Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN ISLAM PADA DINASTI FATIMIYAH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang
diampu oleh

H. Jalaluddin Faruq A.,M.Pd.I

Oleh :

Juma’ati NIM : (2022700001537)


Nuris Silvia NIM : (2022700001549)
Latifatur Rohmah NIM : (2022700001539)
Ibnu Agil NIM : (2022700001532)
Is’adur Rofiq NIM : (202270001570)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) MIFTAHUL ULUM
BANGKALAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Islam Pada Dinasti Fatimiyah” ini dengan lancar dan tanpa halangan
apapun.
Ucapan terima kasih tak lupa juga kami sampaikan kepada dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yakni H. Jalaluddin Faruq
A.,M.Pd.I atas bimbingannya serta teman-teman kelas program studi pendidikan
agama islam atas dukungan dan kerja samanya. Tak lupa juga kepada orang tua
kami di rumah yang kami yakun tak pernah luput do’anya untuk kami.
Dalam penulisan makalah ini, kami yakin bahwa banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharap sekali kritik dan saran dari pembaca
sehingga akan membawa perbaikan untuk kedepannya, dan yang terakhir kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terimakasih.

Bangkalan, 06 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Sejarah Dinasti Fatimiyah...................................................................................5
B. Keadaan Sosial Masa Dinasti Fatimiyah............................................................6
C. Politik Dalam Negeri dan Luar Negeri...............................................................7
D. Lembaga Pendidikan Dinasti Fatimiyah di Mesir.............................................7
E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Fatimiyah.................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran ........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Islam kita telah mengenal banyak dinasti pemerintahan,


seperti dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan lain sebagainya.
Adanya dinasti-dinasti tersebut merupakan revolusi ke tiga dari bentuk
pemerintahan langsung oleh Rasulullah dan masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin.
Dinasti Fathimiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang
pernah ada dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah
sejarah peradaban dan pendidikan Islam. Dinasti Fatimiyah adalah
salah satu dari Dinasti Syi’ah, yakni Syi’ah Ismailiyah dalam sejarah
Islam. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M
oleh Ubaidillah Al Mahdi. Loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib
adalah isu terpenting bagi komunitas Syi’ah untuk mengembangkan
konsep Islamnya, yang pada akhirnya isu tersebut mengarah kepada
gerakan politis dalam bentuk perlawanan kepada Khilafah Abbasiyah
yang terpusat di Baghdad.
Disini penulis akan membahas tentang awal terbentuknya Dinasti
Fatimiyah serta kontribusinya terhadap perjalanan sejarah pendidikan
di dunia Islam.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Dinasti Fatimiyah?


2. Bagaimana keadaan sosial Dinasti Fatimiyah?
3. Apa saja politik dalam negeri dan luar negeri Dinasti Fatimiyah?
4. Apa saja lembaga pendidikan pada masa Fatimiyah?
5. Bagaimana perjalanan pendidikan Islam pada masa Dinasti
Fatimiyah?

C. Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya dinasti fatimiyah


2. Mengetahui keadaan social dinasti fatimiyah
3. Dapat mengetahui apa saja politik dalam negeri dan luar negeri
dinasti fatimiyah
4. Dapat mengetahui apa saja lembaga pendidikan pada masa fatimiyah
5. Dapat mengetahui perjalanan pendidikan islam pada masa dinasti
fatimiyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dinasti Fatimiyah

