazid yang naik tahta pada tahun 1389 M
mendapat gelar Yaldirin atau Yaldrum yang berarti kilat, karena terkenal dengan
serangan-serangannya yang cepat terhadap lawan-lawannya. Perluasan wilayah
terus berlanjut dan dapat menguasai Salocia dan Morea. Bayazid I juga
memperoleh kemenangan dalam Perang Salib di Nicapolas (1394). Ketika Sultan
Bayazid sedang memusatkan perhatiannya untuk menghadapi musuh-musuhnya
di Eropa, dia ditantang oleh musuh sesama Muslim yang datang dari Timur Lenk.
Seorang raja keturunan bangsa Mongol yang telah memeluk Islam dan berpusat di
Samarkhand. Timur Lank mendapat dukungan dari negeri-negeri di Asia Kecil
yang tak mau tunduk kepada Bayazid. Akhirnya, terjadi pertempuran hebat di
Ankara tahun 1402 M. Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Ergthogrol.
Kedua putra Sultan Bayazid dikalahkan dan ditawan oleh Timur Lenk pada tahun
1402. Kekalahan ini membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-
penguasa di Asia Kecil melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Wilayah
Serbia dan Bulgaria memproklamirkan kemerdekaannya. Menurut Syalabi, Sultan
Salim I pernah meminta kepada khalifah Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan
kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukkan Dinasti Mamalik. Pendapat lain
menyebutkan bahwa gelar “khalifah” sebenarnya sudah digunakan oleh Sultan
Murad (1359-1389 M) setelah ia berhasil menaklukkan Asia Kecil dan Eropa.
Dari dua pendapat ini, Syalabi berkesimpulan bahwa para Sultan Kerajaan
Usmani memang tidak perlu menunggu Khalifah Abbasiyah menyerahkan gelar
itu, karena jauh sebelum masa Kerajaan Usmani sudah ada tiga khalifah dalam
satu masa. Pada abad ke 10 M para penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir sudah
memakai gelar khalifah. Tidak lama setelah itu, Abd al-Rahman al-Nashir di
Spanyol menyatakan diri sebagai khalifah melanjutkan Dinasti Bani Umayyah di

7
Damaskus, bahkan ia mencela parapen dahulunya yang berkuasa di Spanyol yang
meras cukup dengan gelar “Amir” saja. Karena itu, ada kemungkinan para
penguasa Usmani memang sudah menggunakan gelar khalifah jauh sebelum
mereka dapat menaklukkan Dinasti Mamalik, tempat pusat pemerintahan para
Khalifah Abbasiyah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan
Dinasti Turki Usmani dalam perluasan wilayah Islam, yaitu:

1. Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi


dengan cita-cita memperoleh ghanimah, harta rampasan perang.
2. Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah
diam, serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk
tujuan penyerangan.
3. Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
4. Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat
menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul
terletak antara dua benua dan dua selat (selat Bosphaoras dan selat
Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia, baik kebudayaan
Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.
5. Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti
Usmani mengalahkannya.

Kemajuan dan perkembangan ekspansi Kerajaan Turki Usmani


berlangsung dengan cepat, hal ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang
politik, terutama dalam hal mempertahankan eksistensinya sebagai negara
besar. Hal ini berkaitan erat dengan sistem pemerintahan yang diterapkan para
pemimpin dinasti ini. Selain itu, tradisi yang berlaku saat itu telah membentuk
stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara kelompok penguasa
(smallgroup of rulers) dan rakyat biasa (large mass). Penguasa yang begitu
kuat itu bahkan memiliki keistimewaan, seperti :

1. Pengakuan dari bawahan untuk loyal pada sultan dan negara,


2. Penerimaan dan pengamalan, serta sistem berpikir dalam bertindak dalam
agama yang dianut merupakan kerangka yang integral,

8
3. Pengetahuan dan amalan tentang sistem adat yang rumit. yanng terpenting
adalah bahwa para pejabat dalam hal apapun tetap sebagai budak sultan.
Tugas utama seluruh warga negara, baik pejabat maupun rakyat biasa
adalah mengabdi untuk keunggulan Islam, melaksanakan hukum serta
mempertahankan keutuhan imperium.

Perkembangan lainnya adalah bahwa kerajaan Turki Usmani telah mampu


menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah Negara Turki menjadi
mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan yang amat
besar dalam penaklukan negeri-negeri nonMuslim. Bangsa-bangsa non Turki
dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak- anak Kristen diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Ketika terjadi konflik di
tubuh militer, maka Orkhan mengadakan perombakan dan pembaharuan yang
dimulai dari pemimpin-pemimpin personel militer. Program ini ternyata berhasil
dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut dengan pasukan Janis-
sari atau Inkisyariyah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan kuat dalam
penaklukan negeri non Muslim. Selanjutnya perkembangan dalam bidang
pendidikan, Dinasti Turki Usmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah
sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani pertama
didirikan di Izmir pada tahun 1331, ketika itu sejumlah ulama didatangkan dari
Irandan Mesir untuk mengembangkan pengajaran Muslim di beberapa teritorial
baru.

2.3 Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Turki Utsmani


2.3.1 Kerajaan Utsmaniyah Masa Sultan Osman I
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-
kira 3 abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk
Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi, ketika mereka menetap di Asia
Tengah. Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka
melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pegunungan di tengah tengah

9
saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana,
dibawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II,
sultan Saljuk yang saat itu sedang berperang melawan Bizantium. Atas bantuan
mereka, Sultan Alauddin II mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, sultan
Alauddin II menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota
Syukud sebagai ibu kotanya.

Ertugrul meninggal pada 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh


puteranya yaitu Utsman. Utsman bin Ertugrul inilah yang dianggap sebagai
pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun 1290-1326.
Sebagaimana ayahnya, Utsman Ertugrul mengabdikan dirinya untuk Sultan
Alauddin II dalam peperangan melawan Bizantium hingga dapat menduduki
beberapa wilayah Bizantium. Setelah beberapa saat menikmati kemenangan atas
Bizantium, serbuan tentara Monggol telah memporak-porandakan tentara Saljuk
bahkan Sultan Alauddin II terbunuh di tangan Mongolia. Kekalahan ini telah
menjadikan kesultanan Saljuk tercabikcabik.

Pada saat itu, Utsman bin Ertugrul memproklamirkan berdirinya sebuah


dinasti Islam dan mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Utsman yang
artinya Raja Besar Keluarga Utsman hingga dinastinya dinamakan dinasti
Utsmani pada tahun 699 H (1300 M). Dan ia menjadi penguasa pertama yang
sering disebut Utsman I. Setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota
Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota
kerjaan. Wilayahnya mencakup Eropa Timur, Asia Kecil, negeri-negeri Arab di
Asia Barat dan Afrika Utara. Dengan modal wilayah sempit di Anatolia Tengah
dan bekas wilayah Saljuk Rum, Turki Utsmani mampu mengembangkan sayapnya
ke Eropa Timur, Asia kecil, Asia Barat, dan Afrika Utara. Hal ini disebabkan
karena kuatnya manajemen politik dan militer yang tertata rapi dan di dukung
oleh kekuatan ekonomi yang mapan.

10
Sultan Osman I atau yang Bernama Osman Ghazi adalah bapak dari
Wangsi Utsmaniyah dan merupakan pemimpin pertama dari negara Utsmaniyah,
yang di masanya masih berupa kadipaten kecil. Sultan Osman I mewarisi jabatan
ayahnya sebagai adipati di bawah kesultanan Seljuk. Saat kesultanan mengalami
banyak masalah-masalah, Sultan Osman I memerdekakan dirinya dan memerintah
kadipaten kedaulatan itu sampai akhir hayatnya pada tahun 1323 M atau 1324 M.
Sepeninggalnya, keturunanya menggunakan namanya sebagai nama dinasti dan
negaranya yaitu Kesultanan Turki Utsmaniyah.

