Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MASA KESULTANAN FATINIAH DAN TURKI UTSMANI


Dosen Pengampu: Zulhamdan, M.Pd.I
Nama dosen:Nur Ikhlas,M.A

Kelompok : 5
Arifin Naswir (23862302700)
Eki Syutiawan (23862302565)
Muhammad Izam (23862302705)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN
ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan terhadap kehadirat Allah Swt. Shalawat serta salam tak lupa
pula kami haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabi besar Muhammad Saw. Karena dengan
limpahan rahmat – Nya lah, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
berjudul “Sejarah Pendidikan Islam Masa Kesultanan Fatiniah dan Turki Ustmani”. Penulisan
makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam.

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan dan isi materi
makalah kami,mengigat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu,
Zulhamdan, M.Pd.I yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata, kami harap semoga penulisan makalah kami dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan – rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Bintan, November 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ..1


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I .................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................... 5
A. Sejarah Kesultanan Fatimiyah ................................................................... 5
B. Sistem Pendidikan Islam pada Masa Fatimiyah .......................................... 6
C. Penyebab Kemunduran Fatimiyah ............................................................. 8
D. Sejarah Kesultanan Turki Utsmani ..........................................................10
E. Sistem Pendidikan Islam pada Masa Kesultanan Turki Utsmani ................14
BAB III ...............................................................................................................19
PENUTUP ..........................................................................................................19
A. Kesimpulan ..............................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syiah dalam sejarah Islam. Dinasti
ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. sebagai tandingan bagi penguasa dunia
muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah. Dinasti Fatimiyah
didirikan oleh Sa‟id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri kedua sekte
Islamiyah. Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad kesembilan
ditandai dengan munculnya disintegrasi wilayah. Di berbagai daerah yang
selama ini dikuasai, menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah
di Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang berdiri sendiri (otonom). Di
bagian timur Baghdad, muncul dinasti Tahiriyah, Saariyah, Samaniyah, Gasaniyah,
Buwaihiyah, dan Bani Saljuk. Sementara ini di bagian barat, muncul dinasti Idrisiyah,
Aglabiyah, Tuluniyah, Fatimiyah, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah. Dinasti Fathimiyah
adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang pernah ada dan juga memiliki andil
dalam memperkaya khazanah sejarah peradaban Islam. Sama halnya pengutusan
Muhammad SAW sebagai Rasulullah telah menoreh sejarah Islam, yang pada awalnya
hanya merupakan bangsa jahiliyah yang tidak mengenal kasih sayang dan saling
menghormati.

Turki Utsmani merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar setelah runtuhnya
beberapa kerajaan Islam sebelumnya seperti Umayah, Abbasiyah, Fatimiyah, Saljuk,
Ayyubiyah, dan Mamluk. Turki Utsmani berhasil tampil sebagai kekuatan Islam di
bumi Eropa bagian Timur yang mampu bertahan berabad-abad. Hal tersebut didukung
dengan leardship sang sultan ottoman.1 kekuatan militer, kacadangan kas negara, dan

1
Ratnasari, Dwi. "Sulaiman Al-Qanuni: Sultan Terbesar Kerajaan Turki Utsmani." Jurnal Thaqafiyyat 14 (2013):
70-88.

3
kestabilan sosial, ekonomi dan politik yang dimilikinya.2 Turki Ustmani sebagai
kesultanan Islam yang mampu menjadi basis kekuatan umat Islam masa itu yang bisa
meraih berbagai kemajuan dan kejayaan. Eksistensi kerajaan Otoman ini patut diakui
dan diapresiasi, karena tidak mudah bisa bertahan secara berabad-abad di bumi bangsa
Barat (Eropa) bahkan berkali-kali berhasil mengempur pasukan Eropa sampai tidak
berkutik.3 Kekuatan dan kestabilan kerajaan Turki Utsmani menjadikannya bisa
berkuasa lama di belahan Eropa dan juga menjadi penguasa di Asia, Afrika khususnya
di daerah Timur Tengah.4

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masa kesultanan Fatimiyah
2. Bagaimana sistem pendidikan pada masa fatimiyah
3. Apa penyebab kemunduran kesultanan Fatimiyah
4. Bagaimana sejarah Turki Utsmani
5. Bagaimana sistem Pendidikan pada masa Turki Utsmani
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah masa Kesultanan Fatimiyah
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan pada masa Fatimiyah
3. Untuk mengetahui penyebab kemunduran kesultanan Fatimiyah
4. Untuk mengetahui sejarah Turki Utsmani
5. Untuk mengetahui sistem pendidikan pada masa Turki Utsmani

2
Nofrianti, Mami, and Kori Lilie Muslim. "Kemajuan Islam pada Masa Kekaisaran Turki Utsmani." Jurnal
Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan 3.1 (2019): 22-32.
3
Rahmawati, Rizka Kusuma. "Studi Historis Kebijakan Luar Negeri Sultan Abdul Hamid II di Daulah „Utsmaniyah
(1876-1909 M)." JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) 1.1 (2017): 193-211.
4
Zulfikar, Ahmad. "Kepemimpinan dan Kontribusi Sulaiman Alqanuni di Turki Utsmani (Suatu Tinjauan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kesultanan Fatimiyah