Dinasti Fatimiyah berdiri menjelang abad ke-10 ketika kekuasaan Dinasti


Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan daerah kekuasaannya yang luas tidak
lagi terkoordinasikan. Kondisi ini telah membuka peluang bagi kemunculan
dinasti-dinasti kecil di daerah-daerah, terutama yang gubernur dan sultannya
memiliki tentara sendiri. Di antara dinasti kecil yanag memisahkan itu adalah
Dinasti Fatimiyah. Dinasti Fatimiyah sendiri mengambil nama dari Fatimah Az
Zahra, putri Rasulullah SAW. oleh karenanya para khalifah Fatimiyah
mengembalikan asal-usul mereka kepada Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti
Muhammad Rasulullah. Dinasti ini muncul di Afrika utara pada akhir abad ke 3 H
di bawah pimpinan Ubaidillah Al Mahdi yang memiliki mazhab Syi’ah
Ismailiyah. Mereka mengaku sebagai keturunan Nabi melalui Ali dan Fatimah
melalui garis Ismail putra Ja’far Al Shadiq.
Pada tahun 909 M kelompok Syi’ah Ismailiyah di Afrika utara ini dapat
mengonsolidasikan gerakannya, sehingga pemimpin gerakan ini Ubaidillah Al
Mahdi mengumumkan berdirinya Dinasti Fatimiyah yang terlepas dari kekuasaan
Dinasti Abbasiyah. Ia memperkuat dan mengonsolidasikan khalifahnya di Tunisia
dengan bantuan Abdullah Al-Syi’ii seorang dari Ismailiyah yang sangat besar
perannya dalam mendirikan Dinasti Fatimiyah tersebut.
Pada tahun 362 H (973 M), khalifah Mu’idz Lidinillah memindahkan ibu
kota Dinasti dari Khairawan di Tunisia ke Al Qahirah di Mesir. Pada tahun ini
pula diresmikannya Masjid Al-Azhar yang di dalamnya berdiri Universitas Al-

5
Azhar, yang berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dengan mendasarkan pada mazhab Syi’ah Ismailiyah.1

B. Keadaan Sosial Masa Dinasti Fatimiyah

Masyarakat Mesir pada masa Dinasti Fatimiyah terdiri dari kelompok Ahli
Sunnah dan Syi’ah. Kelompok Ahli Sunnah merupakan kelompok mayoritas yang
tinggal di Mesir sejak masa Dinasti Thulun. Kelak banyak pengikut Sunni beralih
ke mazhab Fatimi dikarenakan banyaknya kedudukan dan jabatan yang
ditawarkan oleh Dinasti Fatimiyah ini.
Kelompok kedua adalah orang-orang Afrika yang dalam Dinasti Fatimiyah
ini memiliki kedudukan sebagai tentara-tentara. Mereka tidak pernah
menimbulkan permusuhan terhadap pengikut mazhab Sunni ataupun Syi’ah
selama masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah.
Kelompok masyarakat ketiga adalah Ahl Dzimah, yang terdiri dari orang
Yahudi dan Nasrani. Kelompok ini banyak menempati posisi jabatan dan
kedudukan dalam dinasti ini sehingga banyak pula di antara mereka yang masuk
Islam dan mengikuti mazhab Ismailiyah. Hubungan sosial orang Fatimiyah
terhadap orang Nasrani dan Yahudi terjalin dengan penuh damai dan diwarnai
dengan toleransi keberagamaan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
diizinkannya mereka mendirikan gereja oleh para wazir dinasti ini.
Kelompok keempat adalah orang-orang Turki yang telah menetap di Mesir
sejak masa Dinasti Thuluniyah hingga masa Khalifah Al-Hakim.
Kelompok kelima adalah orang-orang Sudan yang telah menetap di Mesir
sejak masa Dinasti Ikhsyidiyah hingga masa khalifah Al-Hakim yang
menyelamatkan mereka dari tentara Turki. Pada akhirnya mereka aman berada
dalam dinasti ini ketika khalifah Al Zhahir menikahi Ratu Sudan.2

C. Politik Dalam Negeri dan Luar Negeri

1
Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 122-123.
2
Ibid, 123.