Pada masa kepemerintahanya, Sultan Osman I fokus melakukan


penaklukan untuk membangun kerajaanya yang masih sangat kecil. Perjuanganya
pun tidak sia-sia. Pasalnya, Kesultanan Utsmaniyyah terus berkembang hingga
menjadi negara adidaya yang menguasai Timur Tengah, Eropa Timur, dan Afrika
Utara.

Penaklukkan yang nyata dilakukan oleh Sultan Osman I setelah runtuhnya


kesultanan Saljuk adalah pendudukan atas benteng Eskişehir dan Karacahisar.
Kemudian Sultan Osman I juga menguasai kota penting di wilayah tersebut,
Yenişehir, yang kemudian digunakan menjadi ibu kota negaranya.

Setelah kemenangannya melawan pihak Romawi Timur pada pertempuran


Bapheus, Sultan Osman I memulai untuk mengatur pasukannya di dekat wilayah
kekuasaan Romawi Timur. Pengaruh Sultan Osman I yang semakin kuat membuat
Sebagian besar Masyarakat Romawi Timur secara bertahap keluar menuju
seberang Anatolia. Para pemimpin Romawi Timur berusaha untuk menaha Osman
I, tapi persiapan mereka sangatlah buruk dan tidak efektif. Di sisi lain, Osman I
menghabiskan sisa masa kekuasaannya untuk meluaskan wilayahnya dengan
melalui dua arah, yaitu sebelah utara sepanjang Sungai Sakarya dan barat daya
menuju Laut Mamara, dan Osman I berhasil memperluaskan daerah kekuasaanya
di dua arah tersebut pada tahun 1308 M. Pada tahun yang sama, para pengikutnya
turut serta dalam penaklukan salah satu kota Romawi, Ephesus, dan menduduki

11
kota tepi pantai terakhir milik Romawi, meskipun kota itu menjadi bagian dari
wilayah kekuasaan Amir Aydin.

Wilayah Terakhir yang dikuasai oleh Osman I adalah Bursa. Meskipun


Osman I tidak langsung turun ke medan perang dalam memperluaskan daerah
kekuasaanya di Bursa, tetapi keberhasilanya dalam mendudukin wilayah Bursa
membuktikan betapa pentingnya kedudukan kota tersebut sebagai pijakan untuk m
elawan Romawi Timur di Konstantinopel. Bursa kemudian dijadikan ibu kota pad
a masa kekuasaan putra dan penerus Osman, Orkhan.

2.3.2 Kerajaan Utsmaniyah Masa Sultan Orhan


Orhan Ghazi adalah penguasa kedua Negara Utsmaniyah yang berkuasa
pada tahun 1323 M atau 1324 M hingga 1362 M. Sultan Orhan lahir di Söğüt
sekitar tahun 1281. Sultan orhan sangatlah dekat dengan ayahnya yaitu Sultan
Osman I. Sultan Orhan mewarisi tampuk kepemimpinan negara.Sesuai tradisi
bangsa Turki, dia mengusulkan kepada kakak, Alaeddin, bahwa mereka harus
berbagi kekuasaan. Namun tawaran itu tidak diterima Alaeddin, dan pada
akhirnya Alaeddin menjadi wazir (menteri) pada masa pemerintahan Orhan.

Pada masa Sultan Orhan, ia melakukan perluasa daerah kekuasaannya


dengan menyerang Kawasan barat laut Anatolia yang dikuasai oleh Kekaisaran
Romawi timur, Bizantium. Orhan mengirim pasukan di bawah Konur Alp ke
pantai barat Laut Hitam, pasukan lain di bawah pimpinan Aqueda
menuju Kocaeli, dan pasukan lain untuk menduduki pantai tenggara Laut
Marmara. Kemudian dia mengambil alih kepemimpinan Bursa hanya dengan jalur
diplomatik. Komandan Romawi pelabuhan Bursa, Evronos, menjadi pemimpin
pasukan berkuda Utsmaniyah dan bahkan putra dan cucunya juga bekerja di
bawah Utsmaniyah dalam menaklukan berbagai daerah di Balkan.

Andronikos III, Kaisar Romawi Timur, mengumpulkan tantara bayaran


untuk menghadapi pasukan Orhan. Kedua pasukan bertemu di pertempuran
pelekanin pada tahun 1329 M. dan pihak Utsmaniyah memegang kemenangan
atas pertempuran tersebut.

12
Kota Nicaea takluk pada tahun 1331 M setelah pengepungan tiga tahun.
Kota Nikomedia juga berhasil direbut pihak Utsmani pada tahun 1337 M. Dengan
dikuasainya Üsküdar pada 1338, wilayah paling barat laut Anatolia berada di
bawah kendali Utsmani.

Pada tahun 1345, terjadi perang saudara di kadipaten Karesi, salah satu
kadipaten bangsa Turki di Anatolia saat itu, antara dua orang putra penguasa
Karesi lama yang telah meninggal untuk memperebutkan kursi kepemimpinan
kadipaten sepeninggalan ayah mereka. Sultan Orhan kemudian masuk ke tengah
pertikaian tersebut, menghukum mati mati salah satu dari dua bersaudara itu dan
menahan yang lain. Dengan demikian, wilayah Karesi menjadi wilayah kekuasaan
Utsmaniyah.

Dalam dua puluh tahun masa damai setelah penaklukkan karesi, Sultan
Orhan memusatkan perhatiannya terhadap penataan lembaga sipil dan bersenjata
yang telah diperkenalkan Alaeddin untuk menjaga kekuatan internal Utsmani. Di
sisi lain, perang saudara di dalam Kekaisaran Romawi Timur (1341-1347)
menguras sumber daya kekaisaran. Para pasukan dari kadipaten-kadipaten Turki
kerap dipanggil untuk membantu mereka di Eropa. Kaisar Ioannes VI
Kantakouzenos mengakui Utsmani sebagai kadipaten terkuat di antara kadipaten
Turki yang lain dan berusaha menggunakan kekuatan mereka secara permanen
untuk kepentingannya. Demi meraih tujuan itu, Sang Kaisar menikahkan putrinya
dengan Orhan, meski terdapat perbedaan agama dan usia di antara mereka.
Pernikahan mereka dilangsungkan dengan megah di Selymbria sebagaimana
dijelaskan oleh para penulis Romawi.

2.3.3 Kerajaan Utsmaniyah Masa Murad I


Ekspansi ke Eropa dilanjutkan oleh Sultan Murad I, penganti Orkhan yang
berkuasa pada tahun 761-189 H/ 1359-1389 M. Murad I adalah pemimpin utsmani
ketiga dan berkuasa sepeninggalan ayahnya diantara tahun 1361 hingga 1389. Ia
adalah putra Orhan dan Nilüfer Hatun. Murad I dijuluki Hüdavendigâr, yang

13
berasal dari bahasa Persia Khodāvandgār (‫)خداوندگار‬, yang berarti "yang disayangi
Tuhan".

Murad I dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani, dermawan, dan


agamis, ia juga kokoh memegang semua aturan dan sangat mencintainya. Selalu
berlaku adil pada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad dan membangun masjid,
sekolah, dan tempat berlindung.

