MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang
diampu oleh
Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Islam Pada Dinasti Fatimiyah” ini dengan lancar dan tanpa halangan
apapun.
Ucapan terima kasih tak lupa juga kami sampaikan kepada dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yakni H. Jalaluddin Faruq
A.,M.Pd.I atas bimbingannya serta teman-teman kelas program studi pendidikan
agama islam atas dukungan dan kerja samanya. Tak lupa juga kepada orang tua
kami di rumah yang kami yakun tak pernah luput do’anya untuk kami.
Dalam penulisan makalah ini, kami yakin bahwa banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharap sekali kritik dan saran dari pembaca
sehingga akan membawa perbaikan untuk kedepannya, dan yang terakhir kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terimakasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Sejarah Dinasti Fatimiyah...................................................................................5
B. Keadaan Sosial Masa Dinasti Fatimiyah............................................................6
C. Politik Dalam Negeri dan Luar Negeri...............................................................7
D. Lembaga Pendidikan Dinasti Fatimiyah di Mesir.............................................7
E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Fatimiyah.................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran ........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Azhar, yang berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dengan mendasarkan pada mazhab Syi’ah Ismailiyah.1
Masyarakat Mesir pada masa Dinasti Fatimiyah terdiri dari kelompok Ahli
Sunnah dan Syi’ah. Kelompok Ahli Sunnah merupakan kelompok mayoritas yang
tinggal di Mesir sejak masa Dinasti Thulun. Kelak banyak pengikut Sunni beralih
ke mazhab Fatimi dikarenakan banyaknya kedudukan dan jabatan yang
ditawarkan oleh Dinasti Fatimiyah ini.
Kelompok kedua adalah orang-orang Afrika yang dalam Dinasti Fatimiyah
ini memiliki kedudukan sebagai tentara-tentara. Mereka tidak pernah
menimbulkan permusuhan terhadap pengikut mazhab Sunni ataupun Syi’ah
selama masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah.
Kelompok masyarakat ketiga adalah Ahl Dzimah, yang terdiri dari orang
Yahudi dan Nasrani. Kelompok ini banyak menempati posisi jabatan dan
kedudukan dalam dinasti ini sehingga banyak pula di antara mereka yang masuk
Islam dan mengikuti mazhab Ismailiyah. Hubungan sosial orang Fatimiyah
terhadap orang Nasrani dan Yahudi terjalin dengan penuh damai dan diwarnai
dengan toleransi keberagamaan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
diizinkannya mereka mendirikan gereja oleh para wazir dinasti ini.
Kelompok keempat adalah orang-orang Turki yang telah menetap di Mesir
sejak masa Dinasti Thuluniyah hingga masa Khalifah Al-Hakim.
Kelompok kelima adalah orang-orang Sudan yang telah menetap di Mesir
sejak masa Dinasti Ikhsyidiyah hingga masa khalifah Al-Hakim yang
menyelamatkan mereka dari tentara Turki. Pada akhirnya mereka aman berada
dalam dinasti ini ketika khalifah Al Zhahir menikahi Ratu Sudan.2
1
Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 122-123.
2
Ibid, 123.
6
Era Fatimiyah berlangsung selama kurang lebih dua abad dan merupakan
jaman kemakmuran. Mesir tidak mengalami kerusuhan yang merongrong
kehidupan sehari-hari seperti di Irak dan Suriah. Perdagangan berkembang dan
didorong oleh pemerintah, dan perdagangan itu ke segala arah, ke India melalui
Laut Merah, ke Italia melalui Laut Tengah barat, dan kadang-kadang kekerajaan
Bizantium. Karena sikap rezim yang toleran, maka jaman itu adalah jaman
vitalitas intelektual yang tinggi.3
Politik dalam negeri dinasti ini hanya memiliki satu tujuan yaitu berusaha
mengajak masyarakat untuk memeluk mazhab Syi’ah Ismailiyah, dan menjadikan
mazhab ini sebagai mazhab utama di negara Mesir dan wilayah negeri yang
berada di bawahnya.
Politik Fatimiyah kepada kelompok Ahlu Sunnah antara lain dengan apa
yang dilakukan khalifah Al-Aziz pada bulan Safar tahun 357 H/ 995 M. Ia
memerintahkan menulis kalimat penghinaan kepada sahabat (Abu Bakar, Umar,
dan Usman) di sepanjang tembok masjid Atiq dan kantin-kantin serta kuburan.
Fanatisme mazhab Fatimiyah ini meningkat pada masa khalifah Al-Hakim.
Adapun politik luar negerinya ialah, bahwa tidak diragukannya berdirinya
Dinasti Fatimiyah di Afrika memberikan nuansa kekhawatiran pada Dinasti
Abbasiyah dikarenakan penguasaan mereka atas wilayah ini akan menaikkan
derajat Fatimiyah di wilayah Mesir, Syam, Palestina, dan Hejaz. Penguasaan atas
wilayah ini pula akan sangat memudahkan dalam menguasai wilayah Baghdad
pada masa itu. Karena itu khalifah Abbasiyah memancing Dinasti Buwaihi untuk
memerangi Dinasti Fatimiyah yang pada akhirnya terjadi peperangan antara
Buwaihi dan Fatimiyah.
7
Persia, dan India ke dalam Bahasa Arab yang banyak mendorong para wazir,
sultan, dan ‘umara untuk melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan sastra.
Diantara lembaga-lembaga pendidikan pada dinasti Fathimiyah antara lain:
4
Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 179.
5
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 35-
36.
8
proses pembelajaran madzhab syi’ah tersebut. Dengan tampak jelas lembaga-
lembaga menjadi sarana bagi penyebaran ideologi mereka.