6
Era Fatimiyah berlangsung selama kurang lebih dua abad dan merupakan
jaman kemakmuran. Mesir tidak mengalami kerusuhan yang merongrong
kehidupan sehari-hari seperti di Irak dan Suriah. Perdagangan berkembang dan
didorong oleh pemerintah, dan perdagangan itu ke segala arah, ke India melalui
Laut Merah, ke Italia melalui Laut Tengah barat, dan kadang-kadang kekerajaan
Bizantium. Karena sikap rezim yang toleran, maka jaman itu adalah jaman
vitalitas intelektual yang tinggi.3
Politik dalam negeri dinasti ini hanya memiliki satu tujuan yaitu berusaha
mengajak masyarakat untuk memeluk mazhab Syi’ah Ismailiyah, dan menjadikan
mazhab ini sebagai mazhab utama di negara Mesir dan wilayah negeri yang
berada di bawahnya.
Politik Fatimiyah kepada kelompok Ahlu Sunnah antara lain dengan apa
yang dilakukan khalifah Al-Aziz pada bulan Safar tahun 357 H/ 995 M. Ia
memerintahkan menulis kalimat penghinaan kepada sahabat (Abu Bakar, Umar,
dan Usman) di sepanjang tembok masjid Atiq dan kantin-kantin serta kuburan.
Fanatisme mazhab Fatimiyah ini meningkat pada masa khalifah Al-Hakim.
Adapun politik luar negerinya ialah, bahwa tidak diragukannya berdirinya
Dinasti Fatimiyah di Afrika memberikan nuansa kekhawatiran pada Dinasti
Abbasiyah dikarenakan penguasaan mereka atas wilayah ini akan menaikkan
derajat Fatimiyah di wilayah Mesir, Syam, Palestina, dan Hejaz. Penguasaan atas
wilayah ini pula akan sangat memudahkan dalam menguasai wilayah Baghdad
pada masa itu. Karena itu khalifah Abbasiyah memancing Dinasti Buwaihi untuk
memerangi Dinasti Fatimiyah yang pada akhirnya terjadi peperangan antara
Buwaihi dan Fatimiyah.

D. Lembaga Pendidikan Dinasti Fatimiyah di Mesir

Perkembangan kebudayaan Islam pada masa ini mencapai kondisi yang


sangat mengagumkan. Hal ini disebabkan berkembangnya penerjemahan dan
penerbitan sumber-sumber pengetahuan dari bahasa asing seperti bahasa Yunani,
3
W. Montgomery, Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya, 1990), 216.

7
Persia, dan India ke dalam Bahasa Arab yang banyak mendorong para wazir,
sultan, dan ‘umara untuk melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan sastra.
Diantara lembaga-lembaga pendidikan pada dinasti Fathimiyah antara lain:

1. Masjid Al-Azhar dan Istana


Setelah pembangunan kota Kairo lengkap dengan istananya, Jawhar
Al-Siqili mendirikan Masjid Al-Azhar pada tanggal 17 Ramadhan 359 H (970
M). Masjid ini selesai dibangun pada tahun 361 H (972 M), merupakan
masjid pertama di Kairo dan masjid keempat di Mesir. Hal ini merupakan
usaha Dinasti Fatimiyah untuk menyebarkan paham Syi’ah. Nama Al-Azhar
diambil dari al-Zahra, julukan Fatimah, putri Nabi Muhammad saw. dan istri
Ali bin Abu Thalib (imam pertama Syi’ah).4
Di masjid ini disediakan makanan bagi para pelajar miskin, sedangkan
harta-harta waqaf yang terdapat disini digunakan untuk memelihara masjid
dan untuk beasiswa bagi murid-murid yang belajar di sini. Pelajar miskin
yang bertempat tinggal Al-Azhar kadang mencapai sekitar 750 orang,
sebagian dari mereka datang dari Persia, Maghrib, dan petani-petani dari
Mesir sendiri. Para pelajar disini tidak terikat sesuatu syarat pun, umur, jenis
kelamin, atau keahlian. Disini terdapat 2 kategori pelajar, yaitu murid yang
terdaftar dan menetap belajar hingga tamat dan murid pendengar yang tidak
terdaftar (seperti pendatang ceramah dan tidak terikat kurikulum). Ilmu-ilmu
yang diajarkan seperti syair, nahwu, sastra, falak, hisab, dan kadang diajarkan
ilmu kedokteran.5
Pada masa Dinasti ini masjid juga menjadi tempat berkumpulnya
ulama fiqih khususnya ulama yang menganut madzhab syi’ah ismailiyah juga
para wazir dan hakim. Mereka berkumpul membuat buku tentang madzhab
Syi’ah Ismailiyah yang akan diajarkan kepada masyarakat. Fungsi para hakim
dalam perkumpulan ini adalah untuk memutuskan perkara yang timbul dalam

