Anda di halaman 1dari 18

LATAR BELAKANG DAN FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA

DINASTI FATIMIYAH
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Sejarah Kebudayaan Islam

OLEH:

FIKI ROBI HANDOKO HRP


NIM. 0331213047

Dosen Pengampu :

1. Prof. Dr. Haidar Putra Daulay, M.A

2. Dr. Sholihah Titin Sumanti, M,Ag.

PROGRAMSTUDIMAGISTERPENDIDIKANAGAMAISLAM
FAKULTASILMUTARBIYAHDANKEGURUAN
UNIVERSITASISLAMNEGERI
SUMATERAUTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamalaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Alhamdulillah puji dan syukur pemakalah persembahkan kehadirat Allah

Swt. Yang telah menganugerahkan rahmat, nikmat, taufik dan tak lupa pula

hidayah-Nya sehingga pemakalah dipermudah dalam menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul “Faktor Pendorong dan Latar Belakang Berdirinya Dinasti

Fatimiyah”.

Shalawat serta salamb tercurah kepada baginda nabi besar yaitu Nabi

Muhammad Saw. Yang merupakan teladan umat manusia. Rasulullah Saw.

Merupakan pendidik sejati, sosok inspiratif bagi pemakalah yang untuk terus

menuntut ilmu pengetahuan.

Dengan dipermudah pembuatan makalah ini, pemakalah juga tidak lupa

mengucapkan terimah kasih kepada seluruh pihak yang mendukung secara moril

maupun materil.

Medan, 22 Oktober 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A.Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ............................................................................... 1

C.Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A.Faktor Pendorong dan Lahirnya Dinasti Fatimiyah ....................... 2

B.Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Fatimiyah ........................... 6

C.Khalifah Dinasti Fatimiyah .............................................................. 10

D.Faktor Kemunduran Dinasti Fatimiyah ........................................ 12

BAB III PENUTUP .................................................................................... 15

A.Kesimpulan ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dinasti syi’ah dalam sejarah Islam.
Dinasti ini didirikan di Indonesia pada tahun 909 M. Tujuan berdirinya dinasti ini
adalah sebagai tandingan bagi penguasa dunia Islam yang saat itu berpusat di
Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah. Said bin Husain adalah pendiri dinasti Fatimiyah,
dinasti ini mengaku sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi
Thalib dan Fatimah binti Muhammad.
Berakhirnya kekuasaan daulah Abbasiyah di awal abad ke-9 ditandai
dengan munculnya disintegrasi wilayah di berbagai daerah yang selama ini
dikuasainya, baru setelah itu menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan
pemerintahan di Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang berdiri
sendiri (otonom). Seperti di bagian timur Baghdad muncul dinasti taqririyah,
Saariyah, samaniyah, Saniiyah, buwaihiyah, dan Bani saljuk. Sementara di bagian
barat muncul dinasti idrisiyah, Aghlabiyah, tuluniyah, Fatimiyah, ikhsidiyah, dan
hamdaniyah.Dari pemaparan diatas maka pemakalah tertarik untuk membahas
lebih dalam lagi tentang dinasti Fatimiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor pendorong dan latar belakang berdirinya dinasti Fatimiyah?
2. Bagaimana Perkembangan dan kemajuan dinasti fatimiah?
3. Siapa saja Para khalifah masa dinasti Fatimiyah?
4. Apa saja faktor kemunduran dan runtuhnya Dinasti Fatimiyah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa aktor pendorong dan latar belakang berdirinya dinasti
Fatimiyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan dan kemajuan dinasti fatimiah.
3. Untuk mengetahui siapa saja Para khalifah masa dinasti Fatimiyah.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor kemunduran dan runtuhnya Dinasti
Fatimiyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Fatimiyah
Beberapa dinasti-dinasti yang muncul setelah Al Khulafaur Rasyidin, seperti
dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dinasti Umayyah di Spanyol, dinasti
Fatimiyah di Mesir, dinasti Safawiyah, dinasti Usmani di Turki, dinasti Mongol di
India, dan masih banyak lagi dinasti dinasti yang berkuasa pada zamannya.1 Yang
mana kita ketahui dinasti-dinasti tersebut mampu merubah perkembangan
peradaban serta kemajuan Islam yang dimulai ketika dinasti Umayyah berdiri lalu
kemudian disusul oleh berdirinya dinasti Abbasiyah.
Kedua dinasti ini mempunyai kontribusi untuk peradaban Islam, lalu
kemudian disusul oleh munculnya dinasti-dinasti kecil yang bercita-cita ingin
seperti kedua dinasti ini. Ketika banyak dari dinasti-dinasti kecil yang muncul
pada masa kekuasaan dinasti Abbasiyah yang semakin luas dan salah satu yang
mendirikan dinasti baru adalah dinasti Fatimiyah.
Dinasti Fatimiyah mampu berdiri kokoh tidak lepas dari adanya sikap
kecewa kaum Syi’ah terhadap pemerintahan dinasti Abbasiyah. Dalam
perkembangannya, ketika dinasti Abbasiyah ini sudah berdiri, para penguasa
awalnya tidak menghendaki adanya kekuatan lain dalam pemerintahannya. Maka
dari itu timbul upaya-upaya untuk menyingkirkan kekuatan lain, tidak terkecuali
kaum Syi’ah yang awalnya menjadi pendukung utama dinasti Abbasiyah.
Tentu saja dengan adanya sikap yang demikian membuat kaum Syi’ah
merasa kecewa dan mereka merasa dikhianati oleh dinasti Abbasiyah dan pada
akhirnya nya kaum Syi’ah bertekad untuk mendirikan sebuah negara yang akan
menjadi pesaing terberat bagi dinasti Abbasiyah, yaitu dinasti Fatimiyah.2
Dinasti Fatimiyah termasuk salah satu dari dinasti Syi’ah dalam sejarah
Islam, dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M, yang bertujuan sebagai
tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang berpusat di Baghdad, yaitu