Disamping itu ia juga memantapkan keamanan dalam negeri. Dalam


ekspansinya ia berhasil menaklukkan Adrianopel yang kemudian dijadikannya
sebagai ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan dan
perkembangan Turki Utsmani yang ekspansinya ke Eropa, membuat Paus
mengobarkan semangat perang. Sejumlah pasukan besar sekutu Eropa disiapkan
untuk memukul mundur Turki Utsmani. Pasukan tersebut dipimpin oleh Sijisman,
raja Hongaria. Namun, saat itu Sultan Bayazid I (1389-1403 M) penganti sultan
Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa
ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.

2.3.4 Kerajaan Utsmaniyah Masa Bayazid I


Sultan Bayazid I adalah Sultan Utsmaniyah yang berkuasa antara tahun
1389-1402. Ia adalah putra sultan Murad I dan Gülçiçek Hatun. Sultan Bayazid I
dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani, cerdas, dan murah hati, dan
demikian ambisi untuk meluaskan wilayah Utsmani. Oleh karena itu dia menaruh
perhatian besar pada masalah kemiliteran dan bencana menaklukkan negara-
negara Kristen di Anatolia. Hanya dalam jangka waktu setahun, negara-negara itu
telah berada di bawah kekuasaan pemerintahan Utsmani. Dalam geraknya, sultan
Bayazid I digambarkan laksana kilat diantara dua front Balkan dan Anatolia
sehingga dia diberi gelar “sang kilat”. Dia juga menghimpun satu dari pasukan
terbesar dan terbanyak pada masa itu untuk melakukan pengepungan terhadap
Konstatinopel. Meski misi tersebut pada akhirnya tidak berhasil. Secara de facto,
masa kekuasaan Bayezid berakhir saat kekalahannya pada

14
Pertempuran Ankara dari Timur Lenk yang menyebabkan penawanan dirinya dan
berujung pada mangkatnya pada Maret 1403. Sepeninggalnya, Utsmani memasuki
masa kekosongan karena anak-anaknya saling berperang menjadi penguasa
tunggal negara.

Pada era sultan Bayazid I, sultan Bayazid I meneruskan ekspansinya ke


Konstantinopel namun berpapasan dengan tentara Timur Lenk yang sedang
menyerbu Asia kecil dan terjadi pertempuran yang membawa kekalahan bagi
tentara Turki Utsmani. Pertempuran tersebut terjadi di Angkara tahun 1402 M.
Sultan Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan pada
tahun 1403 M. Sehingg ekspansi kerjaan Turki Utsmani terhenti selang beberapa
tahun.11 Hal ini berimplikasi pada kemerdekaan penguasapenguasa Saljuk dari
gengaman Turki Utsmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga
memproklamirkan kemerdekaan. Kemudian Secara intern, kekuasaan Turki
Utsmani juga tidak stabil karena terjadi perbutan kekuasaan di antara keluarga
Sultan Bayazid sampai Sultan Mahammad I (1403-1421 M) mampu menguasai
keadaan yang genting itu dan berusaha keras menyatukan negaranya serta
mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.

2.3.5 Kerajaan Utsmaniyah Masa Muhammad I


Mehmed I Çelebi adalah sultan Utsmaniyah yang berkuasa antara tahun
1413-1421. Dia menjadi sultan tunggal Negara Utsmaniyah setelah mengalahkan
saudara-saudaranya dalam konflik perebutan takhta selama sebelas tahun setelah
wafatanya ayah mereka sultan Bayazid I setelah ditawan oleh Timur Lenk. Atas
capaiannya, Mehmed kerap dijuluki sebagai pendiri kedua Utsmaniyah. Sultan
Mehmed I lahir pada tahun 1386 M dan wafat pada tahun 1387 M dan merupakan
anak keempat dari Sultan Bayazid I. Utsmani mewajibkan putra-putra sultan yang
sudah menginjak dewasa untuk dikirim ke salah satu provinsi untuk belajar
memerintah. Mehmed dikirim ke Eyalet Rum.

Pasca meninggalnya Timur Lenk pada tahun 1405 M, muncul keberanian


kerajaan Turki Utsmani untuk melepaskan diri dari Mongolia (kekuasaan Timur

15
Lenk) yang ketika menikmati keberhasilan justru terjadi perebutan kekuasaan di
antara keluarga dan putera-puteranya. Sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh
Sultan Muhammad I untuk memenangkan perseteruan dan menciptakan stabilitas
politik dalam negerinya. Namun disamping itu, juga terjadi perselisihan dalam
tubuh Turki Utsmani yakni adanya perselisihan antara putera-putera sultan
Bayazid (Muhammad I, Isa dan Sulaiman). Setelah 10 tahun perebutan kekuasaan
terjadi, akhirnya sultan Muhammad I berhasil mengalahkan saudara-saudaranya.
Sehingga sultan Muhammad I menjadi sultan Turki Utsmani yang sah. Usaha dia
yang pertama kali adalah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-
dasar keamanan dalam negeri.

2.3.6 Kerajaan Utsmaniyah Masa Murad II


Usaha Sultan Muhammad I diteruskan oleh pengantinya yaitu Sultan
Murad II (1421- 1451 M). Sultan Murad II adalah Sultan Utsmaniyah dari tahun
1421 hingga 1451 (kecuali antara tahun 1444 M hingga 1446 M). Sultan Murad
lahir pada tahun 1404 dan menghabiskan Sebagian besar masa kecilnya di
Amarsya.

Pada 1410, Sultan Murad II Bersama ayahnya, Sultan Mehmed I, pergi ke


Edirne yang merupakan ibu kota Utsmani pada saat itu. Setelah ayahnya naik
takhta, Sultan Murad ditugaskan untuk menjadi gubernur di suatu wilayah sebagai
bekal untuk memerintah kelak. Sultan Murad II tetap di Amasya sampai
mangkatnya sang ayah pada 1421, menjadikan dia dinobatkan sebagai Sultan
Utsmaniyah berikutnya di usianya yang masih enam belas tahun. Sultan Murad II
kemudian menyatakan perang terhadap Republik Venesia, Kadipaten
Karamanoğlu, Serbia, dan Hungaria. Karamanoğlu dikalahkan pada 1428 M dan
Venesia menarik diri pada 1432 menyusul kekalahan dalam Pengepungan
Salonika ke-2 pada 1430. Pada 1430-an Sultan Murad II menaklukan sebagian
besar wilayah Balkan dan berhasil menaklukan Serbia pada 1439.
Pada 1441 Kekaisaran Romawi Suci, Polandia dan Albania bergabung dalam
koalisi Serbia-Hungaria. Murad II memenangkan Pertempuran Varna pada 1444
M melawan János Hunyadi namun kalah dalam Pertempuran Jalowaz.

16
Pertempuran Varna terjadi pada 10 November 1444 di dekat Varna, Bulga
ria timur. Tentera Utsmaniyah di bawah kepemimpinan Sultan Murad II berhasil
mengalahkan pasukan gabungan Hungaria-Polandia dan Wallachia yang dipimpin
oleh Władysław III dari Polandia (juga Raja Hungaria), Hunyadi János (yang berti
ndak sebagai komandan pasukan gabungan Kristen) dan Mircea II dari Wallachia.

Murad yang sebenarnya lebih tertarik dalam masalah agama dan seni darip
ada pemerintahan turun takhta pada tahun 1444 dan menyerahkan kepemimpinan
negara kepada putranya, Mehmed. Meski demikian, Sultan Murad II kembali berk
uasa pada tahun 1446 M setelah Yanisari melakukan revolusi.

2.3.7 Kerajaan Utsmaniyah Masa Sultan Muhammad Al-Fatih


Sultan Muhammad al-Fatih (Muhammad II) berjabat pada tahun 1451-
1484 M. Suktan Mehmed II berkuasa pada tahun 1444-1446 M dan 1451-1481 M.
Mehmed II mengukir berbagai capaian pada masa kesultanannya, tetapi yang
paling dikenal adalah penakulkan Konstantinopel pada tahun 1453 M, dan
menjadikan Sultan Mehmed II mendapat julukan Al-Fatih atau “sang penakluk”.