Konstelasi dalam bidang politik yang terjadi dikalangan umat Islam mulai akhir zaman
Dinasti Umayyah, kemudian memuncak di zaman Dinasti Abbasiyah, memberikan ruang
bagi daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan di Damaskus maupun di Bagdad,
berusaha untuk melepaskan diri dari kekusaan Khalifah pusat. Sehingga bermunculan
dinasti-dinasti kecil yang melakukan independensi pemerintahan.5 Salah satu dari dinasti
yang melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah yaitu dinasti Fatimiyah. Ubaidillah
Al- Mahdi merupakan pelopor yang memiliki andil besar terkait berdirinya Dinasti
Fatimiyah pada tahun 909 M.6 Dinasti Fatimiyah adalah Dinasti Syi'ah yang berkuasa dari
tahun 909 M sampai dengan tahun 1171 M., atas dasar legitimasi klaim keturunan Nabi
lewat Fahtimah dan Ali bin Abi Thalib dari Ismail anak Jafar Sidik, keturunan keenam dari
Ali bin Abi Thalib. Dinasti ini didirikan sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat
itu yang terpusat di Bagdad, yaitu Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyah
meliputi Afrika Utara, Mesir, dan Suriah. Berdirinya Dinasti Fatimiyah dilatarbelakangi oleh
melemahnya Dinasti Abbasiyah.7
Dinasti Fatimiyah mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan khalifah Al-
Azis. Kebudayaan Islam berkembang pesat pada masa Dinasti ini, ditandai dengan
berdirinya Masjid Al-Azhar yang sekarang terkenal dengan nama Universitas Al-Azhar.
Masjid ini berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan ilmu pengetahuan. Danasti
Fatimiyah berakhir setelah Al-Adid, selaku khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah jatuh sakit.8
Terjadinya krisis dalam lingkup dinasti, mulai dari konflik internal antar umat Islam, kondisi
politik yang tidak stabil telah menghancurkan ekonomi rakyat, dan adanya rongrongan

5
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Cet.V; Jakarta: UI-Pers, 1985), 70-71
6
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Cet.III; Jakarta: Amzah, 2013), 254.
7
Asriati Amliyah, “Eksitensi Pendidikan Islam di Mesir pada Masa Daulah Fatimiyah: Lahirnya Al-Azhar, Tokoh-
Tokoh Pendidikan pada Masa Daulah Fatimiyah dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Islam”, Lentera Pendidikan16,
no. 1 (Juni 20013),3.
8
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, 254

5
Pasukan Salib dan Yerusaleem mengancam kota Kairo pada tahun 1167 M., telah
menambah daftar kekacauan Dinasti Fatimiyah. Meskipun kekacauan tersebut dapat di atasi
oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1771 M dengan memakzulkan (menurunkan) khlifah
terakhir Dinasti Fatimiyah, kemudian mendirikan Dinasti Ayyubiah.9
Dari penjabaran uraian tersebutkan di atas, paling tidak ada beberapa hal yang dapat
dipahami. Pertama, terbentuknya Dinasti Fatimiyah, pada awalnya disebabkan oleh adanya
konstelasi politik yang terjadi dalam Dinasti Abbasiyah selaku payung kepemimpinan umat
Islam pada saat itu. Kedua, menjelaskan bahwa Dinasti Fatimiyah mempunyai kontribusi
dalam pembentukan peradaban Islam, khususnya pada sektor pembangunan pendidikan,
kenyaataan ini dapat dilihat dari peninggalan sejarah seperti; Masjid Al- Azhar, yang
memiliki fungsi sebagai tempat pengkajian Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Ketiga, mengungkapkan penyebab berakhirnya Dinasti Fatimiyah, secara substansi memiliki
kesamaan dinasti-dinasti sebelumnya, yakni disebkan oleh faktor ketidak stabilan politik
atau terjadinya perebutan kekusaan antar umat Islam.

B. Sistem Pendidikan Masa Kesultanan Fatimiyah


Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pendidikan memiliki peranan dalam proses
pengembangan pendidikan. Lembaga pendidikan, bukan hanya sebagai tempat pertemuan,
tetapi sekaligus menjadi basis pengkajian ilmu pengetahuan. Misalnya lembaga pendikan
Islam, bila meretrospekstif sejarah pembangunan pendidikan yang pernah digalang oleh
Rasulullah saw, menjadikan Masjid sebagai tempat pembelajaran tentang niali-nilai dasar
ajaran agama Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga pendidikan Islam tidak
hanya terpusat di Masjid semata, melainkan ada beberapa lembaga-lembaga baru pendidikan
yang dibentuk, dan memiliki fungsi yang cukup kompleks untuk pengembangan pendidikan
Islam berdasarkan tingkat kebutuhan pendidikan pada masa dinasti yang berkuasa. Kondisi
ini juga dilihat pada era Dinasti Fatimiyah, mengingat teradapat beberapa lembaga yang
dijadikan pusat pengembangan pendidikan Islam antara lain:

9
Saleh Patuhena, dkk.,Sejarah Islam Klasik (Cet. I; Makassar: Ulauddin Press, 2009),131.

6
1. Masjid dan Istana
Pada masa dinasti ini, khalifah selaku pemimpin mengumpulkan para penulis di istana
untuk menyalin buku-buku seperti: Al-Qur'an, Hadits, Fiqih, sastra hingga ilmu kedokteran
la juga memberikan penghargaan khuss bagi para ilmuwan dan menugaskan mereka menjadi
imam di Masjid Istana. Tinggi perhatian pemerintah terhadap ilmu pengetahuan, sehingga
kebutuhan untuk penylinan naskah tersebut pun tersedia semisal tinta dan kertas. Selain itu,
Masjid juga menjadi tempat berkumpulan ulama fiqih khususnya ulama yang menganut
mazhab Syi'ah Ismailiyah termasuk juga wajir dan hakim. Mereka dikumpulkan oleh
khalifah untuk membuat buku tentang mazhab Syi'ah Ismailiyah yang akan diajarkan kepada
masyarakat.10
2. Perpustakaan
Selain Masjid dan Istana, pada masa Dinasti Fatimiyah perpustakaan juga memiliki
peranan sebagai lembaga pengembangan pendidikan dalam hal penyebaran akidah Syi'ah
dikalangan masyarakat. Untuk itu, para khalifah dan wajir memperbanyak pengadaan
berbagai buku dan ilmu pengetahuan sehingga perpustakaan istana menjadi perpustakaan
yang terbesar pada masa itu. Perpustakaan yang terbesar yang dimiliki Dinasti Fatimiyah
dinamakan "Dar'al "Ulum" yang masih memiliki keterkaitannya dengan perpustakaan
"Baitul Hikmah". Perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Fathimyah Al-Azis pada tahun
975-996 M. Konon berisi tidak kurang dari 100.000 volume, bahkan boleh jadi sebanyak
600.000 jilid buku.11
3. Dar al- „Iim
Di dalam perkembangan berikutnya, pemerintahan Dinasti Fatimiyah tepanya pada
bulan Jumadil Akhir sekitar tahun 1005 M., atas dasar usulan perdana menterinya Ya'kub
bin Khilis, Khalifah al-Hakim mendirikan lembaga pendidikan dengan sebutan Jamiah
Ilmiyah Akademi (lembaga riset) seperti akademi-akademi lain yang ada di Bagdad maupun
belahan dunia lam. Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al Hikmah. Di lembaga inilah
berkumpul para ahli fiqih, astronomi, dokter, dan ahli nahwu dan bahasa untuk mengadakan
penelitian ilmiah. Para cendikawan tersebut, belajar al-Qur'an, astronomi, tata bahasa,

10
Suwito, ed.,Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 124-125.
11
Suwito, ed.,Sejarah Sosial Pendidikan Islam..,126.

7
leksikografi dan ilmu kedokteran dan lain sebagainya. Sehingga pada tahun 403 H., Khalifah
al-Hakim mulai mengadakan majelis pertemuan rutin yang dihadiri oleh para ahli kesehatan,
mantik, kedokteran, dan bersama-sama untuk mengkaji berbagai masalah.12

Uraian tentang lembaga pendidikan pada masa Dinasti Fatimiyah di atas, menegaskan
beberapa hal yang dapat dipahami. Pertama, lembaga pendidikan dijadikan sebagai basis
pengembangan pendidikan pada pemerintahan Dinasti Fatimiyah, secara substansi hampir
sama dengan bentuk lembaga pendidikan pada dinasti-dinasti sebelumnya, yakni tetap
berpijak pada Masjid dan Istana sebagai pusat belajar Kedua, menguraikan bahwa fungsi
lembaga pendidikan Islam pada masa Dinasti Fatimiyah terutama Masjid dan perpustakaan,
cenderung digunakan untuk mengembangkan konsep keilmuan bermazhab Syi'ah Ketiga,
menggambarkan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Fatimiyah
dapat dikatakan sudah dilakukan dengan sistematis, terlihat darı upaya khalifah membentuk
lembaga pendidikan yang khusus untuk menelaah dan mengkaji setiap masalah dengan
pendekatan-pendekatan ilmiah.

C. Kemunduran Dinasti Fatimiyah


Kemunduran Khilafah Fatimiyah dengan cepat terjadi setelah berakhirnya masa
pemerintahan al-Aziz. Keruntuhan itu diawali dengan munculnya kebijakan untuk
mengimpor tentara-tentara dari Turki dan Negro sebagaimana yang dilakukan Dinasti
Abbasiyah. Ketidakpatuhan dan perselisihan yang terjadi di antara mereka, serta pertikaian
dengan pasukan dari suku Barbar menjadi salah satu sebab utama keruntuhan dinasti ini.
Khalifah al-Azis meninggal pada tahun 386 H/ 996 M, lalu digantikan oleh putranya Abu
Ali Manshur al-Hakim yang baru berusia 11 tahun. Pemerintahannya ditandai dengan
tindakan-tindakan kejam yang menakutkan. Ia membunuh beberapa orang wazirnya,
menghancurkan beberapa gereja Kristen, termasuk di dalamnya kuburan suci umat Kristen
(1009 M).13 Dia memaksa umat Kristen dan Yahudi untuk memakai jubah hitam,

12
Suwito, ed., Sejarah Sosial Pendidikan Islam.,129-130
13
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan
Budaya Umat Islam, h. 119.