1
Samsul Munir amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 253
2
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 2

2
Bani Abbasiyah. 3 Dinasti Fatimiyah ini didirikan oleh Sa'id bin Husein (yang
bergelar Ubaidillah Al Mahdi), beliau merupakan keturunan dari pendiri kedua
dari sekte Ismailiyah,4 yang mengaku sebagai keturunan garis lurus dari pasangan
Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Muhammad.
Menurut mereka, Abdullah Al Mahdi sebagai pendiri dinasti ini adalah cucu
dari Ismail bin Ja'far as-sadiq. Sedangkan Ismail adalah Imam Syi’ah ke-7.
Setelah Ja'far as-sadiq meninggal dunia, Syi’ah terpecah menjadi dua cabang.
Yaitu cabang pertama meyakini Musa Al khazim sebagai Imam ke-7 pengganti
Ja'far as-sadiq, sedangkan cabang lainnya meyakini Ismail bin Muhammad Al
Maktum sebagai Imam Syi’ah Ismailiyah.5
Akan tetapi persoalan nasab dinasti Fatimiyah hingga saat ini masih menjadi
topik yang mengundang kontroversi di kalangan para sejarawan-sejarawan masa
lalu maupun sejarawan masa kini tanpa pernah menghasilkan kata sepakat di
antara mereka. Hal itu dikarenakan oleh dua kenyataan:
1. Perbedaan politik dan mazhab yang mendominasi kehidupan kaum
muslimin pasca wafatnya nabi Muhammad SAW,
2. Selama beberapa periode dinasti Fatimiyah ini enggan mempublikasikan
nasib mereka. Hal itu ditambah sikap mereka yang sengaja
menyembunyikan dan menutup-nutupi nama-nama para imam mereka mulai
dari Muhammad bin Ismail hingga Ubaidillah Al Mahdi pada periode
dimana mereka menerapkan prinsip Sart Al Imam (menutup-nutupi Imam
mereka).6
Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu dinasti yang pada awalnya sebagian
dari daerah provinsi yang berada di bawah naungan kekuasaan dinasti Abbasiyah.
Yang mana dinasti Abbasiyah mempunyai kekuasaan yang sangat luas, sehingga
membuat banyak dari ibu kota provinsi hal tersebut mulai menunjukkan