4
Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 179.
5
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 35-
36.

8
proses pembelajaran madzhab syi’ah tersebut. Dengan tampak jelas lembaga-
lembaga menjadi sarana bagi penyebaran ideologi mereka.
Di kemudian hari masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas
besar pada akhir masa al-Mu’iz li Dinillah al-Fatimi pada bulan Shafar 365 H
(Oktober 975 M) yang sampai sekarang masih berdiri megah. Universitas ini
merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia Islam, sebagai pioner
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Setelah Daulat Fatimiyah jatuh ke tangan Shalahuddin Al-Ayyubi
tahun 567 H (1171 M), melalui Al-Azhar, aliran Syiah yang telah
berkembang sekian lama dihilangkan dan diganti dengan aliran Sunni.

2. Perpustakaan

Perpustakaan juga memiliki peran yang tidak kecil dibandingkan Masjid


dalam penyebaran Aqidah Syi’ah Ismailiyah di masyarakat. Untuk itu para
khalifah dan wazir memperbanyak pengadaan berbagai buku ilmu
pengetahuan sehingga perpustakaan istana menjadi perpustakaan yang
terbesar pada masa itu. Perpustakaan terbesar yang dimiliki dinasti
Fathimiyah ini diberi nama Dzar Al-‘Ulum yang masih memiliki keterkaitan
dengan perpustakaan Baitul Hikmah (perpustakaan Dinasti Abbasiyah).
Perpustakaan ini didirikan pada tahun 998 M oleh khalifah Fathimiyah Al-
Aziz. Isi tidak kurang dari 100.000 volume, boleh jadi sebanyak 600.000 jilid
buku, termasuk 2400 buah Al-Qur’an berhiaskan emas dan perak dan
disimpan di ruang terpisah. Diantara penerjemahan abad kesembilan dan
kesepuluh pada masa ini adalah Zurbah Ibn Majuh an-Na’ami al-Himsi, Halal
ibn Abi Halal al-Himsi, Abu al-Fath Isfahani , Fethun at-Tarjuman, Abu
Aswari, Ibnu Ayyub, Basil al-Mutran, Abu Yusuf al-Katib, Abu Umar
Yuhanna ibnu Yusuf, dan Salam al-Abrash.

3. Dar Al-‘ilm

9
Pada bulan Jumadil akhir tahun 395 H/ 1005 M atas saran perdana
menterinya Ya’qub bin Killis, khalifah Al-Hakim mendirikan jamiah ilmiah
akademik (lembaga riset). Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al-
Hikmah. Di sinilah berkumpul para ahli fikih, astronom, dokter dan ahli
nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiah. Di perpustakaan ini
para pelajar dapat mempelajari fikih Syi’ah, ilmu bahasa, ilmu falaq,
kedokteran, matematika, falsafah serta mantiq. Para cendekiawan belajar Al-
Qur’an, astronomi, tata bahasa, leksikografi dan ilmu kedokteran.