Sultan Muhammad II atau Sultan Mehmed II berhasil mengalahkan tentara


Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel. Setelah penaklukan ini, Mehmed me
mindahkan ibu kota Utsmani dari Edirne ke Konstantinopel. Dua keponakan dan p
ewaris Kaisar Konstantinus XI Palaiologos lantas menjadi pelayan dekat Mehmed
dan kemudian masuk Islam dan diberi nama baru, Hass Murad dan Mesih. Hass

17
Murad diangkat sebagai Gubernur Balkan, sementara Mesih menjadi Gubernur Ga
llipoli dan kemudian wazir agung pada masa kekuasaan putra Mehmed, Bayezid I
I. Kaisar Konstantinus XI sendiri meninggal pada hari penaklukan Konstantinopel,
tetapi tidak ada saksi mata yang selamat yang melihat kematiannya. Kisah masyh
ur yang beredar menyatakan bahwa Konstantinus menanggalkan jubah kebesarann
ya dan berperang bersama prajurit yang tersisa sampai meninggal dalam pertempu
ran.

Pada awal April, upaya penaklukan Konstantinopel dimulai. Pada awalnya,


tembok kota dapat menahan pasukan Utsmani, meskipun Sultan Mehmed telah m
enggunakan meriam yang dibuat oleh Orban, insinyur dari Transilvania. Pelabuha
n Tanduk Emas dilindungi menggunakan rantai penghadang dan dijaga dua puluh
delapan kapal.

Dalam pengepungan ini, pihak Romawi Timur meminta bantuan dari Barat,
tetapi Paus memberikan persyaratan agar Gereja Ortodoks Timur bersedia bergab
ung di dalam kewenangan kepausan di Roma. Pihak kekaisaran sendiri sebenarny

18
a telah mengeluarkan maklumat penyatuan gereja, tetapi warga dan pemuka agam
a Ortodoks mengabaikannya karena kebencian mereka pada kewenangan Roma da
n ritus liturgi Latin dalam Katolik, juga lantaran perbuatan umat Katolik pada mas
a pendudukan mereka atas Konstantinopel saat Perang Salib Keempat. Beberapa p
asukan Barat datang memberikan bantuan, tapi sebagian besar penguasa di Barat s
ibuk dengan urusan masing-masing dan mengabaikan nasib Konstantinopel.

Pada 22 April, Mehmed menarik kapal perangnya ke darat, menaiki bukit


di sekitar koloni Genova di Galata, dan ke pantai utara Tanduk Emas. Delapan pul
uh kapal diangkat dari Bosporus setelah membuka rute, kurang lebih satu mil, den
gan kayu. Dengan keadaan demikian, pihak Romawi menempatkan pasukan mere
ka di atas dinding yang lebih panjang. Sekitar sebulan kemudian, Konstantinopel
akhirnya berhasil ditaklukan pihak Utsmani setelah 57 hari pengepungan. [9] Setela
h penaklukan ini, Mehmed memindahkan ibu kota Utsmani dari Edirne ke Konsta
ntinopel. Dua keponakan dan pewaris Kaisar Konstantinus XI Palaiologos lantas
menjadi pelayan dekat Mehmed dan kemudian masuk Islam dan diberi nama baru,
Hass Murad dan Mesih. Hass Murad diangkat sebagai Gubernur Balkan, sementar
a Mesih menjadi Gubernur Gallipoli dan kemudian wazir agung pada masa kekuas
aan putra Mehmed, Bayezid II. Kaisar Konstantinus XI sendiri meninggal pada ha
ri penaklukan Konstantinopel, tetapi tidak ada saksi mata yang selamat yang meli
hat kematiannya. Kisah masyhur yang beredar menyatakan bahwa Konstantinus m
enanggalkan jubah kebesarannya dan berperang bersama prajurit yang tersisa sam
pai meninggal dalam pertempuran.

Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed menghukum mati Çandarlı


Halil Pasya pada 1 Juni 1453. Setelah peristiwa ini, keluarga Çandarlı kehilangan
pengaruh yang mereka dapatkan sebelumnya, meski anggota keluarga ini ada yan
g diangkat menjadi wazir agung pada masa kekuasaan Bayezid II. Halil Pasya mer
upakan wazir agung pertama yang dihukum mati oleh sultan. Dengan terbukanya
Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, sehingga
lebih mudahlah arus ekspansi Turki Utsmani ke Benua Eropa.

19
2.3.8 Kerajaan Utsmaniyah Masa Salim I
Sultan Salim I adalah penguasa Utsmani kesembilan dan berkuasa pada
tahun 1512-1520 M. Sultan Salim I dilahirkan di Amasya pada tahun 1470 M
pada kekuasaan kakeknya yaitu Sultan Mehmed II. Pada 1481, ayah Selim naik
takhta sebagai Sultan Bayezid II. Watak kepribadiannya yang keras
menjadikannya mendapat julukan Yavuz Sultan Selim atau “keras”, “teguh”,
atau “tegas”.

Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), Turki Utsmani tidak melakukan
ekspansi ke Eropa tetapi justru mengerahkan tentaranya ke Mesir (dinasti
Mamluk), Persia dan Syiria.13

2.3.9 Kerajaa Utsmaniyah Masa Sulaiman I


Usaha sultan Salim I diteruskan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-
1566 M). Sultan Sulaiman I diperkirakan lahir pada tanggal 6 November 1494 du
Trabzon, di daerah Laut Hitam. Ibunya adalah Valide Sultan Aishe Hafsa Sultan
atau Hafsa Hatun Sultan, yang wafat pada tahun 1534 M.

Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat,


tetapi ke seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Utsmani seperti Tunisia,
Irak, Yaman, Budapest, Belgrado, Pulau Rodhes. Dengan demikian, luas wilayah
Turki Utsmani pada masa sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup Asia Kecil,
Armenia, Irak, Siria, Hijaz, Yaman (semua itu termasuk wilayah Asia), Mesir,
Libia, Tunis, al-Jazair (semuanya wilayah Afrika), Hongaria, Rumania, Yunani,
Yugoslavia, Albania, (semuanya wilayah di Eropa.14 Pada era Sultan Sulaiman I
inilah undang-undang dasar atau al-Qanun kerjaan Turki Utsmani terbentuk
sehingga ia diberi gelar al-Qanuni. Perebutan kekuasaan kembali terjadi setelah
Sultan Sulaiman wafat yang dilakukan oleh putera-puteranya, sehingga
menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Utsmani. Akan tetapi, meskipun terus
mengalami kemuduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang
sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Turki Utsmani masi
bertahan lima abad lagi setelah peristiwa ini.

20
2.4 Sultan-Sultan yang berkuasa
Berikut adalah nama-nama Sultan Turki Utsmani yang pernah berkuasa:

1. Erturul Ghazi

Erturul Ghazi berkuasa pada tahun 1230-1281 M. Erturul Ghazi


merupakan anak dari Kaya Alp Oglu Sulaiman Sah dan Haima Ana,
pemimpin dari Suku Oghuz, seorang Amir dinasti Saljuk Sultan
Alauddin II.
2. Utsman I

Utsman I berkuasa di Utsmani dari tahun 1281-1299 M. Utsman I


merupakan putra Ertugrul dan menjadi pengagas berdirinya
kerajaan Turki Utsmani dan berkuasa hingga wafat.