8
menunggangi kedelai dan menunjukkan tanda salib bagi orang kristen serta menaiki lembu
dengan memakai bel bagi orang Yahudi.
Al-Hakim adalah khalifah ketiga dalam Islam, setelah al-Mutawakkil dan Umar II yang
menetapkan aturan-aturan ketat kepada kalangan non-muslim. Jika tidak, tentu saja
kekuasaan Fatimiyah akan sangat nyaman bagi kalangan Dzimmi. Maklumat untuk
menghancurkan kuburan suci ditandatangani oleh sekretarisnya yang beragama Kristen,
Ibnu Abdun dan tindakan itu merupakan sebab utama terjadinya Perang Salib. Kesalahan
yang paling fatal ialah pernyataannya yang menyatakan diri sebagai inkarnasi Tuhan, yang
kemudian diterima dengan baik oleh sekte Syiah baru yang bernama Druz sesuai dengan
nama pemimpinnya al-Daradzi yang berasal dari Turki. Pada tahun 1021 M, al-Hakim
dibunuh di Muqattam oleh suatu konspirasi yang dipimpin oleh saudaranya sendiri yang
bernama Sita al-Muluk.14
Kebijakan politik al-Hakim telah menimbulkan rasa benci kaum Dzimmi dan muslim
non-Syi‟ah. Anaknya Abu al-Hasan Ali al-Zhahir (1021-1035 M) naik tahta ketika masih
berumur enam belas tahun. Sebagai orang yang cukup piawai ia berhasil kembali menarik
simpati kaum Dzimmi. Namun tidak lama kemudian ia jatuh sakit karena paceklik dan
meninggal dunia pada tahun 1035 M. Sepeninggalnya, tahta digantikan oleh Abu Tamim
Ma‟ad al-Mustanshir (1035-1049 M).
Pada tahun 1083 M kekuasaan Fatimiyah di Syria mulai goyah. Palestina selalu
berontak dan kekuasaan Seljuk dari timur pun menguasai Asia Barat. Pada tahun 446-454 H,
Mesir dilanda wabah penyakit, kemarau panjang dan sungai Nil mengering.
Setelah al-Mustanshir meninggal, kekhalifaan diganti oleh puteranya yang kedua
bernama Abu al-Qasim Ahmad al-Musta‟li. Anak pertamanya yang bernama Nizar yang
melarikan diri ke Iskandariyah tetapi berhasil ditangkap dan dipenjarakan sampai
meninggal.
Pada masa pemerintahan al-Musta‟li ini Tentara Salib mulai bergerak menuju pantai
negeri Syam dan menguasai Antokia sampai Bait al-Maqdish. Setelah al- Musta‟li wafat, ia
digantikan oleh anaknya Abu Ali al-Mansur al-Amir yang masih berusia lima tahun (1101
M/495H-1130 M/524 H). Kemudian al- Amir dibunuh oleh Dari pengertian di atas dapat

14
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of The
Arabs, h. 792-793.

9
kita simpulkan bahwa proses kodifikasi hadis dilakukan secara bertahap. Kemudian Ak-
Amir dibunuh oleh kelompok Batinia. Al-Amir digantikan oleh Abu Al-Maemun Abdul al-
Majid al- Hafiz (524-544 M). Al-Hafiz meninggal dunia dan digantikan oleh Abu Mansur
Ismail, yang merupakan anaknya yang berusia tujuh belas tahun dengan gelar az- Zhafir. Ia
seorang pemuda yang tampan dan lebih senang memikirkan para gadis dan nyanyian
daripada urusan militer dan politik. Pada tahun 1054 M, az-Zhafir dibunuh oleh anaknya
Abbas, kemudian digantikan oleh anak laki-lakinya yang masih bayi bernama Abul Qasim
Isa yang bergelar al-Faiz. Al-Faiz meninggal dunia sebelum dewasa dan digantikan oleh
sepupunya yang berusia sembilan tahun yang bernama Abu Muhammad al-Adhib. Belum
lagi al-Adhid memantapkan dirinya ke tahta kerajaan, Raja Yerusalem menyerbu Mesir
sampai ke pintu gerbang Kairo. Perebutan kekuasaan terus terjadi sampai munculnya Salah
al-Din yang menggantikan pamannya sebagai wazir. Salah al-Din adalah orang yang sangat
ramah sehingga dengan cepat mendapatkan simpati rakyat dan bahkan mengalahkan
pengaruh khalifah.
Al-Adhid adalah khalifah Fatimiyah yang paling akhir meninggal dunia pada 10
Muharram 576 H/1171 M. Pada saat itulah Dinasti Fatimiyah hancur setelah berkuasa
sekitar dua setengah abad (909H/1171 M).15

D. Sejarah Kesultanan Turki Utsmani


Dinasti Turki Usmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang di pimpin oleh Sulaeman
Syah. Upaya menghindari serangan Mongol yang sedang berusaha menguasai dunia Islam.
Sulaeman Syah dan sukunya meminta perlindungan kepada Jalaludin (Dinasti Khawarizmi
Syah) di Transoxiana. Jalaludin meminta agar Sulaeman dan anggota sukunya tinggal di Asia
kecil. Masih dalam menghindari serangan Mongol. Kemudian mereka pindah ke Syam.16
Dalam jangka waktu kira kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan
Irak .Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di
Asia Tengah .Dibawah tekanan serangan serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka
melarikan diri kedaerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah saudara saudara
mereka, orang orang Turki Seljuk, didaratan tinggi Asia Kecil .Disana, dibawah pimpinan

15
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, History of The
Arabs, h. 796.
16
Jaih Mubarok. Sejarah Peradaban Islam. Bandung Pustaka Bani Quraisy. 2004. h. 113