E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Fatimiyah

Pada masa ini ulama membagi ilmu pengetahuan kepada dua macam, yaitu
ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan yang bukan
bersumber dari Arab.
Ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an disebut dengan ilmu Naqliyah atau
Syar’iyah sedangkan untuk kategori yang kedua disebut dengan ilmu Aqliyah/
Hukmiyyah, kadang disebut juga ilmu Az’am.
Yang termasuk ilmu Naqliyyah adalah: ilmu tafsir, qiraat, ilmu hadits, fiqh,
ilmu kalam, nahwu, lughah, al-bayan dan adab. Sedangkan yang termasuk ilmu
aqliyyah adalah filsafat, arsitektur, ilmu nujum, musik, kedokteran, sihir, kimia,
matematika, sejarah dan geografi. Diantara kontribusinya dalam pendidikan Islam,
yang paling menonjol adalah bidang:

1. Bahasa dan Sastra


Di antara ulama yang terkenal pada masa ini adalah Abu tohir An-Nahwi,
Abu Ya’qub Yusuf bin Ya’qub, Abu Hasan Ali bin Ibrahim yang telah
mengarang beberapa buku sastra dan belum sempat diterjemahkan bukunya
tersebut oleh Ibn Khalikan. Ia memiliki perpustakaan yang sangat luas berisi
karya-karya Maimonides, Galen, Hippocrates, dan Averroes yang mana
terjual suatu lelang.

10
2. Kedokteran
Dinasti Fatimiyah memberikan perhatian yang sangat besar pada keahlian
kedokteran. Dinasti ini menempatkan posisi dokter di tempat yang tinggi
dengan memberikan penghargaan berupa uang dan kedudukan yang
terhormat. Lazimnya para dokter ini menguasai pula ilmu filsafat serta bahasa
asing khususnya bahasa Suryani dan Yunani selain penguasaannya terhadap
ilmu kedokteran. Di antara dokter itu ialah Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Said An-Namimi yang bertempat tinggal di Baitul Maqdis dan
banyak belajar ilmu kedokteran dari seorang pendeta, kemudian banyak
menimba ilmu dari ulama di negara lain, sehingga mampu meracik obat
sendiri.
Tokoh kedokteran lain yang terkenal adalah Musa bin al-Azzar yang
Lidinillah. Demikian pula Abu Hasan Ali al-Riwan yang menjadi dokter
Khalifah al-Aziz. Selain ilmu di atas masih terdapat banyak ilmu yang
berkembang pada masa ini seperti matematika, Ilmu falak, sejarah dan lain-
lain.

3. Syair
Para penyair pada masa ini melakukan pujian-pujian terhadap khalifah
dengan menghina syair-syair ahli Sunnah, dengan pekerjaan ini mereka
mendapat banyak imbalan dari khalifah, di antara dari mereka adalah Ibnu
Hani’. Para penyair ini bersama para khalifah mencoba menyebarkan doktrin
Syi’ah Ismailiyah melalui pantun dan syair. Selain Ibnu Hani’ yaitu Abu
Abdullah Muhammad bin Abi Al-Jara’ (penyair yang hidup pada masa
khalifah Al-Aziz). Secara umum para penyair menyenandungkan pujian akan
kehebatan mazhab Syi’ah dan kebesaran serta kejayaan kepemimpinan
khalifah mereka.