3
Rizem aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: DIVA press), jln. 377.
4
Philip k. Hitti, History Of The Arab, Terj. Cecep Lukman dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta:
Serambi Ilmu Pustaka, 2008), hlm. 787
5
Ibid rezim. hlm. 379
6
Muhammad Suhail Thaqqusy, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Fatimiyah, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2018). hlm 82

3
eksistensinya dan ingin melepaskan diri dari wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah
serta memimpikan sebuah kerajaan atau dinasti yang mandiri.
Ubaidillah Al Mahdi berpindah dari Syiria ke Afrika utara karena
propaganda Syi’ah di daerah ini mendapat sambutan baik, terutama dari suku
Barber Ketama. Suku Berber ini berada di pedalaman gurun sahara. Di Afrika
Utara terdapat dua kekuatan besar yang sering berkonflik satu sama lain. Yaitu
suku arab Rustamiyah dan Aghlabiyah yang merupakan bagian dari kekuasaan
Bani Abbasiyah.
Ismailiyah mampu memprofokasi dua kekuatan besar tersebut, kemudian
dengan dukungan suku ini, Ubaidillah Al Mahdi menumbangkan Algabiyah
gubernur di Afrika, Rustamiyah Kharaji di Tahart, dan Idriaiyah Fez dijadikan
bawahannya.7
Pada awalnya Syi’ah Ismailiyah tidak menampakan gerakan secara jelas,
sehingga muncul Abdullah bin Maimun yang membentuk Syi’ah Ismailiyah
sebagai suatu sistem gerakan politik keagamaan. Beliau berjuang mengorganisir
propaganda Ismailiyyah dengan tujuan menegakkan kekuasaan Fatimiyah. Secara
rahasia ia mengirimkan misionaris ke segala penjuru wilayah muslim guna
menyebarkan ajaran Syi’ah Ismailiyah. Kegiatan tersebut menjadi latar belakang
berdirinya dinasti Fatimiyah di Afrika, lantas berpindah ke Mesir.
Sebelum Abdullah bin Maimun meninggal dunia pada tahun 874 M, ia
menunjuk pengikutnya yang paling bersemangat, yaitu Abdullah Al Husain
sebagai pemimpin Syi’ah Ismailiyah. Ia adalah orang Yaman asli dan pada abad
ke-9 ia mengklaim dirinya sebagai wakil Al Mahdi. Melalui propaganda ia
mampu menarik simpati suku Barbar, terutama dari kalangan Khitamah, menjadi
pengikut setia. Dengan kekuatan ini mereka menyeberang ke Afrika Utara.
Pada saat Afrika Utara dipimpin oleh Ibrahim bin Muhammad, beliau
berusaha menekan usaha Syi’ah Ismailiyah ini, tetapi usahanya tidak berhasil. Hal
serupa juga dilakukan oleh putranya Ziyadatullah yang berusaha untuk menekan
usaha Ismailiyah ini, dan pada akhirnya usaha mereka tidak berhasil.8

7
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 243
8
Ibid rezim, hlm 379