10
Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan
sedang berperang melawan Bizantium .Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat
kemenangan .Atas jasa baik itu, Allaudin menghadiakan sebidang tanah di Asia kecil yang
berbatasan dengan Bizantium .Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih
kota Syukud sebagai ibu kota.17
Sejarawan mencatat bahwa Turki Usmani berdiri tahun (1281 M) terletak di daerah Asia
kecil. Pendirinya adalah Utsman bin Ethogral. Wilayah kekuasaannya meliputi: Asia kecil dan
daerah Trace (1354 M), kemudian menguasai selat Dardanlese (1361 M), Casablanca (1389
M) selanjutnya kerajaan Turki menaklukan kerajaan-kerajaan Romawi (1453 M). kata
Utsman di ambil dari nama kakek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu
Utsman bin Erthogrul bin Sulaeman syah dari suku Qayigh. 18
Pasukan Erthogul memperoleh gelar “Muqaddimah Sultan”5 , sedangkan Erthogul sendiri
digelari “Sultan OKI” (Kening Sultan)6. Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M,
kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Usman pada tahun 1300 M. Mongol menyerang
dinasti Saljuk dan Sultan Allaudin II mati terbunuh. sepeninggal Sultan Allaudin II, Saljuk
terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil, dalam keadaan demikian, Utsman menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri, dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut
juga dengan Usman I.
Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padiansyah Ali Usman (Raja Besar keluarga
Usman), tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia
melakukan ekspansi ke daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Brosseca tahun
1317 M. Kemudian pada tahun 1326 M kota Brosseca dijadikan ibu kota kerajaan.19 Dengan
lahirnya daulah Usman dapatlah islam kembali kepermukaan dan memperlihatkan
kegagahperkasaannya yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahannya yang
lama sampai abad ke-20.
Perluasan islam pada masa kerajaan usman semakin meluas, dari semenanjung Balkan
(Negeri-negeri Eropa Timur), kemudian kerajaan Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah

17
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Bandung . PT Raja Grapindo Persada. 2000. h. 129
18
Phillip K. Hitti. History of Arab. Terj. R Cecep Lukman yasin dan Dedi Slamet Riyadi. (Jakarta. Serambi Ilmu
semesta, 2006), h. 714
19
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, h. 130

11
timur, sehingga dalam waktu singkat, seluruh Persia dan irak yang dikuasai kerajaan
Safawiyah yang beraliran syi‟ah dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir
sehingga, pada tahun 1516 M/ 923 H. Kerajaan Usman memegang kendali dunia islam,
dengan pusat pemerintahannya di Istanbul.20

Periode kedua adalah zaman Khulafa Ar-Rasyidin, masa ini dikenal sebagai masa
pembatasan hadis (kehati-hatian) dan pengurangan riwayat atau periode.

Usaha yang dilakukan oleh para sahabat dalam membatasi periwayatan semata-mata
karena kekhawatiran akan terjadinya kekeliruan, hal ini dikarenakan situasi politik yang sedang
tidak kondusif, bahkan muncul fitnah di kalangan umat Islam itu sendiri. Para sahabat dalam
meriwayatkan hadis menggunakan dua cara: lafdzi dan ma’nawi. Periwayatan dengan lafadz
adalah kalimat yang diriwayatkan para sahabat sama persis dengan apa yang disampaikan oleh
Rasulullah saw, sedangkan periwayatan dengan ma’nawi yaitu kalimat yang digunakan memiliki
perbedaan dengan apa yang disampaikan oleh Nabi, akan tetapi memiliki kesamaan makna.

Keseriusan para sahabat dalam menulis, menghafal dan mengumpulkan hadis terlihat dari
cara mereka untuk bertanya kepada para sahabat yang lebih tua usianya, seperti cucu yang
bertanya kepada kakeknya terkait hadis-hadis yang pernah disampaikan Nabi, hal ini cukup
lumrah ditemui pada masa itu. Sahabat yang paling produktif dalam mengumpulkan dan
meriwayatkan hadis adalah Abu Hurairah, meskipun beliau hanya tiga tahun mengenal Nabi,
namun beliau menjadi rujukan terbesar dengan 5.300 hadis yang beliau riwayatkan, kemudian
ada Abdullah ibn Umar yang berusia dua puluh lima tahun ketika Nabi wafat, beliau adalah
sumber terbesar kedua setelah Abu Hurairah dengan 2.600 yang beliau riwayatkan, selanjutnya
ada Ibnu Abbas, beliau berusia empat belas tahun ketika Nabi wafat, tercatat beliau telah
meriwayatkan 1.700 hadis.21

Pada periode ini, terlihat terbentuknya pemerintahan Formal Utsmaniyah, yang bentuk
intuisi tersebut tidak berubah selama empat abad. Kemudian pemerintah utsmaniyah
mengembangkan suatu system yang dikenal dengan sebutan yang bernama Millet (berasal dari
Bahasa Arab yang berarti Millah), yang mana kelompok agama dan suku minoritas dapat

20
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 247
21
Jonathan A C Brown, Hadith: Muhammad‟s Legacy in the Medieval and Modern World (Simon and Schuster,
2017).

12
mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah
pusat. Setelah usman meninggal, selanjutnya digantikan oleh Orkhan (726 H/ 1326 M. Pada
masa pemerintahannya, kerajaan Turki Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327
M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M),
daerah ini adalah adalah bagian Benua Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.

Faktor penting yang mendukung atas keberhasilan dalam melakukan ekspansi adalah
keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan
dan dimanapun berada.

Setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I, yang berkuasa pada tahun
(761 H/ 1359 M-789 H-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan
perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian dijadikannya ibu
kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh utara bagian yunani. Merasa
cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.
Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan
ini dipimpin oleh sijisman, raja Hongaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti
Murod I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan
catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.22

Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama, ketika ekspansi di arahkan ke
Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk, melakukan serangan ke Asia
kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. tentara Turki Usmani mengalami
kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.23
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M dan kesultanan mongol terpecah-pecah,
Turki Usmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya mengadakan perbaikan-
perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan oleh Murad
II (1421-1451 M) sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada Masa
Muhammad II atau biasa disebut Muhamad al-fatih (1451 M). gelar ini disandangnya setelahia
berhasil menaklukan benteng Konstantinopel dan diganti namanya menjadi Istambul yang asal

22
Badri Yatim,. Sejarah Peradaban Islam, h. 131.
23
Ibid. lihat juga ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 7

13
katanya Islambul (artinya Tahta Islam). Yang pada saat inisebagai benteng pertahanan terkuat
kerajaan Bizantium.24

Maka dapat disimpulkan bahwa kerajaan Turki Usmani berdiri pada tahun 1300, dengan
raja pertamanya adalah Usman bin Erthogol, dan raja terakhirnya yaitu Mahmud II yaitu tahun
1922. Dan dalam perjalanan sejarah selanjutnya Turki Usmani merupakan salah satu dari tiga
kerajaan besar yang membawa kemajuan dalam Islam.

E. Sistem Pendidikan Masa Kesultanan Turki Utsmani

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti cara, strategi. Dalam
bahasa Inggris system berarti sistim, susunan, jaringan, cara. Sistem juga diartikan sebagai suatu
strategi, cara berpikir atau model berpikir. Salah satu tokoh pendidikan mengartikan, sistem
adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi
untuk mencapai suatu hasil yang diterapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.25 Pada umumnya ciri-ciri sistem itu adalah bertujuan, punya batas, terbuka, tersusun
dari sub sistem, adanya saling keterkaitan dan saling tergantung, merupakan satu komponen yang
utuh, melakukan kegiatan transformasi, adanya mekanisme kontrol, dan memiliki kemampuan
mengatur dan menyesuaikan diri.

Umat Islam mengalami puncak keemasan pada masa pemerintahan Abbasiyah. Pada
masa itu bermunculan para pemikir Islam kenamaan yang sampai sekarang pemikirannya masih
diperbincangkan dan dijadikan dasar pijakan bagi pemikiran di masa mendatang baik dalam
bidang keagamaan maupun umum. kerajaan Usmani merupakan kerajaan Islam lainnya.26
Keadaan pendidikan di Turki pada masa itu, dalam hal ini pendidikan dijadikan sebagai dimensi
dinamis dalam perkembangan suatu bangsa. Turki Usmani terbagi menjadi beberapa masa,
yakni:

1. Pendidikan Usmani Zaman Pertengahan, antara lain:


a. Masa Usman I (1300 M)

Setelah Mesir jatuh dibawah kekuasaan Usmaniyah Turki, Sultan Salim memerintahkan
supaya kitab-kitab di pepustakaan dan barang-barang berharga di Mesir dipindahkan ke
24
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspek, (Jakarta. UI Press, 1985), h. 84
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2010): 50
26
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2011): 129

14
Istambul, anak-anak Sultan Mamluk, ulama-ulama, pembesar- pembesar yang berpengaruh di
Mesir semuanya di buang ke Istambul. Bahkan juga khalifah Abbasiyah sendiri dibuang ke
Istambul, setelah mengundurkan diri sebagai khalifah dan menyerahkan pangkat khalifah itu
kepada Sultan Turki. Karena ulama- ulama dan kitab-kitab yang di perpustakaan Mer berpindah
ke Istambul, sehingga Mesir mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan dan Istambullah
yang menjadi pusat pendidikan dan pengembangan kebudayaan saat itu.Setelah Sultan Salim
menjadi pelopor usaha perbaikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan wafat
lalu digantikan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M).27

b. Era Tanzimat
Selanjutnya Era Tanzimat, Tanzimat berlangsung dari tahun 1839-1876 M, dan dikenal
sebagai gerakan pembaharuan di Turki yang diperkenalkan ke dalam sistem birokrasi dan
pemerintahan Turki Usmani, semenjak pemeritahan Sultan Abdul Majid (1839-1861 M), putra
Sultan Mahmud II, dan Sultan Abdul Aziz (1861-1876). Periode tanzimat telah membawa
perubahan di bidang hukum, pendidikan, dan pemerintahan. Sebelum periode tanzimat,
aktivitas pendidikan dikerajaan Turki bukanlah merupakan tanggung jawab kerajaan, tetapi
tanggung jawab masing- masing kelompok keagamaan-millet. Dalam era Tanzimat, ada
beberapa pembaharuan yang dirintis setelah masa kepemimpinan Sultan Mahmud II, yakni:28
1. Pendidikan bagi umat Islam berada dibawah kontrol ulama dan diarahkan kepada
pendidikan agama.
2. Pada tahun 1773 M, telah didirikan beberapa sekolah, yakni pendidikan angkatan laut
dan sekolah militer pada tahun 1793 M, sekolah teknik dan kedokteran pada tahun 1827
M, dan akademi ilmu kemiliteran pada tahun 1834 M. Keseluruhan sekolah yang telah
didirikan tersebut diperuntukkan untuk pendidikan para anggota militer kerajaan;
3. Kemudian didirikan lembaga pendidikan bagai para diplomat dan birokrat, termasuk
didalamnya Badan Penterjemahan yang didirikan pada tahun 1833 M dan sekolah
ketatanegaraan, yang kemudian menjadi fakultas ilmu politik Universitas Ankara 1950;
4. Rencana di bidang pendidikan dimulai tahun mulai dikembangkan lagi pada tahun 1846
M. Rencana tersebut memberikan sebuah sistem pendidikan secara menyeluruh sejak