21
3. Orhan I

Orhan I berkuasa di Utsmanri pada tahun 1326-1359 M. Orhan I


Putera Utsman I dan Malhun Khatun berkuasa hingga wafat.
4. Murad I

Murad I berkuasa di Utsmani selama tahun 1359-1389 M. Ia


merupakan putra orhan I dan Nilufer Khatun, mati terbunuh di
medan pertempuran Kosovo pada 15 Juni 1389 M
5. Bayazid I

22
Bayazid I berkuasa di Utsmani pada tahun 1389-1401 M. Ia
merupakan Putera murad I dan Gul-Cicek Khatun, tertangkap
dipertempuran Ankara, meninggal dipengasingan Aksehir pada 8
Maret 1403 M.
6. Muhammad I

Muhammad I berkuasa di Utsmani pada tahun 1403-1421 M. Ia


merupakan Putera Bayazid I dan Devlet Khatun, berkuasa sampai
wafat.
7. Murad II

23
Murad II berkuasa di Utsmani pada tahun 1421-1444 M. dia
merupakan Putera Muhammad I dan Amina Khatun, mengasingkan
diri demi puteranya Muhammad II.
8. Muhammad II

Muhammad II berkuasa pada tahun 1451-1481 M. pada Masa


pemerintahan kedua, menaklukkan Konstantinopel pada tahun
1453 M, dan berkuasa hingga wafat.
9. Bayazid II

24
Bayazid II berkuasa pada tahun 1481-1512 M. Dia merupakan
Putera Muhammad II dan Siti Mukrimah Khatun, mengasingkan
diri dan meninggal pada 26 Mei 1512 di dekat Didymoteicho.
10. Salim I

Salim I berkuasa di Utsmani pada tahun 1512-1520 M. Dia


merupakan Putera Bayazid II dan Kul-Bahar Khatun, dan berkuasa
hingga wafat.
11. Sulaiman I

25
Sulaiman I berkuasa di Utsmani pada tahun 1520-1566 M. Dia
merupakan Putera Salim I dan Ayse Hafsa, berkuasa hingga wafat.
12. Salim II

Salim II berkuasa Utsmani pada tahun 1566-1574 M. dia


merupakan Putera Sulaiman I dan Hurrem (Karima), berkuasa
hingga wafat.
13. Murad III

26
Murad III berkuasa di Utsmaniya pada tahun 1574-1595 M. Dia
merupakan Putera Salim II dan Afife Nur Banu Valida Sultan,
berkuasa hingga wafat.
14. Muhammad III

Muhammad III berkuasa di Utsmani pada tahun 1595-1603 M. Dia


merupakan Putera Murad III dan Safiyah Valida Sultan, berkuasa
hingga wafat.
15. Ahmad I

27
Ahmad I berkuasa di Utsmani pada tahun 1603-1618 M. Dia
merupakan Putera Muhammad III dan Handan Valida Sultan,
berkuasa hingga wafat.
16. Musthofa I

Musthofa I berkuasa di Utsmani pada tahun 1617-1618 M. Dia


merupakan Putera Muhammad III dan Fuldane Valide Sultan,
diturunkan dari Tahta karena cacat mental dan digantikan
keponakannya Utsman II atau Osman II.

28
17. Utsman II

Utsman II berkuasa pada tahun 1618-1622 M. Dia merupakan


Putera Ahmad I dan Khadija Valida Sultan, diturunkan melalui
pemberontakan Yanisari pada 19 Mei 1622. Dibunuh pada 20 Mei
1622 M oleh Wazir Agung Kara Davud Pasa
18. Musthofa I
Bertahta yang kedua kali, setelah keponakannya Utsman II
dibunuh. Dan diturunkan lagi karena cacat mental dan dipenjara
hingga wafat di Istanbul pada 20 Januari 1639 M
19. Murad IV

29
Murad IV berkuasa pada tahun 1623-1640 M. Dia merupakan
Putera Ahmad I dan Mah-Peyker Kosem Valida Sultan, berkuasa
hingga wafat.
20. Ibrahim I

Ibrahim I berkuasa pada tahun 1640-1648 M. Dia merupakan


Putera Ahmad I dan Mah-Peyker Kosem Valida Sultan, diturunkan
pada 8 Agustus 1648 melalui Kudeta yang di pimpin oleh Syekhul
AlIslam. Dicekik mati di Istanbul pada 18 Agustus 1848 M
21. Muhammad IV

Muhammad IV berkuasa pada tahun 1648-1687 M. dia merupakan


Putera Ibrahim I dan Khadija, diturunkan pada 8 November 1687

30
M, setelah kekalahan Turki Utsmani dipertempuran Mohasc
Kedua. Dan meninggal di Erdine pada 6 Januari 1693.
22. Sulaiman II

Sulaiman II berkuasa di Utsmani pada tahun 1687-1691 M. Dia


merupakan Putera Ibrahim I dan Saliha Dilashub, berkuasa hingga
wafat.
23. Ahmad II

Ahmad II berkuasa di Utsmani pada tahun 1691-1695 M. Dia


merupakan Putera dari sultan Ibrahim I dan Khadijah Mu’azez
Haseki Sultan, berkuasa hingga wafat.

31
24. Mustofa II

Mustofa II berkuasa di Utsmani pada tahun 1695-1703 M. Dia


merupakan Putera Muhammad III dan Emetullah Valida Sultan,
diturunkan pada 22 Agustus 1703 karena pemberontakan yang
dilakukan Yanisari yang dikenal Kejadian Erdine dan meninggal di
Istanbul pada 8 Januari 1704 M.
25. Ahmad III

Ahmad III berkuasa pada tahun 1703-1730. Dia merupakan Putera


Muhammad III dan Emetullah Valida Sultan, diturunkan karena

32
pemberontakan Yanisa yang dipimpin oleh Patrona Halil, dan
meninggal pada tanggal 1 Juli 1736 M.
26. Mahmud I

Mahmud I berkuasa di Utsmani pada tahun 1730-1754. Dia


merupakan Putera Mashtofa II dan Saliha Valida Sultan, berkuasa
hingga wafat.
27. Utsman III

Utsman III berkuasa di Utsmani pada tahun 1754-1757 M. Dia


merupakan Putera Mushtofa II dan Shah Suvar Valida Sultan,
berluasa sampai wafat.
28. Mustafa III

33
Mustafa III berkuasa di Utsmani pada tahun 1757-1774 M. dia
merupakan Putera Ahmad III dan Amina Mihr Sah, berkuasa
sampai wafat.
29. Abd Al-Hamid I

Abd Al-Hamid I berkuasa di Utsmani pada tahun 1774-1789 M.


dia merupakan Putera Ahmad III dan Rabi’a Sharmi, berkuasa
sampai wafat.
30. Salim III

34
Salim III berkuasa di Utsmani pada tahun 1789-1807 M. Dia
merupakan Putera Musthofa III dan Mihr Sah Valida Sultan.
Diturunkan karena adanya pemberontakan Yanisari yang dipimpin
oleh Kabakci Musthofa menentang reformasinya. Dibunuh oleh
pembunuh misterius di Istanbul pada 28 Juli 1808.
31. Mustafa IV

Mustafa IV berkuasa d Utsmani pada tahun 1807-1808 M. Dia


merupakan Putera Abd Hamid I dan Bash Iqbal Nushatzaza.
Diturunkan karena pemberontakan yang dipimpin oleh Alemdar
Musthofa Pasha. Dieksekusi Istanbul pada 17 November 1808 M.
32. Mahmud II

35
Mahmud II berkuasa di Utsmani pada tahun 1808-1839 M. dia
merupakan Putera Abd Hamid I dan Nakhsi Dil Valida Sultan.
Berhasil membubarkan para Yanisari sebagai akibat dari insiden
yang menguntungkan pada 1826 M. Dan berkuasa hingga wafat
33. Abd Al-Majid I