4
Setelah berhasil Menegakkan pengaruhnya di Afrika Utara, abu Abdullah Al
Husain mengirimkan surat kepada Said bin Husein as-Salamiyah sebagai Imam
ismailiyyah agar segera menemuinya dan menggantikan posisinya sebagai
pemimpin Ismailiyah. Said pun bergegas untuk mengabulkan undangan tersebut.
Setelah pertemuannya dengan abu Abdullah Al Husain, akhirnya said
memproklamirkan dirinya sebagai cucu dari Imam Ismail dan akan mulai
membangun dinasti Fatimiyah.9
Abu Abdullah Al Husein dan said bin Husein as salamiyah bekerja sama
dan akhirnya mampu merebut kekuasaan Ziyadatullah said kemudian menyatakan
dirinya sebagai Imam tertinggi gerakan Ismailiyah dengan gelar Ubaidillah Al
Mahdi. Dengan demikian berdirilah dinasti Fatimiyah di Afrika Utara pada tahun
909 M dan Ubaidillah Al Mahdi sebagai khalifah pertama. Dinasti Fatimiyah
menduduki Tunisia sebagai pusat pemerintahannya karena wilayah ini merupakan
pusat pemerintahan dinasti Aghlabiyah yang telah mereka taklukkan. Dinasti
Aghlabiyah terpaksa harus mengasingkan diri ke pulau Sicilia dan bertahan disana
dengan memindahkan ibukota ke Palermo. Demikian wilayah Afrika Utara dan
Afrika barat jatuh di bawah kekuasaan dinasti Fatimiyah.10
Pada tahun 969 M, Fatimiyah sudah memiliki kekuatan yang cukup besar,
inilah saatnya menaklukkan wilayah yang besar, strategis, dan memiliki pengaruh
dan prestise, yaitu Mesir. Saat itu Mesir dipimpin oleh dinasti Ikhsidiyah yang
dipercayakan penguasa Abbasiyah untuk bertanggung jawab di Mesir dan wilayah
kota suci Mekkah, Madinah, dan Yerusalem. Pada akhirnya dinasti Ikhsidiyah
berhasil ditaklukan, secara otomatis ketiga kota suci tersebut ke wilayah
kekuasaan dinasti Fatimiyah. Setelah itu mereka menjadikan Fairuz sebagai ibu
kota kekhalifahan.
Dinasti Fatimiyah menjadi sebuah kekuatan adidaya pada akhir tahun 900-
an M, mereka menguasai sebagian besar dunia Islam, kekuasaan mereka
terbentang dari Maroko hingga Suriah. Saat inilah para orientalis menyebut bahwa
dinasti Fatimiyah mencapai masa keemasan dan mempraktikkan nilai-nilai

9
Ibid Samsul, hlm 155
10
H. M Joesoef Sou'yb. Siah Studi Tentang Aliran-aliran dan Tokoh-tokohnya.(Jakarta: PT.
Al Husna Zikra. 2008), hlm 173

5
toleransi antar umat beragama. Namun pada kenyataannya, toleransi di masa
dinasti Fatimiyah hanyalah mitos belaka, bahkan nilai-nilai toleransi itu semakin
buruk saat mereka berhasil menaklukkan Mesir. Para orientalis menyebut masa itu
sebagai masa toleransi semata-mata karena saat itu populasi Yahudi dan Kristen
semakin besar di dunia Islam.
Pada masa kekuasaan fatimiah orang-orang muslim dilarang memasuki kota
Yerusalem. Dalam perspektif Islam justru kimia tidak menerapkan sistem yang
longgar bagi orang-orang sunni atau ahlussunnah. Senin dipaksa menyebutkan
nama-nama khalifah Fatimiyah dalam setiap khotbah Jumat, orang-orang Syi’ah
ismailiyah diperbolehkan bahkan dimotivasi untuk berkunjung ke Yerusalem,
sedangkan orang-orang sunni dilarang melakukan hal itu.11
B. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Fatimiyah
Ubaidillah merupakan khalifah pertama daulah Fatimiyah. Iya memimpin
selama lebih kurang 25 tahun. Dalam sejarah dinasti Fatimiyah mempunyai
kekuasaan yang sangat luas dan terbagi menjadi 2 periode. Yakni periode Afrika
Utara (909 -974 M) dan periode Mesir (975-1171 M). Dinasti Fatimiyah berkuasa
selama 2 abad yakni di Afrika Utara selama 65 tahun dan di Mesir selama 196.
Ketika berkuasa di Afrika Utara dinasti Fatimiyah membuat gebrakan yang luar
biasa yaitu melakukan perluasan wilayah. Agar kekuasaannya semakin luas
Khalifah Al Mahdi mengambil kebijakan untuk melakukan perluasan wilayah dan
pembangunan wilayah-wilayah dengan cara menekankan kinerja politik.
Setelah pendeklarasian Ubaidillah Al Mahdi sebagai khalifah pertama
Dinasti Fatimiyah, Al Mahdi dapat menguasai dinasti Rustamiyah dan menyerang
dinasti Idrisiyah yang pada saat itu sedang menguasai Maroko pada tahun 914 M
ia berhasil menguasai Iskandariyah, tak berselang lama pada tahun 916 M giliran
delta yang takluk oleh Al Mahdi. Masih di tahun yang sama Al Mahdi
mengirimkan delegasinya yakni seorang gubernur baru dari Qhitama Silsilya
untuk menjalin hubungan pertemanan dengan seorang pemberontak yang bernama
ibn Hafshun di Spanyol. Tidak hanya ke Spanyol akan tetapi ke Malta, Sardinia,