27
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidayah Agung, 1995): 164
28
Mukhammad Bakhruddin, “Turki: Menuju Sistem Pendidikan Modern dalam Sebuah Masyarakat Demokrasi,
(Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2, 20 November 2017):3

15
pendidikan dasar, hingga pendidikan tinggi dibawah Kementrian Pendidikan. Pada tahun
1869 M, kerajaan bahkan mengeluarkan rencana pemberian bantuan penuh bagi
pendidikan tingkat dasar.

c. Masa Usmani Muda


Kemudian masa Usmani Muda, dalam hal ini masa Usmani Muda dipimpin oleh
Sultan Abdul Hamid yang merupakan sultan ke-37 dan diangkat pada tahun 1876 M.
Pada tahun 1905 M, Sultan Abdul Hamid dijatuhkan dan diganti oleh saudaranya Sultan
Mehmed V, dan dalam hal ini ada beberapa fokus perkembangan yang berbeda, yakni:29
1. Sultan Abdul Hamid di tengah pergolakan politik Usmani dan pro-kontra sistem
pemerintahan dengan kelompok pembaru Usmani Muda, dibidang pendidikan, Sultan
Abdul Hamid telah mendirikan beberapa perguruan tinggi, yakni:
a. Sekolah Hukum Tinggi pada tahun 1878 M;
b. Sekolah Tinggi Keuangan pada tahun 1878 M;
c. Sekolah Tinggi Kesenian pada tahun 1879 M;
d. Sekolah Tinggi Dagang pada tahun 1882 M;
e. Sekolah Tinggi Teknik pada tahun 1888 M;
f. Sekolah Dokter Hewan pada tahun 1889;
g. Sekolah Tinggi Polisi pada tahun 1891;
h. Universitas Istambul pada tahun 1900.
2. Sultan Mehmed V, mengadakan pembaruan di berbagai bidang, seperti administrasi,
transportasi, pelayanan umum, dan pendidikan mendapat perhatian khusus. Sekolah-
sekolah dasar dan menengah baru didirikan. Untuk mengatasi kebutuhan tenaga guru
dibuka pula sekolah-sekolah guru. Kaum wanita bebas memilih sekolah, hingga
bermunculan dokter-dokter dan hakim-hakim dari wanita. Perubahan juga menjalar ke
pola berpakaian pria dan wanita dengan ala Eropa.
Selain itu, bidang pendidikan juga mendapat perhatian mereka, terutama pendidikan
tingkat dasar yang sebelumnya diabaikan. Di bidang pendidikan, kesempatan bagi kaum
wanita untuk memperoleh pendidikan juga dibuka lebar- lebar. Kalau pada periode
sebelumnya (era Tanzimat), kaum wanita telah memperoleh kesempatan belajar ditingkat

29
Ibid: 7-8

16
dasar, maka pada periode Turki Muda kesempatan bagi wanita untuk belajar ditingkat
menengah dan tinggi juga terbuka sangat lebar. Sampai disini perkembangan sejarah
pendidikan Islam di kerajaan Turki Usmani berakhir seiring dengan berakhirnya kerajaan
Ottoman. Sultan Abdul Majid II, digulingkan dan kekuasaan beralih ke tangan Mustafa
Kamal Attaturk, yang menanamkan westernisasi dan sekularisasi di berbagai sendi
kehidupan nasional Turki.30
Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki Usmani adalah menghafal matan-
matan meskipun murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-Jurumiyah,
matan taqrib, matan Alfiah, matan Sultan, dan lain-lain. Murid-murid setelah menghafal
matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya. Karenanya pelajaran itu bertambah berat
dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih
bersifat studi tekstual dari pada upaya memahami dan lebih mendorong hafalan daripada
pemahaman yang sebenarnya.
d. Masa Turki Muda
Kerajaan Turki pada awal abad kesembilan belas dalam kondisi yang berantakan dan
terpecah-pecah. Secara praktis di Ottoman terjadi stagnasi bidang ilmu dan teknologi.
Kemajuan militer Usmani tidak diimbangi dengan sains. Ketika pihak Eropa berhasil
mengembangkan teknologi persenjataan, pihak Usmani menderita kekalahan kettika terjadi
kontak senjata dengan mereka. Mahmud II (Sultan ke-33) dinilai sebagai penggagas
tonggak reformasi Usmani. Berbagai tantangan di atas memunculkan gagasan pembaruan
dari Sultan, dalam rangka mempertahankan Daulat Usmaniyah. Ia mulai keluar dari tradisi
aristokrasi dalam membangun relasi dengan rakyatnya. Diantara pembaruan yang
dirintisnya ialah:18
1. Pada tahun 1827 M, Sultan Mahmud II mendirikan sekolah kedokteran di kota
Istanbul yang bertujuan mendidik dokter militer baru;
2. Sekitar tahun 1831 M, dua lembaga untuk tujuan militer juga didirikan yaitu
Muzika-i Humayun Mektebi yang meupakan sekolah musik kerajaan dan
Mektab-i Ulum-i Harbiye, yang merupakan akademi militer kerajaan;
3. Untuk masyarakat umum, Sultan Mahmud II mengubah pola madrasah
tradisional disesuaikan dengan zamannya (abad ke-19) dan mengikis buta aksara,