Abd Al-Majid I berkuasa pada tahun 1839-1831 M. dia merupakan


Putera dari sultan Mahmud II dan Bezmi Alem Valida Sultan.
Yang Mengumumkan tentang perintah raja yang meluncurkan
periode reformasi dan reorganasisi Tanzimat pada 3 November
1839 atas usulan para tokoh reformasi Grand Vizier Musthtofa
Rashid Pasha. Menerima Edik Reformasi Kesultanan pada 8
Febuari 1856 M dan berkuasa sampai wafat. Dalam tahap ini Fase

36
Kemunduran Kesultanan Utsmaniyah Abd Majid I – Abd Hamid
II.
34. Abd Al-Aziz I

Abd Al-Aziz I berkuasa di Utsmani pada tahun 1861-1876 M. Dia


merupakan Putera Mahmud II dan Pertav Nihal Valida Sultan.
Diturunkan oleh menteri-menterinya. Dan ditemukan (mati bunuh
diri atau dibunuh) lima hari kemudian.
35. Murad V

Murad V berkuasa di Utsmani pada tahun 1876 M. Dia merupakan


Putera Abd Majid I dan Shavk Efza Valida Sultan, diturunkan
karena keinginannya untuk mereformasi kesultanan. Diperintahkan

37
untuk tinggal di istana Ciragan hingga ia meninggal pada 29
Agustus 1904 M
36. Abd Al-Hamid II

Abd Al-Hamid II berkuasa di Utsmani pada tahun 1876-1909 M.


Dia merupakan Putera Abd Majid I dan Tir-i Mujgan Ucuncu dan
kemudian anak angkat dari Rahime Piristu Valida Sultan (ibu
angkat dari Abd Majid Hamid II). Pendirian Konstantinopel
pertama pada 23 November 1876 kemudian ditangguhkan pada 13
Febuari 1878 M. Restorasi kekuasaan Konstitusional kedua pada
tanggal 3 Juli 1909. Dan dikurung di istana Beylerbeyi sampai
meninggal pada 10 Febuari 1918 M.
37. Muhammad V Rasyid

Muhammad V Rasyid berkuasa di Utsmani pada tahun 1909-1918


M. Dia merupakan Putera Abd Majid dan Gul Cemal Dorduncu. Ia

38
memerintah sebagai pemimpin figuran (lambang saja). Sampai
wafat.
38. Muhammad VI

Muhammad VI berkuasa di Utsmani pada tahun 1918-1922 M. Dia


merupakan Putera Abd Majid I dan Gulistan Munire, Kesultanan
Utsmaniyah di hapuskan. Meninggal di Istanbul pada 17
November 1922 M. Kabar lain; Mati dipengasingan di Sanremo,
Italia pada 16 Mei 1926 M
39. Abdul Majid II

Abdul Majid II berkuasa di Utsmani pada tahun 1922-1924 M. Dia


merupakan Putera Abd Aziz I dan Hayran dil Kadin Efendi.
Dipilih sebagai Khalifah oleh ‘Majelis Nasional Besar Turki’.

39
Diasingkan setelah pembubaran kalifat. Meninggal di Paris,
Perancis pada 23 Agustus 1944 M.

Dari Sultan-sultan yang telah berkuasa di Turki Utsmaniyah , penulis dapat


menyimpulkan bahwa Turki Utsmani memiliki beberapa fase kejadian-kejadian
yang penting, yaitu:

1. Fase I : pembentukkan kekuasaan dan terbentuknya Kerajaan Turki


Utsmani pada masa Ertugul
2. Fase II : pendirian Kesultanan Utsmaniyah tahun 1299-1402 M, yaitu pada
masa Sultan Utsman I
3. Fase III : kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah tahun 1413-1453 M, pada
masa Sultan Muhammad I
4. Fase IV : perkembangan kesultanan Utsmaniyah tahun 1453-1683 M, pada
masa Muhammad Al-Fatih
5. Fase V : stagnasi Kesultanan Utsmaniyah tahun 1683-1827 M, pada masa
Sultan Sulaiman II
6. Fase VI : kemunduran Kesultanan Utsmaniyah tahun 1827-1908 M, pada
masa Abd Majid I
7. Fase VII : pembubaran Kesultanan Utsmaniyah tahun 1908-1918 M, pada
masa Sultan Muhammad V
8. Fase VIII : pembagian Kesultanan Utsmaniyah tahun 1918-1922 M, pada
masa Sultan Muhammad VI
9. Fase IX : Kekhalifahan Republik tahun 1922-1924 M

Dalam sumber lain mengatakan bahwa pemerintah Turki Utsmani pada


awalnya berpusat di Qurah Hisyat yang kemudian pindah ke Bursa. Dinasti
Utsmani dibangun oleh sekelompok militer Budak Saljuk yang dipimpin oleh
Utsman Bin Ertugrul yang juga sebagai Sultan Pertama Turki Utsmani. Periode
kekuasaan dinasti Turki Utsmani terbagi beberapa periode yang masing-masing
telah dipisahkan dengan perbedaan inovasi-inovasi historisnya.

40
1. Periode I, mulai masa Sultan Utsman bin Ertugrul sampai masa Sultan
Bayazid I, merupakan masa pembentukan awal Kesultanan Turki Utsmani
dan perluasan daerahnya. Hal ini diperkuat dengan adanya sistem politik
yang menjadikan sultan sebagai Khalifah atau sebagai kepala
kepemerintahan, dan al-fatih sebagai pimpinan perluasan daerah, pimpinan
militer.
2. Periode II, Ketika masa kekuasaan Sultan Muhammad I sampai Sultan
Sulaiman I, ditandai dengan perluasan kekuasaan yang cukup besar.
Bahkan Sultan Sulaiman I sudah dapat memasuki gerbang wina. Pada
masa Sultan Sulaiman terjadi peristiwa Ismisasi fisik besar-besaran. Kota
Konstantinopel yaitu ibu kota romawi direbut pada tahun 1453 M,
sehingga gereja Santa Sophia diubah menjadi Masjid. Hal ini diikuti oleh
gereja-gereja kecil yang kemudian dijadikan masjid juga. Begitu juga kota
Konstantinopel diganti namanya menjadi Istanbul yang berarti kota islam.
3. Periode III, Sultan Salim I sampai Mustafa II, ditandai dengan kemampuan
dalam mempertahankan wilayah teritorial yang sudah dikuasai, khalifa
sebelumnya.
4. Periode IV, Sultan Ahmad II sampai Mahmud II, pada masa ini mulai
menunjukkan kesurutan.
5. Peridoe V, Sultan Abdul Majid I sampai Sultan Abdul Majid II Nampak
mulai masuknya ide-ide Barat di Turki.

2.5 Masa Kejayaan Turki Utsmani


Sulaiman atau dikenal oleh rakyatnya dengan sebutan “Al-Qonuni” yang
artinya pemberi hukum karena rakyat-rakyatnya sangat menghormatinya, dan
namanya pun dijadikan nama perundang-undangan. Sulaiman memberikan buku
kepada Ibrahim Al-Habibi (Aleppo w.1549) untuk Menyusun sebuah buku hukum
yang berjudul “Mutalaqa al-abhur” yang artinya titik pertemuan lautan. Buku
tersebut pun menjadi karya standar menyangkut undang-undang hukum Utsmani
hingga terjadinya reformasi pada abad ke-19.