11
Adabiya, volume 19 No. 2 Agustus 2017, hlm 129

6
Corsica, Balearic, dan wilayah lain yang menjadi daerah bekas kekuasaan dinasti
Aghlabiyah.12
Kekuasaan dinasti Fatimiyah ini juga membentang cukup luas dari samudra
Atlantik di sebelah barat dan sungai Eufrat di sebelah timur, pulau Sisilia di
sebelah utara dan Yaman di sebelah Selatan. 13 Sementara itu berpindahnya ibu
kota Mesir karena khalifah al-Muiz ingin dinasti ini lebih menguasai wilayah-
wilayah sekitarnya dan memanfaatkan letak geografis Mesir. Pada tahun 975-
1171 M dinasti Fatimiyah berkuasa di Mesir.
Kemajuan dinasti Fatimiyah terjadi pada masa kekhalifahan Al Muiz, Al
Aziz, Al Hakim. Akan tetapi kemajuan yang sangat pesat ini terjadi ketika Al
Aziz menjadi khalifah menggantikan ayahnya yakni Al Muiz. Kemajuan-
kemajuan yang cukup signifikan dan telah dicapai tersebut terjadi setelah central
kekuasaannya berpindah dari Ifriqiah ke Mesir dan berhasil memperluas
wilayahnya.
Sementara dalam bidang perekonomian, saat itu Mesir menjadi pusat
perdagangan dan mengungguli perekonomian dari daerah-daerah yang lainnya.
Hubungan perdagangan dengan non muslim dibina dengan baik. Ekonomi mereka
didukung dengan hasil pertanian yang unggul dan juga hasil perindustrian yang
berkualitas. Mesir kalau itu menjadi jembatan perdagangan antara Asia timur dan
Eropa. Pemerintahan Dinasti fatimiah membangun prinsip perdagangan secara
bebas dan terbuka, bahkan pedagang hanya diberi beban pajak impor dan
ekspor.14
Sementara perbedaan kultur keagamaan dalam kehidupan sosial masyarakat
Islam di Mesir tetap berjalan harmonis dan mampu membawa dinasti fatimiah
pada era kemajuan peradaban. Dalam pencapaian puncak kejayaan Dinasti
fatimiah ditandai dengan pesatnya perkembangan aspek pendidikan, pemerintahan,
agama, ilmu pengetahuan, social, ekonomi, seni, dan arsitektur. Sehingga bisa
dikatakan bahwa dinasti Fatimiyah telah memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan dan kemajuan dalam dunia islam saat itu. Kebudayaan Islam pun

12
Ibid Philip, hlm 789
13
Ibid Imam Mahdi, hlm 5
14
Ibid Imam Mahdi, hlm 8

7
berkembang pesat pada masa Dinasti itu yang ditandai dengan berdirinya masjid
al-azhar, masjid tersebut berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan
pengetahuan.
Adapun berbagai kemajuan peradaban yang berhasil diraih oleh dinasti
Fatimiyah adalah sebagai berikut:
1. Kemajuan administrasi pemerintahan
Pengelolaan negara yang dilakukan oleh dinasti Fatimiyah ialah
dengan mengangkat para menteri. Ini membagi kementerian menjadi dua
kelompok.
a. Kelompok militer yang terdiri atas tiga jabatan pokok, yaitu pejabat
tinggi militer dan pengawal Khalifah, tugas keamanan, dan resimen
resimen.
b. Kelompok sipil yang terdiri atas qhadi (hakim dan direktur percetakan
uang), ketua dakwah yang memimpin pengajian, inspektur pasar
(pengawas pasar, jalan, timbangan, takaran), bendaharawan negara,
kepala urusan rumah tangga raja, petugas pembaca Alquran, serta
sekretaris berbagai departemen.
Pejabat, di setiap daerah ada pejabat setingkat gubernur yang diangkat
oleh khalifah untuk mengelola daerahnya masing-masing. Administrasi
pemerintah dikelola oleh pejabat setempat.15
2. Perkembangan ilmu pengetahuan
Dinasti fatimiah memiliki kemajuan ilmu yang sangat pesat, namun
tidak sepesat dinasti Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol.
Meskipun demikian ada seorang khalifah Fatimiyah yang merupakan tokoh
pendidikan dan orang peradaban tinggi yaitu Al Aziz yakni khalifah yang
mahir dalam bidang syair. Beliau juga mendapatkan perhatian karena telah
membangun masjid al-azhar yang akhirnya di dalamnya terdapat kegiatan-
kegiatan pembangunan ilmu pengetahuan sehingga berdirinya universitas Al
Azhar yang nantinya menjadi salah satu perguruan Islam tertua yang
dibanggakan oleh ulama Sunni.