30
Ibid, 8-9

17
dan dalam kurikulum baru dimasukkan pelajaran umum. Kemudian didirikan
madrasah pengetahuan umum dan sastra, Mektebi Ma‟arif dan mektebi Ulum-u
Adebiye. Siswa kedua sekolah itu dipilih dari madrasah bermutu tinggi. Di kedua
madrasah itu diajarkan bahasa Prancis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah, dan ilmu
politik disamping bahasa Arab. Sekolah pengetahuan umum mendidik siswa
untuk menjadi pegawai administrasi, dan sekolah sastra menyiapkan penterjemah
untuk kepentingan pemerintah;
4. Sultan Mahmud II, juga mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah
kedokteran dan sekolah pembedahan. Kedua sekolah terakhir kemudian digabung
dalam satu tempat yakni Dar-ul lum-u Hikemiye ve Mekteb-I Tibbiye-I Sahane
menggunakan bahasa Prancis. Di sekolah ini terdapat pula buku-buku filsafat dan
berbagai pengetahuan umum.
5. Selain mendirikan sekolah Sultan Mahmud II, juga mengirim siswa-siswa
berbakat ke Eropa untuk belajar.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berangkat dari beberapa uraian sebelumnya, kaitanya dengan pembahasan tentang


pendidikan Islam: Dinasti Fatimiyah di Mesir, maka dapat disimpulkan bahwa Dinasti
Fatimiyah adalah Dinasti Syi'ah yang didirikan oleh Ubaidillah Al-Mahdi. Dinasti ini
berkuasa dari tahun 909 M sampai dengan tahun 1171 M., atas dasar legitimasi klaim
keturunan Nabi lewat Fahtimah dan Ali bin Abi Thalib dari Ismail anak Jafar Sidik. Dinasti
ini didirikan sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di
Bagdad, yaitu Bani Abbasiyah Wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyah meliputi Afrika Utara,
Mesir, dan Suriah. Berdirinya Dinasti Fatimiyah dilatarbelakangi oleh melemahnya Dinasti
Abbasiyah. Pada masa Dinasti Fatimiyah, lembaga pendidikan yang digunakan sebagai basis
pengembangan pendidikan terdiri dari; Masjid, Istana, Perpusakaan dan Dar al-'Ilm atau
biasa disebut Jamiah Ilmiyah Akademi (lembaga riset).
Sistem pendidikan adalah totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan
yang bekerja sama secara terpadu, dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya
tujuan pendidikan yang telah mencapai cita-cita bersama para pelakunya. Jika kita melihat
kembali pengertian pendidikan agama Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang
diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu
kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil”. Umat Islam mengalami
puncak keemasan pada masa pemerintahan Abbasiyah. Pada masa itu bermunculan para
pemikir Islam kenamaan yang sampai sekarang pemikirannya masih diperbincangkan dan
dijadikan dasar pijakan bagi pemikiran di masa mendatang.
Keadaan pendidikan di Turki pada masa itu, dalam hal ini pendidikan dijadikan sebagai
dimensi dinamis dalam perkembangan suatu bangsa. Turki Usmani terbagi menjadi
beberapa masa, yakni Pendidikan Usmani Zaman Pertengahan, mulai dari masa Usman I
(1300 M) sampai ke masa Pra Mahmud II (1808 M). Kemudian Pendidikan Usmani Zaman

19
Modern, dimulai dari masa Mahmud II (1808 M), dilanjutkan Era Tanzimat, selanjutnya
masa Usmani Muda, dan terakhir masa Turki Muda.
B. Saran
Tentulah dalam penulisan ini, masih luput dari berbagai kekurangan, karena perlu
disadari banyaknya ragam pengetahuan yang ada. Keterbatasan dan kelemahan dari
pengetahuan penulis juga menjadi faktor ketidaksempurnaan penulisan ini. Maka, masukan
dari dosen dan mahasiswa, ataupun publik umum menjadi penutup di balik ketidak
sempurnaan penulisan ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Cet. III; Jakarta: Amzah, 2013.

Amliyah, Asriati. "Eksitensi Pendidikan Islam di Mesir pada Masa Daulah Fatimiyah: Lahirnya
Al-Azhar, Tokoh-Tokoh Pendidikan pada Masa Daulah Fatimiyah dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia İslam", Lentera Pendidikan 16, no. 1 (Juni 20013):

Arief, Armai. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Asrohah, Harun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. 1: Jakarta: Logos, 1990.

Bakhruddin, Mukhammad. "Turki Menuju Sistem Pendidikan Modern Dalam Sebuah


Masyarakat Demokrasi." Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (20 November 2017)
Daradjat, Zakiah, dan Indonesia, ed. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 2. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara, 1992

Daulany, Haidar Putra dan Nugraha Pasa. Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah. Cet. 1;
Jakarta: Kencana prenada group, 2013.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Cet. V; Jakarta: Ul-Pers, 1985

Republik Indonesia. Undang-Undang Pasal 1 Ayat 3 No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2003).

Soenarto, Sunaryo. "Draft Buku Ajar Metodologi Pembelajaran." Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta, 2010.

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta Kencana,
2010.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidayah Agung, 1995

21

Anda mungkin juga menyukai