41
Raja Sulaiman adalah sultan yang telah memperindah dan
menyempurnakan ibu kota Kerajaan Turki Utsmani serta pada kota-kota lainya
dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, musium, jembatan,
terowongan, jalur kereta, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235
diantaranya dibangun oleh arsitek kepercayaannya yang Bernama Sinan. Ia pada
asalnya adalah seorang Kristen dari Anatoli yang kemungkinan menemukan
jalanya ke konstantinopel Ketika ia mengembara sebagai seorang pemuda biasa.
Sinan kemudian menjadi arsitek paling terkenal dan paling istimewa yang pernah
dilahirkan oleh Turki Utsmani. Karya agungnya adalah masjid agung
“Sulaimaniyah” untuk mengenang tuanya yaitu sultan sulaiman dan dirancang
sedemikian rupa untuk menyaingi Santa Sopia. Kerajaan Turki Utsmani
sebagaimana kerajaan Romawi dan kekhalifahan Abbasiyah yang berkembang
sebelumnya, pada umumnya lebih menekankan aspek militer dan
mengembangkan prinsip dinasti dalam organisasinya. Tujuan utamanya tidak jauh
dari kesejahteraan warga negaranya, yang personifikasinya diwakili sosok
KhalifahSultan. Warga negaranya terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda-
beda, di antaranya: Arab, Suriah, Irak, Mesir, Berber, Kurdi, Aremenia, Slavia,
Yunani, Albania, dengan bermacam-macam keyakinan, bahasa, dan cara hidup
(budaya), yang semuanya terhimpun di bawah kekuasaan Turki Utsmani. Bahkan
masyarakat Turki pribumi sendiri berbeda dengan kelas penguasa, yaitu mereka
yang lebih suka menyebut diri mereka sendiri dengan sebutan “Utsmanili atau
Osmali”, keluarga Utsmani bisa dimasukkan ke dalam kelompok negara umum.
Bangsa-bangsa Turki sejak dulu hingga kini tetap menjadi warga kelompok
minoritas dalam lingkup kekuasaan yang luas, dan tidak pernah menjajah negeri-
negeri arab. Keluarga penguasa memelihara keturunan mereka cara menikahi
Wanita-wanita yang non-muslim, dan memberikan hak kewarganegaraan secara
penuh kepada siapa saja yang menerima islam, memakai bahasa turki, dan
berkerja sama dengan penguasa.

Sistem rekrutmen pasukan dari remaja dan pemuda yang islam dilakukan
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan militer dan layanan sipil. Dan juga

42
mampu menyaingi pesatnya pertumbuhan anak muda dari kalangan non-muslin.
Anak-anak muda yang berbakat dari kelompok Masyarakat yang ditaklukkan
dibawa ke ibu kota. Kemudian mereka diislamkan, diturkikan, dan digunakan
demi keagungan dan kemajuan Negara Turki Utsmaniyah.

2.6 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemajuan Turki Utsmani


1. Aspek Politik
Secara politis, keberhasilan ekspansi Turki sangat dipengaruhi oleh
visi dinsati yaitu pelaku ekspansi islam untuk melakukan pembebasan-
pembebasan wilayah-wilayah baru. Begitu juga sifat-sifat politik para
sultan Turki Utsmani sangatlah berpengaruh. Salah satu contohnya adalah
Sultan Muhammad Al-Fatih, ia bukan hanya seorang sultan melainkan
juga sebagai panglima tertinggi militer. Maka sangatlah wajar jika
pemikiran politis seorang sultan di Turki Utsmani sangat berpengaruh
karena salah satu keberhasilanya dari Sultan Muhammad Al-Fatih adalah
dapat menguasai Kontantinopel. Jadi, yang dapat penulis jelaskan bahwa
aspek politik dapat berpangaruh dalam kamajuan Turki Utsmani adalah
tingginya semangat yang dimiliki oleh orang-orang di Turki Utsamani
terutama para sultanya untuk memajukan Turki Utsmani.
2. Aspek Militer
Di samping aspek politik, Turki Utsmani juga memiliki kekuatan
militer yang sangat kuat. Turki Utsmani berhasil membentuk pasukan
militer yang sangat kuat yaitu dengan dibentuknya pasukan Ghazi
(penakluk awal) yang berisikan orang-orang Turki, pasukan militer budak
(dari bangsa non Turki) dan pasukan kavaleri propinsial yang sangat
mendukung kejayaan islam di Turki Utsmani. Ada sebuah hadits yang
menciri-ciri kan pasukan Turki yang akan menaklukkan Konstantinopel.
Berikut haditsnya :

Dari Abdullah bin Bisyr Al Ghonawi, ia berkata: Bapakku telah mencerita


kan kepadaku: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam b
ersabda:

43
‫َلُتفَتحَّن الُقسطنطينيُة ولِنعَم األميُر أميُرها ولنعم الجيُش ذلك الجيُش‬
“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin a
dalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan p
erang saat itu“.
Dari hadits tersebut penulis bisa menyimpulkan bahwa kekuatan
militer di Turki Utsmani sangatlah terjamin dari fisik maupun iman-nya.
Oleh karena itu, aspek militer Turki Utsmani sangat berpengaruh terhadap
kemajuan Turki Utsmani.
3. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sangatlah berpengaruh karena mustahil aspek
militer dan aspek politik tidak diiringi dengan ekonomi yang mencukupi.
Dengan ekonomi yang maju dan sangat memadai, kekuatan militer Turki
Utsmani bisa bertambah kuat dan juga senjata yang dimiliki pasukan Turki
Utsmani bisa menandingi Kerajaan-kerajaan lain.
4. Aspek Pemikiran
Dalam pemikiran orang-orang Turki Utsmani, mereka didasari
dengan ideologi islam yang meyakini semua hanya milik Allah SWT dan
segala perbuatan kita harus karena Allah SWT. Lalu segala perbuatan yang
dilakukan oleh Turki Utsmani juga didasari oleh syari’at islam. Oleh karena
itu Ketika Turki Utsmani menguasai sebuah wilayah yang penduduk
sebelumnya tidak beragama islam akan diberikan kebebasan dalam
beragama dengan syarat-syarat tertentu. Jadi, penulis menyimpulkan
dengan pemikiran Turki Utsmani yang masih berdasarkan syari’at islam
sehingga mereka tidak takut untuk menghadapi musuh dan memiliki
semangat yang tinggi dalam menyebarkan ajaran islam.
5. Aspek Sosial Politik
Turki Utsmani menjadi dinasti yang kuat karena di dukung juga ole
h struktur sosial politik yang kuat yaitu ‘Askeri (pendukung dan pelaksana
pemerintahan) yang terdiri dari pasukan Ghazi (orang-orang Turki yang me
njadi tulang punggung penaklukkan awal dan para administrator negara yan
g kebanyakan pasukan kavaleri) dan pasukan Jenissari (sukarelawan non T

44
urki sebagai kekuatan infantri dan artileri). Selain Ghazi, komponen penduk
ung yang tidak kalah pentingnya adalah Re’aya yaitu unsur produksi berbas
is pertanian yang dikembangakan oleh petani sebagai penopang pemerintah
an.

2.7 Sejarah Perkembangan Islam di Turki Masa Reformarsi


Kelahiran Republik Turki Yang terjadi pada 29 Oktober 1923 dan
dipimpin oleh Mustafa Kemal yang di tandai dengan bergantinya turki ke masa
reformasi dan berbentuk republik. Bentuk republik ini adalah perubahan turki dari
imperium Usmani menjadi turki pada masa reformasi. Perubahan itu adalah
keputusan Mustofa Kemal yang ingin membentuk turki menjadi sebuah negara
sekuler modern yang didasarkan kepada kekecewaanya yang sangat mendalam
terhadap sistem kekhalifahan yang terjadi pada sebelumnya. Pada 3 Maret 1924
Mustofa Kemal membubarkan institusi yang telah ada sejak masa lalu. Sistem
pemerintahan turki pun berubah dari sistem dinasti menjadi sistem yang
berdasarakan pada pokok populisme (kerakyatan). Sehingga, sistem
kepemerintahan di turki saat masa kepemimpinan Mustofa Kemal berpegang pada
pilihan rakyat dan bukan lagi menjadi sistem kekhalifahan yang terjadi sebelum
masa reformasi di Turki.