15
Jaih Mubarok, sejarah peradaban Islam (Bandung: pustaka Bani Quraisy, 2004 ), hlm 105

8
Kemudian al-hakim berhasil mendirikan Daar Al-Hikmah, perguruan
Islam yang sejajar dengan lembaga pendidikan Cordova dan Baghdad.
Perpustakaan Daaar al-Ulum digabungkan dengan Daar al-hikmah yang
berisi berbagai buku ilmu pengetahuan. Beberapa ulama yang muncul pada
saat itu adalah sebagai berikut:
1) Muhammad Al Tamimi (ahli fisika dan kedokteran)
2) Al-Kindi (ahli sejarah dan filsafat)
3) Al Luqman (ahli hukum dan menjabat sebagai hakim)
4) Ali bin Yunus (ahli astronomi)
5) Ali al-hasan bin Al khatami (ahli fisika dan optik)
Disamping itu kemajuan bangunan fisik sungguh luar biasa. Indikasi-
indikasi kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya bangunan
bangunan yang dibangun berupa masjid masjid, universitas, rumah sakit,
dan penginapan megah. Jalan-jalan utama dibangun dan dilengkapi dengan
lampu warna-warni, dalam bidang industri telah dicapai kemajuan besar
khususnya yang berkaitan dengan militer seperti alat-alat perang, kapal dan
sebagainya.16
3. Bidang keagamaan: penyebaran paham Syi’ah
Ketika Al muiz berhasil menguasai Mesir, di sana berkembang 4
mazhab fiqih, yaitu Maliki, Hanafi, Syafi'i, Hambali. Sedangkan Al muiz
sendiri menganut mazhab Syi’ah. Oleh karena itu, ia mengangkat hakim dari
kalangan Sunni dan Syi’ah. Akan tetapi, jabatan-jabatan penting diserahkan
kepada ulama Syi’ah sedangkan sunny hanya menduduki jabatan-jabatan
rendah.
Pada tahun 379 M semua jabatan di berbagai bidang politik, agama,
dan militer dipegang oleh Syi’ah . Maka dari itu, sebagian pejabat Fatimiyah
yang sunyi beralih ke Asia supaya jabatan mereka meningkat. Di sisi lain,
Al muiz membangun toleransi beragama, sehingga pemeluk agama lainnya,

16
Abati hawa, 2008. Dinasti fatimiyah, http://abatihawa. Blogspot.com/2008/07/dinasti-
fatimiah-297-h-910-m-934. html. 22 Oktober 2021