Di kemudian hari masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas
besar pada akhir masa al-Mu’iz li Dinillah al-Fatimi pada bulan Shafar 365 H
(Oktober 975 M) yang sampai sekarang masih berdiri megah. Universitas ini
merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia Islam, sebagai pioner
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Setelah Daulat Fatimiyah jatuh ke tangan Shalahuddin Al-Ayyubi
tahun 567 H (1171 M), melalui Al-Azhar, aliran Syiah yang telah
berkembang sekian lama dihilangkan dan diganti dengan aliran Sunni.
2. Perpustakaan
3. Dar Al-‘ilm
9
Pada bulan Jumadil akhir tahun 395 H/ 1005 M atas saran perdana
menterinya Ya’qub bin Killis, khalifah Al-Hakim mendirikan jamiah ilmiah
akademik (lembaga riset). Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al-
Hikmah. Di sinilah berkumpul para ahli fikih, astronom, dokter dan ahli
nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiah. Di perpustakaan ini
para pelajar dapat mempelajari fikih Syi’ah, ilmu bahasa, ilmu falaq,
kedokteran, matematika, falsafah serta mantiq. Para cendekiawan belajar Al-
Qur’an, astronomi, tata bahasa, leksikografi dan ilmu kedokteran.
Pada masa ini ulama membagi ilmu pengetahuan kepada dua macam, yaitu
ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan yang bukan
bersumber dari Arab.
Ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an disebut dengan ilmu Naqliyah atau
Syar’iyah sedangkan untuk kategori yang kedua disebut dengan ilmu Aqliyah/
Hukmiyyah, kadang disebut juga ilmu Az’am.
Yang termasuk ilmu Naqliyyah adalah: ilmu tafsir, qiraat, ilmu hadits, fiqh,
ilmu kalam, nahwu, lughah, al-bayan dan adab. Sedangkan yang termasuk ilmu
aqliyyah adalah filsafat, arsitektur, ilmu nujum, musik, kedokteran, sihir, kimia,
matematika, sejarah dan geografi. Diantara kontribusinya dalam pendidikan Islam,
yang paling menonjol adalah bidang:
10
2. Kedokteran
Dinasti Fatimiyah memberikan perhatian yang sangat besar pada keahlian
kedokteran. Dinasti ini menempatkan posisi dokter di tempat yang tinggi
dengan memberikan penghargaan berupa uang dan kedudukan yang
terhormat. Lazimnya para dokter ini menguasai pula ilmu filsafat serta bahasa
asing khususnya bahasa Suryani dan Yunani selain penguasaannya terhadap
ilmu kedokteran. Di antara dokter itu ialah Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Said An-Namimi yang bertempat tinggal di Baitul Maqdis dan
banyak belajar ilmu kedokteran dari seorang pendeta, kemudian banyak
menimba ilmu dari ulama di negara lain, sehingga mampu meracik obat
sendiri.
Tokoh kedokteran lain yang terkenal adalah Musa bin al-Azzar yang
Lidinillah. Demikian pula Abu Hasan Ali al-Riwan yang menjadi dokter
Khalifah al-Aziz. Selain ilmu di atas masih terdapat banyak ilmu yang
berkembang pada masa ini seperti matematika, Ilmu falak, sejarah dan lain-
lain.
3. Syair
Para penyair pada masa ini melakukan pujian-pujian terhadap khalifah
dengan menghina syair-syair ahli Sunnah, dengan pekerjaan ini mereka
mendapat banyak imbalan dari khalifah, di antara dari mereka adalah Ibnu
Hani’. Para penyair ini bersama para khalifah mencoba menyebarkan doktrin
Syi’ah Ismailiyah melalui pantun dan syair. Selain Ibnu Hani’ yaitu Abu
Abdullah Muhammad bin Abi Al-Jara’ (penyair yang hidup pada masa
khalifah Al-Aziz). Secara umum para penyair menyenandungkan pujian akan
kehebatan mazhab Syi’ah dan kebesaran serta kejayaan kepemimpinan
khalifah mereka.
4. Filsafat
11
Dalam menyebarkan tentang ke-Syiah-annya, Dinasti Fatimiyah banyak
menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-
pendapat Plato, Aristoteles dan ahli-ahli filsafat lainnya. Kelompok ahli
filsafat yang terkenal pada masa Dinasti Fatimiyah ini adalah Ikhwan al
Shafa. Sementara itu filsuf yang terkenal pada masa ini adalah Abu Hatim Al-
Razi yang menjadi tokoh pada masa khalifah Ubaidillah al-Mahdi merupakan
orang yang dalam bidang sastra, filsafat. Ia merupakan tokoh propagandis di
wilayah Rayy. Pengaruh propagandanya sangat besar yang dilakukannya di
madrasah-madrasah yang dibangun oleh Ubaidillah Al-Mahdi yang berada di
Afrika Utara. Filsuf yang lain adalah:
1. Abu Ubaidillah An Nasfi (331 H), karyanya ialah al-Mashul.
2. Abu Ya’qub as-Sajazy (331 H), diantara karyanya ialah Assasu
da’wah, asy-Syaro’i, dan Kasyful Asyror.
3. Abu Hanifah an-Nu’man al-Maghriby (363/ 973-974 M), karyanya
antara lain Mukhtashar al-Atsar, Kitab Al-Buyu’, Kitab Thaharah,
Kaifiyyatu al-Salat, dan Minhaj al-Faridh.
4. Ja’far bil Mansyur al-Yaman, karyanya: Ta’wil al-Zakat, Sarair al-
Nutqa’u, Al-Jafru al Aswad, dan Al-Kasyfu.
5. Hamiduddin Al-Kirmani, karyanya: Uyunul Akhbar, Al Mashobihu fi
Itsbati Imamah.6
6
Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 132-133.
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 116-117.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.
15