4. Filsafat

11
Dalam menyebarkan tentang ke-Syiah-annya, Dinasti Fatimiyah banyak
menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-
pendapat Plato, Aristoteles dan ahli-ahli filsafat lainnya. Kelompok ahli
filsafat yang terkenal pada masa Dinasti Fatimiyah ini adalah Ikhwan al
Shafa. Sementara itu filsuf yang terkenal pada masa ini adalah Abu Hatim Al-
Razi yang menjadi tokoh pada masa khalifah Ubaidillah al-Mahdi merupakan
orang yang dalam bidang sastra, filsafat. Ia merupakan tokoh propagandis di
wilayah Rayy. Pengaruh propagandanya sangat besar yang dilakukannya di
madrasah-madrasah yang dibangun oleh Ubaidillah Al-Mahdi yang berada di
Afrika Utara. Filsuf yang lain adalah:
1. Abu Ubaidillah An Nasfi (331 H), karyanya ialah al-Mashul.
2. Abu Ya’qub as-Sajazy (331 H), diantara karyanya ialah Assasu
da’wah, asy-Syaro’i, dan Kasyful Asyror.
3. Abu Hanifah an-Nu’man al-Maghriby (363/ 973-974 M), karyanya
antara lain Mukhtashar al-Atsar, Kitab Al-Buyu’, Kitab Thaharah,
Kaifiyyatu al-Salat, dan Minhaj al-Faridh.
4. Ja’far bil Mansyur al-Yaman, karyanya: Ta’wil al-Zakat, Sarair al-
Nutqa’u, Al-Jafru al Aswad, dan Al-Kasyfu.
5. Hamiduddin Al-Kirmani, karyanya: Uyunul Akhbar, Al Mashobihu fi
Itsbati Imamah.6

6
Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 132-133.
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 116-117.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Khilafah Bani Fatimiyah didirikan di Tunisia pada tahun 909 M oleh


Ubaidillah Al Mahdi yang memiliki mazhab Syi’ah Ismailiyah. Mereka
mengaku sebagai keturunan Nabi melalui Ali dan Fatimah melalui garis
Ismail putra Ja’far Al Shadiq. Dinasti ini muncul di Afrika utara pada akhir
abad ke 3 Loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib adalah isu terpenting bagi
komunitas Syi’ah untuk mengembangkan konsep Islamnya, yang pada
akhirnya isu tersebut mengarah kepada gerakan politis dalam bentuk
perlawanan kepada Khilafah Abbasiyah yang terpusat di Baghdad.
2. Masyarakat Mesir pada masa Dinasti Fatimiyah terdiri dari kelompok Ahli
Sunnah dan Syi’ah, orang-orang Afrika yang berkedudukan sebagai tentara-
tentara, Ahl Dzimah, orang-orang Turki yang telah menetap di Mesir sejak
masa Dinasti Thuluniyah hingga masa Khalifah Al-Hakim, dan orang-orang
Sudan yang telah menetap di Mesir sejak masa Dinasti Ikhsyidiyah.
3. Politik dalam negeri dinasti ini hanya memiliki satu tujuan yaitu berusaha
mengajak masyarakat untuk memeluk mazhab Syi’ah Ismailiyah. Adapun
politik luar negerinya ialah, bahwa tidak diragukannya berdirinya Dinasti
Fatimiyah di Afrika memberikan nuansa kekhawatiran pada Dinasti
Abbasiyah dikarenakan penguasaan mereka atas wilayah ini akan menaikkan
derajat Fatimiyah di wilayah Mesir, Syam, Palestina, dan Hejaz.
4. Lembaga pendidikan pada masa Fatimiyah ialah Masjid Al-Azhar dan Istana,
perpustakaan, dan Dar al ‘Ilm.
5. Pada masa Dinasti Fatimiyah banyak kontribusinya terhadap pendidikan
Islam. Ilmu pengetahuan yang dipelajari yaitu ilmu Naqliyyah (ilmu tafsir,
qiraat, ilmu hadits, fiqh, ilmu kalam, nahwu, lughah, al-bayan dan adab) dan
ilmu aqliyyah (filsafat, arsitektur, ilmu nujum, musik, kedokteran, sihir,
kimia, matematika, sejarah dan geografi).

13
B. Saran

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.


Kekurangan tersebut baik dari segi penulisan atau penulisan atau lainnya. Penulis
berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Sehungga
dapat memperbaiki makalah berikutnya. Penulis juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk setiap pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.

Montgomery, W. Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis.


Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1990.

Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2004.

15

Anda mungkin juga menyukai