9
seperti Kristen diperlakukan dengan baik. Bahkan diantara mereka ada yang
diangkat sebagai pejabat istana.
C. Para khalifah dinasti Fatimiyah
Berdirinya dinasti Fatimiyah tidak terlepas dari khalifah-khalifah yang telah
memimpin dan membawa kemajuan dari dinasti ini, adapun para khalifah dinasti
Fatimiyah sebagai berikut:
1. Al Mahdi (934-949 M)
Al Mahdi tergolong penguasa Fatimiyah yang cakap. Bahkan 2 tahun
semenjak penobatannya menjadi khalifah, ia menghukum mati pimpinan
propagandanya yaitu abu Abdullah Al Hussein, dikarenakan terbukti
bersekongkol dengan saudaranya yang bernama Abdul Abbas untuk
melancarkan perebutan kekuasaan kekhalifahan.
2. Al Qa'im (934-949 M)
Al Mahdi digantikan oleh putranya yang tertua bernama Abdul Kasim
atau yang bergelar dengan Al Qa'im. Ia meneruskan gerakan ekspansi yang
telah dimulai oleh ayahny. Al - Qa'im termasuk prajurit pemberani, bahkan
hampir setiap ekspedisi militer yang dipimpinnya secara langsung. Ia adalah
khalifah Fatimiyah pertama yang menguasai laut tengah.
3. Al Manshur (946-953 M)
Al mansur adalah putra Al Qa'im yang menggantikan kedudukannya
sebagai khalifah. Al mansur adalah pemuda yang sangat lincah. Ia mampu
menghancurkan kekuatan abu Yazid. Al Mansur juga membangun kota di
wilayah perbatasan susa'yang diberi nama Al manshuriah.
4. Mu'iz Lidinillah (965-975 M)
Setelah al mansur meninggal dunia beliau digantikan oleh putranya yang
bernama abu tamimah atau yang bergelar dengan muiz lidinillah. Penobatannya
sebagai khalifah keempat menandai era baru dinasti Fatimiyah. Muis
menempuh kebijakan damai terhadap para pemimpin dan gubernur dengan
menjanjikan penghargaan kepada mereka yang menunjukkan loyalitas. Maka
dari itu dalam tempo singkat, masyarakat bisa hidup makmur.

10
5. Al Aziz
Al Aziz menggantikan kedudukan ayahnya sebagai khalifah, yaitu Al
muiz. Al Aziz dikenal sebagai khalifah yang bijaksana dan pemurah. Kemajuan
imperium Fatimiyah mencapai puncaknya pada masa pemerintahannya.
Pembangunan fisik dan arsitektur menjadi lambang kemajuan pada masa itu.
6. Al hakim (996-1021 M)
Sepeninggalnya Al Aziz, khalifah Fatimiyah dijabat oleh anaknya yang
bernama abu Al Mansur Al hakim. Pemerintahan Al hakim ditandai dengan
sejumlah kekejaman. Ia menghukum mati para pejabat yang cakap tanpa alasan
yang jelas. Bahkan, dalam 10 tahun masa pemerintahannya kaum Yahudi
merasa kehilangan hak sebagai warga negara sehingga mereka pun
mengadakan perlawanan.
7. Az Zahir (1021-1036 M)
Al hakim digantikan oleh putranya yaitu abu Hasyim Ali atau yang
bergelar dengan nama az Zahir. Dia naik tahta saat berusia 16 tahun, sehingga
pusat kekuasaan dipegang oleh bibinya yang bernama sit almulk. Meninggal
bibirnya ia menjadi "raja boneka" di tangan menterinya.
Berkut ini adalah nama khalifah dan masa jabatannya;
a. Abu Muhammad Abdullah (Ubaidillah) Al Mahdi billah (909 - 933 M)
b. Abul qasim Muhammad Al qaim bi-Amr Allah bin Al Mahdi Ubaidillah
(934 - 946 M)
c. Abu Zahir Ismail Al Mansur Billah (946 - 953 M)
d. Abu Tamim ma'ad AL muiz lidinillah (953 - 975 M)
e. Abu Mansur Nizar al-aziz bilah (975 - 996 M)
f. Abu Ali al mansur Al hakim bin Amrullah (996 - 1021 M)
g. Abu al-hasan Ali Al Zahir li-I'zaz dinillah (1021 - 1036 M)
h. Abu Tamim maad al-mustanshir billah (1036 - 1101 M)
i. Al Musta'li billah (1094 - 1101 M)
j. Al Amir bi Ahkamullah (1101 - 1130 M)
k. Abd Al Majid Al Hafiz (1130 - 1149 M)
l. Al zhafir billah (1149 - 1154 M)