Musatafa Kemal Atatürk (19 Mei 1881 – 10 November 1938) adalah


seorang perwira militer dan negarawan Turki yang memipin revousi negeri itu. Ia

45
juga merupakan pendiri dan presiden pertama Republik Turki. Ideologinya yang
sekularis dan nasionalis. Setelah kekalahan Kesultanan Utsmaniyah di tangan
tantara sekutu, dan rencana-rencana berikutnya untuk memecah negara itu,
Mustafa Kemal memimpin gerakan nasional Turki dalam apa yang kemudian
menjadi perang kemerdekaan Turki.

Gambar tersebut adalah bukti dari adanya perang kemerdekaan Turki.


Kampanye militer Mustafa Kemal sukses menghasilkan kemerdekaan negara dan
ini juga terbukti dengan terbentuknya Republik Turki. Sebagai presiden yang
pertama, Mustafa Kemal memperkenalkan serangkaian pembaruan luas dalam
usahanya menciptakan sebuah negara modern yang sekuler dan demokratis.

Islam telah berkembang pesat di Turki sebelum Turki memasuki masa


reformasi atau masa peralihan dari sistem kekhalifahan menjadi sistem
kepemrintahan republik. Jumlah penduduk non-muslim berkurang dari 20%
menjadi 2,6% dan sebaliknya penduduk muslimnya semakin bertambah. Pada
sensus terakhir di tahun 2000, umat islam mencapai angka 98%. Dan sampai
tahun 2007 jumlah Masyarakat muslim di turki tetap bertahan dan bahkan

46
meningkat walaupun tidak sampai menjadikan seluruh masyarakatnya beragama
islam.

Perkembangan islam dari aspek lain di Turki adalah perkembangan dari


segi penerapan hukum islam yang diatur oleh undang-undang negara tersebut.
Misalnya, undang-undang keluarga 1924 mengharamkan poligami, menjadikan
suami istri berkedudukan sama dalam perceraian pun harus dijatuhkan di
pengadilan dengan syarat-syarat tertentu dan tidak semata-mata suami yang
menceraikan dan langsung cerai. Dan pada tahun 1934 kamu Wanita
diperbolehkan untuk mencalonkan menjadi pemimpin dalam pemilihan nasional.
Dari segi hukum ini, kelompok 2 dapat menyimpulkan bahwa hukum negara di
turki pada masa tersebut banyak yang tidak sejalan denga hukum islam walaupun
secara umum masyarakatnya mayoritas beragama islam. Hukum tersebut
mengandung beberapa peraturan yang seharusnya di islam dihalalkan dan
diperbolehkan tetapi diharamkan dan tidak diperbolehkan. Salah satu contohnya
adalah hukum islam menghalalkan poligami tetapi hukum di turki pada masa itu
mengharamkanya.

Pada dekade 1960-an terjadi konflik partai di turki, penyebab konflik


tersebut antara lain adalah meningkatnya kecenderungan kesadaran politik.
Namun, dalam suasana tersebut islam tetap berkembang. Aspek perkembangan
islam dan kebangkitan islam lainya diwakili oleh The National Salvation Party
yang juga terbentuk pada dekade 1960-an. Partai ini bukan hanya sebagai partai
agama (islam) melainkan juga bermaksud mendirikan Kembali negara islam di
Turki yang telah terjadi pada masa sebelumnya. Partai islam tersebut menentang
adanya sistem kapitalisme dan menyerukan kepada negara untuk menegakkan
moral dan keadilan sosial. partai ini menyerukkan semangat moral kepada
kalangan pengrajin di kota-kota kecil, khususnya di Antolia tengah dan timur,
partai ini mewakili upaya pelindungan sekelompok kecil borjouis Anatolia dari
kesewenang-wenangan pemerintah, dan sekaligus mewakili upaya meningkatkan
peranan konstituante terhadap pembangunan ekonomi. Dari contoh segi
perkembangan di atas, kelompok 2 menyimpulkan bahwa perkembangan islam di

47
turki pada masa reformasi juga terjadi pada segi politik, dan ditandai dengan
banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda-beda serta adanya partai islam.

2.8 Faktor-Faktor Runtuhnya Turki Utsmani


Gerakan pembaharuan mengancam kekuasaan para sultan yang absoult.
Karena para pejuang reformasi Turki Utsmani mengetahui kelemahan Turki
Utsmani. Mereka ingin membatasi kekuasaan sultan dengan membentuk
konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, Usmani muda, Turki Muda, dan Partai
Persatuan dan Kemajuan.

Ketika perang dunia I, Turki Utsmani bergabung dengan Jerman dan


kemudian mengalami kekalahan. Akibatnya kekuasaan Turki Utsmani semakin
memburuk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada sultan mereka
dan dapat menghapuskan kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1922 M,
kemudian membentuk Turki Modern pada tahun 1924 M.

Dengan demikian, kesatuan politik dalam Kerajaan Turki Utsmani setelah


terjadinya pembahruan sistem kepemerintahaan, justru keadaan di dalam negara
Turki tidak stabil. Terutama karena para sultan tidak mampu mengakomodasi
pemikiran yang berkembang di kalangan pemimpin bangsanya. Lalu,
perperangan-perperangan melawan barat di Eropa Timur terus memanas dan
berakhir dengan kekalahan Turki Utsmani.

Kemunduran Kerajaan Turki utsmani memiliki beberapa tanda-tanda dari


berbagai hal, yaitu:

1. Melemahnya semangat prajurit Turki Utsmani hingga


menyebabkan berbagai serangan yang dilancarkan musuh untuk
merebut wilayah kekuasaan Turki Utsmani.
2. Dari kekalahan Turki Utsmani sebelumnya, banyak daerah dari
timur yang sebelumnya dikuasai oleh Turki Utsmani melakukan
pemberontakan dan meminta untuk berpisah dari Turki Utsmani.

48
Adapun kemunduran Turki Usmani tersebut di atas disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut:

1. Luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani yang akhirnya tidak mampu


dikendalikan dari pusat, karena sistem pemerintahan tidak lagi efektif
seperti masa-masa sebelumnya.
2. Pemberontakan berkali-kali yang dilakukan oleh pasukan Jenissary.
3. Penguasa yang tidak cakap setelah khalifah Sulaiman II al-Qanuni,
menimbulkan perselisihan dan pembunuhan di lingkungan istana.
4. Akibat kekalahan yang diderita Turki Usmani dalam sejumlah peperangan
mengakibatkan perekonomian semakin terpuruk dari waktu ke waktu.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan
kebutuhan perkembangan militer tidak terlalu berkembang.
6. Tumbuhnya gerakan Nasionalisme.

Meski pada akhirnya Turki Usmani jatuh, akan tetapi yang jelas telah banyak
memberikan sumbangan kepada dunia termasuk perjuangan Islam. Turki Usmani
merupakan kekhilafahan Islam yang paling berhasil menjaga politik Islam dan
paling bertahan dari serangan peradaban Barat ke dunia Islam. Di kalangan
negara-negara Eropa kekuatan Islam pernah dikenal dan disegani karena andil
Turki Usmani di masa kejayaannya.

49
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan

50

Anda mungkin juga menyukai