11
m. Al Fa'iz binasrillah (1154 - 1160 M)
n. Al adid lidinillah (1160 - 1171 M)17
D. Faktor Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Fatimiyah
Kemunduran dinasti Fatimiyah terlihat dipenghujung masa pemerintahan Al
Aziz. Akan tetapi baru kelihatan wujudnya pada masa pemerintahan Al muntashir
yang terus berlanjut sampai berakhirnya kekuasaan Fatimiyah ini di masa
pemerintahan Al adid.
Penyebab kemunduran dinasti Fatimiyah ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, adapun faktor-faktor tersebut di antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang paling signifikan dalam menghantarkan
kemunduran dinasti Fatimiyah adalah lemahnya kekuasaan pemerintahan
yang di mana para khalifah tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi,
bagaimana yang ditunjukkan oleh para pendahulu mereka ketika
mengalahkan tentara barbar di Qairawan. Kehidupan para khalifah yang
bermewah-mewahan termasuk merupakan penyebab utama hilangnya
semangat dalam melakukan ekspansi.
Selain itu juga para khalifah kurang cakap dalam memerintah,
sehingga roda pemerintahan tidak berjalan secara efektif, ketidakefektifan
ini dikarenakan kebanyakan khalifah yang diangkat masih berusia relatif
muda sehingga membuat mereka kurang cakap dalam mengambil kebijakan.
Tragisnya mereka ibarat boneka yang di atur oleh para Wazir, karena
peranan waziri begitu dominan dalam mengatur pemerintahan.
Perebutan kekuasaan di tingkat Wazir merupakan awal munculnya
kekuasaan asing, yang akhirnya bisa merebut kekuasaan dari tangan
Fatimiyah dan membentuk dinasti baru yang bernama ayyubiyah.
2. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal yang menjadi penyebab kehancuran
Fatimiyah adalah menguatnya kekuasaan nur Al Din Al zanki di Mesir. Ia
merupakan gubernur Syriah yang masih berada di bawah kekuasaan Bani

17
Ibid, adabiya hlm 131

12
Abbasiyah. Popularitasnya meningkat ketika ia dapat mengalahkan pasukan
salib atas permohonan Khalifah Al ghafir yang tidak mampu mengalahkan
tentara salib. Tepatnya pada abad ke 12, akibat rasa tidak peraya masyarakat
kepada pemerintahan Fatimiyah menjadikan Dinasti Fatimiyah perlahan
hancur.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dinasti Fatimiyah dipimpim oleh Ubaydillah. Ubaydillah yang dibantu suku
Berber berhasil meruntuhkan kekuatan Rustamiyah dan Aghlabiyah dan kemudian
menduduki wilayah Afrika Utara (Ifriqiya) tersebut. Hingga sedikit demi sedikit
berhasil menguasai Wilayah Afrika Utara.
2. Dalam masa pemerintahannya daulah Fatimiyah sangat konsen dengan
pengembangan paham Syi’ah ismailiyah. Untuk kesuksesannya mereka
mewajibkan seluruh aparat di jajaran pemerintahan dan warga masyarakat untuk
menganut paham tersebut.
3. Para Khalifah pada dinasti Fatimiyah adalah Al Mahdi (934-949 M), Al Qa'im
(934-949 M), Al Manshur (946-953 M), Mu'iz Lidinillah (965-975 M), Al Aziz,
Al hakim (996-1021 M) dan Az Zahir (1021-1036 M)
4. Kemunduran dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan
pemerintah dikarenakan khalifah hanya sebagai boneka para Wazir sehingga
mengakibatkan roda pemerintahan didominasi oleh kebijakan para wazir.

14
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.Yogyakarta: DIVA press.

Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Fuadi, Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Yogyakarta:
Teras.

Hawa, Abati. 2008. Dinasti fatimiyah, http://abatihawa.Blogspot.com/2008/07/


dinasti-fatimiah-297-h-910-m-934.html. 22 Oktober 2021

Hitti, Philip k. 2008. History Of The Arab, Terj. Cecep Lukman dan Dedi Slamet
Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka.

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka Bani Quraisy.

Sou'yb, H. M Joesoef. 2008. Siah Studi Tentang Aliran-aliran dan Tokoh-


tokohnya. Jakarta: PT. Al Husna Zikra.

Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media.

Thaqqusy, Muhammad Suhail. 2018. Bangkit dan Runtuhnya Daulah Fatimiyah.


Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

15

Anda mungkin juga menyukai